Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN, DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI

RUANG MERPATI RS AU dr.M.SALAMUN BANDUNG


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Stase Keperawatan Martenitas

DISUSUN OLEH
SUTARNI
KELOMPOK II

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
1. Konsep Sectio Caesaria (SC)
a. Defenisi
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut.
SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin
dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram.
b. Etiologi
Indikasi sectio caesarea :
1) Riwayat sectio caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai
kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi
rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah
insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang
terbatas disegmen uterus bawah, kemungknan mengalami robekan
jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita
yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan,
sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan
pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat
buruk bagi ibu dan janin.
2) Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh
terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal
sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin
dan jalan lahir, kelainan persalinan
3) Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan
janin, jika penentuan waktu section Caesar terlambat, kelainan
neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu
yang tepat untuk sectio caesar
4) Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan
resiko prolapse tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila
dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi
kepala.
5) CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara alami.
6) Pre-Eklamsi
Pre-eklamsid dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan
7) Ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian
besar KPD adalah hamil diatas 37 minggu.
8) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi
tinggidari pada kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
9) Kelainan letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi,
kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan.
c. Manifestasi Klinis
Ada beberapa hal tanda dan gejala post section caesarea
1) Pusing
2) Mual muntah
3) Panggul sempit
4) Pre-eklamsia dan Hipertensi
5) Nyeri di sekitar luka operasi
6) Adanya luka bekas operasi
d. Patofisiologi
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-
tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak
lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka
dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu
perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik
usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh
memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien
sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal
e. Pathway
f. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya :
1) Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik
dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian
CT.
4) Pemindaian positron emission tomography (PET)
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah
dalam otak.
5) Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
c) Panel elektrolit Skrining toksik dari serum dan urin
d) AGD
e) Kadar kalsium darah
f) Kadar natrium darah
g) Kadar magnesium darah
g. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a) Antibiotik, kemotherapy dan anti inflamasi
b) Jika masih terdapat perdarahan lakukan massase uterus
c) Berikan oksitosin 10 menit dalam 500 ml cairan IV ( RL ) 60
gtt/i
d) Berikan ergometrin 0,2 gr dan prostaglandin
e) Jika terdapat tanda infeksi berikan antibiotic kombinasi sampai
bebas demam selama 4 jam
f) Amfisin 2 gr IV setiap 6 jam. Metronidazol 500 ml IV setiap
24 jam
g) Obat pencegah kembung
Digunakan untuk mencegah perut kembiung dan memperlancar
saluran pencernaan, alinamin F, prostikmin, perimperan
h) Obat lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan reborantia dan inflamasi. Bila pasien anemia
diberi transfusi, hal ini disebabkkan karena pembedahan
menyebabkan banhyaknya darah yang hilang, baik luka insisi
maupun dari luka bekas menempelnya plasenta.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Kaji ulang prinsip keperawatan pasca bedah
b) Mobilisasi 24 jam pasien harus bedrest total untuk mencegah
terjadinya pendarahan ,setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk
miring kiri –miring kanan,duduk dan berjalan ,bahkan mandi
sendiri pada hari ke 3.
c) Pemberian cairan 2x 24 jam
d) Kateter dibuka pada hari ke 2-3
e) Balutan dibuka pada hari ke 3-4
f) Pulang pada hari ke 5, dan control ulang pada hari ke 7
g) Mobilisasi 24 jam pasien harus bedrest total untuk mencegah
terjadinya pendarahan, setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk
miring kiri- miring kanan, duduk dan berjalan, bahkan mandi
sendiri pada hari ke 3.
2. Konsep Cephalopelvic Disproportion (CPD)
a. Defenisi
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis
digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat
melewati panggul ibu.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah keadaan yang
menggambarka ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Jadi Cephalopelvic Disproportion (CPD) disebabkan oleh panggul
sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduany
b. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut :
1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan
2) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
3) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang
biasa
4) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha
ukuranmuka belakang
5) Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul
sempit.
6) Panggul belah : symphyse terbuka
7) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
8) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain
9) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
10)Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
11)Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
12)Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
13)Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring
14)Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis,
Luxatio, Atrofia.
c. Patofisiologi
Tulang-tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os
koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os
pubis. Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan
terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut
simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro-iliaka yang
menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat
artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl
panggul) dan os koksigis (tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya
memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu
persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung
koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5cm.
Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin
dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara
fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak
dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada
ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ-organ
abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot-
otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang
dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum,
kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada
ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh
muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.
1) Ukuran Panggul
a) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus
vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis.
Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke
promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum,
promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap
menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan
kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata
diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata
diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata
obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan
promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata
obstetrika sedikit sekali.
b) Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.
Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara
langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga
bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak
antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum
merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter
anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm.
Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis
diameter interspinarum berukuran 4,5 cm,- 3,4cm.
c) Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar
namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis
yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu
bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis
adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum
(10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia
tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara
pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
d. Pathway
e.
1) Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a) Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
b) Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya samping
f. Penatalaksanaan
1) Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan
bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar
diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi,
letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu
karena kepala janin bertambah besar sehingga suka terjadi moulage
dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila
dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan
episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah
dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran
badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan
lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam
vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari
panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan
persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru
dimulai pada pembukaan lengkap dan bekhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan
keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali
kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini
dilakukan seksio sesarea.
2) Seksio Sesarea
            Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi
sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan
dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginam belum dipenuhi.
3) Simfisiotomi 
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak
dilakukan lagi.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR,
diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari berbagai sumber misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri
distensi kantung kemih meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan
keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi
2) Riwayat kesehaatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya, panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi
penyakit yang lain dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama.

3) Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak sungsang, panggul sempit,gemili dan sudah
riwayat SC sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam menstruasi, HPHT dan tafsiran persalinan.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama masa kehamilan, dan kelainan selama
hamil, kaji tanggal persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak, apgar score dan lain-lain.
6) Riwayat nifas
a) Kaji tinggi fundus uteri klien
b) Lochea
1. Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah dalam jumlah banyak bercampur dengan jaringan sisa plasenta,
dan robekan tropoblastik sehingga akan terlihat bewarna merah seperti layaknya darah menstruasi yang
disertai juga gumpalan-gumpalan jaringan sisa. biasanya akan berlangsung hingga 3 hari.
2. Lochea sanguelenta pada tahap berikutnya jumlah secret atau cairan tersebut akan sedikit
berkurang,bewarna merah kehitaman dan berlendir biasanya tahapan ini akan berlangsung sekitar 1-2 minggu.
3. Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua (coklat), banyak serum.Jaringan sampai kuning cair biasanya
tahapan ini berlangsung pada 2 minggu hingga satu bulan setelah melahirkan.
4. Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir
leucocye dan kuman yang telah mati.Jumlah lochea digambarkan seperti sangat sedikit, moderat dan berat.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan kesadaran klien, TTV (TD, P, N, S), dan pemeriksaan head to toe :
1) Kepala
a) Rambut : Rambut klien tampak bersih atau kotor, rambut rontok atau tidak,warna bervariasi.
b) Mata : Mata simetris kiri dan kanan, penglihatan baik atau tidak, sclera ikhterik/tidak.
c) Telinga : Simetris kir dan kanan, telinga tampak bersih/tidak.
d) Hidung : Simetris kiri dan kanan, bersih/tidak, tidak ada kelainan.
e) Mulut dan gigi : Mulut terlihat bersih/kotor, tidak terdapat sariawan, lembab/kering.
2) Leher
Saat di palpasi apakah ada teraba pembengkakan kelenjar tiroid, warna kulit sekitar sama/tidak.
3) Thorak
a) Payudara
Simetris kiri dan kanan, warna sekitar areola hitam kecoklatan , colostrum ada, tidak ada kelainan pada
payudara, puting susu menonjol, payudara terasa padat, dan air susu klien hanya sedikit keluar.
b) Paru-paru
I: simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada normal, ada/tidak terlihat adanya pembengkakan
P: ada/Tidak nyeri tekan, premitus taktil sama/tidak, ada/tidak teraba massa
P: redup/sonor
A: suara nafas vesikuler/ronkhi/wheezing
c) Jantung
I: ictus cordis terlihat/tidak
P: ictus cordis teraba/tidak
P: redup/timpani
A: bunyi jantung lup dup
d) Abdomen
I: abdomen mungkin masih menonjol/membesar, terdapat luka operasi tertutup perban.
P: nyeri pada luka operasi, TFU turun 1-2 jari tiap 24 jam, abdominalis kembali normal 6-8 minggu post partum
7-12 cm, konsistensi uterus keras atau lunak/lembek.
P: redup
A: bising usus normal/tidak, biasanya pada ibu setelah melakukan post SC bising usus tidak normal.
e) Genetalia
Jumlah dan jenis lochea biasanya terdapat pengeluaran lokhea rubra (berwarna merah) yang menetap selama 3
hari, berapa kali ganti duk dalam sehari, biasanya pasien terpasang kateter satu hari setelah post sc.

f) Ekstremitas
Atas :
Pada pasien post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anastesi yang mendefresikan system saraf pada
musculoskeletal sehingga menurunkan tonus otot.
Bawah :
Edema atau tidak, varises ada atau tidak, dan tanda-tanda thromboplebitis yang diakibatkan kurangnya mobilitas
fisik. tanda-tanda thromboplebitis adalah kemerahan, rasa hangat, nyeri, perasaan berat pada ekstremitas.

4) Pengkajian data dasar


a) Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
b) Integritas
Dapat menunjukan labilitas emosional dan kegembiraan dan sampai ketakutan, marah, atau menarik diri,
mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menanggapi situasi baru.
c) Eliminasi
Pada ibu SC terutama pada kandung kemih dapat terjadi karena letak blass berdempetan dengan uterus,
sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan biasanya dipasang folly kateter selama
pembedahan sampai 2 hari post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat terjadi gangguan pola eliminasi
BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder training. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.

d) Makanan dan cairan


Pada ibu post sc biasanya diperbolehkan untuk mengkomsumsi makanan lunak. Dan setelah benar-benar pulih
dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
e) Neurosensori
Kerusakan gerak di daerah tingkat anastesi spinsi apidural
f) Nyeri / kenyamanan
Pada ibu post SC kebanyakan mengeluh nyeri pada area insisi pembedahan.
g) Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler

h) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda tau kering dan utuh. Jalur parenteral bila digunakan, bengkak
dan nyeri tekan
i) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus, perhatikan aliran loche.
j) Data fisiologis
1. Keadaan uterus ibu apakah sudah kembali seperti keadaan semula.
2. Infolusio uterus kembali normal
3. Pengeluaran lochea
a. Lochea rubra 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam.
b. Lochea sanginolenta 3 sampai 7 hari, berwarna putih dan bercampur merah
c. Lochea serosa 7 sampai 14 hari,berwarna kekuningan
d. Lochea alba Setelah hari ke 14,berwarna putih
k) Data psikologis
Pasien biasanya dalam keadaan labil, cemas akan keadaan seksualitasnya dan harga diri pasien terganggu.
Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain): dinilai dengan menggunakan score (3-12)
1. Taking in
a. Berorientasi pada diri sendiri
b. Takut ketergantungan yang meningkat
2. Taking hold
Apakah ada rasa tertarik pada bayi
3. Letting Go
Apakah bias melakukan perawatan mandiri Post partum blue
a. After pain
b. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual
c. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan setelah melahirkan). Pengetahuan ibu
tentang tanda-tanda komplikasi
l) (perdarahan setelah melahirkan)
Apakah klien menjalani kegiatan keagamaan yang sesuai dengan kepercayaan
m) Pemeriksaan penunjang
Data laboratorium: pemeriksaan Hb, leukosit
USG: menentukan usia kehamilan, indek cairan amnion
2. Diagnose           
a. Nyeri /ketidaknyamanan b/d Agens cidera fisik
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan mobilitas fisik
c. Resiko infeksi b/d trauma jaringan/luka post sc
d. Konstipasi b/d penurunan tonus otot 
3. Intervensi
No Diagn Noc Nic
osa
1 Nyeri akut Setelah 1. Lakukan pengkajian nyeri
b/d dilakukan secara komprehensif termasuk
agens cidera tindakan lokasi, karakteristik, durasi,
fisik keperawatan frekuensi, kualitas dan faktor
selama 3 x 24 presipitasi
jam Pasien 2. Observasi reaksi nonverbal
tidak dari ketidaknyamanan
mengalami 3. Bantu pasien dan keluarga
nyeri, dengan untuk mencari dan menemukan
kriteria hasil : dukungan
1. Mampu 4. Kontrol lingkungan yang
mengontrol dapat
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari
2. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
2 Intoleransi Setelah 1. Kolaborasikan dengan tenaga
dilakukan rehabilitasi medik dalam
aktifitas b/d
tindakan merencanakan program terapi
nyeri, keperawatan yang tepat
selama 3 x 24 2. Bantu klien untuk
mobilitas
jam tidak ada mengidentifikasi aktifitas yang
fisik intoleransi mampu dilakukan
aktivitas. 3. Bantu untuk memilih
Kriteria hasil : aktifitas konsisten yang sesuai
1. Berpartisipasi dengan kemampuan fisik,
dalam aktifitas psikologi dan sosial
fisik tanpa 4. Bantu untuk mendapatkan
disertai alat bantu aktifitas seperti
peningkatan korsi roda
tekanan darah, 5 . Bantu untuk
nadi dan RR mengidentifikasi untuk
2. Mampu aktifitas yang disukai
melakukan
aktifitas sehari-
hari
3. Tanda-tanda vital
normal Mampu
berpindah:
dengan atau
tanpa bantuan
alat

3 Resiko Setelah dilakukan 1. Bersihkan lingkungan setelah


infeksi b/d asuhan keperawatan 3 dipakai pasien lain
trauma x 24 jam jam tidak 2. Pertahankan teknik isolasi
jaringan/luka terdapat faktor risiko 3. Batasi pengunjung bila perlu
post sc. infeksi pada klien. 4. Intruksikan kepada keluarga
Kriteria hasil : untuk mencuci tangan saat kontak
Tidak ada tanda-tanda dan gunakan sabun anti
infeksi miroba untuk mencuci tangan
status imune klien 5. Lakukan cuci tangan
adekuat sebelum dan sesudah tindakan
AL dbn keperawatan

BAB II
KELOLAAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data Identitas
a. Anak

1) Nama : Ny. E

2) Umur : 31 tahun
3) Pendidikan :-

4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

5) Suku :Sunda

6) Agama :Islam

7) No. Medrek :220080

8) Tanggal masuk Rumah Sakit : 1 juni 2021

9) Tanggal pengkajian : 2 juni 2021

10) Diagnosa medis :Post partum SC dengan indikasi CPD

11) Tempat praktik : Ruang Merpati


b. Identitas penanggung jawab

1) Nama :Tn. A

2) Umur : 36 tahun

3) Pendidikan :-

4) Pekerjaan :Swasta

5) Suku :Sunda
6) Agama :Islam

7) Alamat : KP Tugu Laksana RT 03/03

8) Hubungan dengan klien : Suami.


2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Nyeri pada luka operasi

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Pengkajian dilakukan pada hari pertama post operasi tanggal 02/06/2021 jam 10.00 WIB. Pada saat dikaji
klien mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri sedang dengan skala 6 (1-10), nyeri dirasakan pada abdomen bawah
atas simpisis, menyebar sampai ke daerah bokong, nyeri muncul hilang timbul dan nyeri bertambah pada saat
o
bergerak. Dari hasil pemeriksaan yang didapatkan TD: 120/80 mmHg, Suhu :36,5 C, Pernapasan :20 x/menit,
Nadi:80 x/menit.

c. Riwayat kesehatan lalu.


Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit karena melakukan operasi SC untuk ketiga kalinya
dengan indikasi CPD. Klien juga menyatakan mempunyai penyakit Asma 5 tahun yang lalu.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Klien menyatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit seperti klien.

e. Pola aktivitas sehari-hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit


Nutrisi

Makanan 3 x/hari dengan menu 3x/hari dengan menu

nasi, ikan, dan sayur. nasi, sayur dan lauk

8 gelas/hari
Minum
Eliminasi

BAB 2x/hari 1x/hari

BAK 10x/hari 5x/hari

Istrahat tidur Waktu tidur 21.00 Waktu tidur tidak

menuntu
Lama tidur 8 jam
Kebersihan diri Mandi 2x/hari Mandi hanya lab basah
Potong kuku 2x/hari Potong kuku belum ada

Gosok gigi 2x/hari Gosok gigi belum ada

Cuci rambur 2x/hari Cuci rambut belum ada

3. Riwayat Menstruasi

a. Manarche : 14 Tahun

b. Siklus haid : 28 hari

c. Lama haid : 7 hari

d. Banyaknya : 2 kali ganti

e. Masalah selama haid : klien mengatakan tidak ada masalah selama haid
4. Riwayat kehamilan
a. HPHT : 9 september 2020
b. Taksiran persalinan : 3 juni 2021
c. Kehamilan : ke 3 (Tiga)
d. TFU : 32 cm
e. DJJ : 140 x/menit
f. Leopold I : bokong
g. Leopold II : punggung kiri
h. Leopold III : kepala
i. Leopold IV : divergeni
5. Pemeriksaan Fisik

a. Sadaran : compos mentis

b. Gcs : 15 (E4, M6, V5)

c. Tanda vital

2) TD : 120/80 mmHg
o
3) Suhu :36,5 C

4) Pernapasan :20 x/menit

5) Nadi :80 x/menit

6) Bb : 68,7 kg

7) Tb : 146 cm

d. Kepala
1) Rambut

Rambut kiln panjang dan tidak berketombe, warna rambut hitam, tidak teraba adanya benjolan, lesi dan luka.

2) Mata

Mata simetris kiri dan kanan, fungsi penglihatan baik.

3) Telinga

Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik.

4) Hidung

Hidung tampak simetris, tidak tampak adanya secret, fungsi penciuman baik.

5) Mulut dan gigi

Bibir dan mukosa mulut tampak pucat, tidak ada karies atau lesi.

e. Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar thypoid, fungsi menelan baik.

f. Abdomen

Bentuk abdomen simetris, terdapat luka operasi SC, kondisi luka post operasi belum diketahui karena masih ditutup
verban.

g. Eksremitas

1) Atas : terpasang infus RL 20 tpm, dibagian tangan sebelah kiri.


2) Bawah : estremitas bawah lengkap, simetris kiri dan kanan tidak ada edema pada kaki klien, tidak terdapat kelainan.

h. Genetalia

Terpasang kateter
6. Psikologi
a. Body image
Pasien mangatakan dirinya sebagai ibu rumah tangga, berhubungan baik dengan keluarga saudara dan lingkngan sekitar.
b. Peran
Pasien mengatakan sebagai anggota keluaga yaitu ibu.
c. Identitas diri
Pasien mengatan sebagai seorang ibu rumah tangga.
d. Harga diri
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, saudara, dan lingkungan sekitar.
e. Status emosi
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang dikaji dengan sabar.
f. Kecemasan
Pasien mengatakan tidak cemas.
g. Pola koping
Pasien dapat menerima keadaannya dengan sabar dan mengikuti pengobatan yang diberikan.
h. Gaya komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
7. Pemeriksaan penunjang

Tanggal Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai Normal


Pemeriksaan
02/06/21 Hematilogi
Hemoglobin 8,6 12.0-10.0

8. Laporan persalinan
a. Jam masuk 08.00 tanggal 2 juni 2021
b. Riwayat persalinan
1) G3 P1 A0
2) Jenis persalinan : SC
3) Indikasi : CPD
4) Lama persalinan : 1 jam
B. Analisa Data

