Silahkan berkunjung keblog saya, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat memajukan
dunia keperawatan.
B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kelainan pada plasenta
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan berat dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks, mioma uterus dan kelainan
bawaan uterus.
C. PATOGENESIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan.
lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati,
janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus pspiraseus.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simpisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi vulva : perdarahan pervagina, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau
busuk dari vulva
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol atau tidak
nyeri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan Doopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3.
F. KOMPLIKASI
1.
G. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminen
Istirahat baring agar aliaran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat
jam bila pasien panas
Tes kehamilan dapat dilakukan,. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan
USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan preparat hematinik misalnya
sulfas ferosus 600-1000 mg.
Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus insipien
Bila perdarahan tidak banyak., tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selam
36 jam dengan diberikan morfin.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan
memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskuler.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5%
500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus
komplit.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
3. Abortus inkomplit
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCL fisiologis atau ringer laktat
dan selekas mungkin tranfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan ergometrin 0,2 mg
intramuskuler
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
4. Abortus komplit
Bila kondisi paisen baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5 hari.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.
5. Missed abortion
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam
Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segera sesaat sebelum atau
ketika mengeluarkan konsepsi
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan servik dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu lakukan dilatasi servik dengan dilator Hegar. Kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infus oksitosin 10
IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai
ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak
berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
Bial tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik garam 20% dalam cavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus septik
Penanggulangan infeksi
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan , sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.