DISUSUN OLEH :
CHOIRIYAH FITRIANI
2010.01.079
ANATOMI
Tali pusat terbentuk dari body stalk sebagai penghubung antara janin dengan plasenta.
Tali pusat berasal dari yolk sack dan allantoins. Pada umur 5 minggu yolk sack mulai terbentuk
untuk memberikan nutrisi bagi janin.
Anatomi tali pusat :
1. Panjangnya sekitar 35-70 cm, diameter 1,5 cm.
a) Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang
2cm.
b) Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika
interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
Tali pusat terdiri:
1) satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus
Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior. Fungsinya : memberikan oksigen dan
nutrisi dari ibu ke janin.
2) Terbungkus oleh jelly Wharton sehingga terlindung dari kemungkinan kompresi yang
akan mengganggu aliran darah dari dan menuju janin melalui retroplasenta sirkulasi. Tali
pusat lebih panjang sehingga tampak berliku-liku dalam jelly Wharton.
Keberadaan tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :
Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori yang cukup
untuk tumbuh kembang di dalam rahim.
Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak
sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali
pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.
1. Definisi
Prolaps Tali Pusat adalah keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan
diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu.
( Maternal Invant Health, hal 68)
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin
dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah.
(Mansjoer Arif, 2000, hal.308)
Talipusat dapat berada dalam vagina ( occult prolapse ) atau berada diluar vagina (di
perineum) seperti terlihat pada gambar dibawah :
5. manifestasi klinis
Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.
Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih sempit dari
vagina.
Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan
antara bagian presentase dan tulang panggul.
Bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
Hipoksia Janin
6. pemeriksaan penunjang
Jika tali pusat dapat diraba pada pemeriksaan vagina, harus dicari pulsasinya dan bunyi
jantung janin diperiksa untuk menentukan apakah masih rentang normal atau menunjukkan
takikardia atau bradikardia. Bunyi jantung normalnya 120-140x per menit.
Gambaran CTG seperti ini merupakan indikasi untuk melakukan vaginal toucher untuk melihat
kemungkinan adanya prolapsus talipusat
Pada beberapa keadaan diagnosa sangat mudah ditegakkan yaitu dengan terlihatnya tali pusat di
luar vagina, namun dugaan diagnosa yang mendorong perlunya dilakukan pemeriksaan VT
adalah adanya gambaran CTG yang sangat mencurigakan diatas.
Sangat dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan adanya prolapsus tali pusat pasca melakukan
tindakan amniotomi
7. Penatalaksanaan
Prolapsus tali pusat merupakan suatu keadaan darurat yang membutuhkan intervensi segera
untuk memastikan oksigenasi ke fetus.
a.
Seksio Cesarea
Jaga agar tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh bagian terendah
janin.Untuk hal ini pasien dalam posisi trendelenberg.masukkan satu tangan ke dalam
vagina untuk mencegah turunnya bagian terendah di dalam rongga panggul.
Jika reposisi berhasil,tekan fundus uteri agar bagian terdepan / terbawah janin
turun.Kalau perlu berikan oksitoksin drips dan tunggu partus spontan. Jika reposisi
tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi terndelenberg atau posisi sims dengan bantal diletakkan
dibawah perut atau pinggul ibu dan segera untuk dilakukan seksio cesarea dengan
tangan tetap dipertahankan dalam vagina sampai bayi lahir.
b.
Presentasi bokong / kaki : reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervagina
dengan segera.. Jika reposisi gagal,lakukan dengan ekstraksi bokong atau dengan
seksio cesarea.
8. komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks
dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini
harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi
merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama(Chuningham dkk, 2005).
2. Pada janin
a. Gawat janin
Distres janin sehingga bisa mengakibatkan bayi mati.
Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen
yang cukup, terjadi hipoksia.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x /
menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi lahir
dengan letak kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan
motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasi dan terarah) akibat
dari rusaknya otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk,
2005).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT
1. PENGKAJIAN
Ketika kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering
dan perhatian yang ketat terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian
awal. Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar
dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 1015 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps
tali pusat.
1. Aktivitas atau istirahat :
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.
2. Sirkulasi:
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi
dari ibu ketali pusat.
3. Eliminasi:
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
4. Integritas ego:
Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
5. Keamanan:
1)
Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
2)
Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak
lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil
6. Seksualitas
1) Dapat primigravida atau multipara
2) Uterus dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple, janin yang besar
atau grand multpara
7. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala :
Rambut : Kebersihan kulit kepala
Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
Hidung : Kebersihansekret ada atau tidak, sinus paranasal membesar
atau tidak.
Mulut : Kebersihanmukosa mulut merah atau tidak, gigi berlubang
b.
c.
d.
e.
atau tidak.
Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
Toraks :
Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara adastriae dan linea
atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak,serta puting susu menonjol datar
atau terbenam.
Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks
Abdomen :
Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
Auskultasi : DJJ normal tidak.
Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
Pemeriksan diagnostik
1. Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi multipara
2. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat
3. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monotoring DJJ
4. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi
dan formasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan sirkulasi darah ke plasenta atau melalui tali pusat
(prolaps).
2) Resiko cedera terhadap janin b.d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu.
3) Resiko infeksi b.d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.
4) Gangguan perfusi jaringan b.d hipoksia janin
5) Berduka (kematian) b.d sirkulasi plasenta menurun
6) Ansietas b.d masa (tali pusat) keluar
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b/d perubahan sirkulasi darah ke plasenta atau
melalui tali pusat (prolaps).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pertukaran
gas pada janin dapat teratasi.
KH : menunjukan DJJ pada batas normal,memanifestasikan variabilitas pada strip
pemantau, bebas dari deselerasi lambat.
Intervensi
1. Perhatikan maturasi janin berdasarkan
riwayat ibu dan pengukuran uterus.
2. Lakukan manuver Leupold dan
pemeriksaan vaginal steril, perhatikan
presentasidan posisi janin.
3. Posisikan ibu telentang dengan bagian
kepala ibu lebih rendah dari panggul
ibuyang dipotong dengan bantal.
4. Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor
yang secara negatif mempengaruhi
sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin.
5. Gunakan EFM (electric fetal monitoring)
15- 20 menit sebelum prosedur induksi.
6. Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan
perubahan denyut deselerasi selama
dansetelah kontraksi.
Rasional
1. Usia gestasi janin, harus 36 minggu atau
lebih untuk dilakukan induksi persalinan.
2. Menentukan kelainan pada letak janin
apakah persentasi verteks, persentasi
bokong dan lain-lain.
3. Membantu mendapatkan strip
pemantauan janin eksternal adekuat
untuk mengevaluasi pola kontraksi dan
irama jantung janin.
4. Penurunan volume sirkulasi atau
vasospasme dalam plasenta menurunkan
ketersediaan oksigen untuk janin.
5. Menentukan kesejahteraan janin dan
memberikan pengkajian dasar DJJ dan
aktivitas uterus.
6. Distres janin dapat terjadi karena
hipoksia, mungkin dimanifestasikan
dengan penurunan viabilitas,daselerasi
lambat,dan takikardi yang diikuti
denganbrakikadi.
7. Komperesi tali pusat di antara jalan lahir
dan bagian presentasi dapatdihilangkan
dengan perubahan posisi.
8. Distres janin pada presentasi verteks
dimanifesasikan dengan kandungan
mekonim yang mrupakan akibat dari
respons vegal pada hipoksia.
9. Pengkajian yang tepat perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya hipoksia.
Rentang normal DJJ adalah 120-160 kali
permenit.
10. Pada keadaan prolaps tali pusat dan
tidak adanya dilatasi serviks
penuh,mungkin diperlukan kelahiran
seksio caeserea.
11. Narkotik biasanya menurunkan
viabilitas DJJ dan memerlukan
pemberian naloksos (narcan) setelah
Kolaborasi
12.Tinjau ulang hasil USG dan
aminiosintesis, pelvimentri, dan rasio
L/S.
12.
Menentukan usia janin dan
presentasi membantu
13.Bantu sesuai dengan kebutan dalam
mengidentfikasikebutuhan
penggunaan elektroda janin internal
janin/neonatallain selama dan setelah
kelahiran.
13.
Elektroda janin internal harus
14.Izinkan ibu berkemih sebelum pemberian
digunakan untuk observasi lebih
oksitoksin dan sebelum penggunaan
akurat,khususnya ada tanda-tanda disters
elektroda janin.
janin dan mekonium
14.
Kandung kemih penuh dapat
menganggu posisi janin dan penempatan
pemantau
Diagnosa 2 : Resiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperwawatan selama 1x24 jam,diharapkan Cedera
pada janin tidak terjadi .
KH: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu
berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan
faktor resiko yang teridentifikasi.
Intervensi
1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik,
perhatikan variabilitas perubahan
periodik dan frekuensi dasar
Rasional
1. Untuk mendeteksi respons abnormal
seperti variabilitas yang dilebihkan
bradikardi dan takikardi yang mungkin di
sebabkan oleh stres, hipoksida, asidosis,
atau sepsis
2. Tekanan istirahat lebih besar dari 30
mmHg atau tekanan kontraksi >50mmHg
menurunkan atau menggangu oksigenasi
3. Kadang kadang prosedur sederhana
meningkatkan sirkulasi darah juga
oksigen ke uterus dan plasenta serta
dapat mencegah atau memperbaiki
1.
2.
3.
4.
hipoksida janin.
4. Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi
pada presentasi bokong karena bagian
presentasi tidak menonjol keluar juga
tidak secara total memblok tulang seperti
pada presentasi verteks.
5. Perhatikan bau dan perubahan warna
cairan aminion pada pecah ketuban lama.
Diagnosa 3 : Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 2x24 jam, diharapkan resiko
infeksi tidak terjadi
KH : Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu
berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan
faktor resiko infeksi.
Intervensi
Rasional
Lakukan pemeriksaan vagina awal
1. Pengulangan pemeriksaan vagina
berperan dalam infeksi saluran asendens.
Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik 2. Menurunkan resiko yang memerlukan/
menyebarkan agen.
dan tepat.
Gunakan tekhnik aseptik selama
3. Membantu mencegah pertumbuhan
pemeriksaan vagina.
bakteri, membatasi kontaminasi dari
pencapaian ke vagina.
Pantau dan gambarkan karakter cairan
4. Pada infeksi, cairan amniotik menjadi
amniotik.
5. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel
darah putih sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA