Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Penyusun:

MUHAMMAD IRHAM RIYASA

NPM : 202291033

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAITURRAHIM JAMBI

2021
A. PENGERTIAN

Kata diabetes berasal dari bahasa latin yang berarti "melewati",

mengacu pada poliuria - gejala khas diabetes mellitus (DM). Kata mellitus

berarti "dari madu", yang berarti glikosuria, merupakan ciri dari diabetes

insipidu (Rodriguez-Saldana, 2019).

Diabetes Melilitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan

peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem

metabolisme dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan

karena kurangnya produksi hormon insulin yang diperlukan tubuh. Penyakit

ini juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah.

Penyakit diabetes merupakan penyakit endokrin yang paling banyak

ditemukan (Susanti, 2019).

B. FISIOLOGI/PENGATURAN

DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik

utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya

belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting

dalam munculnya DM tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan

faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas

fisik, diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare,

2015). Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat


terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2

disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015). Pada penderita toleransi glukosa

terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan

kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat

dan terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang

merupakan 32 ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan

jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan

keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi

pada DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol akan

menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom Hiperglikemik

Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer dan Bare, 2015). Akibat

intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahuntahun) dan

progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika

gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti:

kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama

sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM selama

bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasi DM jangka panjang (misalnya,

kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah

terjadi sebelum diagnosis ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2015).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus (DM)

Menurut Kemenkes (2013), faktor risiko DM dibagi menjadi:

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Usia Di negara berkembang penderita diabetes mellitus berumur

antara 45-64 tahun dimana usia tergolong masih sangat produktif.

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kesehatan (Soegondo, 2011). Notoatmodjo (2012) mengungkapkan

pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin

matang dan dewasa. Menjelaskan bahwa makin tua umur seseorang

maka proses perkembangannya mental bertambah baik, akan tetapi

pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini

tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

b. Riwayat keluarga dengan DM (anak penyandang DM) Menurut

Hugeng dan Santos (2017), riwayat keluarga atau faktor keturunan

merupakan unit informasi pembawa sifat yang berada di dalam

kromosom sehingga mempengaruhi perilaku. Adanya kemiripan

tentang penyakit DM yang di derita keluarga dan kecenderungan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah contoh pengaruh


genetik. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus

waspada. Resiko menderita DM bila salah satu orang tuanya

menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang-tuanya

memiliki DM adalah 75% (Diabetes UK, 2010).

c. Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir bayi > 4000 gram atau

pernah menderita DM saat hamil (DM Gestasional)

Pengaruh tidak langsung dimana pengaruh emosi dianggap penting

karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan pengobatan.

Aturan diit, pengobatan dan pemeriksaan sehingga sulit dalam

mengontrol kadar gula darahnya dapat memengaruhi emosi penderita

(Nabil, 2012).

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

a. Overweight/berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2).

Salah satu cara untuk mengetahui kriteria berat badan adalah dengan

menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Berdasarkan dari BMI

atau kita kenal dengan Body Mass Index diatas, maka jika berada

diantara 25-30, maka sudah kelebihan berat badan dan jika berada

diatas 30 sudah termasuk obesitas. Menurut Nabil (2012), ada

beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan

yaitu :

1) Makan dengan porsi yang lebih kecil

2) Ketika makan diluar rumah, berikan sebagian porsi untuk anda

untuk teman atau anggota keluarga yang lain.


3) Awali dengan makan buah atau sayuran setiap kali anda makan.

4) Ganti snack tinggi kalori dan tinggi lemak dengan snack yang

lebih sehat.

b. Aktifitas fisik kurang

Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur sangat bermanfaat

bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah

kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot

serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus dilakkan secara

teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis

kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Jika pekerjaan

sehari-hari seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan

berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain yang setara.

Kurang gerakatau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes

(Nabil, 2012).

c. Merokok Penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008).

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok

dengan kejadian DM tipe (p = 0,000). Hal ini sejalan dengan

penelitian oleh Houston yang juga mendapatkan bahwa perokok

aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi terserang DM Tipe 2

dibanding dengan yang tidak (Irawan, 2010). Dalam asap rokok

terdapat 4.000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya

adalah nikotin yang bersifat adiktif dan yang bersifat karsinogenik.


d. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg) Jika tekanan darah tinggi, maka

jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung

dan diabetes pun lebih tinggi. Seseorang dikatakan memiliki tekanan

darah tinggi apabila berada dalam kisaran > 140/90 mmHg. Karena

tekanan darah tinggi sering kali tidak disadari, sebaiknya selalu

memeriksakan tekanan darah setiap kali melakukan pemeriksaan

rutin (Nabil, 2012).

