Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan


metabolism kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid, dan protein sebagia
akibat isufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau difisiensi
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pancreas , atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Kemenkes, 2021). Diabetes
Melitus merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan denga
ketidakmampuan tubih untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein awal terjadinya hyperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) (Santy
Damayanti,2019).

Diabetes Mellitus adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan


metabolic yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal .
Penyebab kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi landasan pengelompokan jenis
diabetes mellitus (ADA,2021).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019 merumuskan bahwa


diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan
kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akbiat kekurangan hormone insulin baik
absolut maupun relatife . Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan
relaitif berarti jumlahnya cukup/emang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.

Dalam kondisi normal sejumlah glukosa dari makanan akan bersirkulasi di


dalam darah, kadar glikosa dalam darah dengan cara mengatur pembentukan dan
penyimpanan glukosa. Pada penderita diabetes mellitus , sel-sel dalam tubuh berhenti
berespon terhadap insulin atau pancreas berhenti memproduksi insulin, hal ini
mengakibatkan hiperglikemi sehingga dalam waktu tertentu dapat menyebabkan
komplikasi metabolisme akut, selain itu dalam jangka panjang hiperglikemi
menyebabkan komplikasi makrovaskular, komplikasi mikrovaskular, dan komlplikasi
neuropatik ( Smeltzer,2018).
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Assosiation (ADA)


tahun 2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe 1


DM Tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pancreas karena
sebab autoimun. Pada diabetes mellitus tipe ini terdapat sedikit atau tidak
sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c- peptida
yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sam sekali. Manisfestasi klinis
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe 1 adalah infeksi virus atau
rusaknya system kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun
yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pancreas tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan
insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita . Apabila insulin
tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan
koma ketoadosis atau koma diabetic.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 atau dikenal juga sebagai Non-insulin


Dependent Diabetes (NIDDM ). Dalam DM tipe 2 , jumlah insulin yang
diproduksi oleh pancreas biasanya cukup untuk mencegah ketaodosis tetapi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhsn tubuh total ( Julien,dkk,2019).
Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien penderita diabetes mellitus,
dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta sering
terjadi pada individu obesitas.

Daiabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatife sel β


pancreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pancreas tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi
insulin . Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa , maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Gejala pada DM tipe ini secara perlahan –
lahan bahkan asimptomatik. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur biasanya penderita
berangsur pulih. Penderita juga harus mampu mempertahankan berat badan
yang normal. Namun pada penderita stadium akhir kemungkinan akan
diberikan suntik insulin.

3. Diabetes Mellitus Tipe Lain


DM Tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin,penyakit eksrosin pancreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenic, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sindrom genetic lain yang berkaitan dengan penyakit DM . Diabete Mellitus
tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bhana kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah ttransplantasi organ).

4. Diabetes Mellitus Gestasional


Diabtes Mellitus tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua atau ketiga,. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki
resiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-0
tahun setelah melahirkan.

2.1.3 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Diabetes sering kali muncul tanpa tanda gejala. Namun demikian ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai syarat kemungkinan diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air
kecil), polydipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu
sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan dan kaki., timbul gatal-gatal yang seringkali
sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

 Pada DM Tipe I
Gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah polyuria, polydipsia,polifagia,
penurunan berat badan ,cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus
(gatal-gatal pad kulit.
 Pada DM Tipe II
Gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe II seringklai
muncul tanpa diketahui, dan penangnan baru dimulai beberapa tahun
kemudian ketika penyakit sudan berkembang dan komlikasi sudah terjadi .
Penderita dm Tipe II umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh
dari luka, daya penglihatan buruk, dan umumnya menderita
hipertensi ,hyperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf.

2.1.4 Faktor Resiko DM

1. Usia
Usia merupakan faktor resiko utama diabetes. Berbagai studi
menunjukan peningkatan pravelensi diabetes seiring dengan pertambahan usia
(Riskedas,2018). Hasil Riskedas 2018 menunjukan peningkatan secara
bermakna prevalensi TGT pada usia 35 tahun atau lebih dan pravelensi
tertinggi dijumpai pada usia 55 tahun atau lebih.

2. Genetik (Keturunan)
Riwayat keluarga dengan DM Tipe II , akan mempunyai peluang
menderita DM sebesar 15% dan resiko mengalami intoleransi glukosa yaitu
ketidakmampuan dalm metabolisme karbohiddrat secara normal sebesar 30%
(Lemone & Burke,2018). Faktor genetik dapat langsung dipengaruhi sel beta
dan mengubah kemampuanya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang
sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut
terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi
sel beta pankreas.

3. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan lebih dari 20%
dar berat badan ideal. Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah
reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otoskeletal dan jaringan
lemak.Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer. Kegemukan juga dapat
merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan
glukosa darah (Smiltzer ,2018) . Soegondo (2018) mengatakan bahwa
kegemukan dapat menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap
peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel
diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keefektifanya.

4. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes mellitus, konsumsi
makanan yang berelebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam
jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah dapat
meningkat dan menyebabkan diabetes mellitus.

5. Tekanan Darah
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai
tekanan darah ( Hipertensi) yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg. Pada
umumnya penderita diabetes mellitus juga menderita hipertensi. Hipertensi
yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat keusakan pada ginjal dan
kelainan kariovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol
maka akan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang
disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.

6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan resisteni insulin pada
DM Tipe II (Soegondo & Soewondo,2018). Menurut ketua Indonesian
Diabetes Assosiation (Persadia ), bahwa DM Tipe II selain faktor genetic ,
juga bisa dipicu oleh linkungan yang menyebabkan perubahan gaya hidup
yang tidsk sehat, seperti mamkan berlebihan (berlemak kurang sehat), kurang
aktivitas fisik, dan stress.
Aktivits fisik dapat berdampak terhadap saksi insulin pada orang yang
beresiko DM. Suyonto dalam Soegeondo (2018) menjelaskan bahwa
kurangnya aktfitas salah satu faktor yang ikut berperan yang menyebakan
resistensi insulin pada DM Tipe II.

7. Kadar Kolestrol
Kadar HDL kolestrol ≤ 35 mg/dl (0,09 mmol/L) dan atau kadar gula
trigilserida ≥ 259 mg/dl (2.8 mmol/L) (Sudoyo,2018). Kadar abnormal lipid
darah erat kaitanya dengan obesitas dan dm Tipe II . Kurang lebih 38% pasien
dengan BMI 27 adalah penderita hiperkolestrolemia. Pada kondisi ini ,
perbandingan antara HDL ( High Density Lipoprotein ) cenderung menurun
(dimana kadar trigliserida secara umum meningkat) sehingga memperbes
resiko atherogensis)
Salah satu mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe
II adalah terjadinya pelepasan asam-asam lemka bebas secara cepat yang
berasal dari suatu lemak visceral yang membesar. Proses ini menerangkan
terjadinya sirkulasi tingkat dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga
kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi
berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainya
adalah peningkatan glukogenesis dimana glukosa darah meningkat.

8. Riwayat Diabetes Pada Kehamilan (Gestational)


Seorang ibu hamil akan menambah konsumsi makananya, sehingga
berat badanya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat makanan ibu ditambah
konsumsinya tetapi produksi insulin kurang mencukupi maka akan terjadi
DM. Memiliki riwayat diabetes gestational pada ibu yang sedang hamil 18
dapat meningkatkan resiko DM, diabetes selama kehamilan atay melahirkan
bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan resiko DM.

2.1.5 Pencegahan Diabetes Mellitus

1. Hindari Obesitas
Kondisi obesitas dikatakan sebagai faktor resiko yang menempati
urutan terbesar dalam mencetuskan penyakit diabetes. Selain itu, berbagai
penyakit berat lainya juga dapat mengurangi akibat turunan dari obesitas.
Dengan mengurangi obesitas berarti kita sedang mengurangi resiko serangan
diabetes.
Program penurunan berat badan menjadi program pertama dalam
rangka pencegahan penyakit diabetes mellitus. Cara yang paling efektif dalam
mengurangi berat badan yaitu adalah pola makan atau diet dan olahraga.

2. Terapkan Gaya Hidup Baru Yang lebih Sehat


Gaya hidup menjadi focus perhatian berikutnya dalam usaha pencegahan
penyakit DM. Gaya hidup yang buruk akan berakibat buruk pada kesehatan
tubuh. Tubuh yang tidak sehat berhubungan dengan kondisi sel-sel tubuh
yang tidak sehat, sedangkan tubuh yang sehat berhubungan dengan kondisi
sel-sel tubuh yang sehat pula. Sementara sel-sel tubuuh yang sehat merupakan
kondisi yang sempurna untuk mencegah agar tidak timbulnya penyakit DM.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan gaya hidup yang
sehat yaitu :
a. Istirahat dan tidur yang cukup
Tidur sangat bermanfaat untuk memberi kesempatan pada tubuh dalam
beregenerasi. Setiap hari, sel- sel tubuh engalami kerusakan, baik karena
sebab alami maupun karena sebab radikal bebas. Proses regenerasi
memegang peranan penting dalm hal ini, seseorang yang kekurangan tidur
membuat proses ini tidak berjalan dengan baik, dalam jangka panjang
kerusakan-kerusakan sel-sel baru. Kecukupan tidur tisp-tiap individu
berbeda-beda, tapi yang paling umum sekitar 7-8 jam pet hari .
b. Oalahraga Rutin
Olahraga merupakan salah satu gaya hidup yang sehat, olahraga juga
menjadi hal baik untuk dilakukan guna untuk mengurangi faktor resiko
terkena diabetes mellitus. Olahraga secara rutin akan membantu tubuh
menggunakan insulin an memproses glukosa dengan lebih baik. Lakukan
olahraga rutinminimal 3 sampai 4 kali setiap minggu. Olahraga yang rutin
pada giliranya juga dapat membantu terjaganya ritme tubuh, salah satunya
ritme tidur.
c. Hindari Kebiasaan-Kebiasaan Buruk
Dalam mewujudkan gaya hidup yang sehat perlu dialkukan dengan
cara mnghhindari kebiasaan buruk, diantaranya kebiasaan merokokdan
mengkonsumsi alkohol. Rokok dan alokohol merupakan faktor reiko
timbulnya diabetes mellitus. Keduanyajuga dapat menyebabkan penyakit-
penyakit berat lainya seperti penyakit jantung.

3. Pantau Gula Darah Secara Teratur


Dengan pemantauan kadar gula darah secara rutin ini membuat deteksi dini
terhadap kondisi hiperglikemia cepat dapat diketahui . Kadar gula darah naik
maka langkah- langkah pengendalian bisa cepat dilakukan. Dengan begitu,
keadaan hiperglikemia tidak sampai menetap lama dan akan kembali normal.
Selain pemantauan terhadap kadar gula darah , pantau juga tekanan darah,
kadar kolestrol, dan kadar HDL di dalam tubuh.
2.1.6 Manisfestasi Klinis Diabetes Mellitus

Beberapa gejala dan keluhan yang perlu diketahui bagi penderita DM yaitu

Gejala awal , gejala akut, dan gejala kronis. Gejala awal yang perlu diketahui
bagi penderita DM yaitu:

1. Poliuria, adalah seringnya buang air kecil terutama pada malam hari dengan
volume banyak. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang
tidak bisa ditoleransi oleh ginjal dan agar urine yang dikeluarkan tak terlalu
pekat, ginjal harus menarik banyak cairan dari dalam tubuh .
2. Polydipsia, adalah peningkatan rasa haus yang disebabkan dari kondisi
sebelumnya yaitu poliuria yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel sehingga
penderita akan minum terus menerus untuk mengobati rasa hausnya.
3. Polifagia, adalah seringnya merasa lapar yang luar biasa. Hal ini disebabkan
karena gula darah yang tidak masuk ke dalam sel, dimana sel-sel tubuh tidak
dapat menyerap glukosa akibatnya tubuh secara keseluruhan kekurangan
energy dan lemas sehingga sel-sel akan mengirim sinyal lapar keotak untuk
menggerakan penderita makan terus menerus pada fase ini menunjukan berat
badan yang terus naik atau tambah gemuk.

Gejala tahap akut yang perlu diketahui bagi penderita DM yaitu cepat mengalami
kelelahan dan lemas tanpa sebab yang jelas. Air kencing dikerumuni semut
karena rasanya yang manis . Penurunan berat badan yang drastis tanpa sebab yang
jelas dalam hitungan 2- 4 minggu bisa turun sampai 5-10 kg (Teguh,2013).

Gejala kronik yang perlu diketahui bagi penderita DM yaitu rasa kesemutan pada
jari tangan dan kaki, karena sirkulasi darah terhambat atau tidak lancar. Terasa
panas dikulit, juga terasa sakit seperti tertusuk-tusuk, Kulit terasa tebal. Sering
terjadi kram. Gejala gangguan kulit seperti badan gatal-gatal, kulit merah, dan
menipis. Sering merasa lelah dan mengantuk tanpa adanya sebab yang jelas

2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia akut ( rendahnya kadar gula darah yangtidak
normal). Pasien mungkin akan mengeluarkan keringat dingin,
merasa gemetar, pucat, jantung yang berdebar kencang, mengantuk
atau bahkan pingsan. Jika pasien sadar, 10 -15 g karbohidrat,
misalnya 1/3 gelas minuman ringan atau jus buah, dan berikan 3-4
keping biscuit setelah gejalanya membaik.
b. Hyperglikmeia akut ( tingginya kadar gula darah yang tidak
normal) pasien mungkin akan bernafas secara dalam dan
cepat,merasa mual, muntah dan sensasi haus yang berlebihan
hingga pingsan . Pasien dalam keadaan ini harus dirawat di rumah
sakit sesegera mungkin.
2. Komplikasi Kronis
Jika diabetes mellitus ini tidak dikendalikan secara memadai dan kadar
glukosa tetap tinggi dalam waktu yang lama, pembuluh darah dan system
syaraf bisa dengan mudah terganggu, dan mengakibatkan kerusakan dalam
jangka waktu yang lama hingga mengkibatkan kegagalan organ. Misalnya
kerusakan pada organ otak yang menyebabkan penyakit cerebrum
vascular ( contoh : struk ), kerusakan pada organ mata yang menyebabkan
katarak, kerusakan pada organ jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gagl jantung dan tekanan darah tinggi , kerusakan pada
organ ginjal yang menyebabkan gagl ginjal, dan kerusakan pada organ
kaki yang menyebabkan neoroptai dan infeksi.

