Anda di halaman 1dari 17

Laporan pendahuluan

PROLAPS UMBILICAL CORD


DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Virnia Nourma S, S.Kep

DISUSUN OLEH :
CHOIRIYAH FITRIANI
2010.01.079

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN S-1 KEPERAWATAN


HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2012

ANATOMI
Tali pusat terbentuk dari body stalk sebagai penghubung antara janin dengan plasenta.
Tali pusat berasal dari yolk sack dan allantoins. Pada umur 5 minggu yolk sack mulai terbentuk
untuk memberikan nutrisi bagi janin.
Anatomi tali pusat :
1. Panjangnya sekitar 35-70 cm, diameter 1,5 cm.
a) Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang
2cm.
b) Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika
interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
Tali pusat terdiri:
1) satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus
Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior. Fungsinya : memberikan oksigen dan
nutrisi dari ibu ke janin.
2) Terbungkus oleh jelly Wharton sehingga terlindung dari kemungkinan kompresi yang
akan mengganggu aliran darah dari dan menuju janin melalui retroplasenta sirkulasi. Tali
pusat lebih panjang sehingga tampak berliku-liku dalam jelly Wharton.
Keberadaan tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :
Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori yang cukup
untuk tumbuh kembang di dalam rahim.
Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak
sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali
pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.
1. Definisi
Prolaps Tali Pusat adalah keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan
diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu.
( Maternal Invant Health, hal 68)
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin
dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah.
(Mansjoer Arif, 2000, hal.308)
Talipusat dapat berada dalam vagina ( occult prolapse ) atau berada diluar vagina (di
perineum) seperti terlihat pada gambar dibawah :

Prolapsus talipusat melalui dilatasi servik yang masih belum lengkap


Prolaps umbilical cord dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada dibawah bagian terendah janin dan ketuban
masih intak.
Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke
serviks, dan turun ke vagina.
Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) secara langsung tidak mempengaruhi keadaan
ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin karena tali pusat dapat tertekan antara bagian
depan janin dan dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya
terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian
terendah janin dengan jalan lahir dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada
tali pusat terdepan atau tali pusat terkemuka, sebelum terdepan ketuban pecah, ancaman
terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin
sangat besar.
Occult prolapsed ( tali pusat tersembunyi ) adalah keadaan dimana tali pusat terletak di
samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan
vagina
Tali pusat lebih mungkin mengalami prolapsus jika ada sesuatu yang mencegah bagian
presentasi janin di segmen bawah uterus atau penurunannya ke dalam panggul ibu.
Presentasi tali pusat dan tali pusat tersembunyi jarang terdiagnosis, sehingga memerlukan
pemeriksaan yang teliti. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada semua kasus persalinan,
seperti pada persalinan preterm atau jika terdapat malpresentasi atau malposisi janin.

Gambar 2. Tali pusat terkemuka

Gambar 1. Tali pusat menumbung (Prolapsus funikuli)

Gambar 3. Occult Prolapse ( tali pusat tersembunyi )

Gambar 4. Letak tali pusat normal

Gambar 5. Prolapsus tali pusat


2. Insiden
Insiden teerjadinya prolapse tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung
kira-kira 1 : 2000 kelahiran, tetapi insiden dari tali pusat tersembunyi 50% tidak diketahui. Myles
melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolapse tali
pusat berkisar antara 0,3% - 0,6% persalinan. Keadaan prolapse tali pusat lebih mungkin terjadi
pada malpresentasi atau malposisi janin, antara lain : presentasi kepala (0,5%), letak sungsang
(5%),presentasi kaki (15%), dan letak lintang (20%). Prolapse ttali pusat juga sering terjadi jika
tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Mortalitas terjadinya tali pusat menumbung
pada janin sekitar 11-17%. Penjepitan dan tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin terutama
kepala menyebabkan gangguan fungsi sirkulasi uteroplasenta yang membuat janin kekurangan

oksigen (hipoksia) dan menimbulkan kematian. (Mochtar,1998; Wiknjosastro, 2007; Yusuf,


2010).
Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut :
Angka kematian untuk bayi premature dengan prolapse tali pusat hamper 4 kali lebih
tinggi dari pada bayi aterm
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya cairan amnion
yang terwarnai oleh meconium, atau tali pusat pulasasinay lemah, maka prognosis janin
lemah
Jarak antara terjadinya prolapse dan persalinan merupakan factor yang paling kritis untuk
janin hidup
Angka kematian janin pada prolapse tali pusat yang letaknya sungsang atau lintang sama
tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapuskan perkiraan bahwa pada kedua
letak janin yang abnormal tekanan pada tali pusatnya tidak kuat.
(Sarwono prawirohardjo, 2008)
3. Etiologi
Setiap factor yang mengganggu adaptasi bagian terendah janin dengan pintu atas panggul
akan memberi kecenderungan (predisposisi) terjadinya prolapse tali pusat. Beberapa predisposisi
tersebut (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2007), sebagai berikut :
1. Presentasi atau letak janin yang tidak normal seperti letak lintang terutama pada
a) punggung janin di fundus
b) letak sungsang
c) presentasi muka atau dahi, dan presentasi ganda.
Keadaan-keadaan tersebut biasanya dapat membuat jalan lahir tidak terisi penuh,
sehingga memudahkan timbulnya prolapse tali pusat.
2. Keadaan dimana presentasi janin masih tinggi atau belum masuk PAP, seperti pada
multiparitas, prematuritas dan panggul sempit.
3. Polihidramnion, dimana air ketuban lebih banyak dari normal sehingga sewaktu ketuban
pecah, air ketuban keluar sering disertai prolapse tali pusat.
4. Kehamilan ganda, prolaps tali pusat sering terjadi saat melahirkan bayi yang kedua
5. Ada kelainan pada tali pusat seperti tali pusat yang panjang atau insersi tali pusat di tepi
plasenta bagian yang terendah.
6. Kondisi obstetri dimana pintu atas panggul tidak sepenuhnya ditempati dengan bagian
terendah janin (presentasi) akan memudahkan terjadinya prolapsus tali.
7. Prematuritas, Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah
satunya disebabkan karena bayi yang kecil.
4. patofisiologi
Terlampir

5. manifestasi klinis
Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.
Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih sempit dari
vagina.
Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan
antara bagian presentase dan tulang panggul.
Bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
Hipoksia Janin
6. pemeriksaan penunjang
Jika tali pusat dapat diraba pada pemeriksaan vagina, harus dicari pulsasinya dan bunyi
jantung janin diperiksa untuk menentukan apakah masih rentang normal atau menunjukkan
takikardia atau bradikardia. Bunyi jantung normalnya 120-140x per menit.

Gambar 7. Prolapsus tali pusat pada pemeriksaan ultrasonografi


Diagnosis prolapsus tali pusat ditegakkan jika pada pemeriksaan dalam teraba tali pusat yang
berdenyut pada pemeriksaan vagina atau jika tali pusat tampak keluar dari vagina, namun
adakalanya hal ini tidak teraba pada pemeriksaan dalam yang disebut occult prolapse / tali pusat
tersembunyi. Selain itu prolapsus tali pusat harus dicurigai bila bunyi jantung janin menjadi tidak
teratur disertai dengan periodik bradikardi atau takikardi dengan durasi bervariasi. Diagnosis
pasti juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) obstetri.
Dua masalah utama yang terjadi pada tali pusat dan keduanya akan menyebabkan terhentinya
aliran darah pada tali pusat dan kematian janin.
1. Talipusat terjepit antara bagian terndah janin dengan panggul ibu
2. Spasme pembuluh darah talipusat akibat suhu dingin diluar tubuh ibu

Pemeriksaan cardiotocography selalu memperlihatkan gambaran gawat janin dalam bentuk


deselerasi lambat yang sangat dalam atau deselerasi berkepanjangan tunggal seperti terlihat pada
gambar dibawah:

Gambaran CTG seperti ini merupakan indikasi untuk melakukan vaginal toucher untuk melihat
kemungkinan adanya prolapsus talipusat
Pada beberapa keadaan diagnosa sangat mudah ditegakkan yaitu dengan terlihatnya tali pusat di
luar vagina, namun dugaan diagnosa yang mendorong perlunya dilakukan pemeriksaan VT
adalah adanya gambaran CTG yang sangat mencurigakan diatas.
Sangat dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan adanya prolapsus tali pusat pasca melakukan
tindakan amniotomi
7. Penatalaksanaan
Prolapsus tali pusat merupakan suatu keadaan darurat yang membutuhkan intervensi segera
untuk memastikan oksigenasi ke fetus.
a.

Jika pembukaan belum lengkap.


Tindakan yang dapat dilakukan:

Reposisi Tali Pusat.


Bila tali pusat masih berdenyut namun pembukaan belum lengkap, dapat dilakukan
reposisi tali pusat. Masukkan gumpalan kain kasa tebal ke dalam jalan lahir, lilitkan
dengan hati-hati ke tali pusat kemudian dorong seluruhnya perlahan-lahan ke kavum
uteri di atas bagian terendah janin.Tindakan ini lebih mudah bila ibu dalam posisis
trendelenberg.

Seksio Cesarea

Jaga agar tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh bagian terendah
janin.Untuk hal ini pasien dalam posisi trendelenberg.masukkan satu tangan ke dalam
vagina untuk mencegah turunnya bagian terendah di dalam rongga panggul.
Jika reposisi berhasil,tekan fundus uteri agar bagian terdepan / terbawah janin
turun.Kalau perlu berikan oksitoksin drips dan tunggu partus spontan. Jika reposisi
tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi terndelenberg atau posisi sims dengan bantal diletakkan
dibawah perut atau pinggul ibu dan segera untuk dilakukan seksio cesarea dengan
tangan tetap dipertahankan dalam vagina sampai bayi lahir.
b.

Jika pembukaan sudah lengkap


Jika pembukaan sudah lengkap,maka persalinan harus segera diselesaikan sesuai dengan
presentasi janin.

Presentasi kepala: pimpin mengedan dan ekstraksi vakum.Bila janin mati,biarkan


terjadi partus spontan

Presentasi bokong / kaki : reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervagina
dengan segera.. Jika reposisi gagal,lakukan dengan ekstraksi bokong atau dengan
seksio cesarea.

Letak melintang : pertahankan posisi trendelenberg,dorong bahu janin ke atas dan


lakukan seksio cesarea.

8. komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks
dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini
harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi
merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama(Chuningham dkk, 2005).
2. Pada janin
a. Gawat janin
Distres janin sehingga bisa mengakibatkan bayi mati.
Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen
yang cukup, terjadi hipoksia.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x /
menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi lahir
dengan letak kepala).

b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan
motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasi dan terarah) akibat
dari rusaknya otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk,
2005).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT
1. PENGKAJIAN
Ketika kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering
dan perhatian yang ketat terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian
awal. Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar
dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 1015 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps
tali pusat.
1. Aktivitas atau istirahat :
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.
2. Sirkulasi:
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi
dari ibu ketali pusat.
3. Eliminasi:
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
4. Integritas ego:
Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
5. Keamanan:
1)
Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
2)
Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak
lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil
6. Seksualitas
1) Dapat primigravida atau multipara
2) Uterus dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple, janin yang besar
atau grand multpara
7. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala :
Rambut : Kebersihan kulit kepala
Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
Hidung : Kebersihansekret ada atau tidak, sinus paranasal membesar
atau tidak.
Mulut : Kebersihanmukosa mulut merah atau tidak, gigi berlubang

b.

c.

d.
e.

atau tidak.
Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
Toraks :
Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara adastriae dan linea
atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak,serta puting susu menonjol datar
atau terbenam.
Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks
Abdomen :
Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
Auskultasi : DJJ normal tidak.
Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.