D. Jenis Diabetes

Diabetes Melitus diklasifikasikan dalam 8 kategori Klinis (Walker, 2020)

yaitu :

1. Diabetes Melitus tipe 1

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin karena

sel-sel penghasil insulin di pankreas telah dihancurkan. Pada

kebanyakan orang, hal ini disebabkan oleh respons autoimun di mana

sistem kekebalan secara keliru menyerang sel-sel yang mensekresi

insulin. Penyebab reaksi ini belum diketahui. Terlepas dari orang yang

memiliki kerusakan pada pankreas, diabetes tipe 1 hanya terjadi pada

mereka yang memiliki kecenderungan genetik terhadap kondisi

tersebut. Diabetes tipe 1 tampaknya datang tiba-tiba, tetapi

penghancuran sel-sel penghasil insulin dapat dimulai beberapa bulan

atau tahun sebelumnya, dan baru sekitar 80 persen atau lebih dari

selsel ini telah dihancurkan sehingga gejala biasanya muncul.


2. Diabetes Melitus tipe 2

Pada jenis diabetes ini, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup

insulin atau sel kurang dapat meresponsnya. Ini berarti glukosa tetap

berada di dalam darah dan tidak dapat digunakan untuk energi.

Awalnya, pankreas merespons resistensi insulin dengan memproduksi

lebih banyak insulin, tetapi seiring waktu, pankreas tidak dapat

mengatasi peningkatan permintaan. Inilah sebabnya mengapa

pengobatan diabetes tipe 2 sering berubah seiring waktu 28 dan pada

akhirnya cenderung membutuhkan insulin. Diabetes tipe 2 seringkali,

meskipun tidak selalu, dikaitkan dengan kelebihan berat badan, dan

juga dengan penumpukan timbunan lemak di sekitar hati dan

pankreas.

3. Diabetes gestasional

Diabetes yang muncul pertama kali dalam kehamilan dikenal sebagai

diabetes gestasional. Terkadang, diabetes tipe 1 atau tipe 2 tidak

terdiagnosis sebelum kehamilan. Lebih sering, bagaimanapun,

pertama kali muncul selama kehamilan, sekitar 24-28 minggu, dan

menghilang saat bayi lahir. Wanita yang mengidap diabetes tipe ini

berisiko tinggi terkena diabetes gestasional lagi di kehamilan

berikutnya dan juga mengembangkan diabetes tipe 2 permanen dalam

beberapa tahun. Saat Anda hamil, tubuh Anda meningkatkan glukosa


darahnya untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dan

dibutuhkan lebih banyak insulin. Namun, hormon yang diproduksi

oleh plasenta membuat insulin menjadi kurang efektif. Jika produksi

insulin Anda tidak dapat mengatasi penurunan efektivitas ini, glukosa

tetap berada dalam darah dan diabetes gestasional berkembang.

Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala tetapi akan terdeteksi

selama pemeriksaan antenatal rutin. Jika Anda mengalami diabetes

gestasional, Anda akan ditawari perawatan dan perawatan yang

dipersonalisasi selama kehamilan.

4. Kematangan diabetes pada anak muda

Umumnya dikenal sebagai MODY (Maturity Onset Diabetes of the

Young), ini adalah jenis diabetes genetik langka yang terjadi pada

orang di bawah 25 tahun yang memiliki riwayat keluarga diabetes

setidaknya dalam dua generasi. MODY sering secara tidak sengaja

didiagnosis sebagai diabetes tipe 1 atau tipe 2. Selain itu, MODY

sering kali dirawat dengan insulin ketika pada banyak orang dapat

berhasil dikelola dengan obat diabetes lain atau, pada beberapa orang,

tanpa obat apa pun.

5. Diabetes autoimun laten pada orang dewasa

Kondisi ini (sering disebut hanya LADA Latent autoimmune diabetes

in adults) memiliki ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 sehingga

kadang-kadang disebut sebagai “diabetes tipe satu setengah”. LADA

biasanya berkembang dari usia 30-an dan seterusnya. Seperti tipe 1,


ini terjadi karena pancreas berhenti memproduksi insulin, yang diduga

disebabkan oleh sistem kekebalan yang menyerang sel-sel penghasil

insulin. Namun, tidak seperti tipe 1, sel penghasil insulin terus

memproduksi insulin selama berbulanbulan atau bahkan bertahun-

tahun. Gejala LADA khas diabetes dan cenderung datang secara

bertahap: kelelahan terus-menerus; buang air kecil berlebihan haus

terus menerus; dan penurunan berat badan. Jika dicurigai menderita

LADA, pengobatan akan dilakukan dengan tablet dan / atau insulin,

tergantung kadar glukosa darah.

6. Diabetes neonatal

Jenis diabetes ini sangat jarang dan didefinisikan sebagai diabetes

yang didiagnosis sebelum usia 6 bulan. Ini disebabkan oleh mutasi

genetik yang mempengaruhi produksi insulin. Ada dua jenis kondisi

yaitu: sementara dan permanen. Pada tipe sementara, kondisi biasanya

menghilang pada usia sekitar 12 bulan. Jenis permanen seumur hidup

dan dapat dikonfirmasi dengan pengujian genetik. Perawatan mungkin

dengan tablet atau insulin.

7. Diabetes sekunder Diabetes yang diakibatkan oleh masalah kesehatan

lain atau perawatan medis dikenal sebagai diabetes sekunder. Ada

berbagai kemungkinan penyebab, termasuk infeksi virus yang

menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas; kerusakan

pankreas akibat kondisi seperti fibrosis kistik atau pankreatitis; operasi

pengangkatan pankreas; kelainan hormonal tertentu, misalnya


penyakit Cushing; atau sebagai efek samping dari beberapa obat,

seperti kortikosteroid. Perawatan bervariasi sesuai dengan penyebab

yang mendasari.

8. Pradiabetes Istilah "pradiabetes" mengacu pada glukosa darah yang

sedikit meningkat tetapi tidak cukup tinggi untuk digolongkan sebagai

diabetes. Jika Anda didiagnosis dengan pradiabetes, Anda dapat

mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2 dengan nasihat praktis dan

dukungan dari ahli kesehatan Anda.

E. Pengkajian

1. Identitas klien

meliputi :

a. Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

b. Keluhan utama

1) Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,

dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

2) Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit

kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya

ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,

penurunan kesadaran.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada

kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa

berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga

mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB

menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,

gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan

orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

d. Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan

seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi

yang mengandung estrogen.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

f. Pemeriksaan Fisik

g. Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus

otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas, letargi, disorientasi, koma

h. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,

klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,


penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD postural,

nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan,

bola mata cekung.

i. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

j. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri

terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,

hiperaktif pada diare.

k. Makanan dan cairan

Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat

badan, haus, penggunaan diuretik.

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

l. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada

otot, parastesia, gangguan penglihatan.

Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan

memori, refleks tendon menurun, kejang.

m. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,

hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

n. Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa

sputum.

Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

o. Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

p. Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah

meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.

q. Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,

reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

r. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,

pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,

lesi/ulserasi/ulkus.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.

ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)

3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan volume

cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan

4. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

G. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa TUJUAN INTERVENSI


keperawatan
Defisit Volume Setelah dilakukan Fluid management
Cairan tindakan keperawatan - Pertahankan catatan intake dan
berhubungan selama 3x24jam output yang akurat
dengan Kehilangan diharapkan klien - Pasang urin kateter jika
volume cairan dengan diagnosa diperlukan
secara aktif, kelebihan volume - Monitor hasil lab yang sesuai
Kegagalan cairan dapat teratasi dengan retensi cairan (BUN,
mekanisme dengan kriteria hasil : Hmt, osmolalitas urin
pengaturan - Monitor indikasi retensi /
Fluid balance kelebihan cairan (cracles,
- Terbebas dari CVP, edema, distensi vena
edema, efusi, leher, asites)
anaskara - Kaji lokasi dan luas edema
- Memelihara tekanan - Monitor status nutrisi
vena sentral, tekanan - Berikan diuretik sesuai
kapiler paru, output interuksi
jantung dan vital - Batasi masukan cairan pada
sign dalam batas keadaan hiponatrermi dilusi
normal dengan serum Na < 130 mEq/l
- Terbebas dari - Kolaborasi dokter jika tanda
kelelahan, cairan berlebih muncul
kecemasan atau memburuk
kebingungan
- Menjelaskan
indikator kelebihan
cairan
Nyeri akut Pain Level Pain Management
- Mampu mengontrol - Lakukan pengkajian nyeri
nyeri (tahu penyebab secara komprehensif termasuk
nyeri, lokasi, karakteristik, durasi,
- mampu frekuensi, kualitas dan faktor
menggunakan tehnik presipitasi
nonfarmakologi - Observasi reaksi nonverbal
untuk mengurangi dari ketidaknyamanan
nyeri, mencari - Kaji kultur yang
bantuan) mempengaruhi respon nyeri
- Melaporkan bahwa - Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti
dengan suhu ruangan, pencahayaan
menggunakan dan kebisingan
manajemen nyeri - Ajarkan tentang teknik non
- Mampu mengenali farmakologi
nyeri (skala, - Berikan analgetik untuk
intensitas, frekuensi mengurangi nyeri
dan tanda nyeri) - Kolaborasikan dengan dokter
- Menyatakan rasa jika ada keluhan dan tindakan
nyaman setelah nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal
Ketidakseimbanga Nutritional Status : Nutrition Monitoring
n nutrisi kurang food and Fluid Intake - Monitor adanya penurunan
dari kebutuuhan - Adanya peningkatan berat badan
tubuh berat badan sesuai - Monitor lingkungan selama
dengan usia makan
- Berat badan ideal - Monitor mual dan muntah
sesuai dengan tinggi- Monitor makanan kesukaan
badan - Monitor pucat, kemerahan,
- Mampu dan kekeringan jaringan
mengidentifikasi konjungtiva
kebutuhan nutrisi - Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Ketidakefektifan Circulation Peripheral Sensation
perfusi jaringan - status TD normal Management
perifer (120/80 mmHg) - Monitor adanya daerah
- Tingkat kesadaran tertentu yang hanya peka
membaik terhadap rangsangan panas
- Tidak ada gerakan atau dingin
involunter - Periksa penyebab perubahan
- Fungsi sensorik dan sensasi
motorik tidak ada - Ajarkan klien untuk
gangguan mengobservasi kulit pada
daerah perifer
- Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
analgetik

DAFTAR PUSTAKA

Rodriguez-Saldana, J. (Ed.). (2019). The diabetes textbook: Clinical principles,


patient management and public health issues. Springer.Susanti, 2019
Susanti, N. (2019). Bahan Ajar Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Uin Sumatra Utara Medan.
Smeltzer dan Bare, 2010 Smeltzer, S.C, & Bare Brenda, B.G. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah vol 3 (8th ed.). Jakarta : EGC
Soegondo, S., Widyahening, I. S., Istiantho, R., & Yunir, E. (2011). Prevalence of
diabetes among suburban population of ternate-a small remote island in
the eastern part of Indonesia. Acta Med Indones, 43(2), 99-104.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan.
Diabetes, U. K. (2010). Good clinical practice guidelines for care home residents
with diabetes. Diabetes UK.
Nabil. 2012. Panduan Hidup Sehat Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta: Solusi Distribusi.
PENGKAJIAN

Hari / Tanggal : Jumat / 9 Desember 2022

Jam : 18.00 WIB

Pengkajian :

Ruang : Rubi 21

1. Identitas

Pasien

a. Nama : Sarsito

b. Jenis Kelamin : Laki – laki

c. Umur : 68

d. Agama : Islam

e. Status Perkawinan : Menikah

f. Pekerjaan : Pensiun (Guru)

g. Pendidikan terakhir : S1

h. Alamat : jl. Marsda Surya Dharma RT 02


Kasang Bawah

i. No. RM : 031813

j. Diagnosa Medis : Diabetes melitus

Penanggung Jawab

a. Nama : Maisi Paramita

b. Umur : 34

c. Pendidikan : S1

d. Pekerjaan : PNS

k. Alamat : jl. Marsda Surya Dharma RT 02

Kasang Bawah

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN


Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan demam batuk pilek, muntah – muntah, badan
lemas, pusing
2) Kronologi penyakit saat ini
Alasan masuk RS :pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing,
demam
Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa
lemas,
pusing sejak 3 hari yang lalu
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan Kesehatan
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan Kembali kerumah
menjalani aktivitas seperti biasanya
b. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
1) Penyakit masa anak – anak.
Tidak ada
2) Alergi
Tidak ada
3) Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya
Diabetes, di rawat 7 kali
4) Pengobatan terakhir.

c. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram (minimal 3 generasi)
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Sudah meninggal
: Pasien
: Garis Keturunan
: Tinggal satu rumah

1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?


Istri dan anak
3, jumlah keluarga 4
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
tidak
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun?
tidak
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu
anggota keluarga sakit?
sedih
d. PENGKAJIAN BIOLOGIS ( Dikaji sebelum
dan sesudah sakit) RASA AMAN DAN
NYAMAN
1) Apakah ada rasa nyeri? Di bagian mana ? jelaskan secara rinci:
PQRST.
P : penyakit DM
Q : kaku seperti ditusuk – tusuk
R : seluruh tubuh
S : skala 5
T : kadang – kadang, lebih sering Ketika bangun tidur, semua
badan terasa nyeri
2) Apakah mengganggu aktifitas?
iya
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan
nyeri?
Dipijat – pijat, peregangan badan, dioles minyak
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Dipijat – pijat, di oles minyak
5) Apakah ada
riwayat
pembedahan

Ada
(lipoma/uci – uci)

AKTIFITAS
ISTIRAHAT –
TIDUR
AKTIFITAS
1) Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR?
tidak
2) Apakah klien mengguanakan alat bantu dalam beraktifitas?
tidak
3) Apakah ada gangguan aktifitas?
ada
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai
kerja?
3 jam, pagi jam 7.00
5) Apakah klien mampunyai ketrampilan khusus?
tidak
6) Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Perlu bantuan?
iya
ISTIRAHAT
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Jam 23.00 WIB, 6 jam
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Membaca, bermain HP
3) Apakah klien manyediakan waktu khusus untuk istirahat?
iya
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?
tidak
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Kurang nyenyak
TIDUR
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lama, nyenyak/tidak?)
Jam 23.00 WIB, 6 jam, tidak nyenyak
2) Apakah kondisi saat ini menganggu klien?
iya
3) Apakah klien terbiasa mengguanakan obat penenang sebelum tidur?
tidak
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Menonton TV
5) Bagaimana kebiasaan tidur?
terlentang
6) Apakah klien sering terjaga saat tidur?
tidak
7) Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenis nya?
Pernah, gangguan tidur karena nyeri, dan batuk
8) Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Sulit untuk tidur lagi
CAIRAN
1) Berapa banyak klien minum perhari? Gelas?
2 gelas
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
kopi
3) Apakah ada minuman yang disukai/ dipantang?
Minuman yang manis
4) Apakan klien terbiasa minum alkohol?
tidak
5) Bagainama pola pemenuhan cairan perhari?
Pasien mengatakan sedikit minum, minum hanya ketika haus
6) Ada program pembatasan cairan?
tidak
NUTRISI
1) Apa yang biasa di makan klien tiap hari?
Sayur-sayuran
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kli perhari?
Pola makan 3 kali sehari
3) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
tidak
4) Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
tidak
5) Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Iya, pasien
S : mengatakan gigi bagian depan habis dan geripis, sehingga sulit unuk
mengunyak
O : gigi pasien terlihat tidak lengkap, bagian depan sudah tidak ada, dan terlihat
keropos
6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.
tidak
7) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
tidak
8) Bagainama kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu? Kekuatan gigi?
S : pasien mengatakan giginya yang belakang sudah goyang dan geripis
O : gigi depan bagian bawah sudah tanggal 2 buah, dan bagian geraham
berlubang, tidak menggunakan gigi palsu, gigi geraham sudah goyang
9) Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaiatan dengan
sistem pencernaan?

tidak
ELIMINASI: URINE DAN FESES
Eliminasi feses:
a. Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan
karakteristik feses?
S : pasien mengatakan BAB teratur setiap hari pada pagi hari.
Bentuk dan warna feses lunak berwarna kuning kecoklatan.
b. Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?
S : pasien mengatakan tidak pernah mengkonsmsi obat –
obatan untuk memperlancar BAB
c. Apakah ada kesulitan?
tidak
d. Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Tidak ada masalah
e. Apakah klien mengguankan alat bantu untuk defeksi?
tidak
Eliminasi Urine:

a. Apakah BAK klien teratur?


iya
b. Bagaimana pola , frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan
yang terjadi dalam miksi?
Pola BAK normal, Frekuensi sedikit, saat pagi hari dan sore hari,
karakteristik sedikit kuning,
c. Bagaimana perubahan pola miksi klien?
Lumayan sering
d. Apakah ada riwayat pembedahan, apakah mengguankan alat
bantu dalam miksi?
Tidak ada
KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA
PERNAFASAN.

a. Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue?


S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pernafasan, dan
terdapat dahak,
O : terpasang Nasal kanul nebulizer untuk mngeluarkan dahak
b. Apakah yang dilakukan klien untu mengatasi masalah?
duduk
c. Apakah klien mengguanakan alat bantu pernafasan? (Ya, jelaskan
apa jenisnya)
tidak
d. Posisi yang nyaman bagi klien?
Tidur miring
e. Apakah klien terbiasa merokok? Obat – obatan untuk
melancarkan pernafasan?
tidak
f. Apakah ada alergi terhadap debu, obat- obatan dll?
S : pasien mengatakan Iya, Ketika menghirup debu, pasien
bersin - bersin
g. Apakah klein pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?
Tidak
h. Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernafasan dan
mendapat pengobatan?
tidak
KARDIVASKULER
a. Apakah klien cepat lelah?
iya
b. Apakah ada keluhan berdebar – debar? Nyeri dada yang
menyebar? Pusing? Rasa berat didada?
Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah melakukan
aktivitas

c. Apakah klien mengguankaan alat pacu jantung?


tidak
d. Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gangguan
kardiovaskuler?
tidak
PERSONAL HYGIENE
a. Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi
dll?
S : pasien mengatakan mandi 2x sehari, dan gosok gigi 2x
sehari
b. Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
S : pasien mengatakan cuci rambut setiap kali mandi
c. Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal
hygiene?
S : pasien mengatakan tidak memerlukan bantuan

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di
pelayanan kesehatan terdekat. Pasien belum mengerti tentang
pengobatan rutin tentang penyakitnya.
b. Pola hubungan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama istri dan anak
c. Koping atau toleransi stress
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan
oleh pihak keluarga, terutama suami pasien dan pasien.
d. Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
1) Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis
(sadar penuh)
2) Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancer.
3) Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
4) Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
5) Pengetahuan pasien terhadap penyakit: Pasien mengatakan
paham mengenai penyakit yang dideritanya.
6) Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang
disarankan oleh keluarganya.
e. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam
menjalankan aktivitas karena merasa lemas.
2) Harga diri
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya
3) Peran diri
Pasien mengakui perannya sebagai seorang ibu rumah
tangga, pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga.
4) Ideal diri
Pasien lebih menurut pada keluarganya
5) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
6) Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
7) Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat,
pasien memahami hal-hal yang baik dan yang benar

f. Aspek Lingkungan Fisik


Rumah pasien berada di komplek perumahan

PEMERIKSAAN FISIK
e. KEADAAN
U
M
U
M
1) Kesadaran: compos mentis GCS: 15
2) Kondisi klien secara umum
baik
3) Tanda – tanda vital
4) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.
5) Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
f. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
a. Kepala
1. Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.
2. Mata: kebersihan, penglihatan, pupil, reflek, sklera, konjungtiva.
3. Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
4. Hidung: fungsi, polip,sekret, nyeri?
5. Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna
lidah, gigi ( letak, kondisi gigi), oropharing ( bau nafas, suara parau,
dahak).
b. Leher
Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil,
JVP,Nyeri telan?
c. Dada
1. Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada,
pergerakan selma pernafasan, jenis pernafasan.
2. Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantng, suara abnormal
yang ditemuai.
3. Perkusi: batas jantung dan paru? Dullness.
4. Palpasi: simetris?, nyeri tekan? Massa? Pernafasan
(kedalaman, kecepatan), ictus kordis.
d. Abdomen
1. Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena, ostomy.
2. Auskultasi: frekuensi dan intensitas peristaltik.
3. Perkusi: Udara. Cairan, massa/ tumor?
4. Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia, hepar, lien?
e. Genetalia, Anus dan rektum
1. Inspeksi: warna, terpasang alat bantu, kelainan genital, simpisis?
2. Palpasi: teraba penumpukan urine?
f. Ekstremitas
1. Atas: kelengkapan, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada
yang menggganggu gerak?, kekuatan otot, gerakan otot, gerakan bahu,
siku, pergelangan tangan dan jari – jari
2. Bawah: kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki,
varices, gerakan otot, gerakan panggul, luutut, pergelangan kaki dan
jari – jari.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
b. Laboratorium
c. EEG, ECG, EMG, USG, CT Scan.
Tuliskan tanggal pemeriksaan, hasil dan rentang nilai normalnya
3. Teraphi yang Diberikan
4. Format Proses Keperawatan

a. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN

b. PRIORITAS MASALAH

c. NCP dan IMPLEMENTASI

d. EVALUASI
TGL/JAM No DP EVALUASI/ CATATAN TTD/NT
PERKEMBANGAN
S
O
A
P

Anda mungkin juga menyukai