2.1.8 Pencegahan Diabetes Mellitus


Pencegahan diabetes mellitus perlu dilakukan dengan cara mengubah
pola gaya hidup sehat, dengan cara:
1. Terapi Diet
Tujuan umum penatalaksanaan diet diet pada diabetes adalah :
a. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal.
b. Mencapai dan mempertahakan lipid mendekati normal.
c. Mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam
batas- batas yang memadai atau berat badan idaman ±10%.
d. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
e. Meningkatka kualitas hidup (Jisia,207)
2. Perencanaan makan
Tujuan perencanaan makan dan dalam pengelolaan diabetes
mellitus adalah sebagai berikut:
a. Mempertahkan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-
batas normal.
b. Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan
remaja , ibu hamil dan janin nya.
c. Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.
Dalam perencanaan makan bagi penderita diabetes mellitus
harus mengatur dan memperhatikan kebutuhan
kalori,karbohidrat, protein, lemak,serat, natrium, bahan
pemanis, dan daftar makanan pengganti.
1. Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori pada penderita diabetes mellitus
mempunyai tujuan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal.
2. Kebutuhsn Protein
Penderita diabetes sebaiknya mengonsumsi protein dari
sumber protein nabati misalnya kacang-kacangan, biji-
bijian untuk mengurangi asupan kolestrol dan juga lemak
jenuh.
3. Kebutuhan Lemak
Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk mengonsumsi
asupan lemak <7% energy dan tidak lebih dari 10% energy
dan lemak tidak jenuh ganda.
4. Kebutuhan Serat
Kebutuhan serat untuk penderita diabetes mellitus, asupan
seratnya 25g/hari. Jenis yang dianjurkan ialah serat yang
terlarut karena membantu menurunkan kadar gula darah,
membantu menurunkan lemak darah.
5. Bahan Pemanis
Ada 2 tipe pemanis yaitu pemanis nutritive (mengandung
kalori), dan non-nutritif (tidak mengandung kalori).
Pemanis nutritive sering digunakan dalam makanan “bebas
gula” dan meiliki efek lakslatif (sorbitol). Makanan yang
termasuk dalam pemanis nutritive yaitu sorbitol, xylitol,
fruktosa (gula buah). Untuk pemanis non-nutritif
dianjurkan untuk dikonsumsi, bahkan jenis pemanis ini
sering digunakan dalam produk makanan. Ynag termasuk
dalam pemanis non-nutritif yaitu sakarin, aspartame,
acesulfame K.
6. Daftar Makanan Pengganti
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama
bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokan
berdasarkan kandungan kalori,protein,lemak dan hidrat
arang (Soegondo,2018).
Daftar makanan penukar dikelompokan dalam 8
kelompok yaitu:
a. Golongan 1 : Bahan makanan sumber karbohidrat
(contohnya,singkong, talas, kentang, jagung, dll.)
b. Golongan 2 : Bahan makanan sumber protein hewani
(contohnya : telur, hati ayam,dll).
c. Golongan 3 : Bahan makanan sumber protein nabati
(contohnya: kacang hijau, kacang merah, kacang
kedelai,dll).
d. Golongan 4 : Sayuran (contohnya : bayam,
bit,brokoli, daun pakis, daun katuk, dll)
e. Golongan 5 : Buah- buahan ( contohnya : jeruk,
pisang, jambu air, duku, dll).
f. Golongan 6 : Susu ( Contohnya : yoghurt)
g. Golongan 7 : Minyak (Contohnya : minyak kedelai,
minyak zaitun, minyak jagung, dll).
h. Golongan 8 : Makanan tanpa /rendah kalori
( contohnya : oat/gandum, dll).
3. Pelaksanaan Olahrag
a. Manfaat
Sudah tidak diragukan lagi bahwa olahraga secara
umum manfaatnya baik bagi kesehatan secara fisik maupun
fisiologis, terutama bagi penderita diabetes mellitus. Manfaat
olahraga bagi penderita diabetes mellitus antara lain dapat
menurunkan kadar glukosa darah ,mencegah kegemukan,
berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadi komplikasi
aterogonik (komplikasi yang menyebabkan terhambatnya
aliran darah ke berbagai organ), gangguan lipid darah,
peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah
(Soegondo,2018).
b. Prinsip Umum
Saat melaksanakan olahraga penderita diabetes mellitus
harus memperhatikan prinsip-prinsip olahraga agar tidak
terjadi hipoglikemia maupun hiperglikemia, juga olahraga
dapat bermanfaat dengan baik jika dilakukan dengan baik.
c. Dampak Negative Olahraga
Pelaksanaan olahraga atau latihan jasmani yang tidak
memperhatikan maupun yang tidak melakuakn dengan baik
mengenai prinsip-prinsip dalam berolahraga, dapat
menimbulkan dampak negative, diantaranya :
1. Memperburuk kadar gula darah diabetes. Karena itu hindari
latihan jasmani berat, latihan beban dan latihan kontak,
namun tingkatkan asupan cairan (intake cairan).
2. Exercise-induced hipoglicemia
Untuk memperhatikan, untuk memonitoring glukosa darah,
kurangi dosis insulin sebelum melakukan olahraga,
tingkatkan asupan makanan saat melkukan olahraga, jika
terjadi hipoglikemia (lemas, pusing) olahraga sebaiknya
dihentikan.
3. Gangguan pada kaki. Untuk memperhatikan, kenakan
sepatu yang sesuai, usahakan agar kaki tetap bersih dan
kering.
4. Komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah. Untuk
memperhatikan, harus mengikuti pemeriksaan medis EKG
kerja sebelum melakukan olahraga.
5. Cedera otot dan tulang. Untuk memilih latihan olahraga
yang sesuai atau tepat, intensitas latihan sebaiknya
ditingkatkan secara bertahap, pemanasan dan pendinginan
harus dilakukan, olahraga berat dan berlebihan harus
dihindari.
d. Pemantauan Glukosa Darah
Pemantauan glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri
dengan menggunakan uji strip atau glokumeter
e. Menghindari alkohol dan minuman softdrink.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis Diabetes Mellitus
Tujuan pelaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes mellitus, Menurut consensus nasional ada 4 pillar
utama dalam pengelolaan DM (perkeni,2015), yaitu :
1. Edukasi
Edukasi merupakan upaya peningkatan pengetahuan dan motivasi
pasien yang kompherenshif dalam pencapaian perubahan perilaku.
Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat
mejalani pola hidup sehat. Edukasi dapat dilakukan secara
individual dengan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
(perkeni,2015).
2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan DM Tipe II secara kompherensif. Kunci
keberhasilanya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serat pasien dan
keluraganya ). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya
diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap pasien DM. Prinsip
pengaturan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan gizi masing-masing individu. Pasien
DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
zat pola makan, jenis dan jumlah kalori, terutama pada mereka
yang menggunakan obat yang meningkatkan sekrei insulin atau
terapi insulin itu sendiri ( perkeni, 2015).
Menurut Almatisier (2018) komposisi makanan yang dianjurkan
terdiri dari:
a. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat normal adalah 60-75% dari
kebutuhan energy total, atau sisa energy setelah dikurangi
energy yang berasal dari protein danlemak selain jumlah,
kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering
dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan.
Tidak dianjurkan penggunaan gula sederhana pada
penyakit diabetes mellitus.
b. Protein
Kebutuhan protein normal adalah 10-15% dari kebutuhan
energy total, atau 0,8 sampai 1,0 g/kg bb.
c. Lemak
Kebutuhan lemak normal adalah 10-25% dari kebutuhan
energy total kebutuhan lemak dalam keadaan sakit
bergantung dengan jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau
lemak rendah. Lemak sedang dapat dinyatakan sebagai 15-
20% dari kebutuhan energy total sedangkan lemak rendah
≤ 10% dari kebutuhan energy total.
d. Serat
Anjuran konsumsi serat adalahsebanyak 20-35g perhari
dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat dalam
sayur dan buah.
3. Latihan Jasmani (Olahraga)
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit ), merupakan salah satu
pillar dalam pengelolaan diabetes mellitus. Latihan jasmani untuk
menjaga kebugaran dan dapat menurunkan berat badan dan
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki glukosa darah
(perkeni,2015).
4. Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani (gaya hidup). Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral (OHO) dan bentuk suntikan. OHO diperlukan dalam
pengobatan dm tipe II jika intervensi gaya hidup dengan diet, dan
latihan fisik tidak cukup untuk mengendalikan hiperglikemia.
Kombinasi insulin dengan OHO membantu mencapai kontrol
kadar glikemia pada pasien-pasien yang menunjukan respon yang
tidak optimal terhadap pemberi OHO semata (michail,dkk,2019).

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari manusia ata penggabungan atau


kerjasama antara suatu subyek yang mngetahui dan objek yang diketahui. Segenap
apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasuamntri dalam nuroh,2017).
Menurut Notoadmodjo dalam Yuliana, 2017 mengatakan bahwa pengetahuan adalah
hasil penginderaan manusia, atau hasil tau seseorang terhadp objek melalui indra
yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya ). Jadi pengetahuan adalah
berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui pancaindera .

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Sulaiman (2015) tingkatan pengetahuan terdiri dari 4 macam, yaitu


pengetahuan deskriptif, pengetahaun kausal, pengetahuan normative, pengetahuan
esensial. Pengetahuan dekriptif yaitu jenis pengetahuan yang dalam cara
penyampaian atau penjelasnya berbentuk secara objektif dengan tanpa adanya unsur
subjektifitas. Pengetahuan kausal yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawabn
tentang sebab dan akibat. Pengetahuan normatif yaitu pengetahuan yang senantiaa
berkaitan dengan suatu ukuran dan norma atau aturan. Pengetahuan esensial adalh
suatu pengetahuan yang menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat gejala sesuaatu
dan hal ini seudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat.

Sedangkan menurut Daryanto dalam yuliana (2017), pengetahuan seseorang terhadap


objek mempunyai intensitas yang berbedaa-beda dan menjelaskan bahwa da 6
tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut :

a. Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recal (ingatan). Seeorang dituntut untuk mengetahui
fakta tanpa menggunakanya .
b. Pemahaman (comprehension)
Memahami uatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekeddar dapat
menyebutkan, tetapi harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang
objek yang diketahui.
c. Penerapan (application )
aplikasi diartikan apabila orang yang leemah memahami objek tersebut dapat
menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang
lain .
d. Analisis ( analisis)
Analisis adalh kemampuan sesorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari anatara komponen-komponen yang terdpat dalam suatu
objek.
e. Sintesis (Shyntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukan suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek yang didasarkan pada kriteria-kriteria yang ada.
Misalnya, membandingkan, menafsirkan dan sebagainya. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur.

2.2.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut (Wawan dan Dewi,2019) cara memperoleh pengetahuan


adalah sebagai berikut :

a. Cara Kuno memperoleh pengetahuan


1. Cara Coba Salah ( Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum ada peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunkan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan.
2. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang
lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenaranya berdasarkan fakta
empiris maupun penalaran sendiri.
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi pundapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan


Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular metodologi penelitian. Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bracon (1561-1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobolod Van Deven. Akhirnya lahir
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini dikenal
dengan penelitian ilmiah.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan terhadap


seeorang, yaitu:

a. Umur
Semakin bertambahnya usia seseorang dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam,2016).

b. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik ( experience is the best
teacher), pepatah bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan, bisa juga pengalaman itu merupakan cara
untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,
pengalaman pribadi dapat dijadikan upaya untuk mendapatkan
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoadmodjo,2020)
c. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupanya dan kehidupan- kehidupan keluarganya.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, erulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu.
d. Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa diperoleh
secara turun temurun dan tidak dapat dibuktikanya terlebih dahulu,
keykinan yang positif dan keyakinan yang negative dapat
mempengaruhi tentang pengetahuan seseorang.
e. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat membuat perkembangan dan perilaku
seseorang atau kelompok.
f. Sosial Budaya
System social budaya yang dimasyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.

2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016), mengatakan bahwa pengetahuan seseorang


dapat diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Pengetahuan Baik : 76 – 100 %


b. Pengetahaun Cukup : 56 -75 %
c. Pengetahuan Kurang : < 50 %

2.3 Diet Diabetes Mellitus


2.3.1 Pengetahuan Diet Diabetes Mellitus
Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang
diabetes mellitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan
untuk mendapatkan kontrol metabolic yang lebih baik dengan cara :
menyeimbangkan asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral ataupun
insulin dan aktivita fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai
dan mempertahankan kadar lipida dalam normal.
Menurut Parnet, dkk (2018) diet dapat juga menurunkan berat badan
seseorang secara sehat dengan membatasi minuman tinggi gula, hindari
makanan tinggi lemak, makan – makanan gizi seimbang. Perubahan gaya
hidup harus dipertahankan dalam jangka panjang untuk menjaga berat badan
dan dapat mengatur kadar gula darah tetap terkendali.
2.3.2 Tujuan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus

Menurut Almatsier (2018), tujuan diet diabetes mellitus adalah


membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol
metabolic yang lebih baik dengan cara mempertahankan kadar glikosa darah
supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makan dengan
insulin, mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal, memberi
cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal,
menghindari atau menangani komplikasi akut bagi pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

2.3.3 Syarat Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus


1. Energy yang cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal. Kebutuhan energy ditentukan dengan memperhitungkan
kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25- 330 kkal/kg BB
normal.Makan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20%), siang
(30%), dan sore (25%) serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan
(masing –masing 10 -15 %).
2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10 – 15% dari energy total.
3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu antara 20% dari kebutuhan energy total.
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total yaitu 60-
70% .
5. Penggunaan gula alternatife dalam jumlah terbatas. Gula alternative
adalah bahan pemanis selain sukrosa.
6. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat di dalam sayur buah.
7. Pasien diabetes mellitus dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat,
yaitu 300mg/hari.
8. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,
penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperlukan.
2.3.4 Kebutuhan Zat Gizi Pada Penderita Diabetes Mellitus
1. Protein
Ada pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20%
energy dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan Diabetes di
Indonesia kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes mellitus adalah
10 – 15% energy. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
perhari atau 10% dari kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi.
2. Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan <10% energy dari lemak jenuh dan tidak lebih
dari 10% energy dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu
60 -70% total energy dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat.
Anjuran presentasse energy dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan
glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang
mempunyai kadar lipid normal dan dapat mempertahankan berat badan
yang memadai dapat dianjurkan tidak lebih dari 30% asupan energy dari
lemak total dan <10% energy dari lemak jenuh. Dalam hal ini anjuran
asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25% energy. Apabila peningkatan
LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dyslipidemia
tahap II yaitu <7% energy total dari lemak jenuh, tidak lebih dari 30%
energy dari lemak total dan kandungan kolestrol 200 mg/hari. Apabila
peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama,
pendekatan yang mungkin menguntungkan selain menurunkan berat badan
dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak
jenuuh tunggal <20% energy dengan <10% masing energy masing –
masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan
karbohidrat lebih rendah.

3. Jenuh dan Kolestrol


Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol
adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu
<10% asupan energy sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan
makanan kolestrol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg
perhari.
4. Karbohidrat dan Pemanis
Pada tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
dari pada jenisnya. Buah dan susuh sudah terbukti mempmunyai respon
glikemik menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-
tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya
lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber
karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes
mellitus di Indonesia adalah 60 -70% energy.
5. Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian
dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada
individu dengan diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Sukrosa dan makanan
yang mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti
makanan karbohidrat lain dan tidak menambahkanya pada perencanaan
makanan.
6. Pemanis
a. Fruktosa menaikan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakanya karbohidrat jenis tepung – tepungan. Dalam hal ini
fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis dala
diabetes mellitus. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan
dalam jumlah besar (20% energy) yang potensial merugikan kolestrol
dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan
pemanis untuk penderita diabetes mellitus.
b. Sorbitol, mannitol, dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyois)
yang menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa
dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan
dapat mempunyai pengaruh laxative.
c. Sakarin, aspartame, acesulfame adalah pemanis yang tidak bergizi
yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

7. Serat
Serat yang dibutuhkan oleh orang dengan diabetes mellitus sama
dengan serat yang dibutuhkan oleh orang yang tidak menderita diabetes
mellitus. Dianjurkan mengkonsumsi 20-30 gr serat makanan berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjuranya adalah kira-kira 25
gr/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium
Anjuran asupan untuk orang yang menderita diabetes mellitus sama
dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi
yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg
natrium perhari.

2.3.5 Komposisi Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus


Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus
berulang kali menagalami perubahan, mula- mula komposisi diet mengacu
pada diet diabetes mellitus di Negara barat dengan komposisi karbohidrat
rendah, sekitar 40 – 50% dari total energy (diet A). Namun, saat ini
dianjurkan presenntase karbohirat lebih tinggi sampai 60-70% dari total
kebutuhan energy atau disebut juga diet B. Dalam diet tersebut dianjurkan uga
komposisi protein dan lemak. Disamping anjuran mengenai karbohidrat,
protein, dan lemak dianjurkan pula pemakaian karbodrat kompleks yang
mengandung banyak serat dan rendah kolestrol.

Tabel 2.3.5. Komposisi Diet A dan Diet B

NO Zat Gizi Diet A Diet B


1. Karbohidrat 50% 60-68%
2. Protein 20% 12-20%
3. Lemak 30% 20%
4. Kolestrol 500mg 100-150mg
5. Serat Sayuran tipe A Sayuran tipe B

Komposisi diet B merupakan diet yang umum digunakan di Indonesia.


Anjuran penggunaan diet B di Indonesia berdasarkan pada penelitian prospektif
dengan cara crass over design yang dilakukan pada 260 penderita diabetes mellitus
yang terawat baik. Dari penilaian tersebut, diet B mempunyai daya yang kuat untuk
menurunkan kolestrol selain mempunyai efek hipoglikemeik. Diet B juga tidak dapat
menaikan kadar trigliserida darah . Dengan demikian, diet B dapat mencapai diet
diabetes mellitus. Setiap jenis diet dianjurkan mengandung serat, terutama serat yang
bersifat larut (Krisnatuti,dkk 2014).

2.4.6 Pemenuhan Pola Makan 3J

Menurut Fauzi (2014) bagi penderita diabetes mellitus, kecenderungan


perubahan kadar gula darah yang drastis akan terjadi pada saat sehabis makan.
Sehabis makan maka kadar gula akan tinggi. Namun beberapa lama tidak mendapat
asupan makanan kadar gula darah akan rendah sekali.

Harus dilakukan penjadwalan makan dengan teratur untuk mencegah terlalu


besarnya rentangan kadar gula darah. Pola 3J harus diingat bagi penderita diabetes
mellitus dalam mengatur pola makan sehari-hari.

a. Jadwal
Pengaturan jadwal makan bagi penderita diabetes mellitus biasanya
adalah 6 kali makan. Tiga kali makan besar dan tiga kali makan selingan.
Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut :
1. Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 07.00
2. Snack pertama konsumsi pada pukul 10.00
3. Makan siang dilakukan pad pukul 13.00
4. Snack kedua dikonsumsi pada pukul 16.00
5. Makan malam dilakukan pada pukul 19.00
6. Snack ketiga dikonsumsi pada pukul 21.00

Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat akan maka akan


bisa terjadi hipoglikemia atau terjadi rendahnya kadar gula darah.
Hipoglikemia meliputi gejala pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal
ini terjadi segera minum air gula.

b. Jumlah
Jumlah atau porsi makan yang dikonsumsi harus diperhatikan. Jumlah
makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah porsi
kecil tapi sering. Penderita harus makan dalam jumlah sedikit namun
sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola
menu 6 kali makan adalah sebagai berikut :
1. Makan pagi atau sarapan jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 20%
dari total kebutuhan kalori sehari.
2. Snack pertama jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total
kebutuhan kalori sehari.
3. Makan siang jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total
kebutuhan kalori sehari.
4. Snack kedua jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total
kalori yang dibutuhkan sehari
5. Makan malam jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total
kalori yang dibutuhkan.
6. Snack ketiga jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total
kalori yang dibutuhkan sehari.
c. Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naik atau turunya kadar gula
darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikan kadar gula darah
disebut indeks glikemik. Semakin cepat menaikan kadar gula darah
sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks glikemik
makanan tersebut.
Hindari makanan yang berindeks glikemik tinggi, seperti sumber
karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, dan lain-lain. Makanan
yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya dengan
serat, contohnya sayuran dan buah-buahan.
Pemenuhan pola makan dengan 3J menjamin penderita dengan
diabetes mellirus untuk tetap bisa aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Jadwal yang tetap memungkinkan kebutuhan tubuh akan insulin dapat
terpenuhi. Sementara itu, jumlah dan jenis makanan akan melengkapi
kebutuhan gla darah seimbang.

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau keterkaitan antar variabel yang
terkait dengan masalah yang diteliti dan sesuai dengan tinjauan teori dan rumusan
masalah. Kerangka konsep sering kali digambarkan dalam bentuk bagan. Adapun
kerangka konsep yang berjudul , Gambaran Pengetahuan Diet Pada Penderita
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Sukajadi .

Variabel Independen

Faktror yang mempengaruhi


Pengetahuan pada penderita
DM:
1. Umur
2. Pengalaman
3. Pekerjaan
4. Keyakinan
5. Lingkungan
6. Sosial Budaya

Anda mungkin juga menyukai