Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddart, 2002 : 1220).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009).
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)
2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126
mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi
dimana akan peningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 : 70)
antara lain:
1. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan
dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin
fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda).
Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubh) yang
kemudian merusak pulau Langerhans di pankreas. Kelainan berdampak pada
penurunan fungsi insulin.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua
umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,
mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres
3. Gestational Diabetes Melitus (GDM)
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang
aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan
normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga
relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga
disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, prolaktin dan plasenta
laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mengurangi aktivitas insulin

C. Etiologi
Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti, namun
dimungkinkan karena faktor :
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-
sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus
tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
D. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-
tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah
yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak
dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol
dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
E. Pathway

F. Manifestasi Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut:
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak

G. Data Penunjang
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka

H. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007):
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula
darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi
bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada
pemeriksaaan darah jari.
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (Hhnc / Honk)
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan
sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati
350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada
umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1,
elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium
bervariasi.
c. Ketoasidosis Diabetic (Kad)
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus
yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya  jumlah insulin yang nyata,
yang dapat disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan:
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

1. Karakteristik

a. Kepala Keluarga

1) Nama Kepala Keluarga : Tn.M

2) Jenis kelamin : Laki-laki

3) Umur / Tempat tanggal lahir : 42/ Klaten 26 April 1973

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : Swasta

7) Alamat : jln. Sumur Batu No.23

2. Susunan Anggota Keluarga

No Nama Umur Jenis Hubungan Agama Pendidikan Pekerjaan Masalah


kelamin terakhir kesehatan

1 Tn. M 42 L Suami Islam SMA Swasta Diabetes

2 Ny. S 40 P Istri Islam SMA Wiraswas Vertigo


ta

3 An. V 19 P Anak Islam SMA Mahasis Infeksi


wa saluran
nafas

4 An.H 9 L Anak Islam SD Pelajar -

3. Genogram ( tiga generasi )

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini

2. Tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap perkembangan

3. Riwayat keluarga inti


4. Tipe keluarga

 Keluarga Inti

5. Latar belakang budaya

 Jawa

6. Aktifitas keagamaan

 Sholat, mengaji, pengajian

C. STRUKTUR KELUARGA

1. Komunikasi Keluarga

a. Pola interaksi dan komunikasi

1) Kapan paling sering terjadi interaksi dalam keluarga ?

 Tidak tentu

2) Dalam situasi apa interaksi terjadi ?

 Makan bersama dan nonton tv

3) Apa yang dirasakan sebagai masalah keluarga dalam


berinteraksi ?

 Bahasa

4) Adakah konflik dalam keluarga tentang interaksi ?

 Tidak ada

5) Cara berkomunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga

 langsung

6) Sifat komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga

 Terbuka

7) Siapakah anggota yang paling dominan berbicara

 Ibu

8) Bahasa yang sering digunakan oleh anggota keluarga

 Bahasa ibu
2. Stuktur Keluarga

a. Pengambilan Keputusan

1) Cara/metode pengambilan keputusan dikeluarga

 Musyawarah

2) Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga

 Ayah dan ibu

3) Siapa yang paling dipercaya dalam keluarga untuk membantu


menyelesaikan masalah kesehatan

 Ayah dan ibu

4) Apakan perlu bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah


kesehatan keluarga

 Tidak

3. Stuktur nilai

a. Sistem nilai

1) Suku ayah : jawa suku ibu : jawa

Budaya yang paling dominan dalam keluarga : ayah dan ibu

2) Adakah nilai-nilai tertentu yag dianut keluarga yang


bertentangan demham kesehatan

 Tidak

3) Adakah kegiatan/ nilai agama yang menurut keluarga


bertentangan dengan kesehatan

 Tidak

4) Bagaimanan persepsi keluarga terhadap kesehatan ?

 Merupakan hal yang penting karena mempengaruhi


kegiatan sehari-hari

4. Struktur peran

a. Sebutkan pemagian peran dalam anggota keluarga


1) Ayah

2) Ibu

3) Anak

b. Adakah perubahan peran/konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga

 Tidak

D. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

a. Bagaiamana respon keluaraga jika ada salah satu anggota keluarga


yang berhasil?

 Senang dan ikut merayakan keberhasilan

b. Bagaimana respon keluaraga terhadap kehilangan ?

 Sedih, tidak dapat di ungkapan

c. Bagaimana gambaran saling menghargai diantara anggota keluarga


sesuai perannya

 Saling menerima pendapat dan menerima keadaan yag dialami

2. Fungsi Sosialisasi

a. Apakah anggota keluaraga ikut dalam anggota organisasi mayarakat


khususnya dalam bidang kesehatan ?

 Tidak , karena sibuk dengan kegiatan individu

b. Adakah penghargaan yang diterima dari masyarakat karena


keikutsertaan dalam kegiatan kesehatan di masyarakat ?

