Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan PTM
Di Puskesmas Kedung Kandang Malang

Oleh:
Nama: Feyza Racenandia Cavella
NIM: P17210203131

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. MASALAH KESEHATAN : Diabetes Melitus (DM) Tipe 2
B. PENGERTIAN
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
urin, kerja insulin, atau kedua – duanya (ADA,2017)
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena
kurangnya produksi hormon insulin yang diperlukan tubuh. Penyakit ini juga
dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah. Penyakit
diabetes merupakan penyakit endokrin yang paling banyak ditemukan (Susanti,
2019).
Diabetes Melitus didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)
sebagai sindrom metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat
salah satu dari beberapa kondisi yang menyebabkan sekresi dan / atau tindakan
insulin yang rusak. Pradiabetes adalah keadaan yang ditandai dengan kelainan
metabolisme yang meningkatkan risiko terkena DM dan komplikasinya.
C. PATOFISIOLOGI
DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya belum jelas,
faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya
DM tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan
seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar
asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015).
Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015). Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe 2. Meskipun
demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut
lainnya seperti sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK)
(Smeltzer dan Bare, 2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahuntahun)
dan progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama sembuh, infeksi
vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Salah satu
konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM selama bertahun-tahun adalah
terjadinya komplikasi DM jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati
perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis
ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2015).
D. PENYEBAB
Pada penderita diabetes, glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke sel tubuh
sehingga kehilangan sumber energi yang biasa. Tubuh mencoba membuang
kelebihan glukosa dalam darah dengan mengeluarkannya melalui urin, dan
menggunakan lemak dan protein (dari otot) sebagai sumber energi alternatif. Hal
ini mengganggu proses tubuh dan menyebabkan gejala diabetes. Akibatnya,
glukosa menumpuk di dalam darah dan menyebabkan gejala seperti
mengeluarkan banyak air seni, karena tubuh Anda mengeluarkan kelebihan
glukosa dengan menyaringnya ke dalam urin. Karena tubuh Anda tidak dapat
menggunakan glukosa untuk energi, ia menggunakan otot dan simpanan
lemaknya, yang dapat menyebabkan gejala seperti penurunan berat badan. Kadar
glukosa darah yang hanya sedikit.
Penyebab dari penyakit diabetes melitus : (Susanti, 2019)
1. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit
Diabetes Melitus. Sekitar 50% penderita diabetes tipe 2 mempunyai orang
tua yang menderita diabetes, dan lebih dari sepertiga penderita diabetes
mempunyai saudara yang mengidap diabetes. Diabetes tipe 2 lebih banyak
kaitannya dengan faktor genetik dibanding diabetes tipe 1.
2. Ras atau etnis
Ras Indian di Amerika, Hispanik dan orang Amerika Afrika,
mempunyai risiko lebih besar untuk terkena diabetes tipe 2. Hal ini
disebabkan karena ras-ras tersebut kebanyakan mengalami obesitas sampai
diabetes dan tekanan darah tinggi. Pada orang Amerika di Afrika, usia di atas
45 tahun, mereka dengan kulit hitam lebih banyak terkena diabetes
dibanding dengan orang kulit putih. Suku Amerika Hispanik terutama
Meksiko mempunyai risiko tinggi terkena diabetes 2-3 kali lebih sering
daripada non-hispanik terutama pada kaum wanitanya.
3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko diabetes yang paling penting untuk
diperhatikan. Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah orang
yang gemuk. Hal disebabkan karena semakin banyak jaringan lemak, maka
jaringan tubuh dan otot akan semakin resisten terhadap kerja insulin,
terutama jika lemak tubuh terkumpul di daerah perut. Lemak ini akan
