1. Konsep Penyakit
a. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2019).
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer
dkk, 2017)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2015, diabetes
merupakan suatu kelompok panyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa (Rab, 2018).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, S.C.,
2015).
b. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu (Corwin, 2019) :
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan
oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan
pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah
menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin
dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi
paling sering pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada orang
yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
c. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitustergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pankreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β
pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
a. Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,
1995 cit Indriastuti 2018). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
c. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
d. PATOFISIOLOGI
1. Diabetes tipe I.
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal
insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino
dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
2. Diabetes tipe II.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol
dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
e. PATWAY
f. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 201
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
h. PENATALAKSANAAN
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
c. Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage
of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
a. Kurus (under weight) BBR < 90 %
b. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
c. Gemuk (overweight) BBR > 110%
d. Obesitas apabila BBR > 120%
1) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
2) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
3) Obesitas berat BBR 140% - 201%
4) Morbid BBR >201 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :
a. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
b. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
c. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
d. Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes) / Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfani lurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dan meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini
biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan
masih bias dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat pre reseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin:
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dengan gangguan faal hati yang berat
5) DM dangan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan under weight
11) DM dan penyakit graves
Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah
suntikan subkutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa factor antara lain :
a) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identik
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Data Dasar
Menurut Bare, Smelter 2015 pengakajian meliputi :
1. Pengumpulan data
Data biasa di peroleh dari klien, keluarga, orang terdekat maupun dari catatan
medik.
2. Biodata
a. Identitas klien, meliputi : umur, suku bangsa , jenis kelamin dan pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab , meliputi : nama, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama akan di temukan tanda-tanda poliuria, polidipsia, polipagia,
penurunan BB, kelelahan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu kegemukan yang berlangsung lama, riwayat
pankreastitis kronis, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria.
c. Riwayat kesehatan keluarga adanya riwayat keluarga tentang penyakit
diabetes mellitus.
4. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum : BB, TTV. Menurut NANDA 2018
kemungkinan data yang di peroleh dari penyakit diabetes melitus :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bernapas. Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat / tidur.
Tanda : Takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi.
b. Sirkulasi
Gejala : Ada riwayat hipertensi, Kesemutan pada ekstrimitas, ulkus pada
kaki.
Tanda : Takikardi, hipertensi, nadi menurun atau tak ada, disritmia, kulit
panas, kering dan kemerahan, mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala : Stress.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Poliuria, nocturia, rasa nyeri, kesulitan berkemih, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, diare.
e. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual / muntah, hilang nafsu makan, penurunan bb, haus
Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor kulit jelek, muntah, distensi abdomen,
napas berbau aseton.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia.
Tanda : Disorientasi, letargi, mengantuk, aktivas kejang.
g. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri.
Tanda : Takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas
h. Pernapasan
Gejala : Batuk.
Tanda : Frekuensi pernapasan, batuk
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, menurunkan kekuatan umum.
j. Seksualitas
Gejala : Infeksi, masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
i. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penurunan perfusi
jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
5. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan.
6. PK: Hipoglikemi / PK: Hiperglikemi
j. INTERVENSI
No DIAGNOSA SDKI SLKI
1 Nyeri akut Paint level (2102) Pain management :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen keperawatan selama ...x... jam komprehensif termasuk lokasi,
injuri biologis diharapkan nyeri teratasi karakteristik, durasi, frekuensi,
(penurunan dengan kriteria hasil : kualitas dan faktor presipitasi.
perfusi Pasien mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari
jaringan nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
perifer) nyeri, mampu 3. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri) kebisingan
Mampu mengenali nyeri 4. Ajarkan tehknik nonfarmakologi
(slaka, intensitas, (nafas dalam, relaksasi, distraksi,
frekuensi dan tanda nyeri) kompres hangat / dingin) untuk
Melaporkan bahwa nyeri mengurangi nyeri
berkurang dengan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
menggunakan pemberian analgetik untuk
management nyeri mengurangi nyeri
adekuat memungkinkan
Kalsium klien.
9. Ajari klien untuk diet sesuai
dengan kebutuhan nutrisinya.
4 Defisit ü Fluid balance Fluid management
Volume ü Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika
Cairan b.dü Nutritional Status : Food and diperlukan
Kehilangan Fluid Intake 2. Pertahankan catatan intake dan
volume cairan Setelah dilakukan tindakan output yang akurat
secara aktif, keperawatan selama ...x... jam 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
Kegagalan diharapkan defisit volume membran mukosa, nadi adekuat,
mekanisme cairan teratasi dengan kriteria tekanan darah ortostatik), jika
pengaturan hasil: diperlukan
Mempertahankan urine 4. Monitor vital sign
output sesuai dengan usia 5. Monitor masukan makanan / cairan
dan BB, BJ urine normal, dan hitung intake kalori harian
HT normal 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Tekanan darah, nadi, suhu 7. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
tubuh dalam batas normal berlebih muncul meburuk
Tidak ada tanda tanda 8. Atur kemungkinan tranfusi
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
5 Perfusi ü Circulation status Peripheral Sensation Management
jaringan tidakü Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu
hipoksemia keperawatan selama ...x... jam yang hanya peka terhadap
jaringan. diharapkan ketidakefektifan panas/dingin/tajam/tumpul
perfusi jaringan teratasi 2. Monitor adanya paretese
dengan kriteria hasil : 3. Instruksikan keluarga untuk
Mendemonstrasikan status mengobservasi kulit jika ada lesi
sirkulasi atau laserasi
Tekanan systole 4. Gunakan sarung tangan untuk
dandiastole dalam rentang proteksi
yang diharapkan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher
Tidak ada ortostatik dan punggung
hipertensi 6. Monitor kemampuan BAB
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai
dengan:berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan,
menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi,
memproses informasi,
membuat keputusan
dengan benar
6 PK: Setelah dilakukan tindakan Managemen Hipoglikemia:
Hipoglikemia keperawatan selama ...x... jam 1. Monitor tingkat gula darah sesuai
PK: diharapkan dapat indikasi
Hiperglikemi meminimalkan episode hipo/ 2. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia. hipoglikemi ; kadar gula darah <
70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat, tachikardi, peka rangsang,
gelisah, tidak sadar , bingung,
ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan berikan
jus jeruk / sejenis jahe setiap 15
menit sampai kadar gula darah >
69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV
sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi
untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300
mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul,
anoreksia, mual dan muntah,
tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan,
pandangan kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor:TD dan nadi sesuai
indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala Hiperglikemia
menetap atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna kulit,
waktu pengisian kapiler, nadi
perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan sesuai
kebutuhan
BAB III
1. PENGKAJIAN
A. DATA DEMOGRAFI
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Usia : 68 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Cerai mati
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Bahasa yang digunakan : Indonesia dan Jawa
Alamat rumah : Desa Sumber Makmur Mesuji
Sumber biaya : JKN
Tanggal masuk Faskes : 22 April 2022
Diagnosa medis saat pengkajian : DM Tipe II
2. Sumber Informasi
Nama : Ny. Y
Umur : 32 th
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : Anak Kandung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani/ Pekebun
Alamat : Desa Sumber Makmur Mesuji
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Masuk Poli Umum Puskesmas:
Klien datang ke Poli Umum Puskesmas Sumber Makmur pukul 09.30
WIB dengan keluhan badan terasa lemas, sering buang air kecil, berat
badan menurun, sering merasa haus, sering kelelahan dan pandangan
kabur. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil TD 150/90 mmHg, Nadi :
90 x/menit, Suhu : 36,70C, Respirasi 19 x/menit, BB : 50 Kg, TB : 165
Cm, GDS ; 347 gr/dl
2. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang:
1) Keluhan utama saat pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh badan terasa lemas, lemas
yang muncul sewaktu-waktu, klien mengatakan ketika lemas muncul
klien atasi dengan istirahat/ tiduran atau bersantai. keluhan dirasakan
sudah 1 bulan.
2) Keluhan penyerta
Klien mengatakan pusing, sering buang air kecil pada malam hari,
badan terasa mudah lelah, pandangan terasa sedikit kabur dan kedua
telapak kaki terasa kebas.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
----- : Tinggal serumah
: Tn. A
7. Lingkungan
1). Rumah
Klien mengatakan rumah klien terjaga kebersihannya, jauh dari
polusi udara dan
2). Pekerjaan
Klien mengatakan perkerjaannya adalah sebagai seorang petani
persawahan
2) Pola Eliminasi
BAK
Klien megatakan sering kencing, Klien BAK ± 8 (1600cc) kali
dalam sehari, bau dan warna urin klien khas urin, dan tidak ada
gangguan saat BAK
BAB
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari setiap pagi hari, konsistensi
feses lunak, warna dan bau khas feses, tidak ada gangguan dalam
BAB, Klien tidak menggunakan obat pencahar.
