KOTA TANGERANG
OLEH
BIRGITTA PRANIWI
NIM. 231030230548
PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN KASUS POST OP KURETASE G1P0A0 HAMIL 16 MINGGU
DI RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG
Disusun untuk memenuhi tugas laporan ners
stase Keperawatan Maternitas
OLEH
BIRGITTA PRANIWI
NIM. 231030230548
PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406
TAHUN 2023
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Abortus
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu
diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang
dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
(Purwaningrum & Fibriana, 2017).
B. Klasifikasi
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis, semata-
mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan
berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya
mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin mengalami
gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk
meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan
tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens adalah
tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jam dengan
observasi.
cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari dalam vagina.
Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi
uterus dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu
kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode
ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,kontraksi uterus
yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan
menggunakan forseps ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang
dikirim untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium
ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin, selaput ketuban
dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti,
serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu
plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya
pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang
sementara serviks tetap terbuka. Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada
abortus ini dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian,
evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene
vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat
gamaglobulin anti-D diberikan pada Wanita dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens, perdarahan per
vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam
rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil
dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi
merasa hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar
dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan plasennta
kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi
spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian
dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakuasi
spontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk mengeluarkannya
secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan
ini memberikan situasi yang sangat sulit
.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu. Serviks berdilatasi tanpa
rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat
dicegah dengan membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string
suture) yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu
antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut
dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan
dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan mulai terjadi. Angka
keberhasilan jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi
serviks murni.
g. Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali atau lebih
abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab abortus habitualis lebih
dari satu (multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.
h. Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi normal saluran
genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus kriminalis (abortus
ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi penyebab infeksi yang paling
serius karena tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam
rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain
secara langsung atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis,
dan septikemia.
C. Manifestasi Klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat, juga sering
terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani, 2013).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah teertutup,
ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk
dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan pada uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyangkan, tidak nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol
dan tidak nyeri.
G. Pathway
Abortus Cemas Deficit pengetahuan
(D.0111) Hal. 246
Komplit Inkomplit
Distribusi darah
kejaringan menurun
Akral dingin
Perfusi perifer
tidak efektif
(D.0009) Hal. 37
SDKI, 2017
H. Penatalaksanaan
1. Istirahat baring
2. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanis.
3. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
4. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan
empat jam bila pasien panas.
5. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
(Mulyaningasih, 2013).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati, 2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnose medis, jenis kelamin.
b. Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggal lahir status, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi kesehatan
saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
3. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah sakit
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygiene
f. Pola aktivitas
g. Pola kognitif dan persepsi
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi
k. Pola penanganan masalah stress
l. Pola keyakinan dan nilai-nilai
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
c. Pemeriksaan head to toe
5. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
b. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
B. Diagnosa Keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
1. Nyeri akut (D.0077) b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat
2. Ansietas (D.0080) b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah
3. Risiko syok (D.0039) d.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidakseimabangan cairan (D,0036) d.d perdarahan
5. Resiko infeksi (D.0142) b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
C. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
OLEH
BIRGITTA PRANIWI
NIM. 231030230548
PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406
TAHUN 2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S
DENGAN DIAGNOSA POST KURET G1P0A0 HAMILAN 16 MINGGU
1. Identitas
a. Nama Klien : Ny.S Nama Suami : Tn.D
b. Umur : 24th Umur : 26 th
c. Suku Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda
d. Agama : Islam Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Jl. Sukasari Alamat : Jl. Sukasari
h. Status Perkawinan : Sudah menikah Lama perkawinan : 1 tahun
i. Diagnosa Medis : Post Operasi Kuret Atas Indikasi Abortus Inkomplit
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kepala nya serasa pusing dan ada nyeri di perut bagian bawah
P : Post op Kuret
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian abdomen kuadran bawah
S : 7 dari 0-10
T : Nyeri hilang timbul
b. Riwayat kesehatan saat ini
Pada tanggal 13-12-2023 pada saat usia kehamilan 16 minggu jam 15:30 subuh,
Ny.S mengalami perdarahan yang lumayan banyak dan langsung dibawa ke
pelayanan kesehatan jam 16:00 ke RS Melati karena curiga mengalami keguguran.
Tiba di RS Melati pukul 16:00 langsung dilakukan pemeriksaan dan dipatkan hasil
Ny.S mengalami Abortus Inkomplit dan direncanakan untuk operasi Kuret. Operasi
dilaksanakan pukul 16:15 – 15:35. Pukul 19:20 Ny.S dipindahkan ke ruang nifas
untuk mendapatkan perawatan. Pada saat tiba di ruangan kondisi ibu tampak lemah,
pucat, kulit teraba dingin, Konjungtiva Anemis, CRT >3 detik.
c. Riwayat kesehatan lalu
Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang memiliki riwayat hipertensi
f. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : Kuret
Tindakan : a/i Aburtus Inkomplit
Jenis Kelamin bayi :-
BB/ :-
Perdarahan : (+) ± 500 cc
Masalah dalam persalinan : Janin tidak keluar saat keguguran
Jenis Anastesi : Total
g. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi : Ya ( ) Tidak (√ ) Hormonal ( ) IUD/AKDR ( )
Lama penggunan :- keluhan :-
h. Pemeriksaan fisik dan pengkajian Gordon
1) Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Eye 4, Verbal 5, motorik 6 = Composmentis
TD : 90/70 mmhg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,0ºc
RR : 20 x/menit
SPO2 : 94 %
CRT : > 3 detik
Kulit : Kulit tampak pucat, teraba dingin
2) Persepsi terhadap penyakit dan Managemen Kesehatan
Klien menerima keguguran yang dialaminya, dan suami nya mendampingi
istrinya
a) Kognitif dan perceptual
Pasien merasa takut terhadap akan terjadi pada dirinya setelah kuret, takut
akan terulang kembali
b) Peran dan hubungan
Hubungan klien dengan keluarga, tetangga, masyarakat terjalin dengan baik
dan di Rumah Sakit hubungan klien dengan tenaga kesehatan dan pasien lain
juga terjalin dengan baik.
c) Seksualitas dan reproduksi
Klien mengatakan sedang mengalami masa nifas setelah keguguran
d) Nilai dan kepercayaan terhadap penyakit
Klien beragama islam, saat berada dirumah sakit Klien tidak dapat sholat
karena tidak dapat leluasa dalam bergerak dan pasien sedang dalam masa
nifas setelah keguguran sehingga diperbolehkan tidak mengerjakan sholat.
Klien dan keluarga hanya dapat berdoa agar dapat sembuh dan pulih.
3) Head to toe
a) Kepala leher
b) Rambut :Bentuk kepala normal. Rambut pasien tampak sehat dan
berwarna hitam. Pasien tidak memiliki keluahan pada kepalanya.
c) Mata :Mata tampak simetris kiri dan kanan, fungsi penglihatan baik dan
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, skelera tidak ikterik, pupil
isokor, Konjungtiva anemis.
d) Hidung :Fungsi penciuman klien baik, klien mampu membedakan alkohol
dan bau minyak kayu putih. Tidak ada kelainan pada hidung
e) Mulut :Gigi pasien tampak bersih, pasien tidak miliki stomatitis. Pasien
tidak memiliki kesulitan dalam menelan, bibir tampak pucat.
f) Telinga :Struktur telinga simetris antara kiri dan kanan, kebersihan telinga
cukup bersih, fungsi pendengaran baik
g) Leher :Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
h) Dada
Jantung : Suara jantung normal S1 dan S2
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada, taktil premitus teraba
Perkusi : Pada dada kanan terdengar suara redup
Irama pernafasan : iregular
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Payudara : Kendor dan mengkerut, Putting menonjol
Pengeluaran ASI : Tidak keluar ASI
i) Abdomen
Inspeksi : Tampak kembung
Auskultasi : Bising usus 5 x/Menit
Palpasi : Tidak teraba fundus di abdomen
Perkusi : Hipertimpany
j) Fungsi pencernaan
Nutrisi dan cairan
Dirumah : klien makan sering makan ikan dan sayur
Nafsu makan : nafsu makan klien baik
Antropometri : BB 41 kg TB : 150cm
Asupan cairan: asupan cairan klien sehari 1000 ml
Di RS : klien dipuasakan karena belum flaxtus
4) Istirahat dan kenyamanan
Dirumah : Pada siang hari pasien selalu tidur siang mulai jam14.00-15.00
Pada malam hari pasien tidur mulai jam 21.00-05.00
Di RS : Pada malam hari klien dapat tidur 7-8 jam
Pada siang hari klien dapat tidur 1 jam
5) Mobilisasi dan Latihan
a) Tingkat mobilisasi :
- Pasien setiap hari hanya menjadi ibu rumah tangga
- Selama dirumah sakit klien memilki keterbatasan dan kelemahan dalam
mobilitas karena pengaruh anastesi total
- Terpasang infus di extrimitas atas bagian kanan
Skala otot
5555 5555
3333 3333
Ket :
0 : parilasis total
1 : tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
2 : gerakan otot penuh,menentang gravitasi dengan sokongan
3 : gerakan normal menentang gravitasi
4 : gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh
b) Ekstrimitasital
Varises : Tidak ada
Edema : Tidak ada
c) Perinium dan genital
Vagina :
Edema: (-)
Memar: (-)
Hematom : perdarahan pervaginaan (+), tetapi sudah berkurang
Tanda-tanda REEDA
R (Kemerahan) (-) Tidak ada
E (Bengkak) (-) Tidak ada
E (Echimosis) (-) Tidak ada
D (Discharge) (-) Tidak ada
A (Aprproximate) (-) Tidak ada
Kebersihan : tampak bersih
Perineum : utuh
Lokhea : Rubra
Jumlah : ± 5 cc
Jenis/warna : merah segar
Konsistensi : cair
Bau : amis darah, seperti darah menstruasi
Hemoroid : Tidak terjadi konstipasi pada klien
d) Eliminasi
BAK & BAK (Dirumah)
BAK : 4-5 kali sehari. Pasien tidak memiliki gangguan BAK
BAB : BAB di rumah 1 kali sehari. Pasien tidak memiliki kesulitan untuk
BAB
Di Rumah Sakit
Pasien BAK melalui selang kateter urine sebanyak 600 cc dan belum ada
BAB selama di RS dan belum flaktus
j. Terapi
Gol
Nama Obat Komposisi Indikasi/ Kontraindikasi Dosis Cara Pem
Obat
Infus RL Ringer Laktat Elektrolit Indikasi : 20 tpm IV
Resusitasi, Diare, Luka Bakar, Gajal ginjal akut.
Kontraindikasi :
Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan.
Golongan Eritrosit, sel darah Indikasi : Target IV
Darah A + merahnya saja, - Anemia pada perdarahan akut setelah di dahului HB : 8
PRC (Packed biasanya untuk penggantian volume dengan cairan
Red Cells) meningkatkan Hb - Anemia kronis
- Gangguan pembekuan darah karena defesiensi
komponen
- Plasma loss atau hipoalbuminemia
- Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat
di atasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan
lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit
perlu dianjurkan dengan trensfusi jika Hb < 8
gr/dl
Kontraindikasi :
- Acute pulmonary edema
- Congestive heart failure
- Pulmonary embolisme
- Hipertensi maligna
- Hipercythemia
- gagal ginjal kronis
- alergi dan anafilaktik terhadap trnasfusi darah
Infus Nacl Sodium chloride Electrolit Indikasi : 20 tpm Intra vena
(Sebelum 0,9% Penganti cairan plasma isotonic yang hilang,
transfusi) penganti cairan pada kondisi alkalosis
hipokloremia
Kontraindikasi :
Hypokalemia
k. Analisa data
L. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d pernurunan konsentrasi hemoglobin
d.d CRT >3 detik, kongjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, akral teraba
dingin, perdarahan ± 500 cc, HB 5.2, HT 17.9
2. Nyeri akut (D.0077) b.d agen cidera fisik d.d skala nyeri 6/10, nyeri seperti di
tusuk-tusuk, post operasi.
3. Risiko Infeksi (D.0142) d.d efek prosedur invasif
M. Rencana Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan tanda vital
efektif (D.0009) b.d keperawatan selama 3x24 jam (I.02060)
pernurunan diharapkan perfusi jaringan obeservasi
konsentrasi menigkat (l.02011) dengan 1. monitor tekanan darah
hemoglobin d.d CRT kriteria hasil : 2. monitor nadi
>3 detik, 1. Warna kkulit pucat 3. monitor suhu tubuh
kongjungtiva menurun terapeutik
anemis, mukosa 2. Pengisisan kapiler 4. atur interval pemantauan sesuai
bibir pucat, akral membaik kondisi pasien
teraba dingin, 3. Tekanana sistolik dan 5. dokumentasikan hasil
perdarahan ± 500 cc, diastolik membaik pemantauan
HB 5.2, HT 17.9 4. Turgor kulit membaik kolaborasi
5. Akral membaik 6. informasukan hasil
pemantauan, jika perlu
manajemen cairan (I.03098)
observasi
1. monitor status hidrasi
2. monitor status hemodinamika
terapeutik
3. catat intake output dan hitung
balans cairan 24 jam
4. berikan cairan intravena
kolaborasi
5. kolaborasi pemberian
dirapeutik, jika perlu
Edukasi :
- Jelaska penyebab dan
pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
N. Implementasi keperawatan
Senin.13 Desember 2023
No Jam Nomor Implementasi Evaluasi Tindakan Paraf
Tindakan Diagnosa
Keperawatan
1 19:20 Perfusi perifer 1. Monitor TTV dan status S:
tidak efektif sirkulasi : Pasien mengatakan kepalanya
(D.0009) b.d - Mengkaji, warna masih pusing
pernurunan kulit, mukosa bibir, O:
konsentrasi status pernafasan, Warna kulit pucat, Mukosa
hemoglobin Konjungtiva, CRT, bibir pucat, Konjongtiva
status pernafasan, anemis, Perdarahan
SPO2 dan TTV pervaginaan (+), CRT > 3
2. Pengaturan Posisi detik, Kulit teraba dingin, Birgitta
- Mengatur posisi Irama pernafasan iregular, praniwi
pasien dengan kepala Tanda –tanda Vital
di tinggikan sesuai TD: 100/70 mmHg
toleransi pasien N: 80 x/Menit
3. Manajemen Nutrisi R: 21 x/Menit
- Kolaborasi dengan T: 36,1 oC
gizi pemberian nutrisi SPO2 = 95 %
tinggi zat besi Posisi kepala pasien sedikit di
4. Pemberian obat tinggikan di bad, Pasien
- Kolaborasi pemberian belum diperbolehkan makan
Sulfas Ferosus 2 x 1 karena belum flaktus, Obat
5. Manajemen Cairan sulfas ferosus telah diberikan,
- Memberikan terapi Terpasang Infus RL 20 tpm,
intravena RL 20 tpm Infus NACL di berikan sesuai
- Memberian cairan prosedur tranfusi darah,
NACL untuk Tranfusi PRC diberikan 1
prosedur tranfusi kolf, cek hasil lab besok
darah
- Kolaborasi pemberian A:
tranfusi darah PRC Masalah teratasi sebagian
P:
1. Monitor TTV dan K/u
2. Kolaborasi pemberian
dieuritek, jika perlu
2 19:20 Nyeri akut 1. Manajemen Nyeri S:
(D.0077) b.d - Melakukan Pasien mengatakan masih
agen cidera pengkajian nyeri merasakan nyeri tetapi sudah
- Observasi tanda-tanda
fisik sedikit berkurang.
vital O:
- Ajarkan teknik nafas - P : Post op Kuret Birgitta
dalam (Dengan cara - Q : Nyeri seperti di praniwi
menarik nafas melalui tusuk-tusuk
hidung diamkan - R : Nyeri pada bagian
selama 3 detik lalu abdomen kuadran bawah
hembuskan melalui
- S : 4 dari 0-10
mulut)
- T : Hilang Timbul
2. Pemberian Analgesik
- Tanda tanda vital
- Lakukan kolaborasi
dengan dokter untuk TD : 100/70 mmHg
memberikan N : 80 x/menit
analgesik asam R : 21 x/menit
mefenamat 3 x 500 T : 36,1°C
mg - Pasien tampak
mempraktikkan tekhnik
relaksasi nafas dalam
yang di ajarkan perawat
- Obat analgesik asam
mefenamat telah
diberikan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
1. Monitor ttv dan K/u
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
3. Kolaborasi pemberian
analgetik