3. Penyebab/Faktor Predisposisi
1.Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang
terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana sel-
sel beta dihancurkan oleh antibodi karena dianggap sebagai sel asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta. Beberapa contoh dari virus dan toksin tersebut,
antara lain :
Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes
mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-
faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3.Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormon-hormon plasenta. Setelah melahirkan bayi, kadar glukosa darah akan
kembali normal.
5. Klasifikasi
1.I DDM ( Insulin Dependent Diabetes Millitus )
Sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas karena reaksi autoimin sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin
alami untuk mengontrol kadar glukosa darah.
3.Gestational Diabetes
Disebabkan oleh gangguan hormonal pada wanita hamil. Diabetes melitus (
gestational diabetes mellitus, GDM) juga melibatkan suatu kombinasi dari
kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, sama dengan
jenis-jenis kencing manis lain. Hal ini dikembangkan selama kehamilan dan dapat
meningkatkan atau menghilang setelah persalinan. Walaupun demikian, tidak
menutup kemungkinan diabetes gestational dapat mengganggu kesehatan dari janin
atau ibu, dan sekitar 20%50% dari wanita-wanita dengan Diabetes Melitus
gestational sewaktu-waktu dapat menjadi penderita.
6. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes ada beberapa yaitu :
1. Jangka pendek:
Hipoglikemia
Ketoasidosis diabetik
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
2. Jangka panjang
Retinopati
Nefropati
Neuropati : polineuropati sensori(neuropati perifer), neuropati cranial, dan
neuropati otonom
7. Gejala Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
b.Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanyaakan berada sampai pada
pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap
kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
8. Pemeriksaan fisik
a. Inpeksi : lemah, pucat
b. Auskultasi : suara napas normal
c. Perkusi : tidak ada asites
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, nadi 80x per menit
Pemeriksaan diagnosis
Elektrolit:
kardiovaskular
diabetes adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat menyebabkan gagal ginjal
terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis.
ke dalam urine
Adanya albumin dalam urin (=albuminoria) merupakan indikasi terjadinya
nefropati diabetic.
hemoglobin (glycohemoglobin)
Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah
merah)
Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3
Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
dalam jangka panjang
Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan) dapat
diperkirakan dengan pemeriksaan A1C
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa medis
Elektrolit:
Pemeriksaan mikroalbumin
Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskular
Nefropati Diabetik
Kepala
Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut
merata, kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekan
tidak ada.
Muka
Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada.
Mata
Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada,
nyeri tekan tidak ada.
Hidung
Bentuk simetris, secret tidak ada
Telinga
Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis
tidak ada.
Thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak
ada, retraksi otot dada tidak ada
Abdomen
Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit,
pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak
ada, asites tidak ada.
Ekstermitas
Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir
tetapi lemah.
2. Diagnosa
a.Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperglikemia).
b.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glokosa
oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
c.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energy metabolic
d.Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
diabetes melitus
3. Rencana Tindakan
1.Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperglikemia).
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24
jam diharapkan cairan/elektrolit dan keseimbangan asam
basa dapat terpenuhi.
Kriteria hasil: tekanan darah stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit, haluaran urine tepat secara individu
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1.pantau tanda-tanda vital. 1.hipovolemia dapat dimanifestasikan
2.pola napas seperti adanya oleh hipotensi dan takikardi.
pernapasan Kussmaul atau 2.paru-paru mengeluarkan asam
pernapasan yang berbau keton. karbonat melalui pernapasan yang
3.frekuensi dan kualitas menghasilkan kompensasi alkalosis
pernapasan, pengguanaan otot bantu respiratoris terhadap keadaan
napas, dan adanya periode apnea ketoasidosis.
dan munculnya sianosis 3.koreksi hiperglkemia dan asidosis
akan menyebabkan pola dan frekuensi
pernapasan akan mendekati normal.
4.suhu, warna kulit dan 4.demam dengan kulit yang
kelembabannya. kemerahan,
5.kaji nadi perifer, pengisian kering mungkin sebagai cerminan dari
kapiler, turgor kulit, dan membran dehidrasi.
mukosa. 5.merupakan indikator dari tingkat
6.pantau masukan dan dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
pengeluaran, catat berat jenis urine. adekuat.
7.ukur berat badan setiap hari 6.memberikan perkiraan kebutuhn
8.pertahankan untuk memberikan akan
cairan paling sedikit 2500ml/hari cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
9.catat hal-hal yang dilaporkan keefektifan dari terapi yang diberikan.
seperti mual, nyeri abdomen, 7.memberikan hasil pengkajian yang
muntah dan disertasi lambung terbaik dari status cairan yang sedang
10.observasi adanya perasaan berlangsung dan selanjutnya dalam
kelelahan yang meningkat, edema, memperbaiki cairan pengganti.
peningkatana berat badan, nadi 8.mempertahankan hidrasi/volume
tidak teratur, dan adanya distensi sirkulasi.
pada vaskuler. 9.kekurangan cairan dan elektrolit
Kolaborasi dapat
1.berikan terapi sesuai dengan indikasi; mengubah motilitas lambungdan
normal salin atau setengah normal secara potensial akan menimbulkan
salin dengan atau tanpa dektrosa. kekurangan cairan dan elektrolit.
Albumin, plasma, atau dekstran 10.pemberian cairan untuk perbaikan
yang cepat sangat berpotensi
menimbulkan beban cairan
Kolaborasi
1.tipe dan jumlah dari cairan
tergantung
pada derajat kekurangan cairan dan
2.pasang atau pertahankan kateter respons pasien secara individual,
urine plasma ekspander (pengganti) kadang
agar tetap terpasang. dibutuhkan jika kekurangan tersebut
3.pantau pemeriksaan laboratorium mengancam kehidupan atau tekanan
seperti Hematokrit (Ht), darah sudah tidak dapat kembali
BUN/Kreatinin, osmolaritas darah, normal dengan usaha-usaha rehidrasi
Natrium, Kalium. yang telah dilakukan.
4.berikan kalium atau elektrolit yang 2.memberikan pengukuran yang
lain melalui IV dan/atau melalui oral tepat/akurat terhadap pengukuran
sesuai indikasi. haluaran urine terutama jika neuropati
5.berikan bikarbonat bila pH kurang otonom menimbulkan gangguan
dari 7,0 kantung kemih (retensi urine/
6.pasang selang NGT dan lakukan inkontenensia)
penghisapan sesuai dengan indikasi. 3.mengkaji tingkat hidrasi.
4.kalium harus ditambahkan pada IV
(segera aliran urine adekuat) untuk
mencegah hipokalemia.
5.diberikan dengan hati-hati untuk
membantu mempebaiki asidosis pada
adanya hipotensi atau syok.
6.menekompresi lambung dan dapat
menghilangkan muntah.
2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin,
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan intake nutrisi adekuat.
Kriteria hasil: berat badan pasien seimbang dan tidak lemah
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1.Timbang berat badan setiap hari atau 1.mengkaji pemasukan makanan yang
sesuai dengan indikasi Adekuat
2.Tentukan program diet dan pola 2.mengidentifikasi kekurangan dan
makan pasien dan bandingkan dengan penyimpangan dari kebutuhan
makanan yang dapat dihabiskan terapeutik.
pasien. 3.hiperglikemia dan gangguan
3.Auskultasi bising usus, catat adanya keseimbangan cairan dan elektrolit
nyeri abdomen/perut kembung, asites, dapat menurunkan motilitas/fungsi
mual, muntah lambung (distensi atau ileus paralitik)
4.Berikan makanan cair yang 4.pemberian makanan melalui oral
mengandung nutrien dan elektrolit akan
dengan segera lebih baik jika pasien sadar an fungsi
5.Identifiikasi makanan yang disukai gastrointestinal baik.
