Anda di halaman 1dari 9

Makalah Perdarahan Pervaginam

BAB I
PANDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                 Banyak sekali komplikasi pada Ibu dan janin selama masa kehamilan muda.
Beberapa komplikasi tersebut antara lain abortus, kehamilan mola hidatidosa, dan
kehamilan ektopik. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan tersebut
sangat membahayakan baik bagi Ibu maupun janin jika tidak segera ditangani.
                 Dengan angka kematian Ibu yang tinggi di Indonesia, masih perlu dipelajari dan
didalami lagi komplikasi-komplikasi pada masa kehamilan yang juga salah satu
penyebabnya. Kemahiran-kemahiran para bidan juga dituntut untuk menyelamatkan Ibu-Ibu
yang mempunyai komplikasi-komplikasi berbahaya yang akan kita bahas pada makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
2.      Bagaimana seseorang bisa di diagnosis abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
3.      Bagaimana cara penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
2.      Mengetahui cara menentukan seseorang diagnosis abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik
3.      Mengetahui cara penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi Pembaca
                 Dengan adanya makalah ini pembaca bisa mendapatkan informasi tentang
komplikasi kehamilan terutama pada perdarahan pervaginam.
2.      Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini, penulis mampu menambah wawasan terutama dalam
komplikasi kehamilan muda pada perdarahan pervaginam.

BAB II
PEMBAHASAN
 PERDARAHAN PERVAGINAM

                 Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada


kehamilan kurang dari 22  minggu.  Pada masa kehamilan muda, perdarahan
pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat
berupa:  abortus,kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :
  Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital
(nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
  Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90
mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
  Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda
syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai
kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan   segera.
  Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
  Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik
atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).
Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :
1.      Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease- PID), gejala abortus atau keluhan nyeri yang tidak
biasa.
2.      Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakukan pemeriksaan bimanual secara
hati-hati karena kehamilan ektopik awal bisa sampai mudah pecah.
3.      Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami terlambat haid
(lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih tanda berikut : perdarahan,
kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau uterus yang
lebih kecil dari seharusnya.
4.      Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani komplikasi yang
ada.

A.    ABORTUS
        Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
1.      Abortus Imminens (threatened)
         Dicurigai bila terdapat keluarnya darah dari vagina, atau perdarahan pervaginam pada
trimester pertama kehamilan.
         Dapat atau tanpa disertai rasa ules ringan, sama dengan pada waktu menstruuasi atau
nyeri pinggang bawah.
         Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks.
Penanganan abortus imminens :
         Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
         Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
         Jika perdarahan :
nti                   : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari
yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola. Tidak perlu terapi
hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin)
karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
         Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol
atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
2.      Abortus Insipiens (inevitable)
         Suatu abortus yang mengancam, ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka.
         Ditandai nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
         Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi kantong serviks dengan bagian kantong
konsepsi yang menonjol.
Penanganan abortus insipiens :
a.       Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual.   Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

b.      Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :


   Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
   Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c.       Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3.      Abortus Inkomplet (incomplete)
         Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa yang tertinggal di dalam uterus.
         Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari kavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Penanganan abortus inkomplit :
a.       Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400 mcg peroral.
b.      Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
         Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
         Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam
bila perlu)
c.       Jika kehamilan lebih 16 minggu :
         Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
         Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
         Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d.      Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4.      Abortus Komplet (complete)
         Semua hasil konsepsi sudah keluar
         Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil
         Uji kehamilan menjadi negatif
Penanganan abortus komplit :
         Tidak perlu evaluasi lagi.
         Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
         Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
         Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2
minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
         Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut
5.      Missed Abortion
         Embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan
tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau
lebih
         Biasanya didahului tanda abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan atau
setelah pengobatan.
6.      Abortus Habitualis (Habitual Abortion)
         Abortus spontan yang terjadi berturut-turut 3 kali atau lebih
         pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum
28 minggu
  Pemantauan Pasca Abortus
        Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh
kehamilan. Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan
yang tidak diinginkan :
a.       Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
b.      Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang
paling sesuai.
  Metode kontrasepsi pasca abortus  :
a.       Kondom
o   Waktu aplikasinya segera.
o   Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.
o   Dapat mencegah penyakit menular seksual.
b.      Pil kontrasepsi
o   Waktu aplikasinya segera.
o   Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
c.       Suntikan
o   Waktu aplikasinya segera.
o   Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
d.      Implan
o   Waktu aplikasinya segera.
o   Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi jangka panjang.
e.       Alat kontrasepsi dalam rahim
o   Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.
o   Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya infeksi.
f.       Tubektomi
o   Waktu aplikasinya segera.
o   Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
o   Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas.
o   Jika hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.
o   Sediakan metode alternatif (seperti kondom).
Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
a.       Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika dinding
vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
b.      Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit intramuskuler diikuti
dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
c.       Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
d.      Penapisan kanker serviks.

