Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

ABORTUS
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Abortus menjadi masalah yang penting dalam
kesehatan masyarakat karena berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas maternal.
Abortus adalah terhentinya proses kehamilan
yang sedang berlangsung pada umur
kehamilan <20 minggu atau berat janin <500
gram.

3
PENDAHULUAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
15-50% kematian ibu disebabkan oleh
abortus. Didunia angka kematian ibu dan bayi
tertinggi adalah di Asia Tenggara, laporan
awal Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 menyebutkan angka kematian
ibu adalah 248/100.000 kelahiran hidup.

4
PENDAHULUAN
Pendarahan selama kehamilan dapat dianggap
sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat
menimbulkan kematian.
Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami
pendarahan pada awal kehamilan dan sebagian
mengalami abortus.

5
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan batasan hasil kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.

7
ETIOLOGI ABORTUS

Faktorgenet
ik

Kelainan
Faktor
kongenital
infeksi
uterus

Penyebabab
ortus:
Faktor Faktor
endokrin imunulogi

Faktor
Faktor
nutrisi dan
trauma
lingkungan

8
PATOGENESIS
Abortus dimulai dari perdarahan kedalam desidua
basalis  diikuti dengan nekrotik jaringan disekitar
perdarahan  jika terjadi lebih awal, ovum akan
tertinggal  kontraksi uterus  ekpulsi.

Apabila kantung gestasi dibuka  ditemukan fetus


maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama
sekali (blighted ovum).

9
PATOGENESIS
Pada kehamilan < 8 minggu  hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya  vili korialis belum menembus desidua basalis
terlalu dalam.

Pada kehamilan 8-14 minggu  vili korialis telah masuk


kedalam  sebagian keluar dan sebagian tertinggal.

Perdarahan yang banyak  karena hilangnya kontraksi 


dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan restraksi myometrium.

10
KLASIFIKASI ABORTUS

Abortus Abortus
11
Habitualis Infeksiosus
GAMBARAN KLINIS ABORTUS
- Amenorea
- Kram perut
- Mules
- Perdarahan pervaginam
sedikit atau banyak
- Biasa disertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan
12
GAMBARAN KLINIS ABORTUS
Pada abortus yang sudah lama terjadi atau
pada abortus provokatus, kenali tanda-tanda
infeksi:
- Demam
- Nadi cepat
- Perdarahan
- Berbau
- Uterus membesar dan lembek
- Nyeri tekan
- Leukositosis
13
GAMBARAN KLINIS ABORTUS
Pada pemeriksaan dalam untuk
abortus yang baru saja terjadi
didapati serviks terbuka, kadang-
kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis
atau kavum uteri, serta uterus
berukuran kecil dari seharusnya.

14
GAMBARAN KLINIS ABORTUS
Pada pemeriksaan USG, ditemukan
kantung gestasional yang tidak utuh
lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan
dari janin.

15
DIAGNOSA ABORTUS

PEMERIKSAA PEMERIKSAA
ANAMNESIS N N
FISIK PENUNJANG

16
89,526,124
Whoa! That’s a big number, aren’t you proud?
DIAGNOSA BANDING
Perdarahan
anovular
Kehamilan
pada wanita Mola
Ektopik
yang tidak hidatidosa
Terganggu
hamil

Polip
Karsinoma
endoservik
serviks
s

18
TATALAKSANA ABORTUS
• Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
ibu termasuk tanda-tanda vital
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi,
tekanan sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan
tatalaksana awal syok.
• Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat

19
TATALAKSANA ABORTUS

• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan


komplikasi, berikan kombinasi antibiotik sampai ibu bebas
demam untuk 48 jam
• Segera rujuk ibu kerumah sakit
• Semua ibu yang menglami abortus perlu mendapatkan
dukungan emosional dan konseling kontrasepsi pasca abortus
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus

20
TATALAKSANA SESUAI JENIS
ABORTUS

21
ABORTUS IMMINENS
✢ Tirah baring
✢ Dilarang melakukan aktivitas fisik berlebih dan
berhubungan seksual
✢ Jika perdarahan berhenti, lakukan ANC lanjutan
✢ Jika perdarahan berlanjut, kondisi janin dinilai
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
dilakukan dengan segera.

22
ABORTUS INSIPIENS
✢ Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi vakum
manual.
✢ Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
Ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400mcg per
oral dapat diberikan.
✢ Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.
23
ABORTUS INSIPIENS
✢ Usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi
spontan hasil konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa
hasil konsepsi dievakuasi.
✢ Jika perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc
cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
✢ Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.
24
ABORTUS INKOMPLIT
✢ Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV
atau misoprostol 400mcg per oral diberikan.
✢ Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan
usia kehamilan kurang dari 16 minggu, hasil
konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
✢ Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,
Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per
oral dapat diberikan.
25
ABORTUS INKOMPLIT
✢ Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin
20 unit diberikan dalam 500ml cairan IV (garam
fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
✢ Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam
diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
✢ Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera
dievakuasi.
26
ABORTUS KOMPLIT
✢ Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi.
✢ Observasi
✢ Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas
ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan,
jika anemia berat diberikan transfusi darah.
✢ Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan
pasca keguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.

27
ABORTUS INFEKSIOSUS
✢ Diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x
1gram ditambah gentamisin 2x80mg dan
metronidazol 2x1gram.
✢ Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil
kultur.
✢ Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam
keadaan membaik minimal 6 jam setelah antibiotika
adekuat telah diberikan.
✢ Pada saat tindakan, uterus harus dilindungi dengan
uterotonik untuk mencegah komplikasi.
28
MISSED ABORTION
✢ Kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan
evakuasi dapat dilakukan  dilatasi dan kuretase
bila serviks uterus memungkinkan.
✢ Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang
dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang
masih kaku  induksi terlebih dahulu untuk
mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis
servikalis.
✢ Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar
dengan induksi  kuretase sebersih mungkin.
29
30
31
32
KOMPLIKASI ABORTUS
✢ Perdarahan
✢ Perforasi
✢ Infeksi dan tetanus
✢ Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh ;
perdarahan yang banyak disebut syok
hemoragik, dan infeksi berat atau sepsis
disebut syok sepsis atau endosepsis

33
PEMANTAUAN PASCA ABORTUS

Semua pasien abortus disuntik vaksin tetanus 0,5 cc IM.


Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat
segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti
perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau
infeksi. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari.
PROGNOSIS

 Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi


abortus spontan sebelumnya.
 Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan
abortus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik
sekitar >90 %.
KESIMPULAN
✢ Perdarahan selama kehamilan ✢ Pada kasus perdarahan
dapat dianggap sebagai pada masa kehamilan,
keadaan akut yang dapat dengan usia kehamilan
membahayakan ibu dan anak, dibawah 20 minggu
dan sampai dapat selain dicurigai sebagai
menimbulkan kematian. abortus tapi perlu juga
Sebanyak 20% wanita hamil dipikirkan diagnosa
pernah mengalami perdarahan banding lainnya seperti
pada awal kehamilan dan adanya KET dan mola
sebagian mengalami abortus. hidatidosa.

36
DAFTAR PUSTAKA
 
1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics. 24th edition: Mc-Graw Hill. 2014

2. Wiknjosastro H, Safiudin AB, Rachimahadhi T. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2016

3. Hutapea M. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus di Rumah Sakit Bangkatan PTPN II Binjai tahun 2016.
Jurnal Ilmiah Kohesi vol 1. 2017.

4. Emilia O, Kuntari T, Wilopo S. Determinan Abortus Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 5.
2010

5. Trupin SR. Abortion. Emedicine Health. Editor: Stoppler MC. Available at


http://www.emedicinehealth.com/abortion/article_em.htm. Accessed on October 18st 2018.
6. Manuaba I, Chandranita I, Fajar I. Pengantar kuliah obstetri. EGC: Jakarta. 2007

7. Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC: Jakarta. 2011

37
1. Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit, accessed on October 18, 2018

2. Saifuddin A. Rachmihadhi T. Kelainan dalam lamanya kehamilan. Ilmu kebidanan edisi IV. Bina pustaka: Jakarta. 1997

3. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2006

4. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina Etaham. 2008

5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. 2013

6. Sucipto N. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan. CDK-206 vol. 40 no. 7. 2013

7. Craig P. Griebel M. John H.Thomas B. Golemon M. Anthony A. Management of Spontaneous Abortion. University of
Illinois College of Medicine: Peoria. 2005

38

Anda mungkin juga menyukai