oleh pasien 5.jika makanan yang disukai pasien
6.Observasi tanda-tanda hipoglikemia. dapat dimasukkan dalam perencanaan
Seperti perubahan tingkat kesadaran, makan, kerjasama ini dapat
kulit lembab/dingin, denyut nadi diupayakan setelah pulang.
cepat , lapar peka rangsang, cemas, 6.karena metabolisme karbohidrat
sakit kepala, pusing, sempoyongan. mulai terjadi (gula darah akan
Kolaborasi berkurang dan sementara tetap
1.lakukan pemeriksaan gula darah diberikan insulin maka Hipoglikemi
dengan menggunakan finger stick. dapat terjadi. Jika pasien dalam
2.pantau pemeriksaan laboratorium, keadaan koma, hipoglikemia mungkin
seperti glukosa darah, aseton, pH, dan akan terjadi tanpa memperlihatkan
HCO perubahan tingkat kesadaran.
Kolaborasi
3.berikan pengobatan insulin secara 1.analisa di tempat tidur terhadap gula
teratur dengan metode IV secara darah lebih akurat menunjukkan
intermiten atau secara kontinyu keadaan saat dilakukan pemeriksaan).
2.gula darah menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan terapi insulin
terkontrol.
3.insulin reguler memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan cepat pula
4.berikan larutan glukosa, misalnya dapat membantu memindahkan
dekstrosa dan setengah salin normal. glukosa kedalam sel.
5.lakukan konsultasi dengan ahli diet. 4.larutan glukosa ditambahkan setelah
6.berikan diet kira-kira 60% insulin dan cairan mebawa gula darah
karbohidrat, 20% protein dan 20% kira0kira 250 mgg/dl.
lemak dalam penataan 5.sangat barmanfaat dalam perhitungan
makan/pemberian makanan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
tambahan. kebutuhan nutrisis pasien.
7.berikan obat metaklopramid (reglan); 6.kompleks karbohidrat (seperti
tetrasiklin. jagung,
wortel, brokoli, buncis, gandum, dll)
menurunkan kadar glukosa/
kebutuhan insulin, menurunkan kadar
kolesterol darah dan meningkatkan
rasa kenyang.
7.dapat bermanfaat dalam mengatasi
gejala yang berhubungan dengan
neuropati otonom yang
mempengaruhi saluran cerna, yang
selanjutnya meningkatkan pemasukan
melalui oral dan absorps zat makanan
4. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Kekurangan cairan berhubungan S : klien sudah tidak mengeluh tidak
dengan nyaman karena terlalu sering kencing
diuresis osmotik (dari hiperglikemia). (poliuria).
O : tekanan darah (100-120/80-
100)mmHg
Urin normal
A : masalah teratasi.
P : Hentikan tindakan
Perubahan nutrisi kurang dari S : klien sudah tidak merasa lemah lagi
kebutuhan O : BB seimbang
tubuh berhubungan dengan A : masalah teratasi, tujuan tercapai
ketidakcukupan insulin (penurunan P : Hentikan tindakan
ambilan dan penggunaan glokosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan
metabolisme protein/lemak)
Intoleran aktivitas berhubungan S: pasien mengatakan dapat melakukan
dengan aktivitas sendiri
penurunan metabolik O: TTV normal, pasien terlihat
bersemangat
A: tujuan tercapai, masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
Ansietas berhubungan dengan kurang S: Pasien mengatakan sudah mengerti
informasi tentang penyakit diabetes dengan penjelasan yang diberikan dan
melitus sudah tau penyakit dan perawatannya
O: Pasien tampak mengangguk saat
diberi
penjelasan dan saat ditanya pasien bisa
menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2
. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3
. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C., dkk. 1997.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 9
. Jakarta:
EGC
Price, A. Sylvia. 1995.
Patofisiologi Edisi 4.
Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J., dkk. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah
. Jakarta: Salemba
Medika
Robbins. 1999.
Dasar Patologi Penyakite Edisi 5.
Jakarta : EGC
http://www.scribd.com/dayu-anjani-gembul-3429/d/52856085-udah-jadi-DM-di-
MS
25.03.2012 11.29