B.     KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA


        Disebut kehamilan anggur yaitu ada jonjot korion yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur
atau mata ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma trofoblas yang jinak.
        Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namum diduga actor
penyebabnya adalah :
         Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat          dikeluarkan
         Imunoselektif dari tropoblast
         Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
         Paritas tinggi
         Kekurangan protein
         Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Pasien dengan kehamilan mola akan memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
o   Terdapat gejala-gejala kehamilan muda yang lebih nyata dari kehamilan normal, misalnya
mual muntah yang berlebihan.
o   Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, warna kecokelatan seperti bumbu rujak, tidak
teratur.
o   Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamialn.
o   Keluar jaringan mola (seperti anggur) yang merupakan diagnosis pasti, namun jaringan mola
ini tidak selalu ditemukan.
o   Muka dan terkadang badan kelihatan lebih pucat atau kekuningan, yang disebut muka mola
(mola face)
o   Jika gelembung mola sampai keluar, maka tanda ini akan kelihatan lebih jelas.
o   Uterus membesar tetapi tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya.
o   Tidak teraba bagian-bagian ballotement janin dan gerakan janin
o   Tidak terdengar  DJJ
o   Terdengar bising dan bunyi khas
o   Pada test kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi
o   Rahim lebih besar
o   Konsistensi lebih lembek
o   Tidak ada bagian-bagian janin
o   Terdapat perdarahan
o   Teraba jaringan dikanalis dan vagina.
o   Pada foto rontgen abdomen tidak terlihat adanya kerangka janin (pada usia kehamilan lebih
dari tiga bulan)
o   Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran badai salju (gambaran khas pada
kehamilan mola) dan tidak terlihat adanya janin
        Pengelolaan mola hidatidosa sebaiknya dilakukan di rumah sakit, adapun langkah-
langkah pengelolaannya adalah :
         Pengelolaan syok jika terjadi syok
         Transfusi darah jika kadar Hb < 8 gr %
         Kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase, kemudian dilanjutkan dengan sendok kuret
yang tumpul setelah terjadi pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan oksitosin 10 iu
dalam 500 ml Dextose 5 % apabila sondase uterus > 12 cm.
         Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3x1 tablet/hari
         Adanya penyulit pre-eklamsi dikelola sesuai dengan konsultasi internis
         Pengamatan lanjut dilakukan intuk kemungkinan keganasan pasca mola hidatidosa, selama
1-2 tahun dengan jadwal sbb :
  1 x 1 minggu pertama selama 1 bulan (4x)
  1 x 2 minggu selama 2 bulan (4x)
  1 x 1 bulan selama 4 bulan (4x)
  1 x 3 bulan selama 1 tahun  (4x). Dilakukan sampai 2x pemeriksaan berturut-turut negative.
         Agar tidak mengacaukan pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom
dan tidak hamil selama pengawasan.

C.     KEHAMILAN EKTOPIK
        Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus.
Tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadi implintasi kehamilan ektopik
(>90%).  Situasi ini membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi
jika kehamilan berkembang. Perawatannya harus dilakukan dengan cara operasi atau
melalui obat-obatan. Namun, aborsi medis tidak dapat mengobati kehamilan diluar rahim.
         Tanda dan Gejala
                   Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti
kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan
perabaan keras pada payudara.

o   Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah:


Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam awalnya kemudian
perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri bertambah hebat bila bergerak
o   Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi).
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan
bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa
hamil dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini
sangat penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah)
dan menyebabkan perdarahan di dalam.
         Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
o   Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa kehamilan dan
merasakan perut yang keras
o   Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon ß-hCG. Pemeriksaan ini diulangi 2 hari
kemudian. Pada kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari.
Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik
o   Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim
seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik
di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain
         Tatalaksana
                 Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat
dilakukan melalui:
a.       Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker)
b.      Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan.
Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi
         Penyebab
                 Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun
perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor
risiko kehamilan ektopik adalah:

a.       Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya


Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah
kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
b.      Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral
(3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik
karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang
membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
c.       Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga
menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang
dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah:
o  Merokok
Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak
merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi
(keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba,
dan penurunan kekebalan tubuh.
o  Penyakit Radang Panggul
Menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang
dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea.
o  Endometriosis
Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
o  Tindakan medis
Seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti
bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.
         Pencegahan
                 Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang
merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik.
Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko
kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang
dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul.
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Kita tidak dapat menghindari 100%
risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa
dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan
ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk
mencegah komplikasi kehamilan ektopik.

         Kemungkinan kehamilan di masa depan


                 Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah
mengalami kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti
tidak dapat mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan
untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan. Apabila saluran tuba ruptur (pecah)
akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang wanita akan tetap
menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan hamil
berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena
perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami
gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan
angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral,
tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
  Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang
dari 22  minggu.
  Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
  Abortus ada beberapa macam, antara lain Abortus Imminens (threatened), Abortus Insipiens
(inevitable),  Abortus Inkomplet (incomplete),  Abortus Komplet (complete), Missed Abortion,
Abortus Habitualis (Habitual Abortion)
  Kehamilan mola hidatidosa  disebut kehamilan anggur yaitu ada jonjot korion yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai anggur atau mata ikan.
  Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. Tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadi implintasi kehamilan ektopik (>90%).
B.     KRITIK DAN SARAN
        Pepatah pun mengatakan tak ada gading yang tak retak, maka penulis sangat
mengharapkan sekali kritik dan saran dari para pembaca, karena makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan penuh dengan kekurangan

http://nawra115.blogspot.com/2013/06/makalah-perdarahan-pervaginam.html

Anda mungkin juga menyukai