Pemeriksan diagnostik
1. Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi multipara
2. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat
3. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monotoring DJJ
4. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi
dan formasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan sirkulasi darah ke plasenta atau melalui tali pusat
(prolaps).
2) Resiko cedera terhadap janin b.d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu.
3) Resiko infeksi b.d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.
4) Gangguan perfusi jaringan b.d hipoksia janin
5) Berduka (kematian) b.d sirkulasi plasenta menurun
6) Ansietas b.d masa (tali pusat) keluar
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b/d perubahan sirkulasi darah ke plasenta atau
melalui tali pusat (prolaps).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pertukaran
gas pada janin dapat teratasi.
KH : menunjukan DJJ pada batas normal,memanifestasikan variabilitas pada strip
pemantau, bebas dari deselerasi lambat.

Intervensi
1. Perhatikan maturasi janin berdasarkan
riwayat ibu dan pengukuran uterus.
2. Lakukan manuver Leupold dan
pemeriksaan vaginal steril, perhatikan
presentasidan posisi janin.
3. Posisikan ibu telentang dengan bagian
kepala ibu lebih rendah dari panggul
ibuyang dipotong dengan bantal.
4. Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor
yang secara negatif mempengaruhi
sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin.
5. Gunakan EFM (electric fetal monitoring)
15- 20 menit sebelum prosedur induksi.
6. Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan
perubahan denyut deselerasi selama
dansetelah kontraksi.

7. Perhatikan adanya adanya deselerasi


perubahan posisi ibu dari sisi ke sisi .
8. Perhatikan warna dan jumlah cairan
aminon bila ketuban pecah.

9. Kaji reaksi DJJ terhadap kontraksi,


perhatikan beradikardi atau deselerasi
lambat.
10.Auskultasi jantung janin bila pecah
ketuban.
11. Pantau respon janung janin untuk obat
praopresi atau anestesi regional.

Rasional
1. Usia gestasi janin, harus 36 minggu atau
lebih untuk dilakukan induksi persalinan.
2. Menentukan kelainan pada letak janin
apakah persentasi verteks, persentasi
bokong dan lain-lain.
3. Membantu mendapatkan strip
pemantauan janin eksternal adekuat
untuk mengevaluasi pola kontraksi dan
irama jantung janin.
4. Penurunan volume sirkulasi atau
vasospasme dalam plasenta menurunkan
ketersediaan oksigen untuk janin.
5. Menentukan kesejahteraan janin dan
memberikan pengkajian dasar DJJ dan
aktivitas uterus.
6. Distres janin dapat terjadi karena
hipoksia, mungkin dimanifestasikan
dengan penurunan viabilitas,daselerasi
lambat,dan takikardi yang diikuti
denganbrakikadi.
7. Komperesi tali pusat di antara jalan lahir
dan bagian presentasi dapatdihilangkan
dengan perubahan posisi.
8. Distres janin pada presentasi verteks
dimanifesasikan dengan kandungan
mekonim yang mrupakan akibat dari
respons vegal pada hipoksia.
9. Pengkajian yang tepat perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya hipoksia.
Rentang normal DJJ adalah 120-160 kali
permenit.
10. Pada keadaan prolaps tali pusat dan
tidak adanya dilatasi serviks
penuh,mungkin diperlukan kelahiran
seksio caeserea.
11. Narkotik biasanya menurunkan
viabilitas DJJ dan memerlukan
pemberian naloksos (narcan) setelah

Kolaborasi
12.Tinjau ulang hasil USG dan
aminiosintesis, pelvimentri, dan rasio
L/S.

melahirkan untuk memperbaiki depresi


pernapasanakibat narkotik. Hipontesi
maternal pada respons terhadap anestesi
secara umum menyebabkan bradikardi
janin sementara.

12.
Menentukan usia janin dan
presentasi membantu
13.Bantu sesuai dengan kebutan dalam
mengidentfikasikebutuhan
penggunaan elektroda janin internal
janin/neonatallain selama dan setelah
kelahiran.
13.
Elektroda janin internal harus
14.Izinkan ibu berkemih sebelum pemberian
digunakan untuk observasi lebih
oksitoksin dan sebelum penggunaan
akurat,khususnya ada tanda-tanda disters
elektroda janin.
janin dan mekonium
14.
Kandung kemih penuh dapat
menganggu posisi janin dan penempatan
pemantau

Diagnosa 2 : Resiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperwawatan selama 1x24 jam,diharapkan Cedera
pada janin tidak terjadi .
KH: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu
berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan
faktor resiko yang teridentifikasi.

Intervensi
1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik,
perhatikan variabilitas perubahan
periodik dan frekuensi dasar

2. Perhatikan tekanan uterus selama


istirahat dan fase kontraksi melalui
katetertekanan intrauterus bila tersedia.
3. Identifikasi faktor-faktor maternal seperti
dehidrasi,asidosis,dan ansietas.

Rasional
1. Untuk mendeteksi respons abnormal
seperti variabilitas yang dilebihkan
bradikardi dan takikardi yang mungkin di
sebabkan oleh stres, hipoksida, asidosis,
atau sepsis
2. Tekanan istirahat lebih besar dari 30
mmHg atau tekanan kontraksi >50mmHg
menurunkan atau menggangu oksigenasi
3. Kadang kadang prosedur sederhana
meningkatkan sirkulasi darah juga
oksigen ke uterus dan plasenta serta
dapat mencegah atau memperbaiki

4. Observasi terhadap prolaps tali pusat


sama atau dapat dilihat bila pecah
ketuban khususnya pada janin presentasi
bokong .
5. Perhatikan bau dan perubahan warna
cairan aminion pada pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan obnormal.
Kolaborasi
6. Perhatikan konfresi kontraksi uterus.
Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit
atau kurang.
7. Kaji malposisi dengan menggunakan
manuver leoplod dan temuan
pemeriksaan internal.Tinjau ulang hasil
USG.
8. Atur pemindahan pada lingkungan
perawatan akut bila malposisi dideteksi.

9. Berikan anti biotik pada ibu sesuai


indikasi.

1.
2.
3.

4.

hipoksida janin.
4. Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi
pada presentasi bokong karena bagian
presentasi tidak menonjol keluar juga
tidak secara total memblok tulang seperti
pada presentasi verteks.
5. Perhatikan bau dan perubahan warna
cairan aminion pada pecah ketuban lama.

6. Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau


kurang tidak memungkinkan oksigenasi
adekuat.
7. Menentukan baringan janin,posisi dan
presentasi dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang memperberat disfungsional
persalinan.
8. Resiko cedera atau kematian janin
meningkat dengan melahirkan
pervaginam bila presentasi selain perteks.
9. Mencegah atau mengatasi infeksi
asendens dan akan melindungi janin juga.

Diagnosa 3 : Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 2x24 jam, diharapkan resiko
infeksi tidak terjadi
KH : Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu
berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan
faktor resiko infeksi.
Intervensi
Rasional
Lakukan pemeriksaan vagina awal
1. Pengulangan pemeriksaan vagina
berperan dalam infeksi saluran asendens.
Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik 2. Menurunkan resiko yang memerlukan/
menyebarkan agen.
dan tepat.
Gunakan tekhnik aseptik selama
3. Membantu mencegah pertumbuhan
pemeriksaan vagina.
bakteri, membatasi kontaminasi dari
pencapaian ke vagina.
Pantau dan gambarkan karakter cairan
4. Pada infeksi, cairan amniotik menjadi

amniotik.
5. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel
darah putih sesuai indikasi.

lebih kental dan kuning pekat dan bau


dapat dideteksi.
5. Dalam 1 jam setelah membran ruptur,
insiden koriamnionitis meningkat secara
progresif sesuai waktu ditunjukan dengan
peningkatan tanda- tanda vital dan
leukosit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Varney, Helen. 2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta


2. Chellious, Posted : 14 februari 2011. kebidanan, Obstetri Patologi, persalinan.
http://chellious.wordpress.com/2011/02/14/prolaps-tali-pusat
3. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/prolaps-tali-pusat9510001031239
4. http://posyandu.org/pendidikan/seputar-melahirkan/629-prolaps-tali-pusat-occultprolapse.html
5. http://www.rcog.org.uk/womens-health/clinical-guidance/umbilical-cord-prolapse-greentop-50

Anda mungkin juga menyukai