TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes sering kali muncul tanpa tanda gejala. Namun demikian ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai syarat kemungkinan diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air
kecil), polydipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu
sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan dan kaki., timbul gatal-gatal yang seringkali
sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Pada DM Tipe I
Gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah polyuria, polydipsia,polifagia,
penurunan berat badan ,cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus
(gatal-gatal pad kulit.
Pada DM Tipe II
Gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe II seringklai
muncul tanpa diketahui, dan penangnan baru dimulai beberapa tahun
kemudian ketika penyakit sudan berkembang dan komlikasi sudah terjadi .
Penderita dm Tipe II umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh
dari luka, daya penglihatan buruk, dan umumnya menderita
hipertensi ,hyperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf.
1. Usia
Usia merupakan faktor resiko utama diabetes. Berbagai studi
menunjukan peningkatan pravelensi diabetes seiring dengan pertambahan usia
(Riskedas,2018). Hasil Riskedas 2018 menunjukan peningkatan secara
bermakna prevalensi TGT pada usia 35 tahun atau lebih dan pravelensi
tertinggi dijumpai pada usia 55 tahun atau lebih.
2. Genetik (Keturunan)
Riwayat keluarga dengan DM Tipe II , akan mempunyai peluang
menderita DM sebesar 15% dan resiko mengalami intoleransi glukosa yaitu
ketidakmampuan dalm metabolisme karbohiddrat secara normal sebesar 30%
(Lemone & Burke,2018). Faktor genetik dapat langsung dipengaruhi sel beta
dan mengubah kemampuanya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang
sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut
terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi
sel beta pankreas.
3. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan lebih dari 20%
dar berat badan ideal. Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah
reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otoskeletal dan jaringan
lemak.Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer. Kegemukan juga dapat
merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan
glukosa darah (Smiltzer ,2018) . Soegondo (2018) mengatakan bahwa
kegemukan dapat menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap
peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel
diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keefektifanya.
4. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes mellitus, konsumsi
makanan yang berelebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam
jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah dapat
meningkat dan menyebabkan diabetes mellitus.
5. Tekanan Darah
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai
tekanan darah ( Hipertensi) yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg. Pada
umumnya penderita diabetes mellitus juga menderita hipertensi. Hipertensi
yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat keusakan pada ginjal dan
kelainan kariovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol
maka akan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang
disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan resisteni insulin pada
DM Tipe II (Soegondo & Soewondo,2018). Menurut ketua Indonesian
Diabetes Assosiation (Persadia ), bahwa DM Tipe II selain faktor genetic ,
juga bisa dipicu oleh linkungan yang menyebabkan perubahan gaya hidup
yang tidsk sehat, seperti mamkan berlebihan (berlemak kurang sehat), kurang
aktivitas fisik, dan stress.
Aktivits fisik dapat berdampak terhadap saksi insulin pada orang yang
beresiko DM. Suyonto dalam Soegeondo (2018) menjelaskan bahwa
kurangnya aktfitas salah satu faktor yang ikut berperan yang menyebakan
resistensi insulin pada DM Tipe II.
7. Kadar Kolestrol
Kadar HDL kolestrol ≤ 35 mg/dl (0,09 mmol/L) dan atau kadar gula
trigilserida ≥ 259 mg/dl (2.8 mmol/L) (Sudoyo,2018). Kadar abnormal lipid
darah erat kaitanya dengan obesitas dan dm Tipe II . Kurang lebih 38% pasien
dengan BMI 27 adalah penderita hiperkolestrolemia. Pada kondisi ini ,
perbandingan antara HDL ( High Density Lipoprotein ) cenderung menurun
(dimana kadar trigliserida secara umum meningkat) sehingga memperbes
resiko atherogensis)
Salah satu mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe
II adalah terjadinya pelepasan asam-asam lemka bebas secara cepat yang
berasal dari suatu lemak visceral yang membesar. Proses ini menerangkan
terjadinya sirkulasi tingkat dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga
kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi
berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainya
adalah peningkatan glukogenesis dimana glukosa darah meningkat.