Kemungkinan
NO Data Masalah
penyebab/dampak
1 DS Insisi abdomen bawah Nyeri b.d
Klien mengatakan nyeri atas simpisis abdomen bawah
pada luka operasi area atas simpisis

abdomen bawah atas Incontinuitas


jaringan
simpilis.
DO Jaringan mengeluarkan
1. Klien zat kimia : bradikinin,
tampak
serotonin, protaglandin
kesakita
sebagai stimulasi nyeri
2. Nyeri
sedang,
skala nyeri Stimulasi ditangkap
6 (1-10) oleh nociceptor
3. Luka insisi
melintang±
10 cm pada Dialirkan menuju dorsal
abdomen horn pada spinal cord
bawah atas
simpisis
Diteruskan ke
thalamus sebagai
pusat sensorik otak

Cortek serebri
dimana intensitas
dan lokasi nyeri

2 Dampak pasca Hambatan


DS operasi
Klien mengatakan Incontinuitas mobilitas fisik b.d
nyeri bertambah jika
nyeri pada luka
bergerak.
D0 jaringan Peregangan operasi
1. Kekuatan otot
ekstremitas atas
kanan kiri mampu otot abdomen Nyeri
gerak normal Mobilisasi
terganggu
menentang
gravitasi dengan
tahanan penuh.
2. Kekuatan otot
ekstremitas bawah
kanan kiri mampu
gerak menentang
gravitasi dengan
sedikit tahanan.
3. Aktivitas dibantu
keluarga

3
CPD
DS
Klien mengeluh sakit Resiko Infeksi b.d
SC
pada area operasi. tindakan operasi
DO yang ditandai
Post operasi SC
1. Adanya luka
operasi.
2. Hari post operasi luka post op
ke-1
3. Luka operasi belum jaringan terbuka
dibuka verbanya
proteksi kurang

invasi bakteri

resiko infeksi

C. Diagnosa
NO
Diagnos Diagnosa Keperawatan
a
1 Nyeri b.d abdomen bawah atas simpisis
2 Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka operasi

3 Resiko Infeksi b.d tindakan operasi yang ditandai

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Nyeri b.d Setelah 1. Observasi 1. Sebagai data
abdomen dilakukan TTV awal untuk
bawah atas tindakan 2. Kaji lokasi melihat
dan keadaan
simpisis keperawatan
intensitas umum klien.
selama 2 X 24 2. Sebagai
nyeri.
jam pasien 3. Observasi data dasar
tidak reaksi non mengetahui
mengalami verbal dari seberapa
nyeri, dengan ketidaknyam hebat nyeri
kriteria hasil : anan. yang
4. Dorong dirasakan
1. Klien
menggunakn klien
mengungka sehingga
teknik
pkan secara manajemen mempermuda
verbal rasa relaksasi intervensi
nyeri distraksi. selanjutnya.
hilang. 5. Kolaborasika 3. Reaksi non
2. Skala nyeri n obat verbal
0 (1-10) analgetik menandakan
3. Klien dapat sesuai nyeri yang
indikasi dirasakan
rileks.
klien hebat
4. Klien 4. Untuk
mampu mengurangi
mendemons rasa nyeri
trasikan yang
keterampiln dirasakan
relaksasi klien dengan
dan non
farmakologi
aktivitas 5. Mempercepat
sesuai penyembuh
dengan an terhadap
kemampuan nyeri
nya.
5. TTV dalam
batas
normal;
TD : 120 /
80 mmHg,
Suhu :
o
36,5 C
Nadi : 80 x
/ menit,
pernapasa
n 20 kali
/menit

2 Hambatan Setelah 1. Bantu pasien 1. Sebagai data


mobilitas fisik dilakukan untuk dasar
tindakan bergerak
b.d nyeri pada keperawatan secara aktif mengetahui
luka operasi selama 2 X 24 dan pasif seberapa
jam, aktivitas 2. Bantu hebat nyeri
daily living memenuhi
yang dirasaan
dapat kebutuhan
terpenuhi, yang tidak klien
dengan kriteria dapat sehingga
hasil : dilakukan
mempermuda
1. Klien oleh pasien
dapat 3. Ubah posisi h intervensi
berpartisip tiap 2-4 jam. selanjutnya.
asi pada 4. Ajarkan
2. Reaksi non
aktifitas pasien atau
yang keluarga verbal
diinginkan untuk menandakan
tanpa rasa melakukan
nyeri yang
nyeri. mobilisasi
2. Mampu secara dirasakan
melakukan bertahap. klien hebat
aktifitas
3. Untuk
sehari-
hari/ADLs mengurangi
secara rasa nyeri
mandiri
yang
dirasakan
klien dengan
non
farmakologis
4. Pasien dan
keluarga
dapat
melakukan
mobilisasi
secara
mandiri
3 Resiko Infeksi Setelah 1. Kaji luas dan 1. Pengkajian
dilakukan keadaan luka
b.d tindakan yang tepat
tindakan serta proses
operasi yang perawatan penyembuhan terhadap luka
luka selama 2. Rawat luka
ditandai dan proses
2x24 jam dengan baik
klien tidak dan benar penyembuh
dengan teknik
mengalami an akan
aseptik
infeksi, antiseptic membantu
dengan 3. Kolaborasi
dalam
kriteria hasil : dengan dokter
1. Klien untuk menentukan
bebas dari pemberian
tindakan
tanda dan antibiotik
selanjutnya
gejala
infeksi 2. Merawat
2. Luka luka
bersih
dengan
3. Sekret/Pus
(-) teknik
aseptik, dapat
menjaga
kontaminasi
luka
3. Menghilank
an infeksi
penyebab
kerusakan
jaringan

D. Implementasi
Tangga
Implementasi
l No Respon Klien TTD
Keperawatan
/waktu
03-06- 1 1. Mengobservasi TTV S : klien mengatakan
2. Mengkaji lokasi dan
2021 nyeri pada
intensitas nyeri.
10:30 abdomen bawah
3. Mengobservasi
WIB atas simpisis/ area
reaksi non verbal
luka operasi
dari ketidaknyamanan.
berkurang.
4. Mendorong
O : Skala nyeri 4 (1-
menggunakn teknik
10), TD 120/80
manajemen relaksasi
mmHg, Nadi 84
distraksi.
x/menit, R : 20
5. Mengkolaborasikan
x/menit
obat analgetik sesuai
indikasi

03-06- 2 S: Klien mengatakan


2021 1. Membantu pasien sudah mampu
10:30 untuk bergerak secara duduk tegak,
aktif dan pasif
WIB belum mampu
2. Membantu memenuhi
kebutuhan yang tidak untuk berjalan,
dapat dilakukan oleh luka bertambah
pasien
nyeri jika
3. Mengubah posisi tiap
2-4 jam. menggerakan kaki
4. Mengajarkan pasien O: aktivitas masih
atau keluarga untuk tampak dibantu
melakukan mobilisasi
secara bertahap. keluarganya

03-06- 3 S : Klien mengatakan


2021 1. Mengkaji luas dan area luka operasi
10:30 keadaan luka serta terasa gatal dan
proses penyembuhan
WIB 2. Merawat luka dengan nyeri.
baik dan benar dengan
WIB O: Verban luka masih
teknik aseptik
antiseptic belum diganti.
3. Mengkolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian antibiotik.

E. Evaluasi

Tanggal Evaluasi
No TTD
/waktu Keperawatan
05-06- 1 S : klien mengatakan nyeri pada abdomen bawah
2021 atas simpisis/ area luka operasi berkurang.
14:30 O : Skala nyeri 4 (1-10), TD 120/80 mmHg, Nadi
WIB 84 x/menit, R : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

05-06- S : Klien mengatakan sudah mampu duduk


2
2021 tegak, belum mampu untuk berjalan, luka
14:30 bertambah nyeri jika menggerakan kaki
WIB O: aktivitas masih tampak dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

05-06- S : Klien mengatakan area luka operasi terasa


3
2021 gatal dan nyeri.
14:30 O: Verban luka masih belum diganti.
WIB A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai