Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIK KLINIK PROFESI NERS

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUMAH SAKIT MELATI

KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Mememenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

OLEH
BIRGITTA PRANIWI
NIM. 231030230548

PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406

PROGRAM PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN KASUS POST OP KURETASE G1P0A0 HAMIL 16 MINGGU
DI RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG
Disusun untuk memenuhi tugas laporan ners
stase Keperawatan Maternitas

OLEH
BIRGITTA PRANIWI
NIM. 231030230548

PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Abortus
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu
diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang
dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
(Purwaningrum & Fibriana, 2017).

B. Klasifikasi
Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis, semata-
mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan
berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya
mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin mengalami
gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk
meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan
tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens adalah
tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jam dengan
observasi.
cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari dalam vagina.
Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi
uterus dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu
kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode
ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,kontraksi uterus
yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Jika abortus tidak terjadi dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan
menggunakan forseps ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang
dikirim untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium
ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin, selaput ketuban
dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti,
serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu
plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya
pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini, perdarahan tidak segera berkurang
sementara serviks tetap terbuka. Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada
abortus ini dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian,
evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene
vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat
gamaglobulin anti-D diberikan pada Wanita dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens, perdarahan per
vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam
rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil
dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi
merasa hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar
dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan plasennta
kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola karneosa. Evakuasi
spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian
dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakuasi
spontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk mengeluarkannya
secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan
ini memberikan situasi yang sangat sulit
.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu. Serviks berdilatasi tanpa
rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat
dicegah dengan membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string
suture) yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu
antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut
dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan
dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan mulai terjadi. Angka
keberhasilan jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi
serviks murni.
g. Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali atau lebih
abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab abortus habitualis lebih
dari satu (multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.
h. Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi normal saluran
genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus kriminalis (abortus
ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi penyebab infeksi yang paling
serius karena tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam
rahim. Infeksi dapat menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain
secara langsung atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis,
dan septikemia.

2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukan dengan


memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok :
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan terapeutik
(bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu) maupun alasan lain.
b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis (Susilowati, 2019).

C. Manifestasi Klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat, juga sering
terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani, 2013).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah teertutup,
ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk
dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan pada uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyangkan, tidak nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol
dan tidak nyeri.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Abortus


Faktor penyebab terjadinya abortus adalah (Zuliyanti, 2019):
1. Faktor Fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh
abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar 60-
75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan
kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya.
2. Faktor Maternal
a. Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma
yang besar dan multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome)
dapat meningkatkan risiko abortus.Malformasi kongenital yang disebabkan
oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh
yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus dapat
menunjukkan hasil yang positif. Inkompetensia servik bertanggung jawab
untuk abortus yang terjadi pada trimester II. Tindakan cervical cerclage pada
beberapa kasus memperlihatkan hasil yang positif.
b. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti secara
luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis, Ureaplasma
urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex, Cytomegalovirus,
Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan semua jenis abortus
spontan. Data penelitian yang menghubungkan infeksi dengan abortus
menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of Obstetricians
and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama abortus
trimester awal.
c. Penyakit Metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolic pada ibu
seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme dan anemia. Anemia
dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena
dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi).
d. Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi autoimunitas yang
ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid
membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus
berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan kematian janin).
Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu pemeriksaan serologis untuk
konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus, antibody kardiolipin). Pengobatan
pilihan adalah aspirin dan heparin (atau prednison dalam beberapa kasus
tertentu).
e. Trauma Fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan
Abortus. Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah
kematian mudigah atau janin (Smith, 2015).
3. Faktor Paternal
Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam
terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat
menyebabkan abortus.

E. Masalah-Masalah Yang Terjadi


1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis) (Susilowati, 2019).
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus
terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak
lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya
kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang
jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu
singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan
mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap
dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk
lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia
menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa
cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.(Susilowati, 2019).

