Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

A. DEFINISI
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang
nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik
uteri (Sarwono, 1996, hal. 261).
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti
ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari
Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (
Mansjoer, Arif M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak
pada paruh pertama kehamilan ( William Obstetri, 1990)

B. ETIOLOGI

Hal hal yang menyebabkan abortus adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, karena beberapa factor :
a. Kelainan kromosom seperti trisomi, poliploidi dan kemungkinan
kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan endometrium kurang sempurna sehingga pemberian
zat makanan pada hasil kkonsepsi terganggu
c. Pengaruh dari luar seperti radiasi dan obat.
2. Kelainan plasenta
Endarteritis pada vili korialismenyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu
3. Penyakit ibu.
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misal : Infeksi acut
yang berat (pneumonia, typus dll), toksin, virus, bakteri atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk kejanin sehingga menyebabkan janin
meninggal dan terjadi abortus.
4. Kelainan endrokin (kekurangan progresteron atau dysfungsi kelenjar
gondok).
5. Trauma (lapanatonic atau kecelakaan)
6. Sebab sebab psikosomatik
Stress dan emosi yang kuat diketahui dapat mempengaruhi fungsi
uterus lewat system hipotalamus hipofise.
7. Kelainan alat kandungan.
a. Hipoplaria.
b. Tumor uterus (mioma uteri)
c. Servik yang pendek
d. Retoflexio uteri incar cerata
e. Kelainan endometrium

C. PATOGENESIS

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis di ikuti nekrosis
jaringan sekitar menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis
belum menenmbus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-4 minggu penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan secara sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 mingu janin
dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam
berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak
jelas bentuknya (blighted ovum). Janin lahir mati atau janin lahir hidup.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau meningkat.
2. Perdarahan pervaginam mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
3. Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simpisis sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
4. Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi tercium / tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum ueri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada / tidak jaringan keluar dari ostium, ada / tidak cairan/jaringa
yang berbau busuk dari ostium.
Colok vaginam : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba / tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri saat perabaan
adneksia, kavum Doughlast tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. PEMERIKSAAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggusetelah
abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau usg untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

F. MACAM MACAM ABORTUS
1. Abortus Iminens
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa
ada tanda tanda dilatasi servik meningakat.
Tandanya : perdarahan melalui ostium uteri eksterna (OUE), mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sama dengan usia
kehamilan, serviks belum membuka, kehamilan positif.
2. Abortus Insipiens
Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih didalam uterus.
Tanda : mules makin sering dan perdarahan bertambah
3. Abortus incomplit
4. Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20
minggu dengan adanya sisa hasil konsepsi tertinggal di uterus.
5. Tandanya : kanalis servikalis terbuka jaringan dapat teraba dalam
kavum uteri atau sudah menonjol di OUS, perdarahan sangat
banyaksehingga dapat terjadi syok.
6. Abortus Complit
Semua hasil konsepsi sudah keluar.
Tandanya : perdarahan sedikit, osteum uteri menutup, uterus sudah
banyak mengecil.
7. Abortus Servikalis
Hasil konsepsi pengeluarannya terhalang oleh OUE yang tidak
membuka sehingga terkumpul dikanalis servikalis dan serviks uterus
menjadi besar, kurang lebih bundan dengan dinding menipis. Pada
pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan diatas OUE teraba
jaringan.
8. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3x berturut turut
9. Missed Abortus
Kematian janin yang berusia kurang dari 20 minggu tetapi tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Ditandai abortus imminens yang hilang sppontan atau dengan
pengobatan, kehamilan menghilang, mammae mengendor lagi, uterus
tidak membesar malah mengecil, tes kehamilan negative.

G. PENATALAKSANAAN
1. Abortus Imminens
a. Istirahat tirah baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negative, mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
d. Berikan obat penenang biasanya Fenobarbital 3 x 300 mg. berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.

2. Abortus Insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vacuum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskuler.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IV
dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes/menit dan naikkan
sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.

3. Abortus Inmcomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan Na Cl
fisiologis atau RL dengan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskuler.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

4. Abortus Complit
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergomterin 3 x 1 tablet selama 3-5
hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus /
transfuse
c. Anjurkan pasien diit tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Missed Abortus
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan
serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukaan
dilatasi servik dengan dilatator Negar. Kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietil stilbestrol 3 x 5
mg lalu infuse oksitosin 10 IV dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml
mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IV dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.

6. Abortus Septik
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
Penanggulangan infeksi:
Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU IM tiap 12 jam
ditambah klorampenikol 1g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6
jam.
Obat piliha kedua : ampisilin 1g peroral selanjutnya 500mg tiap 4 jam
ditambah metronidazol 500mg tiap 6 jam
Tingkatkan asupan cairan.
Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.


H. KOMPLIKASI

1. Perdarahan (Hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli.
3. Infeksi dan tetanus.
4. Gagal ginjal akut.
5. Syok pada abortus dapat disebabkan oleh :
a. Perdarahan yang banyak
b. Infeksi berat/sepsis disebut Syok Septik Endoseptik

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri b.d agen injuri biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
terkontrol dengan criteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Mengungkapkan rasa nyaman
c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang

2. Cemas b.d perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam cemas
terkontrol dengan criteria hasil :
a. Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Menunjukkan tehnik mengontrol cemas

3. Resiko kekurangan cairan b.d kehilangan cairan melalui rute normal
(perdarahan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam volume
cairan tubuh terpenuhi dengan criteria hasil :
a. Tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi dalam batas normal
b. Tidak ada tanda tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membrane
mukosa oral lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan)

4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi
terkontrol dengan criteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam batas normal
b. Tidak tampak kelelahan kronis
c. WBC dalam batas normal

J. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
Diagnosa Intervensi
1. Nyeri b.d agen injuri
biologis






















1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokalisasi,
frekuensi, durasi, kualitas dan factor
presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d. Kurangi factor presipitasi nyeri
e. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
(tehnik relaksasi)
f. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
g. Tingkatkan istirahat

Administrasi Analgesik
a. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
b. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk

pengobatan nyeri secara teratur
c. Berikan analgesic tepat waktu terutama




2. Cemas b.d perubahan status
kesehatan










3. Resiko kekurangan cairan b.d
kehilangan cairan melalui rute
normal (perdarahan)



4. Resiko infeksi b.d prosedur
invasif

saat nyeri hebat
d. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Peningkatan Koping
a. Berikan informasi factual meengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosi
b. Dukung penggunaan mekanisme koping
yang tepat
c. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
d. Dukung pengungkapan secara verbal
tentang perasaan dan ketakutan
e. Turunkan rangsangan lingkungan yang
dapat diartikan sebagai suatu ancaman

3. Manajemen Cairan
a. Monitor status hidrasi
b. Monitor vital sign
c. Monitor masukan makanan
d. Dorong masukan oral

4. Kontrol Infeski
a. Batasi pengunjung jika perlu
b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
tangan
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
d. Pertahankan tindakan yang aseptic
selama tindakan perawatan
e. Berikan terapi antibiotic jika perlu
f. Tingkatkan intake nutrisi

Perlindungan Infeksi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
local
b. Dorong untuk istirahat
c. Ajarkan pasien dan keluaraga cara
untuk menghindari infeksi
d. Berikan perawatan kulit



























DAFTAR PUSTAKA

Farmer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Ed 2. EGC. Jakarta.

Johnson, M., et al. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) 2
nd
Edition.
Mosby. USA.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. EGC. Jakarta.

Mc. Closkey, J. C & Bulecheck, G. M. 2000. Nursing Intervention Clssification
(NIC). 2
nd
Ed. Mosby. USA.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Ed 2.
EGC. Jakarta.

Ralph, S. S. 2002. NANDA Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2005
2006. Philadelphia.

Winkjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan Ed 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai