Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA Ny. D DENGAN DIAGNOSA


ABORTUS
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengettian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli
sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000
gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap
keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus
(Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil
konsepsi oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan
berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
(Darmawati, 2011)(Purwaningrum & Fibriana,
2017)

B. Etiologi

C. KLASIFIKASI
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortusiminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50%
kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah
berlangsung beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara
normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya
mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan
pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi
dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan, maka
kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk
meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien
merupakan tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan
pada abortus iminens adalah tirah baring dan
penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jamdengan observasi
cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari
dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan.
Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada stadium
ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian.
Pasangan
suami-istri dianjurkanuntuktidak senggama selama periode ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang
hingga berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada
abdomen
bagianbawah dan dilatasi serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus
harus dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum, alat
kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk
pemeriksaan
histologi. Antibiotik seringdiberikan pada stadium ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti
janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan
dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup
dan uterus
mengalami involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan
aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang
sementara serviks
tetapterbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus
ini dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun
demikian, evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis
ditegakkan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
Perhatiankhusus diberikan pada higiene vulva. Pada sebagian
kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat gamaglobulin
anti-D diberikan pada wanita
dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens,
perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan
berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak,
pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi
‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan
dapat terlihat keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda
eksternal kehamilan menghilang. Hipofibrinogenemia dapat
terjadi. Bekuan darah dari perdarahan plasennta kadang-kadang
memenuhi uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi
spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu
dan sebagian dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih
aman adalah menunggu evakuasi spontan. Namun demikian,
wanita meminta dokter untuk mengeluarkannya secepat
mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah meninggal.
Keadaan ini memberikan situasi yang
f. sangat sulit.
Abortus akibatinkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu.
Serviks berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong janin
menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah
dengan membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-
string suture) yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling
serviks pada titik temu antara rugae vagina dan serviks yang
licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut dibiarkan sampai
kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan
dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan
mulai terjadi. Angka keberhasilan jahitan Shirodkar
g. mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi serviks

murni.
Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali
atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab
abortus habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat
lebih dari satufaktor yang terlibat.
h. Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi
normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini.
Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap)
masih menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena
tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat
adalah keberadaan produk pembuahan, yaitujaringan plasenta yang
mati di dalam rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan
menyebar ke bagian lain secara langsung atau tidak
langsung untuk
menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan septikemia.
2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukam
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortusiniterbagi menjadi dua kelompok:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan
terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakanjiwa ibu)
maupun alasan lain.

b. Abortus Kriminalis
Abortusyang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atautidakberdasarkan indikasi medis.(Susilowati, 2019)

D. Tanda dan Gejala


Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam
masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah
mengalami haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan
nyeri pada perut
bagianbawah (Mitayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-
tanda sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah teertutup, ada/tidakjaringan yang keluar dari ostium,
ada/tidak jaringan yang berbau busuk dari ostium.

3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup,


teraba/tidak jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan,
tidak nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasitidakmenonjol
dantidak nyeri.

E. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya abortus adalah (Zuliyanti, 2019):
1. Faktor Fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada
umumnya disebabkan oleh abnormalitas zigot, atau plasenta.
Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar 60-75% kasus abortus
spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan kromosom
akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Abnormalitas kromosom
diturunkan dari genkedua orang tuanya.

2. Faktor Maternal
a. Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti
Leiomyoma yang besar dan multipel atau adanya sinekia uterus
(Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risiko
abortus.Malformasi kongenital yang disebabkan oleh
abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki
pengaruh yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada
beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif.
Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang
terjadi pada trimester II. Tindakan cervical cerclage pada
beberapa kasus memperlihatkan
hasil yang positif.
b. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah
diteliti secara luas, misal: Lysteria monocytogenes,
Mycoplasma
hominis, Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus
(Herpes simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki
hubungan yang bervariasi dengan semua jenis abortus
spontan. Data penelitian yang menghubungkan infeksi
dengan abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga
American College of Obstetricians and Gynecologyst
menyatakan bahwa infeksi bukan
penyebabutama abortus trimester awal.
c. Penyakit Metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik
pada ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus,
Hipotiroidisme, dan anemia.Anemia dapat mengurangi suplai
oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena dengan
kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efektidak langsung
padaibu danjanin antara lain kematian janin, meningkatnya
kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risikoterjadinya prematuritas pada bayi).
d. Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi
autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam
sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya
memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang,
trombosis yang penyebabnya tak jelas dan kematian
janin).Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu
pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis
(antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin).Pengobatan
pilihan adalah aspirin dan heparin (atau
prednison dalambeberapa kasustertentu).
e. Trauma Fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang
dapat menyebabkan Abortus. Namun, sebagian besar abortus
spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah
atau janin
(Smith, 2015).
3. Faktor Paternal
Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentangfaktor paternal (ayah)
dalam terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom
pada
sperma dapat menyebabkan abortus.

F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI


1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang
dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll

3. Infeksi dan tetanus


4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)
(Susilowati, 2019)

G. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga
hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8
sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam
sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalambentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah
yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion
dankhorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi
kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam
tingkat
lebihlanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karenaterasa cairan dan seluruh janin berwarnakemerah-merahan.
(Susilowati,
2019)

H. WOC
I. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya
rangsang mekanis.
2. Diet tinggi protein dantambahan vitamin C.
3. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak
panas dan empat jambilapasien panas.

4. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan


antiseptikuntuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan
cairan coklat. (Mulyaningasih, 2013)

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-
3 minggu stelah kehamilan.

2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin


masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion


(Susilowati, 2019)
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM,
diagnosa medis, jenis kelamin.

2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat,


tanggallahir, status, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien, jenis kelamin.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhanutama
Keluhanutama yang dirasakan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisikesehatan pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan
kodisikesehatan saat ini.
4 ) Riwayat kesehatankeluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada
atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung,
diabetes
melitus.
c. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan

sesudah sakit
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat dantidur
5) Pola personal hygiene
6) Pola aktivitas
7) Pola kognitif dan persepsi
8) Polakonsep diri
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola penanganan masalah stress
12) Polakeyakinan dan nilai-nilai
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaanumum dan kesadaranumum
2) Tandatanda vital berupatekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan head to toe
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih
hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.

2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan


apakah janin masih hidup
3) Pemeriksaankadar fibrinogen darahpada missed abortion

2. Diagnosa Keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
a. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis
3. Analisa Data

No Data Etiolgi Masalah Keperawatan


1. DS : Nyeri akut b.d agen
→ Pasien menagatakan pendera fisiologis d.d
sakit dibagian perut frekuensinadi
DO : meningkat
→ TD : 100/70
mmHg → Suhu :
36,50C

→ Nadi : 90
x/menit → RR : 20
x/menit
→ Skalanyeri : 5

2. DS : Perdarahan dalam desidia Ansietas b.d


→ Pasien mengeluh basalis
↓ kebutuhantidak
pusing Nekrosis jaringan sekitar terpenuhi d.d tampak

DO : gelisah
Hasilkonsepsi
→ TD : 100/70 lepas(abbortus)
mmHg → Suhu : ↓
36,50C Vili koliaris merembas
lebih dalam(8-9mg)
→ Nadi : 90 x/menit ↓
Lepas sebagian
→ RR : 20 x/menit ↓
→ Pasien tampak pucat Plasentatertinggal dalam
rahim
→ Pasien tampak ↓
gelisah Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensinadi
meningkat

Gelisah

Ansietas
3. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko syok d.d
→ Pasien mengatakan basalis kekurangan volume

merasapusing Nekrosis jaringan sekitar cairan

DO : Hasilkonsepsi
→ Pasien tampaklesu lepas(abbortus)
→ TD : 100/70 ↓
Vili koliaris merembas
mmHg → Suhu : lebih dalam(8-9mg)
36,50C ↓
Lepas sebagian
→ Nadi : 90 x/menit ↓
Perdarahan pervagina
→ RR : 20 x/menit

→ Pasien tampak pucat Lemas

↓ intake cairan

Risiko Syok
4. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko
→ Pasien mengatakan basalis ketidakseimabangan

merasapusing Nekrosis jaringan sekitar cairan d.d perdarahan

DO : Hasilkonsepsi
→ Pasien tampaklesu lepas(abbortus)
→ TD : 100/70 ↓
Vili koliaris merembas
mmHg → Suhu : lebih dalam(8-9mg)
36,50C ↓
Lepas sebagian
→ Nadi : 90 x/menit ↓
Perdarahan pervagina
→ RR : 20 x/menit

→ Pasien tampak pucat Lemas

↓ intake cairan

Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan
5. DS : Perdarahan dalam desidia Resiko infeksi b.d
→ Pasien mengatakan basalis tidak adekuatnya

dirinyalemas Nekrosis jaringan sekitar pertahanan sekunder

DO : Hasilkonsepsi
→ Pasien tampaklesu lepas(abbortus)
→ TD : 90/80 mmHg ↓
Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 Lepas sebagian
x/menit → RR : 20 ↓
Plasentatertinggal dalam
x/menit rahim
→ HB 9,5 g/dl (>11 ↓
Tindakan kuret
g/dl) ↓
Hb ↓

Risiko Infeksi
4. Intervensi

Diagnosis
No Tujuan SIKI Rasional
Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah Manajemen Nyeri → Berguna


agenpendera dilakukan Tindakan/Observasi dalam
intervensi → Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, pengawasan
fisiologis
selama 2 x 8 kualitas, intensitas nyeri keefektifan obat,
jam maka → Identifikasi skalanyeri perubahan pada
nyeri menurun → Identifikasirespons nyeri nonverbal karakteristik
→ Identifikasi faktor yang memperberat dan nyeri
dengan kriteria
memperingan nyeri → Dapat
hasil :
→ Identifikasi pengetahuan dan keyakinan menurunkan
Kriteria Hasil
tentang nyeri stimulus internal
:
→ Identifikasipengaruh budayaterhadaprespon nyeri
Tingkat Nyeri
→ Identifikasipengaruh nyeripadakualitas hidup
1. → Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
Kelu
hann sudah diberikan
yari → Monitor efek samping penggunaan analgetik
(4 Terapeutik
cuku → Berikan teknik nonfarmakologi untuk
p mengurangi rasa nyeri (akupresur, terapi musik,
men biofeedback, terapipijat, aromaterapi,
urun
teknikimajinasiterbimbing, kompreshangat dingin,
)
terapi bermain
2. Gelisah (3
sedang)
3. Pola
napas (4
cukup
membai
k)
4. Tekanan
darah (3
sedang)
→ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhuruangan, pencahayaan, kebisingan)
→ Fasilitasiistirahat dantidur
→ timbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategimeredakannyeri
Edukasi
→ Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicunyeri → Jelaskan
strategimeredakannyeri
→ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
→ Anjurkan menggunakan analgetik secaratepat
→ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
→ Kolaborasipemberian analgetik, jika perlu

PEMBERIAN ANALGESIK
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
→ Identifikasiriwayat alergi obat
→ Identifikasikesesuaian jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahannyeri
→ Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
→ Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
→ Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
→ Pertimbangkan penggunaan infuskontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankankadar dalam serum
→ Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
→ Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
→ Jelaskan efek terapi dan efek sampingobat
Kolaborasi
→ Kolaborasipemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2. Ansietas b.d Setelah Kriteria hasil : Reduksi Ansietas → Untuk
dilakukan Tindakan/Observasi menurunkan
kebutuhan 1. Perilaku gelisah
tindakan → Identifikasi saat tingkat ansietas berubah kecemasan pasien
tidak terpenuhi (1 menurun) → Identifikasikemampuan mengambilkeputusan
keperawatan → Untuk
d . dtampak 4x 24 jam 2. Perilakutegang(1 → Monitor tanda-tanda ansietas mnegetahui
menurun) Teraupetik
gelisah kecemasan tanda-tanda
3. Keluhan pusing → Ciptakan suasanateraupetik untuk menumbuhkan
klien akan ansietas
(1 menurun) kepercayaan
menurun → Temanipasien untuk kurangikecemasan → Untuk memahami
4. Konsentrasi (3
sedang) → Pahami situasi yang membuat ansietas kondisipasien
5. Pola tidur (3 sedang) → Dengarkan dengan penuh peehatian
→ Gunakan pendekatan yangtenangdanmeyakinkan
→ Tempatkanbarang pribadi yang memberikan
kenyamanan
→ Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
→ Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
→ Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
→ Informasikan secarafaktual mengenai diagnosa,
pengobatan dan prognosis
→ Anjurkan keluargatetap bersamapasien
→ Anjurkan melakukan kegiatan yang tidakkompetitif
→ Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
→ Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
→ Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
→ Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
→ Kolaborasipemberian obat antiansietas
Terapi Relaksasi
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi penurunan tingkiat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejalalain
yang mengganggukemampuankognitif
→ Identifikasiteknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
→ Identifikasikesediaan, kemapuan danteknik
sebelumnya
→ Periksanketegangan otot, frekuensinadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudahlatihan
→ Monitor responterhadap terapi relaksasi
Teraupetik
→ Ciptakan lingkungantenang dantanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhuruangnyaman
→ Berikan informasitertulistentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
→ Gunakan pakaian longgar
→ Gunakannada suaralembut denganirama lambat
dan berirama
→ Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgesik atautindakan lain
Edukasi
→ Jelaskantujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
→ Jelaskan secara rinci intervensirelaksasi yang pilih
→ Anjurkan mengambilposisinyaman
→ Anjurkan rileks dan merasakan sensasirelaksasi
→ Anjurkan sering mengulang ataumelatih teknik yang
dipilih
→ Demonstrasi dan latih teknik relaksasi
3. Risiko syok Setelah Kriteria hasil : PEMANTAUAN CAIRAN → Untuk
Tindakan/Observasi mngetahui
d.d kekurangan dilakukan 1. Kekuatan nadi (4 keadaan pasien
intervensi → Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
volume cairan selama 4 x cukup meningkat) → Monitor frekuensinapas saat ini
24 jam maka 2. Saturasi oksigen → Monitor tekanan darah → Untuk
(4 cukup mengatahui
tingkat syok → Monitor berat badan
meningkat)
akan → Monitor waktupengisiankapiler adakah tanda
3. Pucat (5 menurun) hipovolemia
meningkat → Monitor elastisitas atau turgor kulit
4. Tekanan nadi → Mempermudah
→ Monitor kadar albumin dan protein total
(5 membaik) pemantauan
→ Monitor hasilpemeriksaan serum
5. Frekuensinapas (5 kondisipasien
→ Monitor intake dan output cairan
membaik)
→ Identifikasitanda-tanda hipovolemia
→ Identifikasitanda-tandahipervolemia
→ Identifikasifaktorketidakseimbangan cairan
Teraupetik
→ Atur waktupemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
→ Dokumentasikan hasilpemantauan
Edukasi
→ Jelaskantujuan dan prosedur pemantauan
→ Informasikan hasilpemantauan apabila diperlukan

Pencegahan Syok
Tindakan/ Observasi
→ Monitor status kardiopulmonal
→ Monitor status oksigenasi
→ Monitor status cairan
→ Monitor tingkat kesadaran dan respon
pupil → Periksariwayat alergi
Teraupetik
→ Berikan oksigenasi untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
→ Persiapan intubasi dan ventilasimekanis
→ Pasang jalur IV
→ Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
Edukasi
→ Jelaskan penyebab/faktorrisiko syok
→ Jelaskantandadan gelaja awal syok
→ Anjurkan melapor jika menemukantanda dan
gejala awal syok
→ Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral → Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
→ pemberian IV
Kolaborasi → pemberian transfusi darah
Kolaborasi → pemberian antiinflamasi
Kolaborasi
6. Risikoketidak- Setelah Kriteria Hasil : Manajemen Cairan → Untuk
dilakukan Tindakan/Observasi mengetahui status
seimabangan
intervensi 1. Asupan cairan → Monitor status hidrasi hidrasi
cairan d.d (5 meningkat) → Monitor status hemodinamik
selama 4 x → Untuk
perdarahan 2. Kelembapan → Monitor berat badan
24 jam maka mengetahui
Terapeutik
membran mukosa kebutuhan cairan
keseimbanga → Catat inteke-output dan hitungan balans cairan
(5 meningkat)
n cairan 24 jam → Untuk
akan 3. Dehidrasi → Berikan asupan cairan sesuaikkebutuhan mengetahui
meningkat (5 menurun) → Berikan cairan intravena hilangnya cairan
4. Tekanan darah Kolaborasi karena aktivitas
(4 cukup → Kolaborasipemberian diuretik jika perlu
atau muntal, diare
membaik)
Pemantauan cairan → Untuk menjaga
5. Turgor kulit
agarturgor kulit
(5 membaik) Observasi
tetap elastis
→ Memonitor kehilangan cairan
→ Mengidentifikasifactor resikoketidakseimbangan
cairan (penyakit kelenjar)
Terapeutik
→ Mengatur interval waktupemantauan sesuai dengan
kondisipasien
→ Mendokumentasikan hasilpemantauan
Edukasi
→ Menejaskan prosedur dantujuan pematauan
→ Me informasikan hasilpemantauan
6. Resiko infeksi Setelah Kriteria Hasil : PENCEGAHAN INFEKSI → Untuk
dilakukan Observasi mengetahui
b.dtidak 1. Demam (5 menurun)
intervensi → Identifikasiriwayat kesehatan dan riwayat alergi adanyariwayat
adekuatnya 2. Kemerahan (4 alergi
selama 4 x → Identifikasikontraindikasipemberian imunisasi
pertahanan 24 jam maka cukup menurun ) → Identifikasi status imunisasi setiapkunjungan ke → Untuk
tingkat 3. Nyeri (5 menurun) pelayanankesehatan pencegahan
sekunder 4. Bengkak (5 menurun)
infeksi akan Terapeutik infeksi
menurun 5. Kultur darah (4
→ Berikan suntikan pada pada bayi dibagian
cukup membaik)
paha anterolateral
→ Dokumentasikan informasivaksinasi
→ Jadwalkanimunisasipada interval waktu yang tepat
Edukasi
→ Jelaskantujuan, manfaat, resiko yang terjadi,jadwal
dan efek samping
→ Informasikanimunisasi yang diwajibkan pemerintah
→ Informasikanimunisasi yangmelindungiterhadap
penyakitnamun saat initidak diwajibkan pemerintah
→ Informasikanvaksinasiuntukkejadiankhusus
→ Informasikan penundaan pemberian imunisasitidak
berartimengulang jadwal imunisasikembali
→ Informasikan penyedialayanan pekanimunisasi
nasional yang menyediakanvaksin gratis
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

Darmawati. (2011). Mengenali abortus dan faktoryang berhubungan dengan


kejadian abortus. Idea Nursing Journal, II(1).

Mulyaningasih, D. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Abortus.

Oliver, J. (2018). Tanda dan Gejala Nyeri. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689- 1699.

Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC


HEALTH. 1(3), 84-94.

Susilowati, R. U. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS.

Zuliyanti, R. (2019). TINJAUAN PUSTAKA. 5- 18.


MATERNITAS KASUS IV

Ny. D (usia 25 tahun) datang ke IGD RSUD di antar suami pada tanggal 28 Juni
2020 dengan keluhan perdarahan awak kehamilan.Dari pemeriksaan yang di lakukan
oleh
perawat di dapatkan :
Pasien mengeluh badan lemas, kepala pusing, muka pucat, konjungtiva anemis,
perdarahan pervagina berwarna merah terang dengan konsistensi cair, pembalut yang
di pakai pasien penuh, nyeri pada abdomen bawah,nyeri seperti di iris - iris, nyeri yang
di rasakan saat bergerak, saat di tanya dari angka 1-10 pasien mengatakan nyerinya di
angka
5, berlangsung selama 4 jam.
HPHT 03 April 2020
TD : 90/80 mmHg
N : 68x/menit
RR : 20x.menit
suhu : 36,50C
HB 9,5 g/dl
HT 30%
Format Asuhan Keperawatan Maternitas

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN

NAMA MAHASIWA : LAILATUL KHOIRUNNISAK


NIM : 10218044

Tanggalmasuk : 28 Juli 2020 Jam masuk : 14.00 WIB


Ruang/kelas : Mawar/1 No. RM : 2618
Pengkajian tanggal : 28 Juli 2020 Jam : 14.30 WIB
HPMT : 03 April 2020
Diagnosa Medis:
a. Identitas Pasien
1. Pasien
2. Nama : Ny. D
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jl Melati No
Agama 26 : Islam
Pekerjaan : Iburumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
3. Suami
Nama : Tn. A
Umur : 30 Tahun
Alamat : Jl Melati No 26
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Jawa

b. Riwayathaid
1. Apakah Haid Teratur
Iya
2. Siklus berapa
28 Hari
3. Apakah ada masalah dengan haid
Tidak Ada
4. HPHT / HPMT
03 April 2020
c. Riwayat perkawinan
1. Menikah / Belum
Menikah
2. Menikah berapa lama
3 Tahun

LEOPOLD
Tujuan : Menentukanbagianterbawah janin
Bagianbawah sudahmasuk PAP / belum
a. Riwayat Kehamilan lalu
Hamil Ke Masalahdalam Kehamilan
Tidak Ada Tidak Ada
b. Riwayat persalinanlalu
Partus Proses Lama Tempat Penolong Masalah
Ke persalinannya persalinan persalinan persalinan persalian
Tidak Tidak Ada Tidak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Ada Ada
c. Riwayat nifas lalu
Masalahnifas yang Masalah bayi yang Keadaan anak
dialami pernah dialami
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

d. Riwayat Keluarga Berencana


1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan
Tidak Ada
2. Masalah dengan cara tersebut
Tidak Ada
3. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian
Tidak Ada
4. Jumlah anak yang direncanakan
2 Anak

e. Riwayat Psikososial
1.Alasanibudatang ke klinik
Pasien mengeluh badan lemas, kepala pusing, muka pucat, konjungtiva
anemis, perdarahan pervagina berwarna merah terang dengan konsistensi cair,
pembalut yang di pakai pasien penuh, nyeri pada abdomen bawah,nyeri seperti di
iris - iris, nyeri yang dirasakan saat bergerak
2 . Perubahanyang timbul saat kehamilan
Tidak Ada
3.Harapan tentang kehamilannya
Semoga anak yang ada dalam kandungan sehat
4.Orangyang tinggalbersama
Suami
5.Orangyang terpenting
Suami
6.Dampak yang terjadipada keluarga dengan kunjungan ke klinik
Tidak Ada
7.Apa suamimau menemanike klinik
Iya
8.Rencana tempatmelahirkan
Tidak Ada
9.Rencana menyusui
Tidak Ada
10. Apakahmemelihara kucing
Tidak Ada

f. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Ketidaknyamanan
Ibu mengatakan sebelum hamil merasa nyaman, ada perubahan kenyamanan
saat dipagi hari karena sering mual
2. Istirahattidur
Ibu mengatakan sebelum hamil tidur kurang lebih 7 jam, tidak ada
perubahan pola istirahat saathamil, tidur sekitar 7 jam.
3. Hygiene prenatal
Ibu tidak mengalami perubahan pola mandi yaitu 2 kali sehari pagi dan sore.
Ibu menggosok giginya setiap selesai makan dan saat akan tidur. Ibu
membersihkan bagian kemaluannya setelah BAK dan BAB dengan cara
membersihkan dari arah depan terlebih dahulu, kemudian bagian belakang. Ibu
mengganti bajunya setiap habis mandidan menjelangtidur, dan
menggantipakaian dalamnya setelah mandi atau jika basah.
4. Pergerakan
Ibu mengatakantidak ada kendala saat bergerak
5. Penglihatan
Ibu mengatakantidak ada kendala dalam penglihatan
6. Pendengaran
Ibu mengatakantidak ada kendala saat mendengar
7. Cairan
Ibu mengatakan sebelum hamil minum 5-6 gelas perhari. Sejak hamil
yang sekarang ibu minum 7-8 gelas air putih perhari, dan minum 1 gelas susu
setiap pagi.
8. Nutrisi
Ibu mengatakan sebelum hamil makan 2 kali sehari dengan porsi sedang.
Selama hamil ibu makan 2 kali sehari dengan menu nasi dan lauk pauk. Ibu
tidak suka makan sayur, tidakmempunyai alergiterhadapmakanan.
9. Eliminasi
1) Buang air kecil (BAK)
Sebelum hamil buang air kecil 4-5 kali sehari. Selama hamil frekuensi
BAK menjadi bertambah 6-7 kali perhari, terlebih pada malam hari.
Tidak ada keluhan.
2) Buang air besar (BAB)
Ibu mengatakan tidak ada perubahan dalam buang air besar (BAB) 1
kali sehari, konsistensi lunak dantidak ada keluhan.
10. Oksigenasi
Ibu mengatakantidak ada kendala saat bernafas
11. Seksual
Sejak ibu mengetahui hamil sampai usia kehamilan sekarang ibu
belum melakukan hubungan seksualkarenaibumerasa khawatir dengan
kehamilannya.

g Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemas
Kelainan bentuk badan : Tidak ada
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Vital sign : 100/80 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
2. Pemeriksaan kebidanan
Muka
Sklera putih, konjungtivapucat
Leher
Rahangtidak pucat, tidak ada caries gigi
Dada
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
peningkatan tekanan vena jugularis
Perut
1) Inspeksi : Striae livide : tidak ada, Linea nigra: Tidakada
2) Palpasi : Tidak ada, adanyanyeri tekan
3) Auskultasi : Tidak Ada
Ekstermitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku tampak pucat, terpasang infus RL
20 tetes/menit pada tangankanan.
2) Bawah
Kedua kaki tidak oedema, tidak ada varices, kuku merah muda,refleks
patella positif
Genetalia
Genitalia eksterna : Terdapat pengeluaran darah pervaginam, berwarna
merah segar, tidak ada gumpalan, tidak ada jaringanyang keluar.
Ispekulo : Terlihatpengeluaran darah darikavumuteri, tidak berbau, ostiumuteri
tertutup.
Pemeriksaan dalam : Tidakadapembukaan
h. Pemeriksaan Penunjang
Urine :+ Proteine urine : Tidak Ada
Glukosa : Tidak Ada
Darah :HB : 9,5 g/dl (> 11g/dl)
HT : 30% (37-43%)
Gol darah : A+
Fases : Baik
USG : Tidak Ada
Papsmear : Tidak Ada
i. Terapi : RL 20 tetes/menit
j. Analisa Data
NO Data Fokus Problem Etiologi
1. DS : Nyeri Perdarahan dalam desidia
Akut basalis
→ Pasien mengatakan nyeripada

perutbawah, nyeri seperti di iris Nekrosis jaringan sekitar
– iris dannyeri dirasakan saat ↓
bergerakberlangsung selama 4 Hasilkonsepsi
jam lepas(abbortus)

DO :
Vili koliaris merembas
→ TD : 90/80 mmHg lebih dalam(8-9mg)
→ Suhu : 36,50C ↓
→ Nadi : 68 x/menit Lepas sebagian
→ RR : 20 x/menit ↓
→ P : Nyeri timbul saat Plasentatertinggal dalam
digerakkan
rahim
→ Q : Nyeri seperti di iris-iris ↓
→ R : Nyeri dibagian perut
Tindakan kuret
bawah ↓
→ S : Skalanyeri 5
Uterus berkontraksi
→ T : 4 Jam ↓
Nyeri abdomen

Frekuensinadimeningkat

Nyeri Akut
2. DS : Ansietas Perdarahan dalam desidia
→ Pasien mengeluhpusing basalis
→ Pasien mengaatakan ↓
bingung dengan apa yang Nekrosis jaringan sekitar
terjadi ↓
DO : Hasilkonsepsi
→ TD : 90/80 mmHg lepas(abbortus)
→ Suhu : 36,50C ↓
→ Nadi : 68 x/menit Vili koliaris merembas
→ RR : 20 x/menit lebih dalam(8-9mg)
→ Pasien tampak pucat ↓
→ Pasien tampak gelisah Lepas sebagian
→ Konungtiva anemis ↓
Plasentatertinggal dalam
rahim

Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensinadimeningkat

Gelisah

Ansietas

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Daftar diagnosa Diagnosateratasi Tanggal Teratasi


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen
pendera fisiologis d.d 
frekuensinadi
meningkat
2. Ansietas b.d kebutuhan
tidak terpenuhi d.d 
tampak gelisah
FORMAT PERENCANAAN

Tanda Tangan
Diagnosa Rencana Tujuan
NO Rencana Tindakan dan Nama
Keperawatan dan Kriteria
Terang
Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
b.d intervensi selama Tindakan/Observasi
agenpendera 4 x 24 jam → Identifikasilokasi, karakteristik
fisiologis d.d maka nyeri akan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
frekuensinadi menurun dengan nyeri
meningkat Laila
kriteria hasil : → Identifikasi skalanyeri
Khoirunnisak
→ Identifikasirespons nyeri nonverbal
1. → Identifikasifaktor yang
Keluhan
memperberat dan memperingan
nyari (4 nyeri
cukup
→ Identifikasi pengetahuan dan
menurun)
keyakinan tentangnyeri
2. Gelisah → Identifikasipengaruh budaya
(3
sedang) terhadaprespon nyeri
3. Pola napas → Identifikasipengaruh nyeripada
(4 cukup kualitas hidup
membaik ) → Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
4. Tekanan
darah (3 → Monitor efek samping
sedang) penggunaan analgetik
Terapeutik
→ Berikanteknik nonfarmakologi
untuk mengurangirasanyeri
(akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapipijat,
aromaterapi, teknikimajinasi
terbimbing, kompreshangat dingin,
terapi bermain
→ Kontrollingkungan yang
memperberatrasanyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
→ Fasilitasiistirahat dantidur
→ timbangkan jenis dan sumber nyeri
dalampemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
→ Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicunyeri
→ Jelaskan
strategimeredakannyeri →
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
→ Anjurkan menggunakan
analgetik secaratepat
→ Ajarkanteknik
nonfarmakologis untuk
mengurangirasanyeri
Kolaborasi
→ Kolaborasipemberian analgetik,
jika perlu
2. Ansietas b.d Setelah Reduksi Ansietas
kebutuhan dilakukan Tindakan/Observasi
tidak tindakan → Identifikasi saat tingkat
terpenuhi d.d keperawatan 4x ansietas berubah
tampak 24 jam → Identifikasikemampuan mengambil
keputusan Lailatul
gelisah kecemasan klien
→ Monitor tanda-tanda ansietas Khoirunnisak
akan menurun
Teraupetik
dengankriteria
hasil : → Ciptakan suasanateraupetik untuk
menumbuhkan kepercayaan
→ Temanipasien untuk kurangi
1. Perilaku kecemasan
gelisah → Pahami situasi yang
(1 membuat ansietas
menurun) → Dengarkan dengan penuh peehatian
→ Gunakan pendekatan
2. Perilaku
yangtenang dan meyakinkan
tegang(1
menurun) → Tempatkanbarang pribadi yang
memberikan kenyamanan
3. Keluhan → Motivasi mengidentifikasi
pusing (1 situasi yang memicukecemasan
menurun) → Diskusikan perencanaan realistis
4. Konsentrasi tentang peristiwa yang akan datang
(3 sedang) Edukasi
5. Pola tidur (3 → Jelaskan prosedur, termasuk
sedang) sensasi yang mungkin dialami
→ Informasikan secarafaktual
mengenai diagnosa, pengobatan dan
prognosis
→ Anjurkan keluargatetap bersama
pasien
→ Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidakkompetitif
→ Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
→ Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangiketegangan
→ Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
→ Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
→ Kolaborasipemberian obat
antiansietas

Terapi Relaksasi
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi penurunan tingkiat
energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejalalain yang
mengganggukemampuankognitif
→ Identifikasiteknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
→ Identifikasikesediaan, kemapuan
danteknik sebelumnya
→ Periksanketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudahlatihan
→ Monitor responterhadap terapi
relaksasi
Teraupetik
→ Ciptakan lingkungantenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhuruangnyaman
→ Berikan informasitertulistentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
→ Gunakan pakaian longgar
→ Gunakannada suaralembut dengan
irama lambat dan berirama
→ Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgesik atau tindakan lain
Edukasi
→ Jelaskantujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
→ Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang pilih
→ Anjurkan mengambilposisinyaman
→ Anjurkan rileks dan
merasakan sensasirelaksasi
→ Anjurkan sering mengulang
atau melatih teknik yang dipilih
→ Demonstrasi dan latih teknik
relaksasi

FORMAT PELAKSANAAN

NO TGL JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI (SOAP) PARAF

1 29/07/ 09.00 → Melakukan kunjungan 16.10 S:


2020 pertama → Ny.D mengatakannyeri
09.05 → Melakukan saat bergerak
pemeriksaanttv
→ Ny.D mengatakan bingung Lailatul
Nyeri
dengan apayang terjadi Khoirunnisak
→ Mengidentifikasi
09.10 O:
lokasi, karakteristik → TD : 90/80 mmHg
durasi, frekuensi,
→ Suhu : 36,50C
kualitas, intensitas
→ Nadi : 68 x/menit
nyeri
→ Mengidentifikasi → RR : 20 x/menit
09.15 → P : Nyeri timbul saat
skalanyeri
digerakkan
→ Mengidentifikasi
09.20 → Q : Nyeri seperti di iris-
responsnyerinon
iris → R : Nyeri dibagian
verbal perut
→ Mengidentifikasi
09.25 bawah
faktor yang → S : Skalanyeri 5
memperberat dan
→ T : 4 Jam
memperingan nyeri → Pasien tampak gelisah
09.30 → Mengidentifikasi
pengetahuan dan A:
keyakinan tentang
- Masalahbelumteratasi.
nyeri
P:
→ Mengidentifikasi
09.35 Mengulagi dan melanjutkan
pengaruh budaya
intervensi
terhadaprespon nyeri → Melakukan pemeriksaan ttv
→ Mengidentifikasi → Monitor keberhasilan
09.40
pengaruh nyeripada terapi komplementer yang
kualitas hidup sudah diberikan
→ Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Ansietas → Periksanketegangan otot,
09.45 → Mengidentifikasi frekuensinadi, tekanan
saat tingkat ansietas darah, dan suhu
berubah sebelum dan
09.50 → Mengidentifikasi sesudahlatihan
kemampuan → Monitor responterhadap
mengambilkeputusan terapi relaksasi
→ Mengidentifikasi → Monitor tanda-tanda
09.55
penurunan tingkiat ansietas
energi, → Berikanteknik
ketidakmampuan nonfarmakologi untuk
berkonsentrasi, atau mengurangirasanyeri
gejalalain yang
(akupresur, terapi musik,
mengganggu biofeedback, terapipijat,
kemampuankognitif aromaterapi, teknik
10.00 → Mengidentifikasi
imajinasiterbimbing,
teknik relaksasi yang
pernah efektif kompreshangat dingin,
terapi bermain
digunakan
→ Mengidentifikasi → Lakukankontrol
10.05 lingkungan yang
kesediaan, kemapuan
danteknik memperberatrasanyeri
sebelumnya (mis. suhuruangan,
pencahayaan, kebisingan)
→ Berikanfasilitasiistirahat
dantidur
→ Ciptakan suasanateraupetik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2 30/07/ 13.00 → Melakukan kunjungan 20.00 S:
2020 kedua → Ny.D mengatakannyeri
13.05 → Melakukan sudah berkurang sedikit
pemeriksaanttv saat bergerak
Nyeri Lailatul
13.10 O: Khoirunnisak
→ Monitor keberhasilan
→ TD : 100/80 mmHg
terapi komplementer
→ Suhu : 37,50C
yang sudah diberikan
→ Nadi : 70 x/menit
→ Monitor efek
13.15 → RR : 20 x/menit
samping penggunaan
analgetik → P : Nyeri timbul saat
13.20 digerakkan
Monitor tanda-tanda

vital sebelum dan → Q : Nyeri seperti di iris-
iris → R : Nyeri dibagian
sesudahpemberian
perut
analgesik
13.25 → Monitor bawah
efektifitas → S : Skalanyeri 4
analgesik → T : 3 Jam
13.30 → Periksanketegangan → Pasien tampak gelisah
otot, frekuensinadi,
tekanan darah, dan A:
suhu sebelum dan - Masalahbelumteratasi.
13.35 sesudahlatihan P:
→ Berikanteknik Mengulagi dan melanjutkan
nonfarmakologi untuk intervensi
mengurangirasa → Melakukan pemeriksaan ttv
nyeri (akupresur, → Penyampaian materi
terapi musik, tentangnyeri
biofeedback, terapi → Anjurkan memonitor
pijat, aromaterapi, nyeri secaramandiri
teknikimajinasi → Anjurkan
terbimbing, kompres menggunakan analgetik
hangat dingin, terapi secaratepat
13.40 bermain → Ajarkanteknik
→ Lakukan Kontrol nonfarmakologisuntuk
lingkungan yang mengurangirasanyeri
memperberatrasa → Anjurkan keluargatetap
nyeri (mis. suhu bersamapasien
ruangan, → Anjurkan melakukan
pencahayaan, kegiatan yang tidak
kebisingan) kompetitif
13.45
→ Berikanfasilitasi → Anjurkan
mengungkapkan perasaan
istirahat dantidur dan persepsi
13.50 Ansietas
→ Monitor respon
terhadapterapi
relaksasi
13.55
→ Monitor tanda-tanda
ansietas
14.00 → Ciptakan suasana
teraupetik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
3 31/07/ 08.30 → Melakukan kunjungan 15.40 S:
2020 ketiga → Ny.D mengatakannyeri
08.35 → Melakukan berkurang sedikit
pemeriksaanttv
seperti kemarin Lailatul
Nyeri
O: Khoirunnisak
08.40 → Penyampaian → TD : 110/80 mmHg
materi tentangnyeri → Suhu : 37,50C
09.15 → Anjurkan memonitor → Nadi : 70 x/menit
nyeri secara mandiri → RR : 18 x/menit
09.20 → Anjurkan → P : Nyeri timbul saat
menggunakan digerakkan
analgetik secaratepat → Q : Nyeri seperti di iris-
09.25 → Ajarkanteknik iris → R : Nyeri dibagian
nonfarmakologis perut
untuk mengurangi bawah
rasanyeri → S : Skalanyeri 4
Ansietas → T : 1 Jam
09.30 → Anjurkan keluarga → Pasien tampak gelisah
tetap bersamapasien
09.35 → Anjurkan A:
melakukan kegiatan - Masalahbelumteratasi.
yang tidak P:
kompetitif Mengulagi dan mengevaluasi
09.40
→ Anjurkan pengetahuan keluarga
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4 1/08/ 10.00 → Melakukan kunjungan 16.40 S:
2020 keempat → Ny.D mengatakan
10.05 → Melakukan sudah tidak nyeri
pemeriksaanttv
O: Lailatul
10.10 → Latih kegiatan → TD : 120/80 mmHg Khoirunnisak
pengalihan untuk
→ Suhu : 37,50C
mengurangi
→ Nadi : 90 x/menit
ketegangan
→ RR : 20 x/menit
10.15 → Latih penggunaan
mekanisme
A:
pertahanan diri
yang tepat - Masalah teratasi.
10.20 P:
→ Latih teknik relaksasi
10.25 Intervensi dihentikan
→ Anjurkan
mengambil
posisinyaman
10.30 → Anjurkan rileks
dan merasakan
10.35 sensasi relaksasi
→ Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
10.40 dipilih
→ Demonstrasi dan
latih teknik relaksasi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN NYERI

Dosen Pembimbing :

Paramitha Ratna Gayatri, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Lailatul Khoirunnisak (10218044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATANBHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Pokok Bahasan : Nyeri

Sub PokokBahasan : 1. Pengertian Nyeri


2. Faktor penyebab Nyeri
3. Cara mengatasi Nyeri
Sasaran :

1. Sasaran Program : Keluarga Ny.D


2. Sasaran Penyuluhan : Ny.D

Waktu : 10.00-11.05 WIB

Tempat : Rumah Ny.D

Hari dan Tanggal : Minggu, 6 Desember 2020

Pelaksana : 1. Lailatul Khoirunnisak

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Nyeri , diharapkan Keluarga


Ny.D dapat menjelaskan kembali tentangpengertian nyeri, faktor yang
menyebabkan
Nyeri, dan cara mengatasinyeri.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan tentang Nyeri selama 15 menit, Ny.D dapat:
1. Pengertian Nyeri
2. Faktor penyebab Nyeri
3. Cara mengatasi Nyeri

III. MATERI
1. Pengertian Nyeri
2. Faktor penyebab Nyeri
3. Cara mengatasi Nyeri

IV. PENGORGANISASIAN
a. PenanggungJawab : Paramitha Ratna Gayatri, S.Kep.,
Ns., M.Kep

b. Moderator : Lailatul Khoirunnisak


c. Penyaji : Lailatul Khoirunnisak
e. Fasilitator& dokumentasi : Lailatul Khoirunnisak

V. KEGIATAN PENYULUHAN
NO TAHAP PENYULUH AUDIEN WAKTU
1 Pendahuluan → Memberisalam - Menjawab salam 2 menit
→ Memperkenalkan diri - Mendengarkan
2 Kegiatan Inti → Menjelaskan Pengertian -Mendengarkan 10 Menit
Nyeri
→ Menjelaskan Faktor -Mendengarkan
penyebab Nyeri
→ Menjelaskan cara -Mendengarkan
mengatasi
3 Evaluasi → Memberikesempatan - Bertanya
kepadapesertauntuk
bertanyatentang materi 5 Menit
yang di sampaikan
→ Memberi pertanyaan - Menjawab pertanyaan
kepada Keluarga tentang
materi yang di sampaikan
→ Memberikesimpulan - Mendengarkan 3 menit
→ Memberi salampenutup - Menjawab salam

VI. MEDIA

1. Leaflet
a. Poster
VII. METODE PENYULUHAN

Ceramah, Tanya jawab

VIII. EVALUASI

a. Evaluasi Struktur

b. Evaluasi Proses

c. Evaluasi Hasil
MATERI PENYULUHANTERAPI KOMPLEMENTER

A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakanjaringan, baik aktual maupun
potensial atau
yang digambarkan dalambentuk kerusakan tersebut.(Bahrudin, 2018)
Nyeri dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang sukar dipahami
dan fenomena yang kompleks meskipun universal, tetapi masih
merupakan misteri. Nyeri adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
manusia yang menunjukkan adanya pengalaman masalah. Nyeri
merupakan keyakinan individu dan bagaimana respon individu tersebut
terhadap sakit yang
dialaminya (Taylor, 2011)(Oliver, 2018)

B. Faktor Penyebab Nyeri


Faktor yang mempengaruhinyeri menurut Taylor (2011) diantaranya:
1. Budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai
faktor faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri dan ekspresi
nyeri tersebut. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah
bagian
dari proses sosialisasi. (Kozier, 2010).
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan yang telah dikodratkan Tuhan.
Perbedaan antara laki laki dengan perempuan tidak hanya dalam
faktor biologis, tetapi aspek sosial kultural juga membentuk berbagai
karakter sifat gender. Karakter jenis kelamin dan hubungannya
dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan
tersendiri. Jenis kelamin dengan respon nyeri laki- laki dan perempuan
3. Usia
berbeda. Hal ini terjadi karena laki-laki lebih siap untuk menerima
efek, komplikasi dari nyeri sedangkan perempuan suka mengeluhkan
sakitnya dan menangis
(Adha, 2014)

3. Usia
Usia dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau
ada sejak dilahirkan. Menurut Retnopurwandri (2008) semakin
bertambah usia semakin bertambah pula pemahaman terhadap suatu
masalah yang diakibatkan oleh tindakan dan memiliki usahauntuk
mengatasinya. Umur lansia lebih siap melakukan dengan menerima
dampak, efek dan
komplikasinyeri (Adha, 2014).
4. Makna Nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan
klien lain, bergantung pada keadaan dan interpretasi klien mengenai
makna nyeri tersebut. Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri
dengan hasil akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan
sangat baik. Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat
merasa lebih menderita. Mereka dapat berespon dengan putus asa,
ansietas, dan depresi karena mereka tidak dapat mengubungkan
makna positif atau
tujuan nyeri (Kozier, 2010).
5. Kepercayaan spiritual
Kepercayaan spiritual dapat menjadi kekuatan yang
memengaruhi pengalaman individu dari nyeri. Pasien mungkin
terbantu dengan cara
berbincang dengan penasihat spiritual mereka (Taylor, 2011)
6. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun
7. Ansietas
Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini
mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas (Taylor, 2011).
8. Pengalaman sebelumnya
Mahasiswa yang penah mengalami haid kemungkinan akan lebih
siap menghadapi nyeri dibandingkan remaja yang belum pernah.
Namun demikian, pengalaman nyeri sebelumnya tidak berarti bahwa
individu
akan mengalami nyeri yang lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian nyeri tanpa
pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan sebaliknya
(Judha,
2012).

C. Cara MengatasiNyeri
Pelaksanaan keperawatan Menurut Hidayat (2013) pelaksanaan
keperawatan antara lain :
a. Mengurangi factor yang dapat menahan nyeri, misalnya ketidak
percayaan, kesalah pahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
1) Ketidakpercayaan. Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang
diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan
melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian
mengenai keluhan nyeri pasien dan mengatakan kepada pasien
bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih
memahami tentang nyerinya.

2) Kesalahpahaman. Mengurangi kesalah pahaman pasien


tentang nyerinya akan mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan
dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat
individual dan hanyapasien yang tau secara pastitentang nyerinya.

3) Ketakutan. Memberikan informasi yang tepat dapat


mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk
mengekspresikan bagaimanamerekamenganganinyeri.

4) Kelelahan. Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk


mengatasinya kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan
istirahat yang cukup.

5) Kebosanan. Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk


mengurangi nyeri dapat digunakan pngalih perhatian yang bersifat
terapiutik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernapas pelan
dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif
mendengarkan music, membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan
sebagainya.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
seperti:
1) Teknik latihan pengalihan/distraksi a) Menonton televisi
b) Berbincang-bincangdengan orang lain c) Mendengarkan musik

2) Teknik relaksasi Menganjurkan pasien untuk menarik napas


dalam dan mengisi paruparu dalam udara, menghembuskannya
secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus
berkonsentrasi hingga didapat rasanyaman, tenang, dan rileks.

3) Stimulasi kulit a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri


b) Menggosok punggung c) Menggunakan air hangat dan dingin
d) Memijat dengan air mengalir. e) Pemberian obat analgesik,
yang dilakukan guna menganggu atau memblok transmisi stimulus
agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. f) Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan
memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang
kurangdirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1),


7. https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

2. Darmawati. (2011). Mengenali abortus dan faktor yang berhubungan


dengan kejadian abortus. Idea Nursing Journal, II(1).
3. Mulyaningasih, D. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Abortus.
4. Oliver, J. (2018). Tanda dan Gejala Nyeri. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689- 1699.

5. Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). HIGEIA JOURNAL


OF PUBLIC HEALTH. 1(3), 84-94.
6. Susilowati, R. U. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS.
7. Zuliyanti, R. (2019). TINJAUAN PUSTAKA. 5- 18.
DAFTAR PESERTA PENYULUHAN

No. Nama TTD


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.

Anda mungkin juga menyukai