G. Pathway
Abortus Cemas Deficit pengetahuan
(D.0111) Hal. 246

Komplit Inkomplit

Seluruh hasil Plasenta tertinggal


Kuretase dikeluarkan
konsepsi keluar dirahim

Alat tidak steril Gangguan


Perdarahan
Pembuluh darah rasa nyaman
masih terbuka (D.0074)
Kembali dalam 10 Resiko Infeksi Hal. 166
hari (D.0142)
Hal 304 Perdarahan masif
Hivopolemi
(D.0023) Hal.64

Distribusi darah
kejaringan menurun

Akral dingin

Perfusi perifer
tidak efektif
(D.0009) Hal. 37

SDKI, 2017

H. Penatalaksanaan
1. Istirahat baring
2. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanis.
3. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
4. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan
empat jam bila pasien panas.
5. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
(Mulyaningasih, 2013).

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati, 2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnose medis, jenis kelamin.
b. Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggal lahir status, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi kesehatan
saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
3. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah sakit
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygiene
f. Pola aktivitas
g. Pola kognitif dan persepsi
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi
k. Pola penanganan masalah stress
l. Pola keyakinan dan nilai-nilai
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
c. Pemeriksaan head to toe
5. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
b. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

B. Diagnosa Keperawatan
(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)
1. Nyeri akut (D.0077) b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat
2. Ansietas (D.0080) b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah
3. Risiko syok (D.0039) d.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidakseimabangan cairan (D,0036) d.d perdarahan
5. Resiko infeksi (D.0142) b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
C. Intervensi

No Diagnose SLKI SIKI


Keperawatan
1 Nyeri akut (D.0077) Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri
b.d agen pendera Tingkat Nyeri (L.08066) (I. 08238) Hal.201
fisiologis d.d Hal. 145 Tindakan/Observasi
frekuensi nadi 1. Keluhan nyari 1. Identifikasi lokasi,
Meningkat menurun karakteristik durasi,
Hal :172 2. Gelisah menuru frekuensi, kualitas,
3. Pola napas membaik intensitas nyeri
4. Tekanan darah 2. Identifikasi skala nyeri
membaik 3. Identifikasi respons
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin,
terapi bermain
11. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan
tidur
13. timbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
14. strategi meredakan
nyeri
Edukasi
15. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
16. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
17. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
18. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
19. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Ansietas b.d Kriteri hasil : Reduksi Ansietas
kebutuhan tidak Tingkat Ansietas Tindakan/Observasi
terpenuhi d.d tampak (L.09093) Hal. 132 1. Identifikasi saat tingkat
Gelisah 1. Perilaku gelisah ansietas berubah
menurun 2. Identifikasi
2. Perilaku tegang kemampuan
menurun mengambil Keputusan
3. Keluhan pusing 3. Monitor tanda-tanda
menurun ansietas
4. Pola tidur sedang Teraupetik
4. Ciptakan suasana
teraupetik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk
kurangi kecemasan
6. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
9. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
10. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosa, pengobatan
dan prognosis
11. Anjurkan keluarga
tetap bersama pasien
12. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
13. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
14. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
15. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
16. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian
obat antian sietas

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449
Darmawati. (2011). Mengenali abortus dan faktor yang berhubungan dengan kejadian
abortus. Idea Nursing Journal, II(1).
Mulyaningasih, D. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Abortus.
Oliver, J. (2018). Tanda dan Gejala Nyeri. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH. 1(3), 84–94.
Susilowati, R. U. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS.
Zuliyanti, R. (2019). TINJAUAN PUSTAKA. 5–18
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KASUS
POST OP KURETASE G1P0A0 HAMIL 16 MINGGU DI RUMAH
SAKIT MELATI KOTA TANGERANG
Disusun untuk memenuhi tugas laporan ners
stase Keperawatan Maternitas

OLEH
BIRGITTA PRANIWI
NIM. 231030230548

PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S
DENGAN DIAGNOSA POST KURET G1P0A0 HAMILAN 16 MINGGU

Tanggal masuk : 13 Desember 2023 Jam masuk: 16:00


Ruang/kelas : Melati Kamar No: 201
Tanggal pengkajian : 13 Desember 2023 Jam : 18:00

1. Identitas
a. Nama Klien : Ny.S Nama Suami : Tn.D
b. Umur : 24th Umur : 26 th
c. Suku Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda
d. Agama : Islam Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Jl. Sukasari Alamat : Jl. Sukasari
h. Status Perkawinan : Sudah menikah Lama perkawinan : 1 tahun
i. Diagnosa Medis : Post Operasi Kuret Atas Indikasi Abortus Inkomplit

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kepala nya serasa pusing dan ada nyeri di perut bagian bawah
P : Post op Kuret
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian abdomen kuadran bawah
S : 7 dari 0-10
T : Nyeri hilang timbul
b. Riwayat kesehatan saat ini
Pada tanggal 13-12-2023 pada saat usia kehamilan 16 minggu jam 15:30 subuh,
Ny.S mengalami perdarahan yang lumayan banyak dan langsung dibawa ke
pelayanan kesehatan jam 16:00 ke RS Melati karena curiga mengalami keguguran.
Tiba di RS Melati pukul 16:00 langsung dilakukan pemeriksaan dan dipatkan hasil
Ny.S mengalami Abortus Inkomplit dan direncanakan untuk operasi Kuret. Operasi
dilaksanakan pukul 16:15 – 15:35. Pukul 19:20 Ny.S dipindahkan ke ruang nifas
untuk mendapatkan perawatan. Pada saat tiba di ruangan kondisi ibu tampak lemah,
pucat, kulit teraba dingin, Konjungtiva Anemis, CRT >3 detik.
c. Riwayat kesehatan lalu
Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang memiliki riwayat hipertensi

e. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu

No Tahun Tempat Penolong Persalinan UK JK BBL Masalah


Kehamilan
1. 2023 RS Dokter Abortus 16 - - perdarahan
Inkomplit minggu

Pengalaman Menyusui : Tidak


ASI eksklusif : Tidak
Menstruasi Umur : 14 Tahun

f. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : Kuret
Tindakan : a/i Aburtus Inkomplit
Jenis Kelamin bayi :-
BB/ :-
Perdarahan : (+) ± 500 cc
Masalah dalam persalinan : Janin tidak keluar saat keguguran
Jenis Anastesi : Total

g. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi : Ya ( ) Tidak (√ ) Hormonal ( ) IUD/AKDR ( )
Lama penggunan :- keluhan :-
h. Pemeriksaan fisik dan pengkajian Gordon
1) Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Eye 4, Verbal 5, motorik 6 = Composmentis
TD : 90/70 mmhg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,0ºc
RR : 20 x/menit
SPO2 : 94 %
CRT : > 3 detik
Kulit : Kulit tampak pucat, teraba dingin
2) Persepsi terhadap penyakit dan Managemen Kesehatan
Klien menerima keguguran yang dialaminya, dan suami nya mendampingi
istrinya
a) Kognitif dan perceptual
Pasien merasa takut terhadap akan terjadi pada dirinya setelah kuret, takut
akan terulang kembali
b) Peran dan hubungan
Hubungan klien dengan keluarga, tetangga, masyarakat terjalin dengan baik
dan di Rumah Sakit hubungan klien dengan tenaga kesehatan dan pasien lain
juga terjalin dengan baik.
c) Seksualitas dan reproduksi
Klien mengatakan sedang mengalami masa nifas setelah keguguran
d) Nilai dan kepercayaan terhadap penyakit
Klien beragama islam, saat berada dirumah sakit Klien tidak dapat sholat
karena tidak dapat leluasa dalam bergerak dan pasien sedang dalam masa
nifas setelah keguguran sehingga diperbolehkan tidak mengerjakan sholat.
Klien dan keluarga hanya dapat berdoa agar dapat sembuh dan pulih.
3) Head to toe
a) Kepala leher
b) Rambut :Bentuk kepala normal. Rambut pasien tampak sehat dan
berwarna hitam. Pasien tidak memiliki keluahan pada kepalanya.
c) Mata :Mata tampak simetris kiri dan kanan, fungsi penglihatan baik dan
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, skelera tidak ikterik, pupil
isokor, Konjungtiva anemis.
d) Hidung :Fungsi penciuman klien baik, klien mampu membedakan alkohol
dan bau minyak kayu putih. Tidak ada kelainan pada hidung
e) Mulut :Gigi pasien tampak bersih, pasien tidak miliki stomatitis. Pasien
tidak memiliki kesulitan dalam menelan, bibir tampak pucat.
f) Telinga :Struktur telinga simetris antara kiri dan kanan, kebersihan telinga
cukup bersih, fungsi pendengaran baik
g) Leher :Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
h) Dada
Jantung : Suara jantung normal S1 dan S2
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada, taktil premitus teraba
Perkusi : Pada dada kanan terdengar suara redup
Irama pernafasan : iregular
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Payudara : Kendor dan mengkerut, Putting menonjol
Pengeluaran ASI : Tidak keluar ASI
i) Abdomen
Inspeksi : Tampak kembung
Auskultasi : Bising usus 5 x/Menit
Palpasi : Tidak teraba fundus di abdomen
Perkusi : Hipertimpany
j) Fungsi pencernaan
Nutrisi dan cairan
Dirumah : klien makan sering makan ikan dan sayur
Nafsu makan : nafsu makan klien baik
Antropometri : BB 41 kg TB : 150cm
Asupan cairan: asupan cairan klien sehari 1000 ml
Di RS : klien dipuasakan karena belum flaxtus
4) Istirahat dan kenyamanan
Dirumah : Pada siang hari pasien selalu tidur siang mulai jam14.00-15.00
Pada malam hari pasien tidur mulai jam 21.00-05.00
Di RS : Pada malam hari klien dapat tidur 7-8 jam
Pada siang hari klien dapat tidur 1 jam
5) Mobilisasi dan Latihan
a) Tingkat mobilisasi :
- Pasien setiap hari hanya menjadi ibu rumah tangga
- Selama dirumah sakit klien memilki keterbatasan dan kelemahan dalam
mobilitas karena pengaruh anastesi total
- Terpasang infus di extrimitas atas bagian kanan
Skala otot

5555 5555
3333 3333

Ket :
0 : parilasis total
1 : tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
2 : gerakan otot penuh,menentang gravitasi dengan sokongan
3 : gerakan normal menentang gravitasi
4 : gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh

b) Ekstrimitasital
Varises : Tidak ada
Edema : Tidak ada
c) Perinium dan genital
Vagina :
Edema: (-)
Memar: (-)
Hematom : perdarahan pervaginaan (+), tetapi sudah berkurang
Tanda-tanda REEDA
R (Kemerahan) (-) Tidak ada
E (Bengkak) (-) Tidak ada
E (Echimosis) (-) Tidak ada
D (Discharge) (-) Tidak ada
A (Aprproximate) (-) Tidak ada
Kebersihan : tampak bersih
Perineum : utuh
Lokhea : Rubra
Jumlah : ± 5 cc
Jenis/warna : merah segar
Konsistensi : cair
Bau : amis darah, seperti darah menstruasi
Hemoroid : Tidak terjadi konstipasi pada klien
d) Eliminasi
BAK & BAK (Dirumah)
BAK : 4-5 kali sehari. Pasien tidak memiliki gangguan BAK
BAB : BAB di rumah 1 kali sehari. Pasien tidak memiliki kesulitan untuk
BAB
Di Rumah Sakit
Pasien BAK melalui selang kateter urine sebanyak 600 cc dan belum ada
BAB selama di RS dan belum flaktus

i. Hasil pemeriksaan penunjang


Laboraturium
Tanggal 13-12-2023
Pukul : 16:15
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 5.9 12.00-16.00 g/dl
Lekosit 11.2 4.00-10.5 nbu/ul
Eritrosit 2.54 4.10-6.00 Juta/ul
Hematokrit 17.9 37.00-47.00 Vol%
Trombosit 418 150-450 Ribu/ul
DW-CV 16.1 12.1-14.0 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 70.7 75.0-96.0 n
MCH 23.2 28.0-32.0 pg
MCHC 32.9 33.0-37.0 %
HITUNG JENIS
Gran% 79.9 50.0-70.0 %
Limfosit% 14.7 25.0-50.0 %
MID% 5.4 4.0-11.0 %
Gran# 9.00 2.50-7.00 Ribu/ul
Limfosir# 1.6 1.25-40 Ribu/ul
MID# 0.6 Ribu/ul

j. Terapi
Gol
Nama Obat Komposisi Indikasi/ Kontraindikasi Dosis Cara Pem
Obat
Infus RL Ringer Laktat Elektrolit Indikasi : 20 tpm IV
Resusitasi, Diare, Luka Bakar, Gajal ginjal akut.
Kontraindikasi :
Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan.
Golongan Eritrosit, sel darah Indikasi : Target IV
Darah A + merahnya saja, - Anemia pada perdarahan akut setelah di dahului HB : 8
PRC (Packed biasanya untuk penggantian volume dengan cairan
Red Cells) meningkatkan Hb - Anemia kronis
- Gangguan pembekuan darah karena defesiensi
komponen
- Plasma loss atau hipoalbuminemia
- Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat
di atasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan
lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit
perlu dianjurkan dengan trensfusi jika Hb < 8
gr/dl
Kontraindikasi :
- Acute pulmonary edema
- Congestive heart failure
- Pulmonary embolisme
- Hipertensi maligna
- Hipercythemia
- gagal ginjal kronis
- alergi dan anafilaktik terhadap trnasfusi darah
Infus Nacl Sodium chloride Electrolit Indikasi : 20 tpm Intra vena
(Sebelum 0,9% Penganti cairan plasma isotonic yang hilang,
transfusi) penganti cairan pada kondisi alkalosis
hipokloremia
Kontraindikasi :
Hypokalemia

Asam Asam mefenamat Analgesik Indikasi : 3 x 500 Po


Mefenamat Menghilangkan nyeri akut dan kronik mg
Kontraindikasi :
Penderita tukak lambung, radang usus, gangguan
ginjal, asma, dan hipersensitif terhadap asam
mefenamat
Asam Trenexamid Anti- Indikasi : 3 x 500 Po
traneksamat fibrinoliti Perdarahan yang disebabkan fibrinolysis , mg
k hemofilia, mencegah perdarahan.
Kontraindikasi :

Cefadroxil Cefadroxil Antibiotik Indikasi : 2x1 IV


monohydrate Pengobatan infeksi, yang disebabkan oleh
microorganisme yang sensitif infeksi saluran
pernafasan, otitis media, infeksi kulit, dan jaringan
lunak, Infeksi saluran kemih dan kelamin.
Kontraindikasi :
Hipersensitif atau alergi terhadap cefadroxil dan
sefalosporin lainnya

Sulfas Ferosus Fe Sulfate Suplemen Indikasi : 2x1 Po


heptatydrate Anemia hipokromik, & makrositik, hamil
Kontraindikasi :

k. Analisa data

No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem


1 13/12/2023 DS :
19 :20 - Pasien mengatakan nyeri di bagian perut Agen Cidera Fisik Nyeri akut
(Post Op Kuret)
bagian bawah setelah operasi kuret
P : Post op Kuret
Q: Seperti di tusuk-tusuk
R: Abdomen bagian bawah
S: 6 dari (0-10)
T: Hilang Timbul
DO :
- Pasien tampak tidak rileks
- Pasien tampah menahan rasa sakitya
- Post Op Kuret atas indikasi Abortus
Inkomplit
- Keluar darah pervaginaan (+)
- TTV:
TD= 90/70 mmHg
N = 78 x/Menit
R = 20 x/ Menit
T = 36,0oC
SPO2 = 94 %

2 13/12/2023 DS : Pernurunan Perfusi perifer tidak


19:20 - Ibu mengatakan kepalanya pusing setelah konsentrasi efektif
hemoglobin
operasi kuret
DO :
- Kulit terlihat pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien terlihat lemah
- Mukosa bibir tampak pucat
- Kulit teraba dingin
- Perdarah pervaginaan ± 500 cc
- CRT Memanjang > 3 detik
- Pasien dengan riwayat tranfusi PRC
akibat anemia saat melahirkan anak ke 6
- Pasien mengalami perdarahan ± 400 cc
- Hemoglobin 5,9 g/dl
- Hematokrit 17.9 vol%
- TTV:
TD = 90/70 mmHg
N = 78 x/Menit
R = 20 x/ Menit
T = 36 oC

3. 13/12/2023 Ds : Efek prosedur Risiko infeksi


19 : 20 - invasif
Do :
- Pasien post operasi kuratase
- Leukosit : 11.2 nbu/ul
- Therapi : cefadroxyl

L. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d pernurunan konsentrasi hemoglobin
d.d CRT >3 detik, kongjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, akral teraba
dingin, perdarahan ± 500 cc, HB 5.2, HT 17.9
2. Nyeri akut (D.0077) b.d agen cidera fisik d.d skala nyeri 6/10, nyeri seperti di
tusuk-tusuk, post operasi.
3. Risiko Infeksi (D.0142) d.d efek prosedur invasif

M. Rencana Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan tanda vital
efektif (D.0009) b.d keperawatan selama 3x24 jam (I.02060)
pernurunan diharapkan perfusi jaringan obeservasi
konsentrasi menigkat (l.02011) dengan 1. monitor tekanan darah
hemoglobin d.d CRT kriteria hasil : 2. monitor nadi
>3 detik, 1. Warna kkulit pucat 3. monitor suhu tubuh
kongjungtiva menurun terapeutik
anemis, mukosa 2. Pengisisan kapiler 4. atur interval pemantauan sesuai
bibir pucat, akral membaik kondisi pasien
teraba dingin, 3. Tekanana sistolik dan 5. dokumentasikan hasil
perdarahan ± 500 cc, diastolik membaik pemantauan
HB 5.2, HT 17.9 4. Turgor kulit membaik kolaborasi
5. Akral membaik 6. informasukan hasil
pemantauan, jika perlu
manajemen cairan (I.03098)
observasi
1. monitor status hidrasi
2. monitor status hemodinamika
terapeutik
3. catat intake output dan hitung
balans cairan 24 jam
4. berikan cairan intravena
kolaborasi
5. kolaborasi pemberian
dirapeutik, jika perlu

2. Nyeri akut (D.0077) Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan tindakan
b.d agen cidera fisik
keperawatan selama 3x24 Observasi :
d.d skala nyeri 6/10,
jam maka diharapkan
nyeri seperti di - Identifikasi lokasi,
masalah nyeri teratasi
tusuk-tusuk, post karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil :
operasi. frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri menurun
intensitas nyeri.
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri.
- Frekuensi nadi membaik - Identifikasi respon nyeri
non verbal
- Pola nafas membaik
- Identifikasi faktor yang
- Tekanan darah membaik memperingan dan
memperberat nyeri.
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri.
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(Kompres hangat dan
nafas dalam).
- Fasilitasi istirahat dan
tidur.

Edukasi :
- Jelaska penyebab dan
pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi I.14539


(D.0142) d.d efek keperawatan selama 1x24 jam Observasi
prosedur invasif diharapkan masalah resiko - Monitor tanda dan gejala
infeksi dapat teratasi dengan infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda Terapeutik
dan gejala infeksi - Batasi jumlah pengunjung
- Menunjukan - Berikan perawatan kulit pada
kemampuan untuk area edema
mencegah timbulnya - Pertahankan teknik antiseptik
infeksi pada pasien beresiko tinggi
- Menunjukan perilaku
hidup sehat
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

N. Implementasi keperawatan
Senin.13 Desember 2023
No Jam Nomor Implementasi Evaluasi Tindakan Paraf
Tindakan Diagnosa
Keperawatan
1 19:20 Perfusi perifer 1. Monitor TTV dan status S:
tidak efektif sirkulasi : Pasien mengatakan kepalanya
(D.0009) b.d - Mengkaji, warna masih pusing
pernurunan kulit, mukosa bibir, O:
konsentrasi status pernafasan, Warna kulit pucat, Mukosa
hemoglobin Konjungtiva, CRT, bibir pucat, Konjongtiva
status pernafasan, anemis, Perdarahan
SPO2 dan TTV pervaginaan (+), CRT > 3
2. Pengaturan Posisi detik, Kulit teraba dingin, Birgitta
- Mengatur posisi Irama pernafasan iregular, praniwi
pasien dengan kepala Tanda –tanda Vital
di tinggikan sesuai TD: 100/70 mmHg
toleransi pasien N: 80 x/Menit
3. Manajemen Nutrisi R: 21 x/Menit
- Kolaborasi dengan T: 36,1 oC
gizi pemberian nutrisi SPO2 = 95 %
tinggi zat besi Posisi kepala pasien sedikit di
4. Pemberian obat tinggikan di bad, Pasien
- Kolaborasi pemberian belum diperbolehkan makan
Sulfas Ferosus 2 x 1 karena belum flaktus, Obat
5. Manajemen Cairan sulfas ferosus telah diberikan,
- Memberikan terapi Terpasang Infus RL 20 tpm,
intravena RL 20 tpm Infus NACL di berikan sesuai
- Memberian cairan prosedur tranfusi darah,
NACL untuk Tranfusi PRC diberikan 1
prosedur tranfusi kolf, cek hasil lab besok
darah
- Kolaborasi pemberian A:
tranfusi darah PRC Masalah teratasi sebagian
P:
1. Monitor TTV dan K/u
2. Kolaborasi pemberian
dieuritek, jika perlu
2 19:20 Nyeri akut 1. Manajemen Nyeri S:
(D.0077) b.d - Melakukan Pasien mengatakan masih
agen cidera pengkajian nyeri merasakan nyeri tetapi sudah
- Observasi tanda-tanda
fisik sedikit berkurang.
vital O:
- Ajarkan teknik nafas - P : Post op Kuret Birgitta
dalam (Dengan cara - Q : Nyeri seperti di praniwi
menarik nafas melalui tusuk-tusuk
hidung diamkan - R : Nyeri pada bagian
selama 3 detik lalu abdomen kuadran bawah
hembuskan melalui
- S : 4 dari 0-10
mulut)
- T : Hilang Timbul
2. Pemberian Analgesik
- Tanda tanda vital
- Lakukan kolaborasi
dengan dokter untuk TD : 100/70 mmHg
memberikan N : 80 x/menit
analgesik asam R : 21 x/menit
mefenamat 3 x 500 T : 36,1°C
mg - Pasien tampak
mempraktikkan tekhnik
relaksasi nafas dalam
yang di ajarkan perawat
- Obat analgesik asam
mefenamat telah
diberikan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
1. Monitor ttv dan K/u
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
3. Kolaborasi pemberian
analgetik

3. 19:20 Risiko Infeksi 1. memonitor tanda S:


(D.0142) d.d dan gejala infeksi - Klien mengatakan
efek prosedur 2. mengajarkan cara mengerti tanda dan
invasif mencuci tangan gejala infeksi
dengan benar
- Klien mengatakan
3. menganjurkan
meningkatkan akan menjaga
asupan nutrisi kebersihan tubuh Birgitta
4. mengambil darah O: praniwi
untuk cek darah - Pasien tampak
rutin mengerti cara
pencegahan infeksi
- Tampak terdapat luka
op, balutan luka
tertutup kasa
- Tampak meringis
kesakitan
- Suhu 36.8
- Leukosit 22.000
- Cefadroxyl 2x1 caps
A: Masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Observasi tanda dan gejala
infeksi

Selasa, 14 Desember 2023

No Jam Nomor Implementasi Evaluasi Tindakan Paraf


Tindakan Diagnosa
Keperawatan
1 16:00 Perfusi perifer 1. Monitor TTV dan S:
tidak efektif status sirkulasi : Pasien mengatakan kepalanya
(D.0009) b.d - Mengkaji, warna sudah tidak pusing
pernurunan kulit, mukosa bibir, O:
konsentrasi status pernafasan, Warna kulit pucat, Mukosa
hemoglobin Konjungtiva, CRT, bibir pucat, Konjongtiva tidak
status pernafasan, anemis, Perdarahan Birgitta
SPO2 dan TTV pervaginaan , CRT < 3 detik, praniwi
2. Pengaturan Posisi Kulit teraba dingin, Irama
- Mengatur posisi pernafasan regular,
pasien dengan kepala Tanda –tanda Vital
di tinggikan sesuai TD: 120/70 mmHg
toleransi pasien N: 84 x/Menit
3. Manajemen Nutrisi R: 20 x/Menit
- Kolaborasi dengan T: 36,1 oC
gizi pemberian nutrisi SPO2 = 97 %
tinggi zat besi Terpasang Infus RL 20 tpm,
4. Pemberian obat A:
- Kolaborasi pemberian Masalah teratasi
Sulfas Ferosus 2 x 1 P:
5. Manajemen Cairan 1. Monitor TTV dan K/u
- Memberikan terapi 2. Kolaborasi pemberian
intravena RL 20 tpm dieuritek, jika perlu
2 16:00 Nyeri akut 1. Manajemen Nyeri S:
(D.0077) b.d - Melakukan Pasien mengatakan masih
agen cidera pengkajian nyeri merasakan nyeri tetapi sudah
- Observasi tanda-tanda
fisik sedikit berkurang.
vital
- Ajarkan teknik nafas O:
dalam (Dengan cara - P : Post op Kuret Birgitta
menarik nafas melalui - Q : Nyeri seperti di praniwi
hidung diamkan tusuk-tusuk
selama 3 detik lalu - R : Nyeri pada bagian
hembuskan melalui abdomen kuadran bawah
mulut) - S : 3 dari 0-10
2. Pemberian Analgesik - T : Hilang Timbul
- Lakukan kolaborasi - Tanda tanda vital
dengan dokter untuk TD : 120/70 mmHg
memberikan N : 84 x/menit
analgesik asam R : 20 x/menit
mefenamat 3 x 500 T : 36,1°C
mg - Pasien tampak
mempraktikkan tekhnik
relaksasi nafas dalam
yang di ajarkan perawat
- Obat analgesik asam
mefenamat telah
diberikan
A:
Masalah teratasi
P:
1. Monitor ttv dan K/u
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
3. Kolaborasi pemberian
analgetik

Rabu, 15 Desember 2023

No Jam Nomor Implementasi Evaluasi Tindakan Paraf


Tindakan Diagnosa
Keperawatan
1 16:00 Perfusi perifer 1. Monitor TTV dan status S:
tidak efektif sirkulasi : Pasien mengatakan kepalanya
(D.0009) b.d - Mengkaji, warna sudah tidak pusing
pernurunan kulit, mukosa bibir, O:
konsentrasi status pernafasan, Warna kulit pucat, Mukosa
hemoglobin Konjungtiva, CRT, bibir pucat, Konjongtiva tidak
status pernafasan, anemis, Perdarahan Birgitta
SPO2 dan TTV pervaginaan , CRT < 3 detik, praniwi
2. Pengaturan Posisi Kulit teraba dingin, Irama
- Mengatur posisi pernafasan regular,
pasien dengan kepala Tanda –tanda Vital
di tinggikan sesuai TD: 120/70 mmHg
toleransi pasien N: 84 x/Menit
3. Manajemen Nutrisi R: 20 x/Menit
- Kolaborasi dengan T: 36,1 oC
gizi pemberian nutrisi SPO2 = 97 %
tinggi zat besi Terpasang Infus RL 20 tpm,
4. Pemberian obat Nilai HB 10.5 g/dl
- Kolaborasi pemberian A:
Sulfas Ferosus 2 x 1 Masalah teratasi
5. Manajemen Cairan P:
- Memberikan terapi 1. Monitor TTV dan K/u
intravena RL 20 tpm 2. Kolaborasi pemberian
dieuritek, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai