Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA KLIEN HERNIA SCROTALIS

Disusun Oleh:
1. Mualimah
2. Nur Amalina
3. Nurida Wulandani
4. Puja Mutiara A
5. Santi Pratiwi
6. Shintia Kunmalasari
7. Shizuoka Aryoni
8. Silvia Fitri Wulandari
9. Wahyudi Nuridin

KELOMPOK 1 ( RUANG BOUGENVILLE 2 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2018/2019

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id Email: sekretariat@umkudus.ac.id

1
KATA PENGANTAR

‫بِ ۡس ِمٱللَّ ِهٱلر َّۡح ٰ َمنِٱل َّر ِح ِيم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikanmakalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalahini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN HERNIA SCROTALIS”, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber .Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan.Penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rembang, 22 April 2019

Penyusun

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA


KLIEN HERNIA SCROTALIS” ini telah mendapat persetujuan oleh pembimbing untuk
dipresentasikan dihadapan Tim Pembimbing Asuhan Keperawatan RSUD dr. R. Soetrasno
Rembang, pada :

Hari : Rabu
Tanggal : 24 April 2019
Kelompok : 1 ( RUANG BOUGENVILLE 2 )

Pembimbing Asuhan Keperawatan

Tutik Purwantari, S.Kep., Ners.

iii
DAFTAR ISI

COVER………………………………...………………..........……………………..i

KATA PENGANTAR………………………………………………..…………......ii

HALAMAN PERSETUJUAN.........……………......………..……………………..iii

DAFTAR ISI..............………………………………………………..…………......iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………….………………………..………...1

1.2Rumusan Masalah….…………………………..……………………....2

1.3 TujuanPenulisan.….....................………………...........…….………..2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian...........................………..….…………...……………….…....3
B. Etiologi.....................................…………………………….………..…..3
C. Manifestasi Klinis.....................................…………………….................4
D. Pathofisiologi............................…………………………….………..…..5
E. Pathway....................................…………………………….………..…..6
F. Pemeriksaan Penunjang.............…………………………….………..….7
G. Penatalaksaan Medis........................................…………….………..…..7
H. Asuhan Keperawatan...............…………………………….………..…..9

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….…......29

3.2 Saran………………………………………………………….………....29

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses
sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi.
Namun, jikaproses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan pencernaan termasuk
hernia.Hernia merupakan penyakit yang seringkali ditemui pada penyakit bedah, dimana hernia
bermacam-macam jenisnya disesuaikan menurut letaknya seperti; hernia inguinalis, hernia
scrotalis, herniaumbilikalis, hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia femoralis dan lain-lain.
Hernia inguinalis lateralis (HIL) merupakan hernia yang paling sering ditemukan. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % (Courtney M.
2009) . Sedangkan di Indonesia tindakan bedah hernia sebanyak 18 % (Simarmata,
2013).Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Operasi hernia atau hernia repair terdiri dari herniotomi, herniorafi, dan hernioplasti. Prosedur
operasi di atas dilakukan untuk mengembalikan isi ke cavum abdominalis dan memberi kekuatan
pada dinding perut agar tidak terjadi hernia kembali.
Hernia dapat berbahaya bila sudah terjadi jepitan isi hernia oleh cincin hernia. Pembuluh
darah di daerah tersebut lama-kelamaan akan mati dan akan terjadi penimbunan racun. Jika
dibiarkan terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. (Triaswhoro, 2011)
Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap tuberkulum
pubikum, tonjolan timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang.Insiden hernia pada
populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%.Laki-laki paling sering terkena (85%
kasus).Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah
6 bulan.Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2: 1).25% pasien menderita hernia
bilateral.Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat
pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana penyakit tersebut sehingga dapat
diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada anak-anak, maka sangat
diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa Pengertian dari Hernia Scrotalis ?
2. Apa Penyebab/Etiologi Terjadinya Hernia Scrotalis ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis pada Hernia Scrotalis ?
4. Bagaimana Patofisiologi Hernia Scrotalis ?
5. Bagaimana Pathways Hernia Scrotalis?
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang untuk penderita Hernia Scrotalis ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan pada Hernia Scrotalis ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hernia Scrotalis ?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Hernia Scrotalis.
2. Untuk mengetahui Penyebab/Etiologi terjadinya Hernia Scrotalis
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis pada Hernia Scrotalis.
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Hernia Scrotalis.
5. Untuk mengetahui Pathways Hernia Scrotalis.
6. Untuk mengetahui Apa saja Pemeriksaan Penunjang untuk penderita Hernia Scrotalis.
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan pada Hernia Scrotalis.
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hernia Scrotalis

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui sebuah defek kongenitalatau yang didapat (Long, 2009).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis pada
sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai scrotum,
hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 2009).

B. ETIOLOGI
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia
lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut .

2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,
penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan
keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

5. Obesitas
3
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri
Made Kusala, 2009).

C. Tanda dan Gejala

1. Berupa benjolan
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung
kencing

D. Pathofisiologi

4
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi
yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak
menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi,
miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam
hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia
scrotalis (Mansjoer, 2010; Sjamsuhidajat, Jong, 2010).

E. Pathway

5
faktor congenital Faktor di dapat (batukkronis,
(kegagalanpenutpanprosesusv mengejansaatdefekasi,
1.
aginalispadawaktukehamilan) pekerjaanmengankatbendaberat)

Peningkatantekanan intra abdomen

Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis

Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus

Tonjolanakansampaikespektrum

hernia

Tidakpapattimbulseca Dapattimbulsecaraspontan
raspontan (manual)

Tindakpembedahan Post operasi hernia

Adanyalukainsisi
Pre Operasi
hernia
Perawatanluka
Diskontinuitasjar yang kurang
ingan
Ansietas
Resikoinfeksi
Nyeri Akut

Ketidaknyaman
an/keterbatasan
Gangguanintegr gerak
itaskulit

Aktifitasterganggu

Imobilitasfisik

6
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan
mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk
memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Konservatif

a. Reposisi Spontan ;

 Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan pasien.
Pasien harus istirahat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.
 Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut pasien.
 Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah daripada kaki
(Trandelenburg).
 Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan eksternal rotasi
maksimal (seperti kaki kodok).
 Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air dingin untuk
mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
 Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan secara elektif

7
b. Reposisi bimanual: Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada apeks hernia karena justru
akan menyebabkan isi hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter
spesialis bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.

2. Pembedahan

Indikasi pembedahan:

 Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan


 Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
 Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
Manajemen Operasi Hernia

a. Anestesi. Anestesi dapat general, epidural (spinal) atau lokal. Anestesi epidural atau lokal
dengan sedasi lebih dianjurkan.
b. Insisi. Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm). Setelah memotong
fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga mencapai aponeurosis
musculus obliquus eksternus.
c. Membuka canalis inguinalis. Identifikasi ring eksterna yang terletak pada aspek superior
dan lateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari kanalis inguinalis dibuka sejajar
serat dari aponeursis musculus obliquus eksternus, lakukan preservasi N. Iliohipastric dan
N.ilioinguinal. Lakukan identifkasi dan mobilisasi spermatic cord, dimulai dari bagian
tuberculum pubicum, mobilisasi secara sirkular, dan retraksi dengan penrose drain atau
kateter foley.
d. Identifikasi kantong hernia. Kantong hernia indirek ditemukan pada aspek anteromedial
dari spermatic cord. Setelah dijepit dengan klem, kantong diotong ke arah proksimal. Pada
hernia direk, kantong hernia ditemukan di trigonum Hesselbach.
e. Eksisi kantong hernia. Pada kantong hernia indirek, setelah kantong dibuka semua isi
kantong hernia, dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan ke dalam intra-abdomen.
Kemudian leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong dieksisi dibagian distal dari ligasi.
Sementara pada hernia direk kantong dapat diinsersikan ke rongga peritoneum, namun pada
kantong yang besar diakukan eksisi pada kantong.

8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN L
DENGAN HERNIA SCROTALIS DI RUANG BOUGENVILE 2
RSUD dr. SOETRASNO REMBANG

A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Jumat,12 April 2019
Jam : 21.30 WIB
1. IDENTITAS PASIEN
a. Identitas Pasien
Nama : Sdr. L
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum kawin
Alamat : Banggi 3/1 Kaliori
Tanggal masuk RS : 12 April 2019
No. RM : 542994
Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. Y
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banggi 3/1 Kaliori
Hubungan dengan pasien : Ayah

9
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan terdapat benjolan di buah zakar bagian kanan dan merasa
cemas karenanya
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ±7 bulan yang lalu terdapat benjolan di buah zakar bagian
kanan dan terasa gatal agak nyeri. Pasien mengira benjolan tersebut lama-lama bisa
hilang sendiri tanpa diobati, lambat laun benjolan tersebut semakin membuat
cemas dan tidak nyaman, sehingga pada tanggal 12 April 2019 pasien datang ke
RSUD dr. Soetrasno Rembang dan masuk IGD jam 09.40 WIB lalu dipindahkan ke
ruang rawat inap Bougenvile 2 untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti saat ini
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai anggota keluarga yang memiliki penyakit
serupa
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi, baik itu obat/makanan/minuman
maupun cuaca

3. POLA FUNGSIONAL
a. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat bernafas
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat bernafas
b. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam pola makan, makan
3x sehari, tidak ada jenis makanan tertentu, mual muntah (-)
Selama sakit : Pasien mengatakan mengatakan tidak ada gangguan dalam pola
makan, makan 3x sehari dengan porsi yang diberikan di RS, mual muntah (-)
c. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur cukup sekitar 7-8 jam sehari, tidak ada
gangguan dalam tidur, pasien tidak mengonsumsi obat untuk mempermudah tidur
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur cukup sekitar 7-8 jam sehari akan tetapi
tidak nyenyak dikarenakan cemas menghadapi operasi
10
d. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum dengan cukup sekitar 7 gelas sehari
Selama sakit : Pasien mengatakan minum dengan cukup sekitar 7-8 gelas sehari
POST OP
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman (nyeri)
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri, nyaman dan aman
Selama sakit : Pasien mengatakan merasakan nyeri pada luka bekas operasi
P : Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri di luka bekas operasi (lipatan paha bagian kanan)
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
f. Kebutuhan mobilitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam pola pergerakan,
tidak memakai alat bantu berjalan, kekuatan otot 5
Selama sakit : Pasien mengatakan ekstremitas bawah terasa berat dan belum bisa
digerakkan, pergerakan dengan bantuan keluarga, kekuatan otot ekstremitas bawah
2 karena post anestesi spinal.
g. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : Pasien mengatakan pola BAB normal (warna kekuningan, bau khas feses,
konsistensi lembek) 1x sehari di kamar mandi pribadi, privacy terjaga, BAB
dengan jongkok
BAK : Pasien mengatakan pola BAK normal, karakteristik normal (urine jernih,
frekuensi tergantung banyak sedikitnya minum, bau khas urine, BAK di kamar
mandi pribadi, privacy terjaga, BAK berdiri
Selama sakit :
BAB : Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempermudah
BAB, pola BAB sedikit terganggu karena terdapat luka bekas pembedahan di perut
pasien
BAK : Pasien mengatakan BAK menggunakan pispot

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Lemah

11
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36⁵̊°C
RR : 20 x/menit
d. TB, BB
Sebelum sakit :
TB : 165 cm
BB : 60 kg
Seama sakit :
TB : 165 cm
BB : 60 kg
e. LLA : 23 cm
f. Kepala : Mesochepal, rambut ( lurus, bersih dan tidak bercabang)
g. Wajah : Tidak pucat, simetris, tidak ada pembengkakan
h. Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak cekung, pupil
isokor, kantung mata cerah tidak hitam
i. Hidung : Simetris, tidak ada polip
j. Mulut : Bibir tidak sianosis, gigi utuh,mulut bersih, tidak ada stomatitis, bibir
lembab dan tidak ada perdarahan gusi
k. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
l. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
m. Dada
Paru-paru/thorax
I : Simetris, tidak ada retraksi dada
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan ataupun benjolan
P : Suara sonor
A : Suara nafas vesikuler
Jantung
I : Tidak terlihat ictus cordis
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Pekak
A : Reguler

12
n. Abdomen :
I : Tidak ada acites
A : Terdengar bising usus
P : Ada nyeri di bekas operasi lipat paha kanan
P : Timpani
o. Genetalia : Bersih, skrotum tidak simetris
p. Ekstremitas :
Atas : Pergerakan terhambat pada tangan kiri karena terpasang infus, kekuatan otot
3
Bawah : Pergerakan terhambat karena post anestesi spinal, kekuatan otot 2

5. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 12 April 2019
Jam : 17.46 WIB

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.0 L 13.2 – 17.3 g/dL
Leukosit 8.6 6.0 – 12.0 ribu
Eritrosit 4.8 4.4 – 5.9 juta
Hematokrit 37.3 L 40 - 52 %
Trombosit 277 150 - 400 ribu
Lain-lain -
Waktu Pendarahan / BT 2.00 1-3 menit
Golongan Darah RH O / Positive -
Waktu Pembekuan / CT 3.30 2-6 menit
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 84 70 - 115 mg/dL
SEROLOGI
HBSAG Non Reactive Non Reactive -
ANTI HIV
SD Non Reactive NON REACTIVE -
Fokus Diagnostik NON REACTIVE -
VIKIA NON REACTIVE -

b. Terapi medis
1. 12 April 2019
Infus RL 30 tpm
Vicilin Sx 1 gr/ 8 jam
2. 13 April 2019 – 15 April 2019
13
Infus RL 30 tpm
Cefadroxil 500 mg / 12 jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam

ANALISI DATA

14
NO HARI/TANGGAL DATA FOKUS (DS & PROBLEM ETIOLOGI
/JAM DO)
1. Jumat, 12 April DS : Pasien mengatakan Ansietas Tindakan
2019 cemas karena akan pembedahan
21.30 WIB dilakukan operasi
DO : pasien tampak
gelisah, raut wajah Pre op hernia
ketakutan dan khawatir
Peningkatan produksi
keringat, peningkatan Ansietas
ketegangan
TD : 120 / 80 mmHg
S : 36,5 C
N : 90 x / menit
RR : 24 x / menit
Skala HARS :
1. Perasaan cemas firasat
buruk, takut akan pikiran
sendiri, mudah
tersinggung ( skor 2 )
2. Ketegangan merasa
tegang, gelisah, gemetar,
mudah terganggu dan
lesu (skor 2 )
3. Ketakutan : takut
terhadap gelap, terhadap
orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada
binatang besar (skor 0)
4. Gangguan tidur sukar
memuali tidur, terbangun
pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi
buruk ( skor 0)
5. Gangguan kecerdasan:
penurunan daya ingat,
mudah lupa dan sulit
konsentrasi ( skor 0 )
6. Perasaan 15 depresi:
hilangnya minat,
berkurangnya
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OP
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
(Domain 9. Koping/Toleransi Stres. Kelas 2. Respons Koping. Kode 00146. Hal 324)

POST OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(Domain 12. Kenyamanan. Kelas 1. Kenyamanan Fisik. Kode 00132. Hal 445)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
(Domain 4. Aktivitas/Istirahat. Kelas 2. Aktivitas/Olahraga. Kode 00085. Hal 217)

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Hari/Tanggal/Ja DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


m KEP
1. Jum’at, 12 April 1 Setelah dilakukan asuhan  Pengurangan
2019 keperawatan selama 1x24jam Kecemasan
21.00 WIB diharap tingkat kecemasan Domain 3 Perilaku. Kelas T.
pasien bberkurang dengan Peningkatan Kenyamanan
kriteria hasil : Psikologis. Kode 5820. Hal
1. Tidak ada perasaan 319
gelisah O : Observasi tanda verbal
2. Ekspresi wajah tidak dan non verbal kecemmasan
tegang N : - Jelaskan semua
3. Tidak ada peningkatan prosedur termasuk sensasi
frekuensi nadi yang akan
(Domain III. Kesehatan dirasakan/didalam klien
Psikologi. Kelas M. selama prosedur
Kesejahteraan Psikologis. - Berikan informasi
Kode 1211. Hal 572) faktual terkait
diagnosis, perawatan
dan prognosis
- Dorong keluarga
untuk mendmpingi
klirn dengan cara
yang tepat
16
E : Ajarkan teknik relaksasi
untuk mengurangi
kecemasan
C : Kolaborasikan dengan
keluarga dan tim kesehatan
lainnya dalam pemberian
motivasi kepada pasien

Sabtu, 13 April 2 Setelah dilakukan asuhan  Pain Management


2019 keperawatan selama 3x24jam Domain : 1. Fisiologis :
15.00 WIB nyeri dapat terkontrol dengan Dasar. Kelas E. Peningkatan
kriteria hasil : kenyamanan fisik. Kode
1. Mampu mengontrol 1400. Hal 198)
nyeri (tahu penyebab O : Observasi reaksi non
nyeri, mampu verbal dan
mengaplikasikan ketidaknyamanan
teknik non N : - Lakukan pengkajian
farmakologi untuk nyeri secara komprehensif
mengurangi nyeri) termasuk lokasi,
2. Melaporkan bahwa karakteristik, durasi,
nyeri berkurang frekuensi, kualitas dan
3. Mengatakan rasa faktor presipiasti
nyaman setelah nyeri - Berikan posisi
berkurang nyaman
 Kontrol nyeri E : Ajarkan penggunaan
(Domain IV. Pengetahuan teknik non farmakologi
tentang kesehatan dan untuk mengurangi nyeri
perilaku. Kelas Q. Perilaku C : Kolaborasikan dengan
sehat. Kode 1605 Hal 247) tim medis lainnya dalam
pemberian terapi
farmalokogi (Analgetik)
15.30 WIB 3 Setelah dilakukan asuhan  Terapi latihan :
keperawatan selama 3x24jam Ambulasi
diharapkan pergerakan dapat Domain I fisilogi : Dasar.
meningkat dengan kriteria Kelas A. Manajemen
17
hasil : aktivitas dan latihan. Kode
1. Mempertahankan 0221. Hal 438
keseimbangan O : Monitor tanda-tanda
2. Gerakan otot dan sendi vital
tidak terganggu N : - Bantu pasien dengan
3. Bergerak dengan ambulasi awal jika
mudah diperlukan
 Pergerakan - Dorong untuk duduk
(Domain 1. Fungsi di tempat tidur,
kesehatan. Kelas C. disamping tempat
Mobilitas. Kode 0208. Hal tidur (menjuntai)
452) atau di kursi
sebagaimana dapat
ditoleransikan
pasien
- Dorong ambulasi
independen dalam
batas aman
E : ajarkan pasien mengenai
pemindahan dan teknik
ambulasi yang aman
C : kolaborasikan dengan
ahli terapi fisik mengenai
rencana ambulasi sesuai
kebutuhan
Kolaborasikan dengan tim
medis pemberian terapi
farmakologi

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO Hari/Tanggal DX Impelemtasi Keperawatan Respon


/Jam KEP
1. Jum’at, 12 1 Mengobservasi tanda verbal dan DS : Pasien mengatakan
18
April 2019 non verbal kecemasan cemas menghadapi operasi
21.30 WIB esok pagi
DO : - Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
tegang
- Raut wajah khawatir
- Terdapat
peningkatan
produksi keringat
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5̊ C
RR : 24x/menit
Skor 10
(Ansietas Ringan )
Memberikan informasi faktual DS : Pasien mengatkan
terkait diagnosis, perawatan dan faham dan mengerti dengan
prognosi. penjelasan perawat
Menjelaskan semua prosedur DO : Pasien kooperatif saat
termasuk sensasi yang akan diberikan penjelasan
dirasakan/dialami klien selama Ekspresi tegang berkurang
prosedur Pasien tampak lebih tenang
Mendorong keluarga untuk DS : Klien pasien
mendampingi klien dengan cara mengatakan bersedia dan
yang tepat akan selalu mendampingi
pasien
DO : Keluarga terlihat
mendampingi dan
menguatkan pasien
Mengajarkan teknik relaksasi DS : Pasien mengatakan
untuk mengurangi kecemasan faham dan mampu
mengaplikasikan teknik
relaksasi
DO : Pasien tampak

19
mendemonstrasikan teknik
relaksasi untuk mengurangi
kecemasan
- Pasien kooperatif
Sabtu, 13 Mengolaborasikan dengan DS : Keluarga pasien
April 2019 keluarga dan tim medis lainnya mengatakan siap
06.00 WIB dalam pemberian motivasi pada mendampingi dan
pasien memberikan motivasi
kepada pasien
DO : Keluarga tampak
memberikan motivasi
kepada pasien
- Keluarga pasien
kooperatif
2. Sabtu, 13 2 Mengobservasi reaksi non verbal DS : Pasien mengatakan
April 2019 dari ketidaknyamanan merasakan nyeri pada luka
15.30 WIB Melakukan pegkajian nyeri bekas operasi
secara komprehensif termasuk P : Pasien mengatakan nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, saat bergerak
frekuensi, kualitas, dan Q : Pasien mengatakan nyeri
presipitasi seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri di luka bekas
operasi ( lipatan paha bagian
kanan )
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
DO :
- Pasien tampak
meringis menahan
rasa sakit
- Pasien bersikap
melindungi area
nyeri
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
20
S : 36’c
RR : 20x/menit
Skala nyeri 6
2 Mengajarkan penggunaan teknik DS : Pasien mengatakan
non farmakologi untuk faham dan mengerti teknik
mengurangi nyeri non farmakologi untuk
mengurangi nyeri
DO : Pasien kooperatif saat
diajarkan teknik non
farmakologi, pasien tampak
mengaplikasikan teknik non
farmakologi tersebut
18.00 WIB 2,3 Mengkolaborasikan dengan tim DS : Pasien mengatakan
medis lainnya dalam pemberian bersedia diberikan terapi
terapi farmakologi ( analgetik ) farmakologi
-Ketorolac 30mg/8jam (inj) DO : Pasien tampak
-Cefadroxil 500mg/12jam (po) kooperatif Obat masuk
lewat IV dan peroral

3 Membantu pasien dengan DS : Pasien mengatakan


ambulasi awal jika diperlakukan nyaman dengan posisi
( posisi supinasi 24 jam post terlentang
operasi ) DO : Pasien tampak nyaman
Pasien kooperatif

3 Minggu, 14 2 Melakukan pengkajian nyeri DS : Pasien mengatakan


April 2019 secara komprehensif termasuk merasakan nyeri luka bekas
15.30 WIB lokasi, karakteristik, durasi, operasi
frekuensi, kualitas dari faktor P : Pasien mengatakan nyeri
presipitasi saat bergerak
Mengobservasi tanda-tanda vital Q : Pasien mengatakan nyeri
pasien seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri di luka bekas
operasi
( lipatan paha kanan )

21
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
DO : Pasien tampak
meringis menahan rasa sakit
Pasien bersikap melindungi
area nyeri
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36⁵̊°C
RR : 20 x/menit
Skala nyeri 5

3 Membantu pasien dengan DS : Pasien mengatakan


ambulasi awal jika diperlukan mampu melakukan posisi
(posisi miring) miring kanan kiri dengan
Mendorong untuk duduk di bantuan dan nyaman dengan
tempat tidur, disamping tempat posisi semifowler yang
tidur (menjuntai) sebagaimana diberikan untuk latihan
yang dapat dioleransi pasien duduk
DO : Pasien dapat miring
kanan dan kiri
Pasien masih latihan posisi
duduk
Pasien tidak menunjukkan
ekspresi nyeri saat
dilakukan ambulasi

Mengajarkan pasien mengenai DS : Pasien mengatakan


pemindahan dan teknik ambulasi faham diberikan terapi
yang aman farmakologi
DO : Pasien tampak
kooperatif dan
memperhatikan penjelasan
perawat

22
2,3 Mengkolaborasikan dengan tim DS : Pasien mengatakan
medis dalam pemberian terapi bersedia diberikan terapi
farmakologi farmakologi
-Ketorolac 30mg/8jam (inj) DO : Pasien tampak
-Cefadroxil 500mg/12jam (po) kooperatif Obat masuk
lewat IV dan perolral

Senin, 15 2 Melakukan pengkajian nyeri DS : Pasien mengatakan


April 2019 secara komprehensif termasuk merasakan nyeri luka bekas
15.00 WIB lokasi, karakteristik, durasi, operasi
frekuensi, kualitas dari faktor P : Pasien mengatakan nyeri
presipitasi saat bergerak
Mengobservasi tanda-tanda vital Q : Pasien mengatakan nyeri
pasien seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri di luka bekas
operasi
( lipatan paha bagian
kanan )
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri hilang timbul
DO : Pasien tampak lebih
tenang tidak ada ekspresi
meringis menahan nyeri
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36°C
RR : 20 x/menit

3 Mendorong ambulasi DS : Pasien mengatakan


independen dalam batas aman mampu melakukan ambulasi
secara independen
DO : Pasien tampak bisa
duduk sendiri tanpa bantuan

23
berjalan didampingi
keluarga

18.00 WIB 2,3 Mengkolaborasikan dengan tim DS : Pasien mengatakan


medis lainnya dalam pemberian bersedia terapi farmakologi
terapi farmakologi ( analgetik ) DO : Pasien tampak
-Ketorolac 30mg/8jam (inj) kooperatif obat masuk lewat
-Cefadroxil 500mg/12jam (po) jalur IV dan peroral

EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari, tanggal Dx Kep Implementasi Keperawatan
. jam
1. Sabtu, 13 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa cemas dan khawatir
April 2019 karena akan di operasi
06.30 WIB O : Pasien tampak rileks, tidak tegang, tidak terdapat
peningkatan produksi keringat
Kesadaran : composmentis
KU : Cukup
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36’c
Skor kecemasan : 3
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Membawa pasien ke ruang operasi
2. Sabtu, 13 2 S : Pasien mengatakan merasakan nyeri pada luka bekas operasi
April 2019 P : pasien mengatakan nyeri bertambah saat digunakan

24
18.30 WIB bergerak
Q : pasien mengatakan neyri seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri diluka bekas operasi
( lipatan paha bagian kanan )
S : Skala nyeri 5-6
T : Nyeri hilang timbul
O : Pasien tampak meringis menahan sakit , pasien bersikap
melindungi area nyeri
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36’c
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 S : Pasien mengatakan lemas, kaki terasa berat, tidak bisa
bergerak bebas
O : KU : Lemah
Pasien bed rest dalam posisi supine
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36’c
RR : 20x/menit
Pasien masih dalam pengaruh spinal anestesi
Skala kekuatan otot ekstremitas bawah 2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Minggu, 14 2 S : Pasien mengatakan merasakan nyeri pada luka bekas operasi
April 2019 P : pasien mengatakan nyeri bertambah saat digunakan
18.30 WIB bergerak
Q : pasien mengatakan neyri seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri diluka bekas operasi
( lipatan paha bagian kanan )
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
O : Pasien tampak menahan nyeri, pasien bersikap melindungi
25
area nyeri
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36’c
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 S : pasien mengatakan sudah bisa miring kanan, kiri dan duduk
diatas tempat tidur dengan kaki menjuntai
O : KU : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Pasien berhasil dalam latihan miringdan duduk tanpa terjadi
perubahan TTV
Skala kekuatan otot ekstremitas bawah 3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Senin, 15 2 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
April 2019 P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak
18.30 WIB Q : pasien mengatakan neyri seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri diluka bekas operasi ( lipat paha bagian kanan )
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri hilang timbul
O : Pasien tampak lebih rileks dari sebelumnya, tidak bersikap
melindungi area nyeri
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36’c
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 S : Pasien mengatakan sudah bisa bergerak tanpa bantuan
O : KU : cukup
Kesadaran : Composmentis
Pasien sudah bisa berjalan tanpa bantuan namun masih
didampingi

26
Pasien tampak lebih bugar dari sebelumnya
Skala kekuatan otot ekstremitas bawah 5
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis pada
sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai scrotum,
hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 2009).
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
a. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak
dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
b. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
c. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
d. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
e. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

3.2 Saran
Perlu kita menjaga kesehatan kita agar tidak terkena penyakit hernia scrotalis seperti
yang tersebut dalam pembahasan dan dampaknya kedepan.

27
28
DAFTAR PUSTAKA

 Smeltzer, S.C, 2011, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, 
EGC, Jakarta
 Gloria M. Bulechek,dkk.2016.Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore :
ELSEVIER
 Sue Moorhead,dkk.2016.Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore : ELSEVIER
 T.H.Herdman dan S.Kamitsuru.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta : ECG

29

Anda mungkin juga menyukai