Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Ny. L DENGAN DIAGNOSA ABORTUS IMMINENT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik


Keperawatan
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Oleh:
ALIFIA NANDA PUSPITA SANTOSO
P17220194066

D- III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS IMMINENT

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Abortus merupakan suatu proses ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Batasan abortus
adalah usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram, namun menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari
22 minggu dan bila berat janin tidak diketahui [ CITATION Rat18 \l
14345 ].
Abortus adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik
secara spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu
[ CITATION ali12 \l 14345 ]. Abortus inkomplit adalah abortus dengan
sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus, dimana saat
dilakukan pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri. Abortus inkomplit terjadi ketika janin keluar
atau dikeluarkan, namun sebagian atau seluruh bagian plasenta masih
tertahan, sehingga timbul perdarahan hebat, nyeri, dan serviks tertutup
sebagian.
Abortus imminens Merupakan perdarahan dari uterus pada usia
kehamilan < 20 minggu dan tanpa diikuti oleh dilatasi uterus, dimana hasil
konsepsi masih didalam uterus dan kehamilan ini dapat dipertahankan
(Ernawati, 2019).

2. KLASIFIKASI
Ada beberapa jenis abortus menurut para ahli, diantaranya :
1) Abortus Spontan
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intrvensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminologi umum
untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarrihge.
Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut :
a) Abortus Imminens, adalah keadaan dimana perdarahan berasal
dari interauterine yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap
20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran
hasil konsepsi.
Penatalaksaan :
- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang.
- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk
mengurangi kerentanan otot-otot rahim.
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin
janin sudah mati.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
- Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. 16
Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1
- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih
kurang 2 minggu. b. Abortus insipiens
b) Abortus Insipiens, abortus yang sedang mengancam ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
Penatalaksaan :
- Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian
cairan dan transfusi darah.
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin
10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal,
lakukan pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul
dengan kerokan.
- Memberi antibiotik sebagai profilaksis.
c) Abortus Inkomplit, abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Penatalaksaan :

- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan


NaCl fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan
ditransfusi darah.

- Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu


suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus.

- Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

d) Abortus Kompletus, seluruh hasil konsepsi telah keluar dari


kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram
Penatalaksanaan :

- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus


atau transfusi darah.

- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

e) Missed Abortion, abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus


telah meninggaal dalam kandungan sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan hingga 8 minggu lebih
Penatalaksanaan :
- Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau
fibrinogen.

- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan


serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan
dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil
konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu. Infus intravena oksitosin


10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20
tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.
Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat
satu hari.

- Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan


hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam
kavum uteri melalui dinding perut.
f) Abortus Habitualis, suatu keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih
g) Abortus Infeksiosus, abortus yang disertai infeksi pada alat
genetalia
h) Abortus Septik, abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh atau peritoneum atau septicemia atau
peritonitis
Penatalakasanaan Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik :

- Tingkatkan asupan cairan.

- Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.

- Penanggulangan infeksi:

 Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.


 Chloromycetin 4 x 500 mg.

 Cephalosporin 3 x 1.

 Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.

- Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran


sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan
jaringan nekrosis yang bertindak sebagai medium
perkembangbiakan bagi jasad renik

2) Abortus Provokatus
Abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun alat-alat
abortus (Rukiyah, Yulianti and Liana, 2010). Abortus yang terjadi
dengan sengaja dibuat/ dilakukan. Abortus provokatus ini dibagi
kedalam 2 kelompok, yaitu :
a. Abortus provokatus medisinalis, abortus yang dilakukan bila
didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelematkan ibu.
Disini pertimbangan dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis
yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit
dalam, dan spesialis jiwa. Setelah dilakukan terminasi kehamilan,
harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma
psikis di kemudian hari.
b. Abortus provokatus kriminalis, abortus yang disengaja karena
dengan tindakan-tindakan illegal yang tidak terindikasi jiwa
pasien (unsafe abortion).

3. ETIOLOGI
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini adalah:
1) Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan
kromosom lainnya.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna maka dapat menyebabkan pemberian zat-zat
makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3) Pengaruh dari luar
Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.
b. Kelainan pada plasenta
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
c. Faktor maternal
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.
Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk
ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian
terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum, dan penyakit menahun juga dapat menyebabkan terjadinya
abortus.
d. Kelainan traktus genitalia
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Selain itu, abortus inkomplit dapat terjadi
karena beberapa faktor antara lain:
a. Faktor janin: kelainan genetik (50-60%), gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta
b. Faktor ibu: kelainan endokrin (hormonal), faktor kekebalan
(imunologi), infeksi, kelemahan otot leher rahim, dan kelainan
bentuk rahim
c. Faktor bapak: kelainan kromosom dan infeksi sperma
d. Faktor genetik: paling sering ditemukan kromosom trisomi dengan
trisomi 16
e. Faktor anatomi kongenital

4. PATOFISIOLOGI
Dimulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan placenta,
yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan oksigen dan
nutrisi, bagian ini oleh uterus dianggap sebagai benda asing sehingga
uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya (Ernawati, 2019).
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya, hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak terlepas
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
14 minggu keatas umumnya janin dikeluarkan setelah ketuban pecah,
disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted
ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi, atau fetus papiraseus. Apabila janin tidak dikeluarkan dalam
waktu singkat, maka akan dilapisi bekuan darah lalu mengering dan
menyerap cairan amnion. Kemudian akan menjadi sedikit gepeng, dan
dalam tingkat lebih lanjut akan menjadi tipis. Kemungkinan lain pada
janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit
terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan
dan seluruh janin berwarna kemerahan.

