Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas

Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh:

Nur alisa, S.Kep

11194692010077

PROG RAM STUDI PROFSI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli
sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram,
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban
karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan
untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
Definisi abortus menurut WHO adalah penghentian kehamilan
sebelum janin berusia 20 minggu karena secara medis janin tidak bisa
bertahan di luar kandungan. Sebaliknya bila penghentian kehamilan
dilakukan saat janin sudah berusia berusia di atas 20 minggu maka hal
tersebut adalah infanticide atau pembunuhan janin.
B. Klasifikasi
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun
medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50%
kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah
berlangsung beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara
normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin
tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau
janin mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan
berlanjut: upaya perawatn untuk meminta dokter membantu
menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan tindakan yang
bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens adalah
tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48
jamdengan observasi cermat terhadap warna dan jenis
drah/jaringan yang keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan
laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus
dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2
minggu kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak
senggama selama periode ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga
berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada
abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus
dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum, alat kuret dan
kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk pemeriksaan
histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa
nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus
mengalami involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm.
Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang sementara
serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini
dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian,
evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis
ditegakkan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian
khusus diberikan pada higiene vulva. Pada sebagian kasus,
supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat gamaglobulin anti-D
diberikan pada wanita dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens,
perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan
berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak,
pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi
‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan
dapat terlihat keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal
kehamilan menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan
darah dari perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus
untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan akhirnya
terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian dokter
beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu
evakuasi spontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk
mengeluarkannya secepat mungkin setelah menyadari bahwa
bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang
sangat sulit.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu. Serviks
berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada
kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan membuat
jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture) yang
dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu
antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar).
Jahitan tersebut dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu
dan pada saat ini, jahitan dipotong sehingga persalinan spontan
diharapkan akan mulai terjadi. Angka keberhasilan jahitan
Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi serviks
murni.
g. Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali
atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab
abortus habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat
lebih dari satu faktor yang terlibat.
h. Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi
normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini.
Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap)
masih menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak
dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati
di dalam rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan
menyebar ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung
untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan septikemia.
2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja
dilakukam dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini
terbagi menjadi dua kelompok:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk
alasan terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu) maupun alasan lain.
b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
C. Etiologi
Penyebab keguguran sangat beragam, dan kadang tidak selalu dapat
ditentukan secara pasti. Pada umumnya, keguguran terjadi karena
perkembangan janin yang tidak normal akibat kelainan genetik atau
masalah di plasenta. Selain itu, keguguran juga dapat disebabkan oleh:
1. Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal.
2. Penyakit autoimun, misalnya lupus dan sindrom antifosfolipid.
3. Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV,
dan gonore.
4. Gangguan hormon, misalnya penyakit tiroid atau PCOS.
5. Kelainan rahim, misalnya serviks yang lemah dan miom.
6. Obat-obatan yang dikonsumsi, seperti obat antiinflamasi nonsteroid,
methotrexate, dan retinoid.
7. Kelainan pada rahim, misalnya serviks Rahim
Ada sejumlah faktor yang membuat seorang ibu hamil lebih berisiko
mengalami keguguran, di antaranya:
1. Hamil di atas usia 35 tahun
2. Pernah mengalami keguguran sebelumnya
3. Merokok
4. Mengonsumsi minuman beralkohol
5. Menyalahgunakan NAPZA
D. Manifestasi klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa
reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami
haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri
pada perut bagian bawah (M itayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-
tanda sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak
jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak
jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada
perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari
8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila
kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu
dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah
yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan
Pathway

 Perkembangan janin yang tidak normal  Gangguan hormone  Gangguan hormone


akibat kelainan genetik atau masalah di  Kelainan Rahim  Kelainan Rahim
plasenta  Obat-obatan  Obat-obatan
 Penyakit kronis  Kelainan pada rahim  Kelainan pada rahim
 Penyakit autoimun,
 Penyakit infeksi,

Abortus spontan Abortus provokatus

 Ab. Imminens  Ab. Medisnalis


 Ab. Insipiens  Ab. Kriminalis
 Ab. Inkompletus
 Ab. Kompletus
 Missed Abortion
Kekurangan
Volume Cairan Post anastesi
Perdarahan Curatase
Risiko Syoke
(Hipovelemik)
Penurunan fungsi Penurunan fungsi Jaringan terbuka /
pernapasan pencernaan terputus
Difisit Perawatan
Diri
Ketidakefektifan peristaltik Nyeri Abdomen
pola nafas

Nyeri Akut
Gangguan Eliminasi

(Konstipasi)

Invasi Bakteri

Risiko Infeksi

Sumber : Nurarif Amin Huda. Kusuma Hardhi, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
G. Penatalaksanaan
1. Menunggu sisa janin keluar secara alami
Sisa janin dapat keluar secara alami dari rahim dalam waktu 1–2 minggu.
Namun, selama menunggu, perdarahan bisa saja sangat banyak dan tidak
kunjung berhenti bahkan saat sudah mendekati 2 minggu. Oleh karena itu,
kebanyakan dokter biasanya lebih menyarankan metode penanganan lain.
2. Menggunakan obat
Dokter akan memberikan obat untuk mempercepat proses pengeluaran sisa
jaringan janin dari rahim. Tingkat keberhasilan cara ini cukup tinggi, yaitu
hingga 80–99%, terutama pada kehamilan yang masih di trimester pertama.
Obat tersebut dapat digunakan dengan cara diminum atau dimasukkan ke
dalam vagina. Efek samping yang mungkin dirasakan oleh pasien adalah
mual, muntah, atau diare.
3. Menjalani kuret
Dilatasi dan kuretase, atau yang lebih sering disebut kuret, merupakan
metode penanganan abortus inklomplit yang paling aman dan efektif. Pada
prosedur ini, leher rahim dilebarkan dan sisa jaringan yang ada di dalam
rahim diangkat.
Kuret biasanya disarankan jika dokter menganggap pasien memerlukan
penanganan segera untuk menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi
yang dapat mengancam nyawanya.
H. Komplikasi Abortus (Farrer, Hellen, 2009)
1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)
I. Model Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis,
jenis kelamin.
2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien,
jenis kelamin.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi
kesehatan saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
c. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah
sakit
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat dan tidur
5) Pola personal hygiene
6) Pola aktivitas
7) Pola kognitif dan persepsi
8) Pola konsep diri
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola penanganan masalah stress
12) Pola keyakinan dan nilai-nilai

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan head to toe
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-
3 minggu stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
J. Perencanaan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN (NIC) (NOC)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan a. Kaji skala nyeri
tindakan keperawatan b. Jelaskan pada klien
selama 3x24 jam tentang sebuah sebab
diharapkan nyeri terjadinya nyeri
berkurang / hilang dengan c. Ajarkan teknik relaksasi
kriteria hasil : nafas dalam
a. Melaporkan nyeri d. Kolaborasi dengan okter
berkurang untuk pemberian
b. Ketegangan otot analgetik
berkurang
c. Nyeri dapat diatasi

2 Resiko syok Setelah dilakukan a. Monitor status surkulasi


berhubungan dengan tindakan keperawatan BP, warna kulit, suhu,
perdarahan pervagina selama 3 x 24 jm denyut jantung, HR, dan
diharapkan pasien …. ritme nadi perifer dan
Dengan kriteria hasil : kapiler
b. Monitor suhu dan
a. Nadi dalam batas
pernafasan
normal
c. Monitor input dan output
b. Frekuensi nafas dalam
d. Pantau nilai lapboratorium
batas normal
e. Monitor dan gejala asites
c. Natrium serum, kalium
f. Monitortanda dan gejala
serum, kalsium serum,
syok
dan magnesium serum
g. Tempatkan pasien pada
dalam batas normal
posisi supinasi
d. Tiak itemukannya mata
cekung
e. Tidak adanya deman
f. Tekanan drah alam
batas normal

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. Observasi adanya


tindakan keperawatan pembatasan klien dalam
Berhubungan
selama 3 x 24 jm. Pasien melakukan aktivitas
dengan :
bertoleransi terhadap b. Kaji adanya faktor yang
a. Tirah Baring atau aktivitas dengan Kriteria menyebabkan kelelahan
imobilisasi c. Monitor nutrisi dan sumber
Hasil :
b. Kelemahan energi yang adekuat
menyeluruh a. Berpartisipasi dalam d. Monitor pasien akan
c. Ketidakseimbangan aktivitas fisiktanpa adanya kelelahan fisik dan
antara suplei disertai peningkatan emosi secara berlebihan
oksigen dengan tekanan darah, nadi e. Monitor respon
kebutuhan dan RR kardivaskuler terhadap
b. Mampu melakukan aktivitas (takikardi,
.
aktivitas sehari hari disritmia,sesak nafas,
(ADLs) ecaramandiri diaphoresis pucat,
c. Keseimbangan perubahan hemodinamik)
aktivitas dan istirahat f. Monitor pola tidur dan lama
nya tidur/istirahat pasien
g. Kolaborasikan dengan
tenaga
h. Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program
terapi yang tepat.
i. Bantu klien untuk
mengidentifika si aktivitas
yang mampudilakukan
j. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
k. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
l. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda,krek
m. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
n. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
o. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
p. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
q. Bantu pasien untuk
mengembang kan motivasi
diri dan penguatan
r. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual

4 Risiko Infeksi Setelah dilakukan a. Bersihkan lingkungan atau


tindakan keperawatan alat – alat setelah ipakai
selama 3 x 24 jm masalah oleh pasien
keperawatan risiko infeksi b. Instruksikan pengunjung
tertasi dengan kriteria untuk mencuci tangan
hasil : sebelum dan sesudah
menengok pasien
a. Tidak didapatkan tanda
c. Cuci tangan sebelum dan
terjainya infeksi
sesudah tindakan
b. Tidak didapatkan
keperawatan
fatigue kronis
d. Gunakan APD selama
c. Temperature badan kontak engan yang luka
sesuai yang diharapkan e. Tingkatkan intake nutrisi
dengan interval 36,5 – an cairan
37, 5 f. Observasi dan laporkan
tana serta gejala infeksi
seperti kemerahan, panas,
dan nyeri
g. Kaji temperature tiap 4 jam
sekali
h. Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat
i. Anjurkan pasien istirahat
dengan adekuat
j. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antibiotic

5 Risiko pendaran Setelah dilakukan a. Monitor tanda – tanda


tindakan keperawatan perdarahan
selama 3 x 24 jm masalah b. Catat nilai Hb dan Ht
keperawatan risiko sebelum dan sesuah
pendarahan teratasi terjadinya perdarahan
dengan kriteria hasil : c. Monitor nilai lab yang
meliputi PT, PTT, trombosit
a. Tekanan darah dalam
d. Pertahankan bed rest
batas normal sistol dan
selama perdarahan aktif
diastole
e. Kolaborasikan dengan
b. Tidak ada perdarahan
okter untuk pemberian
pervagina
transfusi darah
c. Tidak ada distensi
f. Anjurkan pasien untuk
abdominal
meningkatkan intake
d. Hemoglobin dan
makanan yang banyak
hematrokrit dalam batas
menganung vitamin K
normal
e. Plasma, PT, PPT, alam
batas normal

6 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan a. Lakukan penilaian yang


tindakan keperawatan komprehensif berfokus
selama 3 x 24 jm masalah pada inkontenensia ( mis.
keperawatan dapat diatasi Output urine, pola
dengan kriteria hasil : berkemih, fungsi kognitif,
dan masalah kencing
a. Kandung kemih kosong
praeksisten)
secara penuh
b. Memantau penggunaan
b. Tidak ada residu urine
obat dengan sifat
> 100 – 200 cc
antikolinergik
c. Intake cairan alam
c. Masukan kateter kemih
rentang normal
d. Anjurkan klien atau
d. Bebas dari ISK
keluarga untuk merekam
e. Tidak aa spasme blader
output urin,
f. Balance cairan
e. Memantau asupan dan
seimbang
outputnya
f. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi

7. Kekurangan volume Setelah dilakukan a. Pertahankan catatan intake


cairan tindakan keperawatan dan output yang akurat
selama 3 x 24 jm masalah b. Monitor status hidrasi
keperawatan dapat diatasi (kelembaban membrane
dengan kriteria hasil : mukosa, nai adekuat)
c. Monitor vital sign
a. Mempertahankan urin
d. Monitor masuknya
output sesuai dengan
makanan dan cairan dan
usia, BB, BJ, urine
hitung intake kalori harian
normal, HT normal
e. Kolaborasikan pemberian
b. Tekanan darah, nai,
cairan iv
suhu tubuh alam batas
f. Monitor status nutrisi
normal
c. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor, kulit baik,
membrane mukosa
lebab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

DAFTAR PUSTAKA
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate
OfElsefer. Farrer, Helen. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan  Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Mitayani, 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta

Nurarif, Kusuma.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Anda mungkin juga menyukai