menghambat kerja insulin sehingga gula tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam peredaran darah.
4. Metabolic syndrome
Metabolic syndrome adalah suatu keadaan seseorang menderita tekanan
darah tinggi, kegemukan dan mempunyai kandungan gul dan lemak yang
tinggi dalam darahnya. Menurut WHO dan NCEP-ATP III, orang yang
menderita metabolic syndrome adalah mereka yang mempunyai kelainan
yaitu tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mg/dl, kolesterol HDL kurang
dari 40 mg/dl, trigliserida darah lebih dari 150 mg/dl, obesitas sentral dengan
BMI lebih dari 30, lingkar pinggang lebih dari 102 cm pada pria dan 88 cm
pada wanita atau sudah terdapat mikroalbuminuria.
5. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung
lemak dan kalori tinggi sangat berpotensi untukmeningkatkan resiko terkena
diabetes. Adapun pola hidup buruk adalah pola hidup yang tidak teratur dan
penuh tekanan kejiwaan seperti stres yang berkepanjangan, perasaan
khawatir dan takut yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual. Hal ini
diyakini sebagai faktor terbesar untuk seseorang mudah terserang penyakit
berat baik diabetes maupun penyakit berat lainnya. Di samping itu aktivitas
fisik yang rendah juga berpotensi untuk seseorang terjangkit penyakit
diabetes.
6. Usia
Pada diabetes melitus tipe 2, usia yang berisiko ialah usia diatas 40
tahun. Tingginya usia seiring dengan banyaknya paparan yang mengenai
seseorang dari unsur-unsur di lingkungannya terutama makanan.
7. Riwayat endokrinopati
Riwayat endokrinopati yaitu adanya riwayat sakit gangguan hormone
(endokrinopati) yang melawan insulin seperti peningkatan glukagon,
hormone pertumbuhan, tiroksin, kortison dan adrenalin.
8. Riwayat infeksi pancreas
Riwayat infeksi pancreas yaitu adanya infeksi pancreas yang mengenai
sel beta penghasil insulin. Infeksi yang menimbulkan kerusakan biasanya
disebabkan karena virus rubella, dan lain-lain
9. Konsumsi obat
Konsumsi obat yang dimaksud ialah riwayat mengonsumsi obat-obatan
dalam waktu yang lama seperti adrenalin, diuretika, kortokosteroid, ekstrak
tiroid dan obat kontrasepsi.
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan
meliputi:
1) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel
tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang
menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan
makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu
ingin makan
2) Sering merasa haus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin
selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan
karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar
bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak
terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin
sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak
diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan
mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual (PERKENI, 2015) .
2. Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
3) Rasa tebal dikulit
4) Kram
5) Mudah mengantuk
6) Mata kabur
7) Biasanya sering ganti kaca mata
8) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10) Kemampuan seksual menurun
11) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
F. KLASIFIKASI
Diabetes Melitus diklasifikasikan dalam 8 kategori Klinis (Walker, 2020) yaitu :
1. Diabetes Melitus tipe 1
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin karena sel-sel
penghasil insulin di pankreas telah dihancurkan. Pada kebanyakan orang, hal ini
disebabkan oleh respons autoimun di mana sistem kekebalan secara keliru
menyerang sel-sel yang mensekresi insulin. Penyebab reaksi ini belum diketahui.
Terlepas dari orang yang memiliki kerusakan pada pankreas, diabetes tipe 1
hanya terjadi pada mereka yang memiliki kecenderungan genetik terhadap
kondisi tersebut. Diabetes tipe 1 tampaknya datang tiba-tiba, tetapi penghancuran
sel-sel penghasil insulin dapat dimulai beberapa bulan atau tahun sebelumnya,
dan baru sekitar 80 persen atau lebih dari sel-sel ini telah dihancurkan sehingga
gejala biasanya muncul.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Pada jenis diabetes ini, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau
sel kurang dapat meresponsnya. Ini berarti glukosa tetap berada di dalam darah
dan tidak dapat digunakan untuk energi. Awalnya, pankreas merespons resistensi
insulin dengan memproduksi lebih banyak insulin, tetapi seiring waktu, pankreas
tidak dapat mengatasi peningkatan permintaan. Inilah sebabnya mengapa
pengobatan diabetes tipe 2 sering berubah seiring waktu dan pada akhirnya
cenderung membutuhkan insulin. Diabetes tipe 2 seringkali, meskipun tidak
selalu, dikaitkan dengan kelebihan berat badan, dan juga dengan penumpukan
timbunan lemak di sekitar hati dan pankreas.
3. Diabetes gestasional
Diabetes yang muncul pertama kali dalam kehamilan dikenal sebagai diabetes
gestasional. Terkadang, diabetes tipe 1 atau tipe 2 tidak terdiagnosis sebelum
kehamilan. Lebih sering, bagaimanapun, pertama kali muncul selama kehamilan,
sekitar 24-28 minggu, dan menghilang saat bayi lahir. Wanita yang mengidap
diabetes tipe ini berisiko tinggi terkena diabetes gestasional lagi di kehamilan
berikutnya dan juga mengembangkan diabetes tipe 2 permanen dalam beberapa
tahun. Saat Anda hamil, tubuh Anda meningkatkan glukosa darahnya untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dan dibutuhkan lebih banyak
insulin. Namun, hormon yang diproduksi oleh plasenta membuat insulin menjadi
kurang efektif. Jika produksi insulin Anda tidak dapat mengatasi penurunan
efektivitas ini, glukosa tetap berada dalam darah dan diabetes gestasional
berkembang. Kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala tetapi akan
terdeteksi selama pemeriksaan antenatal rutin. Jika Anda mengalami diabetes
gestasional, Anda akan ditawari perawatan dan perawatan yang dipersonalisasi
selama kehamilan.
4. Kematangan diabetes pada anak muda
Umumnya dikenal sebagai MODY (Maturity Onset Diabetes of the Young),
ini adalah jenis diabetes genetik langka yang terjadi pada orang di bawah 25
tahun yang memiliki riwayat keluarga diabetes setidaknya dalam dua generasi.
MODY sering secara tidak sengaja didiagnosis sebagai diabetes tipe 1 atau tipe 2.
Selain itu, MODY sering kali dirawat dengan insulin ketika pada banyak orang
dapat berhasil dikelola dengan obat diabetes lain atau, pada beberapa orang, tanpa
obat apa pun.
5. Diabetes autoimun laten pada orang dewasa
Kondisi ini (sering disebut hanya LADA Latent autoimmune diabetes in
adults) memiliki ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 sehingga kadang-kadang
disebut sebagai “diabetes tipe satu setengah”. LADA biasanya berkembang dari
usia 30-an dan seterusnya. Seperti tipe 1, ini terjadi karena pancreas berhenti
memproduksi insulin, yang diduga disebabkan oleh sistem kekebalan yang
menyerang sel-sel penghasil insulin. Namun, tidak seperti tipe 1, sel penghasil
insulin terus memproduksi insulin selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun. Gejala LADA khas diabetes dan cenderung datang secara bertahap:
kelelahan terus-menerus; buang air kecil berlebihan haus terus menerus; dan
penurunan berat badan. Jika dicurigai menderita LADA, pengobatan akan
dilakukan dengan tablet dan / atau insulin, tergantung kadar glukosa darah.
6. Diabetes neonatal
Jenis diabetes ini sangat jarang dan didefinisikan sebagai diabetes yang
didiagnosis sebelum usia 6 bulan. Ini disebabkan oleh mutasi genetik yang
mempengaruhi produksi insulin. Ada dua jenis kondisi yaitu: sementara dan
permanen. Pada tipe sementara, kondisi biasanya menghilang pada usia sekitar 12
bulan. Jenis permanen seumur hidup dan dapat dikonfirmasi dengan pengujian
genetik. Perawatan mungkin dengan tablet atau insulin.
7. Diabetes sekunder
Diabetes yang diakibatkan oleh masalah kesehatan lain atau perawatan medis
dikenal sebagai diabetes sekunder. Ada berbagai kemungkinan penyebab,
termasuk infeksi virus yang menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas;
kerusakan pankreas akibat kondisi seperti fibrosis kistik atau pankreatitis; operasi
pengangkatan pankreas; kelainan hormonal tertentu, misalnya penyakit Cushing;
atau sebagai efek samping dari beberapa obat, seperti kortikosteroid. Perawatan
bervariasi sesuai dengan penyebab yang mendasari.
8. Pradiabetes
Istilah "pradiabetes" mengacu pada glukosa darah yang sedikit meningkat
tetapi tidak cukup tinggi untuk digolongkan sebagai diabetes. Jika Anda
didiagnosis dengan pradiabetes, Anda dapat mengurangi risiko terkena diabetes
tipe 2 dengan nasihat praktis dan dukungan dari ahli kesehatan And
G. POHON MASALAH

Glukotoksisitas, Lipoksisitas, penumpukan amiloid, Obesitas, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,
efek inrektin, umur > 40 tahun dan genetik kurang gerak badan, faktor keturunan (herediter),
stress

Penurunan fungsi sel pankreas Kadar lemak tinggi

Produksi insuli turun Insulin tidak dapat bekerja maksimal membantu tubuh menyerap glukosa

Kerusakan pankreas menghasilkan banyak insulin

suplai O2 dari darah


Luka tidak mendapat

luka terhambat
Proses penyembuhan

masuk ke sel
Glukosa tidak dapat
kematian jaringan
Kerusakan dan
Diabetes Melitus Tipe II Resistensi insulin

Reseptor insulin tidak Glikosuria Insulin menurun Sel tubuh kekurangan glukosa
berikatan dengan insulin

Glukosa tidak dapat Diuresis osmotik Tubuh produksi


meningkat sortisol

sembuh
Luka lama
Nyaman
Gangguan Rasa
masuk ke sel

Gangguan Integritas Kulit

Gangguan Pola Tidur


Kenaikan kadar gula Poluri Sortisol tidak
Penurunan berat
diserap tubuh

Nyeri
Akut
darah badan

Kehilangan cairan

istirahat
Kurangnya

Infeksi
Risiko
Hiperglikemia berlebih Berat badan menurun,
Defisit tubuh makin kurus, mudah
Nutrisi lelah dan letih
Ketidakstabilan Risiko ketidakseimbangan
Kadar Glukosa Darah elektrolit Intoleransi Aktivitas

Kenaikan penggun
protein dan glukog
oleh jaringan
n
H. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan
lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik (PERKERNI, 2015)
1. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI,
2015).
2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+), anion gap normal atau
sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak
keringat, gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai
koma (PERKENI, 2015).
2. Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat
ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM
yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya
komplikasi kronik. Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :
1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari
pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak
ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM namun dapat timbul lebih
cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis
menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan
penderita DM meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar gula
darah yang baik. Tetapitelah terbukti secara epidemiologi bahwa
hiperinsulinemia merupakan suatu factor resiko mortalitas kardiovaskular
dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya risiko
kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL
akan meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat.
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh
darah jantung atau penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke,
dan penyakit pembuluh darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor
aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi
makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015)
2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh
darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan
nefropati diabetik. Retinopati diabetic dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
retinopati non proliferatif dan retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif
merupakan stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan
retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah
kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Seterusnya, nefropati
diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring
darah. Nefropati diabetic ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5
gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik
pada DM mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-
molekul besar seperti protein dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria).
Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal
progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan
kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015)
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius
akibat DM. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati
perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih
dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar
dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis
DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi
adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal,
perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua
penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi
perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015).
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Tabel Kadar Glukosa Darah

No Pemeriksaan Normal
1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl
3 Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)


2) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan akan insulin.
3) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
4) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
1) Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
 Memperbaiki kesehatan umum penderita
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM,adalah:
 Jumlah sesuai kebutuhan
 Jadwal diet ketat
 Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J
yaitu:
 Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau ditambah
 Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
 Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi
penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of
relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:
BPR = BB (kg) X 100%
TB(cm) -100
Keterangan :
1. Kurus (underweight) :BPR<90%
2. Normal (ideal) :BPR 90% -110%
3. Gemuk (overweight) :BPR >110%
4. Obesitas apabila :BPR> 120%
- Obesitas ringan :BPR 120% -130%
- Obesitas sedang :BPR 130% - 140%
- Obesitas berat :BPR 140 – 200%
- Morbid :BPR > 200%
2) Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
 Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
 Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
 Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter,
mencari artikel mengenai diabetes
4) Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
5) Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar
diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
6) Melakukan perawatan luka
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka
pada luka kotor dengan tujuan untuk mencegah infeksi dan membantu
penyembuhan luka.
2. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda
dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk
terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik.
Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka
pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan
pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien
dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko
hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes pasien
lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat
yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang
dapat digunakan dalam terapi insulin.
Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan
penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan
frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien
diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian
ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah
makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri,
maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin
kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis
tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali
dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian,
terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
2) Obat Antidiabetik Oral
 Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi
kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya
non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat
berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih
rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan
karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat
aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih
pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien
diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang
pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan
efek ekstrapankreatik.
 Golongan Biguanid Metformi
Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika
digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada
pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan
berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan kreatinin terlebih
dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan karena massa otot yang
rendah pada orangtua.
 Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu
enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan
karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan
menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun
kurang efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat
dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes 19
ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga
bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan
terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah
klinis.
 Thiazolidinediones
Thiazolidinediones Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan
dapat meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha
reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut
usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada
pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identifikasi Data
Pengkajian terhadapt data umum keluarga menurut (Andarmoyo, 2012) meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung jawab penuh terhadap
keberlangsungan keluarga.
2) Alamat dan telepon
Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga
memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan.
3) Pekerjaan dan Pendidikan KK
Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang pendidikan Kepala Keluarga
dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar dalam menentukan tindakan
keperawatan selanjutnya.
4) Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi
sebagai bagian dari keluarga mereka.
5) Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram merupakan alat
pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga, dan
riwayat, serta sumber-sumber keluarga.
6) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton
TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, dijelaskan
mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit, sumber pelayananan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan, termasuk juga dalam
hal ini riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman
kesehatan yang unik atau yang berkaiatan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa kehidupan keluarga asalnya,
hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari ke dua orang tua)
3. Data Lingkungan
Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari
pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek dalam rumah
hingga komunitas yang lebih luas dan kompleks di mana keluarga tersebut
berada.
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
3) Mobilitas geografi keluarga Mobilitas geografif keluarga ditentukan dengan
kebiasaan berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya
dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah sejumlah keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
4. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik cara
formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga ( Fungsi Afektif, Fungsi Sosialisasi, Fungsi Perawat
Kesehatan , Fungsi reproduksi, Fungsi perawatan keluarga )
6) Stres dan kopig keluarga (Stresor jangka pendek dan panjang)
5. Pemeriksaan Fisik
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang
kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi kesehatan seluruh
anggota keluarga.
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan
berat badan yang diatas normal/obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher,
kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran.
Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang
kabur/ganda serta diplopia dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-
kadang berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering.
Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi ganggren.
4) Sistem pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
5) Sistem kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan
menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi,
aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri,
retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran
lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstremitas.
9) Sistem neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan
sensoris, anastesia, letargi, mengantuk, kacau mental, disorientasi dan rasa
kesemutan pada tangan atau kaki.
L. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Gangguan toleransi glukosa darah
2. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
3. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis
4. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Gangguan mekanisme regulasi
5. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya asupan makanan
6. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Perubahan Sirkulasi
7. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif b.d Konflik Keluarga
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
D.0038 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Kadar Glukosa jam, maka kestabilan kadar glukosa darah Observasi
Darah b.d meningakat, dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Gangguan toleransi Kestabilan Kadar Glukosa Darah (L.03022) - Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
glukosa darah - Koordinasi meningkat - Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Kesadaran meningkat - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Mengantuk menurun - Monitor intake dan output cairan
- Pusing menurun - Monitor urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
- Lelah/lesu menurun ortostatik dan frekuensi nadi
- Keluhan lapar menurun Terapeutik
- Gemetar menurun - Berikan asupan cairan oral
- Berkeringat menurun - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
- Mulut kering menurun ada atau memburuk
- Rasa haus menurun - Fasilitasi ambulasi jika ada jipotensi ortostatik
- Perilaku aneh menurun Edukasi
- Kesulitan bicara menurun - Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
- Kadar glukosa dalam darah membaik 250 mg/dl
- Kadar glukosa dalam urine membaik - Anjurkan monitor kadar glukosa daarah secara mandiri
- Palpitasi membaik - Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Perilaku membaik - Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
- Jumlah urine membaik - Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
D.0077 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Manajemen Nyeri (I.14539)
Agen Pencedera jam, maka tingkat nyeri menurun, dengan kriteria Observasi
Fisiologis hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas
Tingkat Nyeri (L.08066) nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Sikap protektif menuru Terapeutik
- Gelisah menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Kesulitan tidur menurun Hipnotis, terapi music, terapi pijat, imajinasi terbimbing, kompres
- Frekuensi nadi membaik hangat/dingin)
- Tekanan darah membaik - Kontrol ruangan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
- Pola nafas membaik kebisingan)
- Nafsu makan membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
D.0037 Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Ketidakseimbangan jam, maka, Keseimbangan elektrolit meningkat Observasi
Elektrolit b.d dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
Gangguan Keseimbangan Elektrolit (L.03021) - Monitor kadar elektrolit serum
mekanisme - Serum natrium membaik - Monitor mual, muntah dan diare
regulasi - Serum kalium membaik - Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Serum klorida membaik - Monitor tanda dan gejala hipokalemia
- Serum kalsium membaik - Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
- Serum magnesium membaik - Monitor tanda dan gejala hiponatremia
- Serum fosfor membaik - Monitor tanda dan gejala hipernatremia
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
- Monitor tanda dan gejalahipomagnesemia
- Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
D.0019 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Kurangnya asupan jam, maka status nutrisi membaik, dengan Observasi
makanan kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
- Kekuatan otot pengunyah meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Kekuatan otot menelan serum albumin - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
meningkat - Monitor asupan makanan
- Verbalisasi keinginan untuk  meningkatkan - Monitor berat badan
nutrisi meningkat - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Pengetahuan tentang pilihan minuman yang Terapeutik
sehat meningkat - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Pengetahuan tentang standar Asuhan nutrisi - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
yang tepat meningkat - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang - Berikan makan tinggi serat untuk  mencegah konstipasi
aman meningkat - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Penyiapan dan penyimpanan minuman yang - Berikan suplemen makanan, jika perlu
aman meningkat - Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
- Sikap terhadap makanan/minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan meningkat oral dapat ditoleransi
- Perasaan cepat kenyang menurun Edukasi
- Nyeri abdomen menurun - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Sariawan menurun - Ajarkan diet yang diprogramkan
- Rambut Rontok menurun Kolaborasi
- Diare menurun - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan  (mis. Pereda nyeri,
- Berat Badan membaik antiemetik), jika perlu
- Indeks Massa tubuh (IMT) membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah  kalori dan
- Frekuensi makan membaik jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
- Nafsu Makan membaik
- Bising Usus membaik
- Tebal lipatan kulit trisep membaik
- Membran mukosa membaik

D.0129 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
integritas kulit b.d jam, maka gangguan integritas kulit/jaringan Observasi :
Perubahan sirkulasi meningkat, dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125) sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
- Elastisitas meningkat lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
- Hidrasi meningkat Terapeutik :
- Perfusi jaringan meningkat - Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
- Kerusakan jaringan menurun - Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Kerusakan lapisan kulit menurun - Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Nyeri menurun - Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada kulit kering
- Perdarahan menurun - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
- Kemerahan menurun sensitif
- Hematoma menurun - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
- Pigmentasi abnormal menurun Edukasi :
- Jaringan parut menurun - Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
- Nekrosis menurun - Anjurkan minum air yang cukup
- Abrasi kornea menurun - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Suhu kulit membaik - Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
- Sensasi membaik - Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
- Tekstur membaik - Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
- Pertumbuhan rambut membaik diluar rumah
D.0116 Manajemen Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Dukungan Pengambilan Keputusan (I.09265)
Kesehatan tidak jam, maka manajemen kesehatan meningkat, Observasi
efektif b.d Konflik dengan kriteria hasil : - Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu
Keluarga Manajemen Kesehatan (L.12104) konflik
- Melakukan tindakan untuk mengurangi Terapeutik
faktor resiko meningkat - Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu
- Menerapkan program perawatan meningkat membuat pilihan
- Aktivitas hidup sehari-hari efektif - Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
memenuhi tujuan kesehatan meningkat
- Verbalisasi kesulitan dalam menjali program - Fasilitasi melihat situasi secara realistik
perawatan/pengobatan menurun - Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang diharapkan
- Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
- Hormati hak pasien untuk menerima atau menolak informasi
- Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain, jika perlu
- Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya
Edukasi
- Informasikan alternatif solusi secara jelas
- Berikan informasi yang diminta pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
D.0056 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 Manajemen Energi (I.05178)
Aktivitas b.d jam, maka toleransi aktivitas meningkat, dengan Observasi :
Kelemahan kriteria hasil : - Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Toleransi Aktivitas (L.05047) - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola dan jam tidur
- Saturasi oksigen meningkat - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas Terapeutik :
sehari – hari meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
- Kecepatan berjalan meningkat suara, kunjungan)
- Jarak berjalan meningkat - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Kekuatan tubuh bagian atas meningkat - Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat - Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
- Toleransi dalam menaiki tangga meningkat berjalan
- Keluhan lelah menurun Edukasi :
- Dispnea saat aktivitas menurun - Anjurkan tirah baring
- Dispnea setelah aktivitas menurun - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Perasaan lemah menurun - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
- Aritmia saat aktivitas menurun berkurang
- Aritmia setelah aktivitas menurun - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
- Sianosis menurun Kolaborasi :
- Warna kulit membaik Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi napas membaik
- EKG iskemia membaik
N. REFERENSI
American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses pada tgl 01 Agustus 2022
Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics
PERKERNI. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia (PERKERNI).
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC
Susanti, N. (2019). Bahan Ajar Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Uin Sumatra
Utara Medan. http://repository.uinsu.ac.id/8753/1/DIKTAT EPTM dr.NOFI
SUSANTI%2C M.Kes.pdf Diakses pada tgl 01 Agustus 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Walker, R. (2020). The Diabetes Handbook

Anda mungkin juga menyukai