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
1) Terdapat keterlambatan dating bulan
2) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
4) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan
kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Anemia
3. Syock
4. Infeksi

7. PEMERIKSAAN FISIK
Laboratorium
a. Darah Lengkap
Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik, LED dan
jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
b. Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG
secara prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan
abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan
ektopik).
Ultrasonografi
a. USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5
minggu
b. Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm
(usia kehamilan 5 - 6 minggu)
c. Pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah
kehamilan viabel atau non-viabel dengan melakukan dan
menginterpretasi secara cermat

8. PENATALAKSANAAN
a. Bila perdarahan tidak terlalu banyak, dan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi melalui serviks. Setelah
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400
mg peroral.
b. Bila perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM). Bila evakuasi belum dapat dilakukan segera,
beri ergometrin 0,2 mg IM (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mg peroral (dapat diulang setelah 4 jam jika perlu).
c. Bila usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20
unit dalam 500 ml cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat IVFD 40
tpm sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu, berikan
misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mg).
d. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi
otot uterus
e. Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi
Penatalaksanaan post curettage kasus abortus inkomplit:
a. Periksa kembali tanda-tanda vital pasien, segera lakukan tindakan
apabila terjadi komplikasi atau kelainan
b. Catat kondisi pasien, bila kondisi baik dan cairan habis segera lepas
infus
c. Buat instruksi lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
d. Jelaskan untuk segera lapor bila ditemukan keluhan atau gangguan
pasca tindakan

9. PATHWAY
(Arum Wulandari et al., 2014)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN\
A. Pengkajian
1. Identitas pasien meliputi nama,umur
pendidikan,alamat,agama,status.
2. Keluhan utama :perut mules ,perdarahan pervagina
3. Riwayat kesehatan 
a. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya misalnya
tyipus diabetes melitus dan lain-lain yang menjadi slah satu
faktor terjadinya abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perut mules,keluar darah pervagina,kadang terdapat
gumpalan yang meruakan tanda terjadinya abortus.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakityang diderita keluarga misalnya diabetes melitus
dan lain lain 
d. Riwayat psikososial
Kehamilan yang direncanakan atau tidak dan bagaimana
klien dan keluarga menerima kehamilan ini.
4. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid meiputi awal haid,siklus,keteraturan haid,dan
hpht.
b. Riwayat kebidanan ;riwayat persalinan dahuli pada multi
grafida.
5. Pola fungsi kesehatan
Meliputi pola persepsi dan tata laksana hidup sehat,pola
nutrisi dan metabolisme,pola aktifitas,eliminasi,tidur.istirahat,pola
sensori dan kognitif,pola persepsi diri,pola hubungan peran,pola
reproduksi dan seksual,pola penanggulangan stess,pola tata nilai
dan kepercayaan.
6. Pemerikasaan umum dan fisik
Pemerikasaan umum meliputi tekanan darah.nadi,suhu.
Pemerikasaan fisik meliputi kepala,abdomen,genitalia dan lain-lain
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan perdarahan
4. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
C. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (nyeri, kontraksi
uterus)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dialami, Kriteria hasil :klien
tenang,klien mampu beradaptasi ,TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien 
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meni ngkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
R : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat
menurunkan nyeri disamping kecemasan

2. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi
infeksi selama perdarahan berlangsung
Kriteria hasil : tidak terjadi infeksi,TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan
bau
R : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau
tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan
R : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar
c. Lakukan perawatan vulva
R :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi. 
d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.
R : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi
e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan
senggama selama masa perdarahan
R : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk
kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat
memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa cemas,
pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Kriteria hasil:klien tidak cemas,klien tenang,TTV dalam batas
normal
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap
penyakit
R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas 
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit 
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh
klien dan keluarga
R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system
keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

4. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan 


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi
devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
Krteria hasil:keseimbangan cauran klien terjaga dan terpenuhi,TTV
dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan
harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan
Rasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan

5. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan kontraksi


uterus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi
dengan nyeri yang dialami, 
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien 
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
R : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat
menurunkan nyeri disamping kecemasan.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang diharapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Suarni,
2017).

E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arum Wulandari, R. et al. (2014) ‘ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W


DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG BERSALIN RS.
MUHAMMADIYAH SURABAYA’. Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Ernawati, N. (2019) ‘Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan
Kehamilan Resiko Tinggi Dengan Pendekatan Kasus’.
Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. and Liana, M. (2010) ‘Asuhan kebidanan’, Jakarta:
CV. Trans Infomedia.
Suarni, Lisa. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Panasea
Dewi, Ratna,dkk. (2018). Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1.
Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Persatuan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Prabowo, R. D. (2018). Buku Ajar Perdarahan pada Kehamilan Trimester 1.
Bandarlampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
RI, K. K. (2020). Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang
Komprehensif. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Tiar, a. b. (2012). Edisi 2 Modul Kebidanan Manajemen Aborsi Inkomplet.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai