Anda di halaman 1dari 11

TINJAUN TEORI

1. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi ialah

menggurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah ‘abortus’.

Berati pengeluaran konsepsi ( pertemuan sel telur dn sel sperma) sebelum janin dapat

hidup di luar kandungan. Ini adaah suatu proses pengakiran hidup dari janin sebelum

di beri kesempatan untuk bertumbuh.(Norma Nita dkk.2013).

Gugur kandungan atau aborsi ( bahasa latin : bortus ) adalah berhentinya

kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.

Apabila janin lahir selamat ( hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu,

maka istilahnya adalah kelahiran prematur.

Aborsi adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa

gestasi belum mencapai 20/22/28 minggu dengan beratnya kurang dari 500 gram.

Kelainan dalam kehamilan adalah beberapa macam yaitu: abortus spontan, abortus

buatan dan tarapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas

sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakiran kehamilan sengan di

sengaja sebelum usia kehamilan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena

indikasi medik disebut abortus tarapeutik. Berdasakan jenisnya abortus juga di bagi

menjadi abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit,

missed abortus, dan abortus habitualis.

a. Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam

uterus. Pada pemeriksaan vagina, karnalis serviks terbuka dan jaringan dapat di

raba dalam kavum uteri atau kadang– kadang sudah menonjol dari ostium uteri

eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irreguler.

Abortus inkomplit ialah perdarahan pada kehamilan muda dimana

sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

servikalis. Abortus inkomplit ialah bila sudah menjadi jaringan janin di

keluarkan dari uterus.

2. Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu :

1) Menurut terjadinya dibedakan atas

a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa di

sengaja.

b. Abortus provokatus ( induksi abortus ) adalah abortus yang disengajah, baik

dengan memakai obat – obatan maupun dengan alat – alat.

Abortus ini terbagi lagi menjadi beberapa diantaranya ialah :

a) Abortus medisinalis (abortus therrapeutica) yaitu abortus karena tindakan

medis, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkkan, dapat membahayakan

jiwa ibu.

b) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan –

tindakan berdasarkan indikasi medis.

2) Menurut gambaran klinis dibedakan menjadi :


a. Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat permulaan, dimana

terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil

konsepsi baik dalam kandungan.

b. Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang mengancam dimana serviks

telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi

masih dalam kavum uteri.

c. Abortus inkomplit yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang

dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

d. Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan (desidua

atau fetus) sehingga rongga rahim kosong.

e. Missed abortus adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal

dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil

konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu

atau lebih.

f. Abortus habitus ( keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya abortus

tiga kali berturut – turut atau lebih.

g. Abortus infeksiosa adalah abortus yang di sertai dengan infeksi genital.

h. Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan

penyebaran kuman ataupun toksinya kedalam peredaran darah atau

peritonium.

3. Patofisiologis
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua basalis dan

perubahan nekrotik didalam jaringan- jaringan berdekatan dengan tempat perdarahan.

Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya mungkin menjadi benda asing didalam

uterus sehigga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.

Fetus dan plasenta keluar bersamaan pada saat aborsi yang terjadi sebelum

minggu ke sepuluh, tetapi terpisah kemudian. Ketika plasenta seluruh atau sebagian

tertinggal didalam uterus, perdarahan terjadi dengan cepat atau kemudian. Pada

permulaan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan

sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap

benda asing,, maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkanya. Pada kehamilan

di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarjan seluruhnya, karena filikorialis belum

menembus desidua terlalu dalam : sedangkan kehamilan 8 – 14 minggu, telah masuk

agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagianya lagi akan tertinggal. Hilangnya

kontraksi yang dihasilkan dari aktifitas, kontraksi dan retraksi miometrium

menyebabkan terjadinya perdarahan.

Patogenesis terjadinya infeksi :

Bakteri menyebabkan penyakit berdasarkan tiga mekanisme dasar yaitu :

1. Infasi ke jaringan

Kemampuan dari beberapa bakteri tergantung dari luasnya enzim yang

bekerja ekstraseluler. Contohnya banyak bakteri gram positif

memproduksi hialuronidase dan kolagenase. Enzim ini meningkatan difusi

melalui jaringan penyambung dengan cara depolimerase asam

hialuronidase. Pada abortus provokatus kriminalis, infasi mikroba sangat

dipermudah dengan adanya jelas pada mukosa uterus.

2. Reaksi hipersensitifitas
3. Resistensi mokroba.

4. Manisfestasi Klinik

Menurut Mansjoer 2004 manisfetasi klinis terdiri dari

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,

denut nadi normal ayau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

4. Pemeriksaan ginekologi.

5. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada jaringan hasil konsepsi, terciu, / tidak

bau busuk dari vulva.

6. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,

teraba atau tidak jaringan pada kavum uteri, besar uteri sesuai atau lebih kecil dari

usia kehamilan, tidk nyeri pada saat portio di goyang, tidak nyeri pada perabaan

adneska, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

5. Etiologi

Menurut Wiknjosastro 2005:

1. Hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi :

a) Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis, infeksi bakteri, misalnya

sterptokokus parasit, misalnya malaria.

b) Infeksi kronis sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

Tuberkolosis paru aktif, pneumonia. Keracunan misalnya keracunan tembaga,

timah, air raksa, dll.


2. Penyakit Kronis misalnya :

Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia

gravidarum, gangguan fisiologi misalnya syok, ketakutan, dll.

3. Penyebab yang bersifat lokal :

Fibroid, inkompetensia serviks, radang pelvis kronis, endometritis, retroversi

kronis, hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil sehingga menyebabkan

hiperemia dan abortus. Karena kelainan alat kandungan gangguan kelenjar

gondok, penyebab dari segi janin / placenta, kematian janin akibat kelainan

bawaan kelainan kromosom, lingkungan yang kurang sempurna.

Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi abortus spontan dapat

terjadi pada trimester pertama kehamilan yang meliputi 85% dari kejadian abortus

sponttan dan sering disebabkan oleh faktor – faktor fetal. Sementara abortus

spontan yang terjadi pada trimester kedua lebih cenderung disebabkan oleh faktor-

faktor maternal termksud inkompetensia serviks, anomali kavum uterus yang

kongenital atau didapat, hipotiroid, diabetes militus, nefritis kronik, infeksi akut

oleh penggunaan kokain, gangguan imunologi, dan gangguan psikologis tertentu.

Asuhan kebidanan patologi.

Faktor –faktor penyebab terjadi abortus spontan :

a. Faktor fetal

Sekitar 2/3 dari abortus spontan pada trimester pertama merupakan

anomali kromosom dengan ½ dari jumlah tersebut adalah trisomi autosom

dengan sebagian lagi merupakan triploidi, atau monosomi 45x.


b. Faktor maternal:

1) Faktor – faktor endokrin

Beberapa gangguan endokrin telah terlibat dalam abortus spontan

berulang. Termaksud diantaranya adalah diabetes melitus tak

terkontrol, hipo dan hipertiroyd, hipersekresi, luteineing hormone,

insufisiensi korpus luteum atau disfungsi fase luteal dan penyakit

polikistik ovarium. Pada perkembangan terbaru peranan

hoperandrogenemiadan hiperprolaktinemia telah dihubungkan dengan

terjadinya abortus yang berulang.

2) Faktor – faktor Anatomi

Anomali uterus termasuk malformasi kongenital, defek uterus yang di

dapat (asterman’s syndrome dan efek sekunder terhadap dietilbestrol),

lelomyoma, dan inkompetensia serviks. Meskipun anomali – anomali

ini sering dihubungkan dengan abortus spontan, insiden, klasifikasi dan

perananya dalam etiologi masih belum diketahui secara pasti.

Abnormalitas uterus terjadi pada 1,9% dalam populasi wanita dengan

anomali di dapat seperti Asherman’s syndrome, adhesi uterus, dan

anomali didapat melalui paparan dietilestibestrol memiliki angka

kemungkinan hidup fetus yang lebih rendah dan meningkatnya angka

kejadian abortus spontan.

3) Faktor – faktor imunologi

Pada kehamilan normal, sistem imun maternal tidak bereaksi terhadap

spermatozoa atau embrio namun 40% pada abortus berulang

diperkirakan secara imunoogis kehadiran fetus tidak dapat diterima.

Respon imun dapat dipicu oleh beragam faktor endogen dn eksogen,


termaksud pembentukan antibodi antiparental, gangguan auto imun yag

mengarah pada pembentukan antibodi autoimun(antibodi

antifosfoipid,antibodi antinuclear, aktivasi sel B polikloneal), infeksi,

bahan – bahan toksik, dan stres.

4) Trombofilia

Trombofiliaa merupakan keadaan hiperkoagulasi yang berhubungan

dengan predisposisi terhadap tromolitik. Kehamilan akan mengwali

keadaan hiperkoagulasi dan melibatkan keseimbangan antara jalur

prekoagulan

6. Diagnosa abortus inkomplit ditegakan berdasarkan :

1. Anamnesa

a) Adanya amnenore pada masa reproduksi

b) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi

c) Rasa sakit atu keram perut di daerah atas simpisis.

2. Pemeriksaan fisik :

a) Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan

b) Pada pemeriksaan pelvis , sisa hasil konsepsi ditemukan didalam uterus

dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan diliang vagina

c) Serviks dilihat dilatsi dan tidak menonjol

d) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.

3. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,

waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.

b) Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh ada sisa hasil

konsepsi.
7. Penatalaksanaan

1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan

cairan yang cukup.

2. Pemberian antibiotika yang cukup dan tepat

a. Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

b. Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam

c. Atau antibiotika spektrum luas lainya.

3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi

perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untik mengeluarkan hasil

konsepsi.

4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan

penderita.

Semua pasien abortus disuntik vaksin tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan

kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi

seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien

dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien kemudian dianjurkan kembali

kedokter apabila pasien mengalami demam atau nyeri setelah perdarahan atau gejala

yang lebih berat. Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi.

8. Komplikasi

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi

dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat

terjadi apabila pertolongn tidak diberikan pada waktunya.


2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus

kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi

harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan

apakah ada perlukaan alat – alat lainya.

3. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik) dan karena

infeksi berat.

4. Infeksi

Sebenarnya pada genetalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang

merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,

steptococci, gram negatif enteric bacilli, mycoplasma. Treponema ( selain T.

Pallidum), leptospiral, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada

lactobacili. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua,

pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium,

tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme –organisme yang paling sering

bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah e coli. Bakteri lain yang

kadang dijumpai adalah neisseria, gonorrhoeae. Streptococcus pyogenes potensial

berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.


PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai