Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PROLAPS TALI PUSAT

Dosen Pembimbing:

Ns. Febi Ratnasari.,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:

Yuapinamaya
NIM : 21317152

Dibuat untuk memenuhi tugas Stase Maternitas

Program Profesi Ners Non Reguler

PROFESI NERS STIKES YATSI TANGERANG

Jl. Aria Santika No.40A, Margasari, Karawaci Kota Tangerang

Banten Telp : (021) 55726558 / 55725974

2022
Konsep Dasar

Prolaps Tali Pusat

A. Definisi
Prolaps tali pusat (Occult Prolapse) adalah terjadi jika tali pusat terletak di bawah
bagian presentasi janin. Prolaps tali pusat dapat bersifat okulta (tersembunyi, tidak
terlihat) (Bobak, 2012).
Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian
terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin
dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012).
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah (Mansjoer Arif, 2015).

B. Tanda Gejala
Manifestasi klinik prolaps tali pusat (Bobak, 2012)
1. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.
2. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih
sempit dari vagina.
3. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan
antara bagian presentase dan tulang panggul.
4. Auskultasi terdengar jantung janin ireguler
5. Terdapat bradikardia janin ( DJJ<100x/menit)
6. Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan lemah.

C. Etiologi
Etiologi prolaps tali pusat (Bobak, 2012).
1. Etiologi fetal
a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang, presentasi
bokong, terutama presentasi kaki.
b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang
salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk
aktif bergerak.
c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi
gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar,
kemungkinan prwsentasi yang tidak normal.
d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage.
e. Ruptur membran anion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut
membawa sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke
vagina.
2. Etiologi Maternal
a. Disproporsi kepala panggul Disproporsi antara panggul dan bayi
menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali
pusat menumbung.
b. Bagian terendah yang tinggi Tertundanya penurunan kepala untuk sementara
dapat terjadi meskipun panggul normal.
3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta
a. Tali pusat yang panjang Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah
menumbung.
b. Plasenta letak rendah Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi
penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat
serviks.

D. Patofisiologi
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya adalah
kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan
presentasi dan plasenta previa. Pada kehamilan kembar akan mengalami hidramnion,
dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih
leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak
sungsang, lintang, presentasi kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi
hidramnion juga terjadi ukuran janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda
sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang kecil. Pada plasenta previa, plasenta
akan mendekati atau menutup jalan lahir. Semua keadaan tersebut akan menyebabkan
janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu, sehingga PAP (pintu atas panggul) tidak
tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat bergeser atau
turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat. Prolaps tali pusat akan
mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir sehingga
sirkulasi janin akan terganggu dan ini mengakibatkan terjadi hipoksia fetal pada janin
maka masalah keperawatan yang akan muncul adalah gangguan pertukaran gas. Jika
berlanjut dapat mengakibatkan fetal distress yang ditandai dengan melemahnya DJJ. Bila
keadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya resiko cidera pada janin
dan mengakibatkan kematian pada janin. Tapi bila dapat ditangani maka janin tetap
hidup, ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali pusat. Dari gerakan janin
melemah akan dilakukan tindakan SC maka masalah keperawatan yang muncul adalah
resiko infeksi. Dari tindakan SC tersebut maka akan mengalami pendarahan masif
mengakibatkan syok hipovolemik maka masalah kleperawatan yang akan muncul adalah
resiko ketidakseimbangan volume cairan.
Letak lintang, letak sungsang terutama presentase bokong, hidraamnion, KPD, dan
plasenta previa dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Dimana tali pusat berada dibagian
terendah janin didalam jalan lahir atau berada diantara bagian yang disiapkan untuk janin
dan tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat keluar dari uterus mendahului bagian persentase
pada setiap kontraksi. Dengan demikian tali pusat akan kelihatan menonjol keluar dari
vagina.

E. Prognosis
Prognosis prolaps tali pusat terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dipengaruhi
pada kecepatan diagnosis dan penanganannya, serta usia gestasional atau berat badan
lahir fetus.
F. Pathway

Kehamilan kembar Prematur Plasenta previa

Hidroamnion Plasenta
Ukuran janin kecil
mendekati rahim

Janin bergerak Janin sulit beradaptasi


leluasa dengan panggul ibu

Kelainan PAP tidak diisi oleh


presentasi bagian bawah janin

Tali pusat Tali pusat


bergeser bergeser/turun

Prolapse tali pusat

Tali pusat terjepit antara bagian


terendah janin dan jalan lahir

Gangguan
Sirkulasi janin terganggu Pertukaran
Gas

Resiko Cedera
Hipoksia fetal
Pada Janin

Ansietas Resiko Infeksi


Fetal disstres
Kecemasan ibu pada Melemahnya DJJ Persalinan
janin dan dirinya SC
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik prolaps tali pusat (Bobak, 2012). Pada kasus prolapse tali pusat,
pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan:
1. Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple.
2. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat, dapat terlihat dari
vagina, teraba secara kebetulan, auskultasi terdengar jantung janin.
3. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monitoring DJJ.
4. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin,
posisi dan formasi.

H. Penatalakasanaan
Secara umum penatalaksanaan tali pusat adalah sebagai berikut (Bobak, 2012):
1. Tali pusat berdenyut
a. Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.
b. Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul
c. Posisi ibu knee chest, trendelenberg atau posisi sim (Prawirohardjo,2012)
d. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
e. Jika ibu pada persalinan kala I:
1) Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan tangan
kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas,
sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
2) Tangan yang lain menahan bagian terendah di supra pubis dan evaluasi
keberhasilan reposisi.
3) Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga
panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan tangan tetap diatas
abdomen sampai dilakukan sesio cesarea.
4) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara berlahan untuk
mengurangi kontraksi rahim.
5) Segera lakukan seksio cesarean jika terjadi gawat
f. Persalinan kala II:
1) Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi vakum
atau ekstraksi cunam/forseps.
2) Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki, dan
gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul.
3) Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.
4) Siapkan segera resusitasi neonatus.
2. Tali pusat tidak berdenyut Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah
meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi
secara normal tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling
pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi serta tindakan apa yang akan
dilakukan
3. Polindes
a. Lakukan pemeriksaan dalam bila ketuban sudah pecah dan bagian terbawah janin
belum turun.
b. Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau tidak dengan
meletakkan tali pusat diantara 2 jari.
c. Lakukan reposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terendah janin
memasuki rongga panggul, dengan menekan fundus uteri dan usahakan segera
persalinan pervaginam.
d. Suntikkan terbutalin 0,25 mg subcutan.
e. Dorong ke atas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke Puskesmas/ RS.
4. Puskesmas
a. Penanganan sama seperti di atas.
b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin dilaksanakan, segera rujuk ke Rumah
sakit.
5. Rumah Sakit.
a. Lakukan evaluasi atau penanganan seperti pada manajemen medik.
b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi, segera lakukan seksio cesarean.
I. Komplikasi
Komplikasi prolaps tali pusat (Bobak, 2012)
1. Pada Ibu Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan
bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.
Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu
dan janinnya pada partus lama .Komplikasi lain seperti laserasi jalan lahir, ruptura
uretri, atonia uretri dapat terjadi akibat upaya menyelamatkan janin.
2. Pada janin
a. Gawat janin Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda
berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari
160 x / menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan, atau tali
pusat pulsasinya lemah, maka prognosis janin akan memburuk.
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan
ketrampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang
terkoordinasidan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau
patologi intrauterin.
PENGKAJIAN KEPERTAWATAN
A. Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien
dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien. Pengkajian pada klien
dengan prolaps tali pusat terdiri dari:
1. Identitas Klien
a. Identitas klien dikaji seperti biasa, meliputi nama, jenis kelamin, usia,
alamat, suku bangsa, dll.
b. Jenis kelamin : insidensi prolaps tali pusat hanya terjadi pada jenis
kelamin wanita dan terjadi pada wanita hamil.
c. Usia
d. Ras/ Etnis : insidensi prolaps tali pusat tidak dipengaruhi oleh ras/ etnis.
e. DX Medis : prolaps tali pusat/prolaps umbilical corda.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat keluarga Belum ditemukan adanya hubungan antara faktor genetic/
herediter dengan kejadian prolaps tali pusat.
a. Keluhan Utama Klien dengan prolaps tali pusat memiliki keluhan tidak
terdapat kontraksi pada janin dikarenakan hipoksia pada bayi. Klien
merasa cemas karena terdapat tali pusat menonjol ke luar vagina
b. Riwayat kesehatan sekarang: Klien merasa cemas karena terdapat tali
pusat di luar vagina. Klien masuk rumah sakit dikarenakan hipoksia yang
terjadi pada bayi akibat prolaps tali pusat.
c. Riwayat kesehatan dahulu Trauma selama kehamilan, misalnya:
dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli; kehamilan prematur;
tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan terhadap janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan; trauma
langsung seperti jatuh dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga. Belum ditemukan adanya hubungan antara
faktor genetic/ herediter dengan kejadian prolaps tali pusat.
e. Riwayat obstetri Memberikan informasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilan sekarang.
f. Riwayat Alergi Pengkajian tentang riwayat alergi sangat diperlukan,
kerena berkaitan dengan terapi (khususnya terapi medis dan pemberian
diet) pada klien selama dirawat di rumah sakit.
g. Riwayat psikososial terfokus:
1) Intra personal Pada ibu hamil dengan prolaps tali pusat pada
umumnya akan mengalami kecemasan mengenai keadaan bayi nya
maupun keadaan dirinya sendiri. Apalagi pada klien yang
mengalami kehamilan anak pertama. Tingkat kecemasan dapat
dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya. Pada
tahap ini, perawat sangat dibutuhkan untuk memberikan edukasi
pada klien terkait prosedur kondisi penyakit dan juga prosedur
medis yang akan dijalani oleh klien, perawat juga perlu
memperkuat koping klien serta memberi motivasi untuk
mengurangi kecemasan yang dirasakan klien.
2) Inter personal Perawat mengkaji peran klien dalam keluarga dan
dalam masyarakat, serta kebiasaan kehidupan sehari-hari klien
dalam keluarga maupun masyarakat. Hubungan klien dengan
suami dan anggota keluarga lainnya, dukungan yang diberikan
yang diberikan pada klien baik dari keluarga maupun social
masyarakat.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Meliputi pengobatan klien teratur
atau tidak. Mengungkapkan perhatian untuk menurunkan faktor risiko
bagi prolaps tali pusat.
b. Pola aktivitas dan latihan Biasanya klien mengalami gangguan dalam
beraktivitas dikarenakan perdarahan yang terjadi mengakibatkan
kelemahan fisik.
c. Pola nutrisi dan metabolik Biasanya klien mengalami anoreksia, disertai
mual dan muntah.
d. Pola sensori kognitif Biasanya klien mengalami nyeri akibat pasca
pembedahan
e. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya klien mengalami perubahan pola
dalam tanggung jawab, perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran, mengekspresikan keraguan terhadap penampilan peran.
f. Pola peran dan hubungan Biasanya klien mengalami perubahan persepsi
diri mengenai peran, tidak berdaya, cemas atau depresi, perilaku pesimis,
kesempatan dalam melaksanakan peran tidak adekuat.
g. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress. Biasanya klien
mengalami perasaan tak berdaya atau tidak ada harapan, menyangkal,
ansietas, ketakutan, gelisah, kesedihan.
h. Pola eliminasi Pada trimester pertama klien akan mengalami inkontinensia
urin akibat dari penekanan pada kandung kemih.
i. Pola istirahat dan tidur Biasanya klien mengalami insomnia. Kesulitan
tidur pada malam karena sulit bernafas serta mual dan muntah.
j. Pola reproduksi dan seksual Biasanya klien mengalami trauma akibat dari
penyakit yang diderita, sehingga pola reproduksi dan seksual sedikit
terganggu.
k. Pola sistem nilai dan kepercayaan Biasanya klien terganggu dalam
menjalani ibadah. Karena kelemahan fisik yang diderita akibat mual
muntah serta anemia.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital Pada prolaps tali pusat yang disertai ketuban pecah dini
lebih dari satu jam dimungkinkan adanya tanda gejala infeksi seperti
adanya perubahan tanda-tanda vital berupa kenaikan TTV.
b. Sirkulasi Terjadi hipoksia pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu
ke tali pusat. DJJ tedengar lemah dan denyut tali pusat teraba lemah
c. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
d. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
e. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
f. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
g. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadang kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
h. Dada Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
i. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri.
j. Genitalia pada pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi
dari tali pusat. Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti
panggul yang sempit, letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin
kembar, janin yang terlalu kecil, atau kejadian ketuban pecah dini.
k. Eleminasi Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada akibat prolaps
talipusat.
l. Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
m. Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
n. Muskuluskeletal Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan
gerak karena adanya luka episiotomi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah melalui tali pusat (prolaps)
2. Risiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin
3. Risiko infeksi b/d adanya pemeriksaan vagina, prosedur invasive
4. Ansietas b/d situasi ancaman yang dirasakan oleh ibu dan janin
5. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan

INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Kep NOC NIC


Domain 12: Domain V: Kondisi kesehatan yang Domain 1: Fisiologis dasar
Kenyamanan dirasakan Kelas E: Peningkatan kenyamanan
Kelas 1: Kelas V: Status gejala fisik
Kenyamanan 2102: Tingkat nyeri 1400: Manajemen nyeri
Fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
00132: Nyeri keperawatan selama lebih dari satu komprehensif yang meliputi
Akut jam. Kriteria hasil yang diharapkan: lokasi, karakteristik, frekuensi,
10201: Nyeri yang dilaporkan (2-4) kualitas atau beratnya nyeri dan
10221: Menggosok area yang factor pencetus.
terkena dampak (2-4) 2. Ajarkan penggunaan non
00206: Ekspresi nyeri wajah (2-4) farmakologi (seperti relaksasi).
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri farmakologi
sesuai kebutuhan.
4. Ajarkan pasien untuk memonitor
nyeri.
Domain 2 Domain III Kesehatan Psikososial Domain 3 Perilaku
Koping/Toleransi Kelas M Kesejahteraan Psikologis Kelas T Peningkatan Kenyamanan
Stress 0211 Tingkat Kecemasan Psikologis
Kelas 2 Respons Setelah dilakukan tindakan 5820 Pengurangan Kecemasan
Koping keperawatan manajemen cairan 1. Gunakan pedekatan yang
00146 Ansietas selama 16-30 menit kriteria hasil tenang dan meyakinkan
diharapkan: 2. Bantu klien mengidentifikasi
121105 perasaan gelisah (2-4) situasi yang memicu kecemasan
121117 rasa cemas yang 3. Intruksikan klien untuk
disampaikan secara lisan (2-4) menggunakan teknik relaksasi
121124 Pusing (2-4) 4. Atur strategi untuk mengurangi
kecemasan secara tepat
5. Kaji tanda verbal dan non
verbal kecemasan
Domain 5 Domain IV Pengetahuan tentang Domain 5 Keluarga
Persepsi/Kognisi Kesehatan & Perilaku Kelas W Perawatan Melahirkan
Kelas 4 Kognisi Kelas S Pengetahuan tentang 6930 Perawatan Post Partum
00126 Defisiensi Kesehatan 1. Pantau tanda-tanda vital
pengetahuan 1818 Pengetahuan: Kesehatan ibu 2. Monitor lochea terkait dengan
postpartum warna, jumlah, bau
Setelah dilakukan tindakan 3. Pantau lokasi fundus, tinggi,
keperawatan monitor pernafasan dan tonus saat dipalpasi
selama 15 menit kriteria hasil yang 4.
diharapkan:
181807 Perawatan perineum (2-5)
181813 senam nifas (2-5)

Domain 11 Domain Domain


Keamanan/Perlin Kelas Kelas
dungan
Kelas 1 Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1.
00004 Risiko keperawatan pemberian makan
Infeksi dengan cangkir: bayi baru lahir
selama 15-30 menit kriteria hasil
yang diharapkan:
\
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Bulecchek. G. 2013. Nursing Intervensions Clasification (NIC). Edisi Keenam. Elsivers.
Singapura
Mansjoer, Arif. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aescularius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Moorhead. S. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Kelima. Elsivers.
Singapura
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai