Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
IBU DENGAN PROLAPS TALI PUSAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : NI MADE SUMAWATI


NPM : 019.02.036

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
IBU DENGAN PROLAPS TALI PUSAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : NI MADE SUMAWATI


NPM : 019.02.036

Mengetahui CI Institusi Mengetahui CI Klinik

( ) ( Ns. Noviany B. Rasiman, M.N.S )

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
2020
BAB I
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian

terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin

dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012). Prolaps tali pusat merupakan keadan dimana tali

pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum

ketuban pecah yang mengakibatkan kompresi (Stright, 2004). Prolaps tali pusat adalah

tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir

sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000). Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat

obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian

presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui

pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan

rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami

hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia (Phelan, 2013).

Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah

janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000)

Prolaps Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan

diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. (Maternal Invant

Health)
Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu :

 Prolaps Occult :
Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi tidak dalam
jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
 Tali Pusat mungkin fore lying :
Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapi
berada didalam kantong ketuban yang utuh.
 Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah
ketuban pecah.
( Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)

Sumber: www.google.com
Gambar 1. Gambar Prolaps Tali Pusat

2. Klasifikasi

Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu :

1. Occult prolapsed, jika tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi

tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.

2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka), jika tali pusat berada disamping bagian

besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah

janin sedangkan ketuban masih intek atau belum pecah.

3. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli), jika tali pusat teraba keluar atau berada

disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat
dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah

(Winkjosastro, 2005).

Sumber: www.google.com
Gambar 2 Klasifikasi Prolaps Tali Pusat

3. Epidemiologi

Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka

kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan atau sekitar

1:3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1:200 kelahiran, tetapi insiden dari

occult prolapse 50% tidak diketahui. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal

presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala 0,5% , letak sungsang 5%,

presentasi kaki 15%, dan letak lintang 20%. Prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali

pusat panjang dan jika plasenta letak rendah (Sodikin, 2008)

4. Etiologi

1. Etiologi fetal

a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang, presentasi bokong,

terutama presentasi kaki.


b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah

satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif

bergerak.

c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan

adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, kemungkinan presentasi

yang tidak normal.

d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak

engage.

e. Ruptur membran amnion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut membawa

sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke vagina.

2. Etiologi Maternal

a. Disproporsi kepala panggul

Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan

pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.

b. Bagian terendah yang tinggi

Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul

normal.

3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta

a. Tali pusat yang panjang

Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.

b. Plasenta letak rendah

Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah.

Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.


5. Tanda dan Gejala

a. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.

b. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih

sempit dari vagina.

c. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan

antara bagian presentase dan tulang panggul.

d. Auskultasi terdengar jantung janin ireguler

e. Terdapat bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)

f. Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan lemah.

6. Patofisiologi

Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya ruptur

membran amnion spontan, kehamilan kembar, polihidroamnion, kehamilan prematur,

janin terlalu kecil, kelainan presentasi. Penyebab primer yang timbul akibat prolaps tali

pusat adalah ruptur membran yang spontan terjadi sebelum bagian presentasi berada pada

leher panggul. Ketika kantung cairan amnion ruptur, tiba-tiba terjadi desakan yang kuat

menyebabkan cairan mengalir dengan cepat terus menuju vagina sehingga membuat tali

pusat menuju vagina. Pada kehamilan ganda maka kemungkian terjadinya prolaps tali

pusat akan semakin besar karena jika terjadi desakan antara janin akan membuat janin

mengalami kelainan presentasi seperti letak melintang. Keadaan polihidroamnion, dimana

terdapat cairan ketuban banyak menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam

rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang,

presentasi kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga

terjadi ukuran janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya

memiliki ukuran kepala yang kecil. Keadaan tali pusat yang panjang dan plasenta previa

juga menjadi penyebab terjadinya prolaps tali pusat. Semua keadaan tersebut akan
menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu, sehingga PAP (pintu atas

panggul) tidak tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali

pusat bergeser atau turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat.

Prolaps tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian terendah

janin dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini mengakibatkan

terjadi hipoksia fetal dan bila berlanjut dapat mengakibatkan  fetal distress yang ditandai

dengan melemahnya detak jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama melalui tali

pusat juga dapat menghasilkan asidosis respiratorik dan metabolik yang berat,

berkurangnya oksigenasi janin, bradikardi yang menetap, bila keadaan ini terus

berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada janin. Namun bila dapat dan

segera ditangani maka janin tetap hidup, hal ini ditandai dengan adanya teraba denyutan

pada tali pusat (Prawirohardjo, 2012)


Pathway
Placenta previa
prematur
Kehamilan
kembar
Placenta
mendekati rahim
hidroamnion Ukuran janin
kecil
Janin sulit
beradaptasi dg
Janin bergerak panggul ibu
leluasa

PAP tidak diisi oleh


Kelainan bagian bawah janin
presentasi

Tali pusat
Tali pusat Prolaps tali pusat bergeser/turun
bergeser

Tali pusat terjepit


antara bagian
terendah janin dan
jalan lahir

Sirkulasi janin
terganggu
1. ansietas bd situasi
ancaman yg dirasakan
oleh inu dan janin.
2. Resiko infeksi bd adanya Persalinan sesar
prosedur infasif ggn pertukaran
gas

Fetal distress

1. Ketidakefektifan
resiko cidera koping bd komplikasi
Hipoksia fetal persalinan
terhadap janin
2. -Nyeri akut
7. Komplikasi dan Prognosis

1. Pada Ibu

Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban

menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan

menginvasi desidua  serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan

sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan

akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus

dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi

merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus

lama (Chuningham dkk, 2005). Komplikasi lain seperti laserasi jalan lahir,

ruptura uretri, atonia uretri dapat terjadi akibat upaya menyelamatkan janin.

2. Pada janin

a. Gawat janin

Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh

oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:

1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari

160x/menit.

2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari

10x/hari).

3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan, atau tali

pusat pulsasinya lemah, maka prognosis janin akan memburuk

(Prawirohardjo, 2012)
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan

ketrampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang

terkoordinasidan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau

patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).

8. Prognosis

Prognosisnya baik apabila diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat sesuai

klasifikasi prolaps, memburuk jika prolaps tidak segera diketahui dan ditangani

sehingga menyebabkan hipoksia pada bayi sehingga bayi mati dalam

kandungan. Kematian perinatal sekitar 20%-30% pada janin, prognosis janin

akan membaik dengan sectio caesar (Prawirohardjo,2012)

9. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus prolaps tali pusat, pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:

a. Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar atau gestasi

multiple.

b. Pemeriksaan vagina  menunjukkan perubahan posisi tali pusat, dapat terlihat

dari vagina, teraba secara kebetulan, auskultasi terdengar jantung janin.

c. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut  jantung janin atau

monitoring DJJ.

d. Ultrasound atau pelvimetri sinar-x, mengevaluasi arsitektur pelvis,

presentasi janin, posisi dan formasi.

10. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan tali pusat adalah sebagai berikut:

1. Tali pusat berdenyut


a. Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.

b. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau nasal kanul

c. Posisi ibu knee chest, trendelenberg atau posisi sim (Prawirohardjo, 2012)

d. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.

e. Jika ibu pada persalinan kala I : 

1) Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan tangan

kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas,

sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.

2) Tangan yang lain menahan bagian terendah di supra pubis dan evaluasi

keberhasilan reposisi.

3) Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga

panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan tangan tetap diatas

abdomen sampai dilakukan sesio cesarea.

4) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara berlahan

untuk mengurangi kontraksi rahim.

5) Segera lakukan sectio caesaria.

f. Jika ibu pada persalinan kala II :

1) Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi

vakum atau ekstraksi cunam/forseps.

2) Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau

kaki,dan gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala

yang menyusul.

3) Jika letak lintang, siapkan segera sectio caesaria.


4) Siapkan segera resusitasi neonatus.

2. Tali pusat tidak berdenyut

Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah

tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi secara normal tanpa

mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan

keluarganya tentang apa yang terjadi serta tindakan apa yang akan dilakukan.

3. Polindes

a. Lakukan pemeriksaan dalam bila ketuban sudah pecah dan bagian

terbawah janin belum turun

b. Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau tidak dengan

meletakkan tali pusat diantara 2 jari.

c. Lakukan reposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terendah janin

memasuki rongga panggul, dengan menekan fundus uteri dan usahakan

segera persalinan pervaginam.

d. Suntikkan terbutalin 0,25 mg subkutan.

e. Dorong ke atas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke Puskesmas/RS.

4. Puskesmas

a. Penanganan sama seperti di atas.

b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin dilaksanakan, segera rujuk ke

Rumah sakit.

5. Rumah Sakit.

a. Lakukan evaluasi atau penanganan seperti pada manajemen medik.


b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi, segera lakukan sectio

caesaria.

Penatalaksanan tali pusat bedasarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Prolaps tali pusat menumbung (prolapsus funikuli )

a. Posisiskan ibu pada posisi kneechest. Jika mampu kembalikan tali pusat ke

dalam vagina menggunakan tekanan ke atas menghadap bagian presentasi

untuk mengangkat janin jauh dari prolaps tali pusat. Hal ini dapat dilakukan

secara manual (bersarung tangan steril/2 jari mendorong ke atas terhadap

bagian presentasi atau sekali bagian presentasi di atas pinggir panggul,

menggunakan tekanan suprapubik terus menerus dalam arah ke atas).

b. Jika tali pusat tidak dapat dimasukkan ke dalam vagina, hindari memegang tali

pusat yang berada di luar vagina, karena hal ini menyebabkan vasospasme.

c. tutupi tali pusat dengan kasa steril lembab yang dibasahi normal salin hangat

untuk menjaga agar tidak kering dan dingin.

d. Lanjutkan ke bagian darurat caesar sesegera mungkin.

e. Jika tersedia, memberikan terbutaline 0,25 mg subkutan untuk mengurangi

kontraksi ketika terdapat kelainan denyut jantung janin.

2. Prolaps occult

a. Tempatkan ibu dalam posisi lateral ataupun kneechest.

b. Jika denyut jantung janin normal, berikan ibu O2 dan denyut jantung janin

serta pulsasi tali pusat yang terus dipantau.

c. Jika denyut jantung janin tetap normal, persiapkan operasi Caesar yang cepat.
d. persalinan normal hanya dapat dilakukan jika waktu persalinan sudah dekat,

serviks sepenuhnya melebar dan tidak ada kontra-indikasi.

3. Prolaps terkemuka

Penangannya sama seperti prolaps occult. Pantau denyut jantung janian serta

pulsasi tali pusat sambil mempersiapkan persalinan baik normal jika tidak ada

kontra indikasi maupun caesar.

11. Pencegahan

Prolaps tali pusat tidak dapat dicegah, tetapi komplikasi janin

selanjutnya telah terbukti sering dapat dicegah, dengan penurunan yang

signifikan dalam morbiditas dan mortalitas janin bila kondisi ini ditangani

dengan segera dan tepat.


BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat kehamilan (GPA)
c. Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum.
d. Pemeriksaan khusus :
a. Kepala :
 Rambut : Kebersihan kulit kepala
 Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
 Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
 Hidung : Kebersihan→sekret ada atau tidak, sinus paranasal membesar atau
tidak.
 Mulut : Kebersihan→mukosa mulut merah atau tidak, gigi berlubang atau
tidak.
 Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
 Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
b. Toraks :
 Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara ada striae
dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak, serta puting
susu menonjol datar atau terbenam.
 Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
 Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks
c. Abdomen :
 Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau
tidak.
 Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
 Auskultasi : DJJ normal tidak.
d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
e. Pemeriksaan vaginal toucher
f. Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasentaatau melalui tali
pusat (prolaps).
2. Ketakutan dan kecemasan b/d situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu atau
janin.
3. Resiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu.
4. Koping individu inefektif b/d komplikasi persalinan.
5. Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.

3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke
plasentaatau melalui tali pusat (prolaps).
Tujuan : Pertukaran gas pada janin efektif.
Hasil yang yang diharapkan menunjukan DJJ pada batas normal,
memanifestasikan variabilitas pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat.
Intervensi :
1. Perhatikan maturasi janin berdasarkan riwayat ibu dan pengukuran uterus.
R/ : Usia gestasi janin, harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi
persalinan.
2. Lakukan manuver Leupold dan pemeriksaan vaginal steril, perhatikan
presentasi dan posisi janin.
R/ : Menentukan kelainan pada letak janin apakah persentasi verteks, persentasi
bokong dan lain –lain.
3. Posisikan ibu telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu
yang dipotong dengan bantal.
R/ : Membantu mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk
mengevaluasi pola kontraksi dan irama jantung janin.
4. Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhhi
sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin.
R/ : Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan
ketersediaan oksigenuntuk janin.
5. Gunakan EFM (electric fetal monitoring) 15- 20 menit sebelum prosedur
induksi.
R/ : Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian dasar DJJ
dan aktivitas uterus.
6. Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut deselerasi selama
dan setelah kontraksi.
R/ : Distres janin dapat terjadi karena hipoksia,mungkin dimanifestasikan
dengan penurunan viabilitas,daselerasi lambat,dan takikardi yang diikuti
dengan brakikadi.
7. Perhatikan adanya adanya deselerasi perubahan posisi ibu dari sisi ke sisi .
R/ : Komperesi tali pusat di antara jalan lahir dan bagian presentasi dapat
dihilangkan dengan perubahan posisi.
8. Perhatikan warna dan jumblah cairan aminon bila ketuban pecah.
R/ : Distres janin pada presentasi verteks dimanifesasikan dengan kandungan
mekonim yang mrupakan akibat dari respons vegal pada hipoksia.
9. Keji reaksi DJJ terhadap kontraksi,perhatikan beradikardi atau deselerasi
lambat.
R/ : Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipiksia.Rentang normal DJJ adalah 120 – 160 kali permenit.
10. Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban.
R/ : Pada keadaan prolaps tali pusat dan tidak adanya dilatasi serviks
penuh,mungkin diperlukan kelahiran seksio caeserea.
11. Pantau respons janung janin untuk obat praopresi atau anestesi regional.
R/ : Narkotik biasanya menurunkan viabilitas DJJ dan memerlukan pemberian
naloksos (narcan) setelah melahirkan untukmemperbaiki depresi pernapasan
akibat narkotik.Hipontesi maternal pada respons terhadap anestesi secara
umum menyebabkan bradikardi janin sementara.
Kolaborasi.
12. Tinjau ulang hasil USG dan aminiosintesis,pelvimentri,dan rasio L/S.
R/ : Menentukan usia janin dan presentasi membantu mengidentfikasi
kebutuhan janin/neonatallain selama dan setelah kelahiran.
13. Bantu sesuai dengan kebutan dalam penggunaan elektroda janin internal
R/ : Elektroda janin internal harus digunakan untuk observasi lebih
akurat,khususnya ada tanda-tanda disters janin dan mekonium.
14. Izinkan ibu berkemih sebelum pemberian oksitoksin dan sebelum penggunaan
elektroda janin.
R/ : Kandung kemih penuh dapat menganggu posisi janin dan penempatan
pemantau.
15. Bantu dokter dengan meninggikan verteks bila diperlukan.
R/ : Perubahan posisi dapat menghilangakan tekanan pada tali pusat.
16. Siapkan dokter dan perawat.Perawat intensif neonatal pada ruang melahirkan
untuk jadwal dan kelahiran secara darurat .
R/ : Bayi mungkin belum cukup bulan (preterm)atau dapat mengalami
perubahan respons karena kondisi dasar maternal atau perubahan proses
kelahiran memerlukan perawatan segera atau resistensi.

Diagnosa 2 : Ketakutan/ kecemasan b/d situasi atau ancaman yangdirasakan


oleh ibu
Intervensi :
1. Diskusikansituasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
R/ : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2. Pantau respon verbal dan non verbal klien/ pasangan.
R/ : Menandakan rasa cemas yang sedang dialami klien/ pasangan/ keluarga.
3. Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan
sebanyak mungkin.
R/ : Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi,
sehingga dapat menurunkan rasa cemas.
4. Dengarkan masalah klien secara aktif.
R/ : Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri.
5. Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala.
R/ : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan
rasa kontrol terhadap situasi.
6. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan
klienuntuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur.
R/ : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi
dengan lebih efektif. Informasi tertulis memungkinkan klien untuk meninjau
ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi
informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih
baik serta menurunkan rasa cemas.
Diagnosis 3: Risiko cedera janin yang berhubungan dengan hipoksida janin dan
abnormalitas pelvis ibu
Tujuan :Cedera pada janin tidak terjadi .
Kriteria hasil: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang
baik,ibu berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan
\atau menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi.
Intervensi :
1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik ,prhatikan variabilitas perubahan periodik
dan frekuensi dasar .
R/: Untuk mendeteksi respons abnormal seperti variabilitas yang dilebihkan
bradikardi dan takikardi yang mungkin di sebabkan oleh stres
,hipoksida,asidosis,atau sepsis
2. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia.
R/: Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi >50
mmHg menurunkan atau menggangu oksigenasi
3. Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi,asidosis,dan ansietas.
R/: Kadang kadang prosedur sederhana meningkatkan sirkulasi darah juga
oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksida
janin .
4. Observasi terhadap prolaps tali pusat sama atau dapat dilihat bila pecah ketuban
khususnya pada janin presentasi bokong .
R/: Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi pada presentasi bokong karena bagian
presentasi tidak menonjol keluar juga tidak secara total memblok tulang seperti
pada presentasi verteks.
5. Perhatikan bau dan perubahan warna cairan aminion pada pecah ketubn
lama.Dapatkan kultur bila temuan obnormal.
R/ : Infeksi asendens dan spesis disertai dengan takikardi dapat tarjadi pada pada
pecah ketuban lama.

Kolaborasi
a. Perhatikan konfresi kontraksi uterus.Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau
kurang
R/ : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan
oksigenasi adekuat.
b. Kaji malposisi dengan menggunakan manuver leoplod dan temuan pemeriksaan
internal.Tinjau ulang hasil USG.
R/ : Menentukan baringan janin,posisi dan presenatsi dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
c. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi.
R/ : Resiko cedera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan pervaginam
bila presentasi selain perteks.
d. Berikan anti biotik pada ibu sesuai indikasi.
R/ : Mencegah atau mengatasi infeksi asendens dan akan melindungi janin juga.
e. Siapkan untuk kelahiran secara cesarea bila presentasi bokong terjadi,janin gagal
urunkemajuan persalinan berhenti.
R/ : Melahirkan pervaginam dari bokong dihubungkan dengan cedera pada
vertebra janin ,sutua otak,klavikuladan meningkan mortalitas dan morbiditas
janin. Risiko hipoksia karena stimulasi vegina lama dapat dicegah dan intervensi
bedah segera dilakukan.
Diagnosa 4 : Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.
Intervesi :
1. Lakukanpemeriksaan vagina awal
R/ : Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam infeksi saluran asendens.
2. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat.
R/ : Menurunkan resiko yang memerlukan/ menyebarkan agen.
3. Gunakan tekhnik aseptik selama pemeriksaan vagina.
R/ : Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari
pencapaian ke vagina.
4. Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.
R/ : Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau
dapat dideteksi.
5. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih sesuai indikasi.
R/ : Dalam 1 jam setelah membran ruptur, insiden koriamnionitis meningkat secara
progresif sesuai waktu ditunjukan dengan peningkatan tanda- tanda vital dan
leukosit.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Sodikin. 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.

Stright, Barbara R. 2004. Panduan Belajar: Keprerawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.

Jakarta: EGC.

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBBSP.

https://id.scribd.com/doc/307881440/Askep-Prolaps-Tali-Pusat-Rusmiati ( diakses

tanggal 19 Agustus 2020 / 19 : 00)

https://id.scribd.com/doc/84878321/Askep-Pd-Klien-Dgn-Prolaps-Tali-Pusat

( diakses tanggal 20 Agustus 2020 / 12 : 30 )

Anda mungkin juga menyukai