ABORTUS INKOMPLIT
Disusun Oleh
1.2 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan
disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan
klinis.
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
provokasi dan intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena
diprovokasi, yang dibedakan atas:
a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas
indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu
dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa
indikasi medis.
b. Menurut klinis:
1) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi sevik.
2) Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.
3) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus
inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan
perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
4) Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan
uterus sudah banyak mengecil.
5) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut
6) Abortus infeksiosus
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan
tanda infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri
tekan, dan leukositosis.
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
2. Abortus Inkomplit
2.1 Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.
2.2 Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus
terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun
secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan
sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun
menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah
pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.
2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga
disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus
rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab
70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu.
Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan
berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt
berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosom
sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatan
apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42% struktur vili
korionik abnormal akibat gangguan genetik.
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan
perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit
fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus.
Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan
bahwa 97% menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis
stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan
pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi
proliferasi mesenkim dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut
membentuk sisterna dan digantikan dengan jaringan fibroid. Pada abortus,
pendarahan yang merembes melalui desidua akan membentuk lapisan di
sekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah dan merangsang degenerasi
fibrinoid.
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang
timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan
dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi sering
mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada
kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri
(sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase
pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat
komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi
endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang
kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks.
Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua
dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga dapat menyebabkan hilangnya
barrier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina dan
kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan barier mekanik yang
memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
4. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu keadaan
dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron
tidak cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua
mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan
hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
d. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus
luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan
dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor
autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi
antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%. Selain
itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor
leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan
risiko abortus. Mekanismenya berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor
di vili dan ekstravili tropoblas.
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal
ini tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes
simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai
penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus.
Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari 4 traktus
genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan
hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang menyangkut
traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua organisme tersebut,
Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama.
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan
abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20
minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan
prematur. Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus
yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak
adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio
plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung.
2.5. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya
berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan
diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding
uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga
akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya
yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian
oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.
2.7. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan
diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan
vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai
dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan
menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum
akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk
menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase
uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.
A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. L
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : kampar, tambang
Status Perkawinan : Kawin
HPHT : 16 Desember 2021
HPL : 23 September 2022
UK : 15 minggu +1 hari
2. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
Penderita pernah hamil sebanyak 3 kali, telah melahirkan 2 kali, tidak pernah
mengalami abortus:
Anak I: Perempuan, 3100 gram, spontan, 14 tahun
Anak II: Laki-laki, 3100 gram, spontan, 11 tahun
Anak III: Hamil sekarang
9. Riwayat Haid
- Menarche : 13 tahun
- Lama menstruasi : 6 hari
- Siklus menstruasi : 28 hari
Akral dingin
- -
- -
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah :
Hemoglobin : 11,5 gr/dl (L)
Golongan Darah : AB
Tes Kehamilan : (+)
2. Ultrasonografi (USG :
Vesica urinaria terisi cukup
Tampak uterus membesar.
Tampak massa amorf intrauterine
Kesan menyokong gambaran sisa hasil konsepsi
D. KESIMPULAN
Seorang G3P2A0, 43 tahun, usia kehamilan 15 minggu + 1 hari, datang
kiriman dari bidan dengan keterangan keluar perdarahan dari jalan lahir. Pasien
merasa hamil 3 bulan lebih, mengeluhkan adanya perdarahan dari jalan lahir,
keluar jaringan putih seperti lemak (+) di rumah. Nyeri perut bawah Tidak Ada.
Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu dan obat-obatan (-).
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan inspekulo: vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas
normal, portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-).
Pemeriksaan VT: vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+),
discharge (-). Pemeriksaan USG: V/U terisi cukup, tampak uterus membesar,
tampak massa amorf intrauterine, kesan sisa hasil konsepsi.
E. DIAGNOSA AWAL
Abortus inkomplit
F. PROGNOSA
bonam
G. TERAPI DAN PLAN
Cek darah rutin
Usul kuretase
Konsul anestesi
Infus RL
H. FOLLOW UP
1. Dilakukan Kuretase
Laporan operasi/kuretase:
- Pasien ditidurkan di meja ginekologi kemudian dilakukan premedikasi
- Dilakukan toilet vulva vagina dan sekitarnya dalam keadaan narkose
- Dilakukan kateterisasi keluar urine 20 cc
- Dilakukan pemeriksaan bimanual teraba uterus sebesar telur
- Dipasang spekulum sims posterior yang dipegang asisten
- Dipasang spekulum sims anterior kemudian jepit porsio dengan
tenakulum di arah jam 11 dan spekulum sims anterior dilepas
- Dilakukan sonde 9 cm
- Dilakukan kuretase searah jarum jam sampai kering (terdengar bunyi
krek dan berbuih), didapatkan jaringan sisa konsepsi sebanyak 25 cc.
- Injeksi metergin 1 ampul IV
- Tenakulum dilepas, berikan antiseptik di tempat jepitan
- Kontrol perdarahan, didapat perdarahan + 15 cc
- Spekulum sims posterior dilepas
- Kuretase selesai