DIABETES MELITUS
TAHUN 2020/2021
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
DM Tipe 1 DM Tipe 2
Defisiensi Insulin
Pelepasan O2 Penurunan BB
Resistensi infeksi ↓
MK: Gangguan
MK: Resiko
Integritas
Ketidakseimbangan
Kulit/Jaringan (D.0129)
Elektrolit (D.0037)
1.7 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah sebagai
berikut :
Gula darah puasa
Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma
vena atau juga darah kapiler. Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan
untuk pemeriksaan penyaringan, memastikan diagnostik atau memantau
pengendalian DM. Nilai normal 70-110 mg/dl.
Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan
waktu terakhir pasien pasien. Spesimen darah dapat berupa serum atau plasma
yang berasal dari darah vena. Pemeriksaan gula darah sewaktu plasma vena
dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan dan memastikan diagnosa
Diabetes Melitus. Nilai normal <200 mg/dl.
Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik jenis
maupun jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien selama 2
jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu pasien perlu
duduk, istirahat yang tenang, dan tidak melakukan kegiatan jasmani yang berat
serta tidak merokok. Untuk pasien yang sama, pemeriksaan ini bermanfaat
untuk memantau DM. Nilai normal <140 mg/dl.
Glukosa jam ke-2 TTGO
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas DM
dengan kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui nilai
batas sehinggasudah memenuhi kriteria diagnosa DM. (Gandasoebrata, 2007 :
90-92).
Nilai normal :
Puasa : 70 – 110 mg/dl
½ jam : 110 – 170 mg/dl
1 jam : 120 – 170 mg/dl
1½ jam : 100 – 140 mg/dl
jam : 70 – 120 mg/dl
Kriteria Diabetes Melitus di tegakkan bila (Riskesdas, 2013):
a. Nilai gula darah sewaktu (GDS) >200mg/dl, disertai dengan gejala khas diabetes
melitus (banyak makan, sering buang air kecil, sering minum, dan berat badan
turun)
b. Nilai gula darah puasa (GDP) >126 mg/dl, disertai dengan gejala khas diabetes
melitus
c. Nilai Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) >200mg/dl, meskipun nilai GDP <126
mg/dl dan atau gejala khas diabetes tidak mengikuti
d. TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) ditegakkan bila nilai gula darah 2 jam PP
140-199 mg/dl
e. Gula Darah Puasa (GDP) menurut ADA (American Diabetes Association) (2011)
ditegakkan bila nilai GDP 100-125 mg/dl
1.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan penatalaksanaan pasien DM (Konsensus penelolaan DM, 2015). Tujuan
penatalaksanaan DM adalah:
1. Tujuan pendek
Menghilangkan keluhan diabetes melitus, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi rosoko komplikasi akut
2. Tujuan panjang
Mencegah dan menghambat progresif penyulit mikroangiopati dan makroangiopati
3. Tujuan akhir
Turunnya morbiditas dan mortalitas DM
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penderita DM yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing individu. Prinsip diet yaitu
dengan keteraturan jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah kalori. Standar yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%, dan protein 10-15%. Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan alat untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Rumus:
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT:
- BB kurang <18.5
- BB normal 18.5-22.9
- BB lebih >23
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Latihan jasmani dapat dilakukan jika tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan
jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali
perminggu selama sekitar 30-45 menit dengan total 150 menit perminggu. Jeda
antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Kadar glukosa darah <100
mg/dl pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl
dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang seperti jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang.
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada masyarakat resiko tinggi. Pendidikan
kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang
sudah mengalami DM dengan penyulit menahun.
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1. Obat anti hiperglikemia oral
2. Obat antihiperglikemia suntik
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan: penurunan berat badan yang cepat,
HbA1c>9% dengan kondisi dekompensasi metabolik, hiperglikemia berat
yang disertai ketosis, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
Dosis insulin disesuaikan oleh kondisi setiap individu, ada 3 macam
sediaan insulin:
1) Insulin kerja singkat (short-acting) mula kerja relatif cepat. Contohnya
insulin lispro dan insulin aspart
2) Insulin kerja sedang (intermediate-acting), contohnya insulin isophane
dan suspense insulin seng
3) Insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat, contohnya
suspensi insulin seng
b. Agonis GLP-1
Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan
pelepasan insulin,mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat
pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan.Efek penurunan berat
badan agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat
badanpada pasien DM dengan obesitas. Pada percobaan binatang, obat ini
terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek samping yang
timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. Obat
yang termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan
Lixisenatide.
c. Kombinasi insulin dan agonis GLP-1
Kombinasi obat antihiperglikemia oral denganinsulin dimulai dengan
pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam menjelang
tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai
sebelum tidur.Pendekatanterapi tersebut pada umumnya dapat mencapai
kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil.
Dosis awal insulin basal untuk kombinasiadalah 6-10 unit.kemudian
dilakukan evaluasi dengan mengukurkadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit)
apabila kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada keadaaan
dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali
meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi
kombinasi insulin basal dan prandial, sedangkan pemberian obat
antihiperglikemia oral dihentikan dengan hati-hati.
5. Perawatan Luka Diabetes Mellitus
Perawatan luka ini dapat dilakukan melalui debridemen, mengurangi beban
tekanan, kontrol infeksi dengan antibiotik yang sesuai dan penggantian balutan
serta tindakan operasi atau bedah untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan (Sigh, 2013).
a) Debridemen
Debridemen berfungsi untuk menghilangkan jaringan mati/nekrotik dan benda
asing serta dapat mengoptimalkan lingkungan sekitar luka. Metode ini
dilakukan menggunakan balutan basah- kering, menggunakan enzim seperti
salep.
b) Balutan/Dressing
Tindakan dresing merupakan salah satu komponen penting dalam
mempercepat penyembuhan luka. Prinsipnya adalah menciptakan suasana
keadaan lembab sehingga dapat meminimalisir trauma. Faktor yang harus
diperhatikan dalam memilih dressing yang akan digunakan yaitu tipe ulkus,
ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya.
Beberapa jenis dressing diantara lain :
c) Penatalaksanaan dengan operasi
- Penutupan luka (skin graft) merupakan tindakan memindahkan sebagian
atau selluruhnya tebalnya kulit dari satu tempat ke tempat lin dan
dibutuhkan revaskularisasi untuk menjamin kelangsungan hidup kulit yang
dipindahkan
- Pembedahan revaskularisasi merupakan upaya untuk menurunkan risiko
amputasi pada klien dengan iskemik perifer. Metode ini meliputi bypass
grafiting atau endovascular technique.
- Amputasi merupakan tindakan yang paling terakhir jika berbagai macam
telah gagal dan tidak menunjukkan perbaikan. Amputasi ini dilakukan
pada penderita DM dengan ulkus kaki 40-60% pada ekstremitas bawah.
Amputasi menyebabkan seseorang menjadi cacat dan kehilangan
kemandiriannya (Wounds International, 2013). Indikasi amputasi meliputi :
a) Iskemik jaringan yang tidak dapat diatasi dengan tindakan
revaskularisasi
b) Infeksi kaki yang mengancam dengan perluasan infeksi yang tidak
terukur
c) Terdapat ulkus yang semakin memburuk sehingga tindakan
pemotonan menjadi lebih baik untuk keselamatan pasien.
1.9 Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan
kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
Kadar glukosa darah seseorang dibawah nilai normal (<50 mg/dL).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami
1-2 kali perminggu. Kadar gula darah yang rendah akan menyebabkan sel-sel
otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat
mengalami kerusakan
b. Hiperglikemia
Apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang
menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis
diabetik, koma hiperosmoler non ketotik dan kemolakto asisdosis
2. Komplikasi kronis
a. Komplikasi makrovaskuler, terjadi trombosit otak (pembekuan darah pada
bagian otak, mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung
kongetif, dan stroke
b. Komplikasi mikrovaskuler terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati,
diabetic, retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi
BAB 2
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur, pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang
dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk
terkena diabetes mellitus pada umur diatas 40 tahun.
b. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab
terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan
dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang
untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
2) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
4) Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (selfesteem).
6) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
7) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
8) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
2) Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
b) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien
sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d hiperglikemia d.d pengisian kapiler >3 detik (D.
0009)
2) Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d berat badan menurun
10% dibawah rentang ideal (D. 0019)
3) Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan (dehidrasi) d.d
diabetes melitus (D.0037)
4) Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(D.0056)
5) Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d perubahan status nutrisi (kekurangan) d.d
kerusakan jaringan atau lapisan kulit (D.0129)
3. Intervensi Keperawatan
Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d hiperglikemia d.d pengisian kapiler >3
detik (D. 0009)
SLKI SIKI
Dalam 1 x 24 jam masalah 1. Monitor EWS
keperawatan dapat teratasi 2. Periksa sirkulasi perifer (nadi
dengan kriteria hasil : perifer, pengisian kapiler, warna
1. CRT <2 detik kulit)
2. Penyembuhan luka 3. Identifikasi factor risiko gangguan
meningkat sirkulasi (diabetes melitus, cek
3. Tugor kulit membaik gula darah secara rutin)
4. Tekanan darah sistolik 4. Ajarkan program diet sesuai
membaik dengan kebutuhan
5. Tekanan darah diastolik
membaik