LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABORTUS IMMINENS
B. Klasifikasi
Abortus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut
sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup
sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai
dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa
jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau
rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang
nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta
biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah.
Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat
akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in
utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan
pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin
juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahan-perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi
definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-
turut selama tiga kali atau lebih (Cunningham, 2000).
C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alkohol
2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
3. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
4. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
5. kelainan endokrin (hypertiroid, diabetes melitus, kekurangan hormon
progesteron)
6. trauma, gangguan nutrisi, stress psikologis
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus. (Mansjoer Arif M. 1999)
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul
segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat
kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang
sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam
jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam
jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan
tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini
dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak
dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal
seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-
obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb,
pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi
atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2.Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis
dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban,
bekuan darah, atau bagian – bagian janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau
hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi
hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi defisit volume cairan
Seimbang antara intake dan output baik dari jumlah maupun kualitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi status hemodinamika 1. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
2. Ukur intake dan output cairan akibat abortus
3. Berikan sejumlah cairan2. Jumlah cairan ditentukkan dari jumlah
pengganti cairan yang keluar cairan yang hilang pervaginal
4. Evaluasi status hemodinamika 3. Transfusi mungkin diperlukan pada
kondisi perdarahan masif
4. Penilaian dapat ditentukkan secara
harian melalui pemeriksaan fisik
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Tanggal masuk RS : 6 Nop 2019 Jam masuk : 14.00 wit
Tanggal pengkajian : 6 Nop 2019 No. Register : 042936
Ruangan : VK Yang Mengkaji : Nuriah
Jam pengkajiaN : 16.30 wit
B. Pemeriksaan fisik
1. Pengamatan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
2. Tanda – tanda vital
a. Suhu : 36ºc
b. Nadi : 76x/menit
c. Respirasi : 24x/menit
d. Tekanan darah: 100/60 mmHg
3. Pengukuran Antropometri
a. Berat Badan : 54 kg
b. Tinggi Badan : 161 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Bentuk : Simetris
2) Keadaan rambut : Bersih
3) Warna : Hitam
4) Nyeri kepala : Tidak ada
5) Wajah : ekspresi wajah tampak meringis
b. Mata
1) Bentuk : simetris kiri dan kanan
2) Konjungtiva : tidak anemis
3) Sklera : tidak ikterus
4) Fungsi penglihatan: baik
c. Hidung
1) Struktur : simetris kiri dan kanan
2) Fungsi penciuman : baik
d. Telinga
1) Struktur : simetris kiri dan kanan
2) Fungsi pendengaran : baik
e. Leher
1) Vena jugularis : teraba
2) Arteri karotis : teraba
3) Kelenjar limfe / tiroid : tidak ada pembesaran
f. Dada
Payudara
1) Bentuk : simetris kiri dan kanan
2) Areola : hiperpigmentasi
3) Puting susu : tidak ada kelainan
4) Keluhan : tidak ada
g. Abdomen
1) Inspeksi
Striae livida : tidak ada
Linea nigra : tidak ada
2) Palpasi
Tinggi fundus uteri : setinggi pusat
Kontraksi uterus : baik (teraba bundar dan keras)
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
Vaginal Toucher : tidak ditemukan fluks
Portio : Lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1 Cm
Cavum Uteri : TFU l.k 8 – 10 Cm
Adnexia Parametrium ka/ki: Nyeri tekan (-) , Massa (-)
Cavum Douglas : tidak menonjol
Inspekulo : Fleks (+)
h. Genetalia
Kotor
Terpasang pembalut
Terdapat pengeluaran darah/sisa hasil konsepsi ±50 cc
C. Pemeriksaan Penunjang
1. HCG Test : Positif
2. Hemoglobin : 9 mg%
3. Ultra Sonografi : Janin Tunggal intraabdomen, Denyut Jantung (+) Panjang
janin 5-6 Cm
D. Therapy
1. RL 20 tetes/menit
2. Injeksi Busepan 2 x 1
3. Duvadilan 3 x 1
E. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan : 1. Ekspresi wajah sesekali meringis bila
1. Nyeri perut bagian bawah bergerak
2. Nyeri seperti tertusuk – tusuk 2. Kualitas nyeri sedang 4
3. Nyeri dirasakan hilang timbul 3. Ekspresi wajah sesekali meringis bila
4. Perdarahan ±50 cc per hari bergerak
5. Merasa cemas dengan penyakitnya 4. Mata cekung
6. Pasien tidak memahami tentang5. Konjungtiva : anemis
penyakitnya 6. Aktivitas dibantu keluarga
7. Lemas 7. Pasien tampak gelisah
8. Ku : lemah
9. Pasien mengusap – usap perutnya
F. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : pasien mengatakan Kerusakan jaringan Nyeri
1. Nyeri perut bagian bawah intrauteri
2. Nyeri seperti ditusuk – tusuk
3. Nyeri dirasakan hilang timbul
Do :
1. Ekspresi wajah sesekali
meringis
2. Skala nyeri sedang 4
3. Ibu terlihat mengusap – usap
perutnya
Ds : pasien mengatakan Penurunan sirkulasi Intoleransi Aktivitas
1. Perdarahan
2. Pasien merasa lemas
Do :
1. Aktivitas dibantu keluarga
2. Ku : lemah
3. Hb : 9 mg%
4. Perdarahan ±50 cc
Ds : pasien mengatakan Krisis situasional atau Cemas
1. Klien cemas dengan kejadian kurang
yang sedang dialaminya pengetahuan
2. Klien tidak memahami
tentang penyakitnya
Do :
1. Klien tampak gelisah
G. Perumusan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri, yang ditandai
dengan :
Ds : pasien mengatakan
Nyeri perut bagian bawah
Nyeri seperti ditusuk – tusuk
Nyeri dirasakan hilang timbul
Do :
Ekspresi wajah sesekali meringis
Skala nyeri sedang 4
Ibu terlihat mengusap – usap perutnya
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi, yang ditandai
dengan :
Ds : pasien mengatakan
Perdarahan
Pasien merasa lemas
Do :
Aktivitas dibantu keluarga
Ku : lemah
Hb : 9 mg%
Perdarahan ±50 cc
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, yang
ditandai dengan :
Ds : pasien mengatakan
Klien cemas dengan kejadian yang sedang dialaminya
Klien tidak memahami tentang penyakitnya
Do :
Klien tampak gelisah
H. Prioritas masalah
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
IMPLEMENTASI & EVALUASI
Nama : Nn. Y K Hari/tanggal : 28 Juli 2016
Umur : 19 tahun Ruang : Ginekologi
Jenis kelamin : perempuan No. Register : 042936
DX IMPLEMENTASI EVALUASI
1.
Tanggal 28 juli 206 Tanggal 28 juli 2016
Jam : 12.00 wit Jam : 14.00 wit
a. Mengkaji lokasi nyeri, lamanya, intensitasnya S : pasien mengatakan :
Hasil : Masih ada nyeri pada perut
1) Faktor pencetus :kerusakan jaringan bagian bawah
intrauteri Skala nyeri 2
2) Lokasi keluhan : daerah perut bagian bawah O:
3) Sifat nyeri : seperti tertusuk - tusuk Wajah sesekali masih tampak
4) Kuantitas : terus menerus meringis
5) Kualitas : sedang (4) A : Masalah teratasi sebagian
6) Wajah pasien tampak sesekali meringis jika P : Intervensi 1, 2 dilanjutkan
bergerak
Jam : 12.10 wit
b. Mengajarkan tekhnik relaksasi napas dalam
dengan menarik nafas panjang lewat hidung
dan menghembuskan lewat mulut, dilakukan
3-4 kali
Hasil :
Pasien mengerti apa yang disampaikan
perawat dan mengikuti apa yang
diinstruksikan oleh perawat
DX IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Tanggal 28 Juli 2016 Tanggal 28 Juli 2016
Jam : 10.00 wit Tanggal 28 januari 2016
a. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk Jam : 13.35 wit
beraktivitas S : pasien mengatakan
Hasil : Badan lemas
* Klien mengatakan Perdarahan makin banyak jika
1) * Bisa toiletting sendiri bergerak
*Klien mampu beraktivitas ringan seperti O:
berjalan Ku : lemah
*Klien merasa lemas jika terlalu banyak Aktivitas klien masih sedikit
bergerak dibantu
Jam : 10.15 wit A : masalah teratasi sebagian
b. Mengkaji pengaruh aktivitas terhadap P : intervensi dilanjutkan
kondisi uterus
Hasil :
1) Klien mengatakan perdarahan makin
banyak jika terlalu sering bergerak
2) Perutnya juga terasa sakit jika bergerak
Jam : 10.20 wit
c. Mengevaluasi perkembangan
klien dalam melakukan aktivitas
Hasil :
1) Pasien tidak bisa bergerak terlalu banyak
DX IMPLEMENTASI EVALUASI
3 Tanggal 28 Juli 2016 Tanggal 29 Juli 2016
Jam : 10.25 wit Jam : 13.35 wit
a. Mengkaji tingkat pengetahuan atau S : pasien mengatakan
persepsi klien dan keluarga terhadap Sudah tidak lagi cemas dengan
penyakit penyakitnya
Hasil : Pasien sudah memahami
Klien dan keluarga belum mengerti tentang tentang penyakitnya
abortus yang dialami oleh klien O:
Jam 10.30 wit Ekspresi wajah tampak tenang
b. Membantu klien mengidentifikasi penyebab A : masalah teratasi
kecemasan P : intervensi dihentikkan
Hasil :
Klie cemas jika perdarahan yang
dialaminya makin parah
Jam 10.36 wit
c. Terangkan hal – hal seputar aborsi yang
perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Hasil :
Sudah dijelaskan :
Abortus imminen adalah perdarahan
bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan.
Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan
(Syaifudin.Bari Abdul, 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Didik Tjindarbunni, Duk.2001. pencegahan diagnostik dini dan pengobatan
kanker. Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta
Doengoes. M. 2001. Rencana perawatan Maternitas/ Bayi. EGC : Jakarta
Suzane, C, Smeltzer, Brenda, G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. EGC : Jakarta
http://www.medicastore.com