1. Hindari Obesitas
Kondisi obesitas dikatakan sebagai faktor resiko yang menempati
urutan terbesar dalam mencetuskan penyakit diabetes. Selain itu, berbagai
penyakit berat lainya juga dapat mengurangi akibat turunan dari obesitas.
Dengan mengurangi obesitas berarti kita sedang mengurangi resiko serangan
diabetes.
Program penurunan berat badan menjadi program pertama dalam
rangka pencegahan penyakit diabetes mellitus. Cara yang paling efektif dalam
mengurangi berat badan yaitu adalah pola makan atau diet dan olahraga.
Beberapa gejala dan keluhan yang perlu diketahui bagi penderita DM yaitu
Gejala awal , gejala akut, dan gejala kronis. Gejala awal yang perlu diketahui
bagi penderita DM yaitu:
1. Poliuria, adalah seringnya buang air kecil terutama pada malam hari dengan
volume banyak. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang
tidak bisa ditoleransi oleh ginjal dan agar urine yang dikeluarkan tak terlalu
pekat, ginjal harus menarik banyak cairan dari dalam tubuh .
2. Polydipsia, adalah peningkatan rasa haus yang disebabkan dari kondisi
sebelumnya yaitu poliuria yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel sehingga
penderita akan minum terus menerus untuk mengobati rasa hausnya.
3. Polifagia, adalah seringnya merasa lapar yang luar biasa. Hal ini disebabkan
karena gula darah yang tidak masuk ke dalam sel, dimana sel-sel tubuh tidak
dapat menyerap glukosa akibatnya tubuh secara keseluruhan kekurangan
energy dan lemas sehingga sel-sel akan mengirim sinyal lapar keotak untuk
menggerakan penderita makan terus menerus pada fase ini menunjukan berat
badan yang terus naik atau tambah gemuk.
Gejala tahap akut yang perlu diketahui bagi penderita DM yaitu cepat mengalami
kelelahan dan lemas tanpa sebab yang jelas. Air kencing dikerumuni semut
karena rasanya yang manis . Penurunan berat badan yang drastis tanpa sebab yang
jelas dalam hitungan 2- 4 minggu bisa turun sampai 5-10 kg (Teguh,2013).
Gejala kronik yang perlu diketahui bagi penderita DM yaitu rasa kesemutan pada
jari tangan dan kaki, karena sirkulasi darah terhambat atau tidak lancar. Terasa
panas dikulit, juga terasa sakit seperti tertusuk-tusuk, Kulit terasa tebal. Sering
terjadi kram. Gejala gangguan kulit seperti badan gatal-gatal, kulit merah, dan
menipis. Sering merasa lelah dan mengantuk tanpa adanya sebab yang jelas
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia akut ( rendahnya kadar gula darah yangtidak
normal). Pasien mungkin akan mengeluarkan keringat dingin,
merasa gemetar, pucat, jantung yang berdebar kencang, mengantuk
atau bahkan pingsan. Jika pasien sadar, 10 -15 g karbohidrat,
misalnya 1/3 gelas minuman ringan atau jus buah, dan berikan 3-4
keping biscuit setelah gejalanya membaik.
b. Hyperglikmeia akut ( tingginya kadar gula darah yang tidak
normal) pasien mungkin akan bernafas secara dalam dan
cepat,merasa mual, muntah dan sensasi haus yang berlebihan
hingga pingsan . Pasien dalam keadaan ini harus dirawat di rumah
sakit sesegera mungkin.
2. Komplikasi Kronis
Jika diabetes mellitus ini tidak dikendalikan secara memadai dan kadar
glukosa tetap tinggi dalam waktu yang lama, pembuluh darah dan system
syaraf bisa dengan mudah terganggu, dan mengakibatkan kerusakan dalam
jangka waktu yang lama hingga mengkibatkan kegagalan organ. Misalnya
kerusakan pada organ otak yang menyebabkan penyakit cerebrum
vascular ( contoh : struk ), kerusakan pada organ mata yang menyebabkan
katarak, kerusakan pada organ jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gagl jantung dan tekanan darah tinggi , kerusakan pada
organ ginjal yang menyebabkan gagl ginjal, dan kerusakan pada organ
kaki yang menyebabkan neoroptai dan infeksi.
a. Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recal (ingatan). Seeorang dituntut untuk mengetahui
fakta tanpa menggunakanya .
b. Pemahaman (comprehension)
Memahami uatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekeddar dapat
menyebutkan, tetapi harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang
objek yang diketahui.
c. Penerapan (application )
aplikasi diartikan apabila orang yang leemah memahami objek tersebut dapat
menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang
lain .
d. Analisis ( analisis)
Analisis adalh kemampuan sesorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari anatara komponen-komponen yang terdpat dalam suatu
objek.
e. Sintesis (Shyntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukan suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek yang didasarkan pada kriteria-kriteria yang ada.
Misalnya, membandingkan, menafsirkan dan sebagainya. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur.
a. Umur
Semakin bertambahnya usia seseorang dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam,2016).
b. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik ( experience is the best
teacher), pepatah bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan, bisa juga pengalaman itu merupakan cara
untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,
pengalaman pribadi dapat dijadikan upaya untuk mendapatkan
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoadmodjo,2020)
c. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupanya dan kehidupan- kehidupan keluarganya.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, erulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu.
d. Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa diperoleh
secara turun temurun dan tidak dapat dibuktikanya terlebih dahulu,
keykinan yang positif dan keyakinan yang negative dapat
mempengaruhi tentang pengetahuan seseorang.
e. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat membuat perkembangan dan perilaku
seseorang atau kelompok.
f. Sosial Budaya
System social budaya yang dimasyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
7. Serat
Serat yang dibutuhkan oleh orang dengan diabetes mellitus sama
dengan serat yang dibutuhkan oleh orang yang tidak menderita diabetes
mellitus. Dianjurkan mengkonsumsi 20-30 gr serat makanan berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjuranya adalah kira-kira 25
gr/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium
Anjuran asupan untuk orang yang menderita diabetes mellitus sama
dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi
yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg
natrium perhari.
a. Jadwal
Pengaturan jadwal makan bagi penderita diabetes mellitus biasanya
adalah 6 kali makan. Tiga kali makan besar dan tiga kali makan selingan.
Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut :
1. Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 07.00
2. Snack pertama konsumsi pada pukul 10.00
3. Makan siang dilakukan pad pukul 13.00
4. Snack kedua dikonsumsi pada pukul 16.00
5. Makan malam dilakukan pada pukul 19.00
6. Snack ketiga dikonsumsi pada pukul 21.00
b. Jumlah
Jumlah atau porsi makan yang dikonsumsi harus diperhatikan. Jumlah
makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah porsi
kecil tapi sering. Penderita harus makan dalam jumlah sedikit namun
sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola
menu 6 kali makan adalah sebagai berikut :
1. Makan pagi atau sarapan jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 20%
dari total kebutuhan kalori sehari.
2. Snack pertama jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total
kebutuhan kalori sehari.
3. Makan siang jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total
kebutuhan kalori sehari.
4. Snack kedua jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total
kalori yang dibutuhkan sehari
5. Makan malam jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total
kalori yang dibutuhkan.
6. Snack ketiga jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total
kalori yang dibutuhkan sehari.
c. Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naik atau turunya kadar gula
darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikan kadar gula darah
disebut indeks glikemik. Semakin cepat menaikan kadar gula darah
sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks glikemik
makanan tersebut.
Hindari makanan yang berindeks glikemik tinggi, seperti sumber
karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, dan lain-lain. Makanan
yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya dengan
serat, contohnya sayuran dan buah-buahan.
Pemenuhan pola makan dengan 3J menjamin penderita dengan
diabetes mellirus untuk tetap bisa aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Jadwal yang tetap memungkinkan kebutuhan tubuh akan insulin dapat
terpenuhi. Sementara itu, jumlah dan jenis makanan akan melengkapi
kebutuhan gla darah seimbang.
Variabel Independen