KELOMPOK II :
Nizar Irawan P07120119056
RR Wakhidah Yulianti P07120119057
Eny Purbandari P07120119058
Sarwo Handoko P07120119065
Sutri Lestari P07120119077
Upik Sumeni P071201190--
Ngatimin P071201190--
PENGERTIAN ABORTUS
abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Ada 2 kriteria utama dikatakan
sebagai abortus yaitu : berat janin kurang dari 500 gram serta umur
kehamilan kurang dari 20 minggu.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar ( buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.
Abortus buatan adalah aburtos yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
Terminologi unutk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau abortus
provokatus.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12 minggu) dapat di
lakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan
penyedotan ( vakum ) atau dengan sendok curet.
PENANGANAN UMUM
Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien ( gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil )
Pada kondidi gawat darurat, segara upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan ( evaluasi medik atau merujuk )
Penilaian medik untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat ataudirujukke rumah sakit
Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera
atasi komplikasi tersebut
Gunakan jarum infus besar ( 16 G atau lebih besar ) dan berikan tetesan cepat (
500 ml dalam 2 jam pertama ) larutan garam fisiologis atau ringer
Periksa kadar hb, gol darah dll
Ingat, kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dan syok berat
Bila terdapat tanda- tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai
Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan
Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindajan dan perkembangan
lanjutan
ETIOLOGI
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama
kehamilan umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada
minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu), abortus yang
terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).
Faktor ovofetal : Pemeriksaan USG janin dan histopatologis
selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang
telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar
belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada
20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
melakukan implantasi dengan adekuat.
Faktor maternal : Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan
oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic lupus
erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu
lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas
uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa,
inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwamasalah
psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus
meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian
lanjutan.
Abortus dapat terjadi karena sebab lain
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah:
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau
alkohol.
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan
dan toksoplasmosis
Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan
bawaan uterus.
Diagnosa abortus
Dasar penegakan diagnosa:
Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau nyeri punggung
Perdarahan pervaginam
Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari kanalis
servikalis
Gejala dan tanda kehamilan menghilang
Tes kehamilan negatif atau peningkatan kadar β hcg yang tak
sesuai
Hasil pemeriksaan ultrasonografi yang tidak normal
Patologi abortus
Kelaianan yang terpenting ialah perdarahan dalam decidua dan nekrose
sekitarnya.
Karena pendarahan ini ovum telepas sebagian atau seluruhnya dan
berfungsi sebagai benda asing yang menimbulkan kontaksi.
Kontraksi ini akhirnya mengeluarkan isi rahim.
Sebelum minggu ke 10 telur biasanya dikeluarkan dengan lengankap.
Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai bentuk
yang istimewa , misalnya;
1. Telur kosong (blighted ovum) yang bentuk kantong amnion berisi air
tuban tanpa janin.
2. Mola cruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental mola
cruenta terbentuk ,kalau abortus terjadi dengan lambat laun hungga
darah berkesmpatan membeku antara decidua dan choroin. Kalau
darah beku ini sudah seperti daging disebut juga molacarnose.
3.Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan
disebabkan haematom-haematom antara amnion dan chorion.
4.Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil
dapat diabsorsi dan hilang. Kalau janin agak besar, maka cairan
amnion diabsorbsi hingga janin tetertekan
3. Abortus incompletus
Abortus incompletus haru ssegera dibersihkan dengan curettage atau
secara digital.Selama masih ada sisa-sisap lasentaakan terus terjadi
perdarahan.
4. Abortus febrilis
Abortus incompletes yang telah disertai infeksi tidaks egera dicuret,
kecuali perdarahan banyak sekali.Jika abortus febrilisdicuret,
pagarleucocyt yang menghalangiinfeksikumanrusakdanpembuluh-
pembuluhdarahterbuka, hinggakuman dapat memasuki pembuluh darah
tersebut dant erjadilah sepsis.Setidak-tidaknyapenderitadiberi antibiotic
dulu, scurekbarudikerjakansetelahsuhutenangselamatigahari.
5. Missed abortions
Sekarang cenderung untuk menyelesaikan missed abortions lebih aktik
karena adanya oxytosin dan antibiotic. Segera setelah kematian janin
telah dipastikan ,diberi Pitocin misalnya 10 satuandalam 500 cc
glukosa.
6. bortus habitualis
Yang dinamakan abortus habitualis ialah keadaan dimana
telah terjadi 3x abortus yang spontanberturut-
turut.Karena abortus ini berulang-ulang dan berturut-
turut, etiologinya bersifat tetap dant erapinya ditujukan
terhadap sebabini
Gambaran klinis
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
rasa mulas atau kram perut, di daerah atas simfisis, sering
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri.
Mekanisme abortus
1. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto ,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam
terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
2. Pada kehamilan 8 – 14 minggu:
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau
masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
3. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.
Jenis obat-obatan yg dipakai untuk
menginduksi abortus
Emmenagogum (obat untuk melancarkan haid)
Cara kerja: Indirect Congesti + engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi
Uterus ↓ Foetus dikeluarkan.
Direct: Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.
Misal: Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol,
Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
Purgativa/Emetica: obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract.
Misal: Colocynth: Aloe. Castor oil: Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
Ecbolica: menimbulkan kontraksi uterus secara langsung.
Misal: Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary,
Pituitrine, Exytocin. Cara kerja ergot: Merangsang alpha 1 receptor pada
uterus. Kontraksi uterus yang kuat dan lama
Garam dari logam: biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah
membahayakan keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik
kontraksi pada uterus.
Misal: Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chlorida
komplikasi
Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
Perforasi
Luka pada serviks uteri
Pelekatan pada kavum uteri
Komplikasi lain
Komplikasi yang dapat timbul pada Janin
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis
sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan
abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat
fisik.
Komplikasi abortus spontan
Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul
segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan
bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke
dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan,
selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat
memastikan dengan segera.
Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan
panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan
secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia.
Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium
dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian.
Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan
toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan
tetapi memerlukan waktu.
Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus
dengan menggunakan pengaliran arus listrik.
Pemantauan pasca abortus
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu ibu bahwa
abortus spontan hal yang biasa terjadi dan terjadi paling
sedikit 15 % ( satu dari tujuh kehamilan ) dari seluruh
kehamilan yang diketahui secara klinis. Berilah keyakinan
akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut
kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus
yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut
( hal ini jarang terjadi ) .
THANK YOU