IWL : 1800 cc/hari
Balance cairan : -400
b) Sirkulasi Jantung
Tidak ada nyeri dada, klien mengatakan mudah lelah, suara
jantung s1 s2 tida ada bunyi tambahan jantung, denyut jantung
90 x/menit
6). Sistem Neurologi
Kesadaran Compesmentis, GCS : 15, E : 4, V : 5, M : 6
7). Sistem Pencernaan
Membran mukosa mulut tampak lembab, gigi masih utuh, terrdapat
napas bau keton, klien dapat mengunyah dengan baik, tidak ada
nyeri saat menelan, tidak ada distensi abdomen, tidak ada bekas luka
operasi, tidak ada nyeri tekan abdomen, bising usus 6 x/menit
8). Sistem Immunology
Tidak terdapat pembesaran kelenar tyroid dan getah bening
9). Sistem Endokrin
Klien mengalami poli uri, poli dipsi dan poli fagi, terdapat napas bau
keton, GDS 347 mg/dl, tidak terdapat tremor.
10). Sistem Urogenital
Tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada
vesika urinaria. klien mengatakan tidak ada masalah saat buang air
kecil
11). Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi ataupun jejas, tidak ada
odema, rambut kepala beruban distribusi lebat. Kulit elastis, tidak
ada prurits ataupun tanda perdarahan.
12). Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kelainan bentuk tulang, tidak ada keterbatasan gerak
Kekuatan otot
5 5
5 5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 22 April 2022 : GDS 347 mg/dl
E. PENATALAKSANAAN
1. Medis
- Metformin tablet 3x500 mg
- Glibenclamide tablet 1x5mg
- Paracetamol tablet 3x500 mg K/P
- Vitamin B komplek tablet 2x1
2. Keperawatan
- Pemeriksaan TTV
- Pemeriksaan fisik
- Edukasi/ Penkes Diit DM
- Rendam telapak kaki dengan air hangat
2. DATA FOKUS
Data Subyektif
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan kedua telapak kaki terasa kebas
- Klien mengatakan berat badan 2 bulan yang lalu 54 kg
- Klien mengatakan nafsu makan baik
- Klien mengatakan sering merasa haus
- Klien megatakan sering kencing
- Klien mengatakan BAK ± 8 (1600cc)
- Klien mengatakan badan terasa lemas
- Klien mengatakan sebelum sakit klien sanggup bekerja di sawah selama 6 jam
dan saat sakit sekarang klien hanya mampu bekerja selama 3-4 jam saja karena
badan lebih mudah lelah
- Klien mengatakan pandangan kabur
Data Obyektif
- Kekuatan otot
5 5
5 5
- Tidak ada luka pada telapak kaki klien
- TD : 150/90 mmHg
- N : 90 x/menit
- RR : 19 x/menit
- S : 36,70C
- GDS 347 mg/dl
- BB Sekarang 50 kg
- TB : 165 cm
- IMT : 18,4
- IWL : 1800 cc/hari
- Balance cairan : -400
- Tidak ada keterbatasn gerak
- Terdapat napas bau keton
- Usia klien 68 th
- Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran
3. ANALISA DATA
DO :
- GDS 347 mg/dl
- BB Sekarang 50 kg
- TB : 165 cm
- IMT : 18,4
3. DS : Kekurangan volume diuresis
- Klien mengatakan sering merasa cairan osmotik
haus
- Klien megatakan sering kencing
- Klien mengatakan BAK ± 8
(1600cc)
DO :
- BB 50 Kg
- IWL : 1800 cc/hari
- Balance cairan : -400
4. DS : Kelelahan Penurunan
- Klien mengatakan badan terasa produksi energy
lemas
- Klien mengatakan sebelum sakit
klien sanggup bekerja di sawah
selama 6 jam dan saat sakit
sekarang klien hanya mampu
bekerja selama 3-4 jam saja karena
badan lebih mudah lelah
DO :
- GDS 347 mg/dl
- Kekuatan otot 5
- Tidak ada keterbatasn gerak
- Terdapat napas bau keton