 Tidak ada

c. Apakah ada anggota keluarga yang cukup berpengaruh dimasyarakat

 Tidak

d. Adakah konflik keluarga dimasyarakat ?

 Tidak

e. Adakah sumber-sumber yang digunakan keluarga dalam


menyelesaikan masalah kesehatan

 Ya, datangan kerumah sakit dan beruding dengan keluarga


f. Adakah anggota keluarga yang mempunyai keterampilan khusus

 Ada , ibu dibiang kecantikan

g. Adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca dan / atau menulis

 Tidak

3. Fungsi Reprodusi

a. Apakah bapak/ibu saat ini ikut keluarga berencana ?

 Ya

b. Bila Ya, menggunakan apa?

 Pil

c. Bila ya, apa alasan Bapak/Ibu memilih cara KB tersebut ?

 Gampang, garibet dan tidak bikin gemuk

d. Bila Bapak/Ibu KB , dimana memperoleh pelayanannya ?

 Rumah sakit, bidan, puskesmas

e. Apakah Bapak/Ibu selama menggunakan alat kontrasepsi ada keluhan?

 Tidak

f. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan informasi tetang KB?

 Ya

4. Fungsi Ekonomi

a. Apakah setiap anggota keluarga sudah mempunyai penghasilan


sendiri?

 Ya , ayah dan ibu

b. Bila digabungkan pendapatan keluarga sebulan :

 Di atas Rp.3.000.000,-

c. Apa saja jenis pengeluaran rutin setiap bulan dikeluarga

 Listrik, pam, biaya sekolah, dan pengeluaran tak terduga

d. Apakah penghasialan keluarga mencukupi pemenuhan kebutuhan


tersebut ?
 Ya

e. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai tabungan?

 Ya, yang memakai tabungan ayah, ibu, dan anak perempuan 1

f. Siapakah pengelola keuangan dalam keluarga

 Ibu

5. Fungsi pemeliharaa kesehatan

a. Pemenuhan kebutuhan makan

1) Pengadaan makanan sehari-hari

 Membeli dan memasak sendiri

2) Komposisi jenis makanan

Komposisi Selalu ada Ketersediaan Tidak


kadang-kadang pernah

a. makanan pokok √

b. lauk-pauk :

- Protein √
hewani

- Protein
nabati √

c. sayuran √

d. buah-buahan √

e. susu √

3) Cara menyajikan makan dalam keluarga

 Terbuka

4) Pantangan makanan dalam keluarga

 Tidak ada

5) Kebiasaan dalam kelarga mengkonsumsi air minum

 Air mineral
6) Kebiasaan keluarga dalam mengelolah sayur

 Dipotong-potong duli baru dicuci

7) Kebiasaan makan dalam keluarga

 Sendiri-sendiri

b. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

1) Apakah setiap anggota keluarga mempuyai kebiasaan tidur


pada siang hari

 Tidak

2) Apakah stiap anggota keluarga memiliki kamar tidur masing-


masing?

 Ya

3) Rata-rata jumlah jam tidur dalam sehari

 8 jam

4) Bila ada anggota keluarga yang sulit tidur bagaimana


mengatasinya

 Mengatasi dengan cara masing-masing

c. Pemenuhan kebutuhan rekreasi dan olahraga

1) Apakah keluarga mempunyai kebiasaan reksreasi yang teratur

 Tidak, karena biaya dan aktifitas individu

2) Apakah sebagaian besar anggota keluarga melakukan aktifitas


olah raga secara teratur ?

 Tidak ada, karena kesibukan individu

d. Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

1) Bagaiman kebiasaan anggota keluaraga dalam pemeliharaan


kebersihan diri

a) Mandi : 2x/hari

b) Sikat gigi : 4x/hari

2) Apakah semua anggota keluarga menggunakan bahan berikut


ini untuk pemeliharan kebersihan diri
 Sabun,shampo, dan pasta gigi

e. Perilaku keluaraga dalam penanggulangan sakit

1) Apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarga yang


sakit

 Tidak berobat, beli obat sendiri, berobat ke pelayanan


kesehatan

2) Bila keluarga tidak berobat alasanya

 Merasa masih baik

3) Apakah keluarag mengetahui tentang pelayanan BPJS

 Ya, dapat dari kator ayah

E. STRESSOR DAN KOPING

1. Stressor yang dihadapi keluarga saat ini

 Biaya sekolah anak

2. Koping keluarga

 Irit dan menerima

3. Respon keluarga jika salah satu anggota keluaraga mempunyai masalah

 Membantu mencari jalan keluar

F. DERAJAT KESEHATAN

1. Kejadian sakit di keluarga

a. Kejadian sakit saat ini

1) Apakah saat ini ada anggota keluarga yang sedang menderita


sakit

 ada

Jika ada sebutkan siapa : ayah

Jenis penyakit : diabetes

2) Bagaimana cara menanggulanginya

 Berobat, minum obat dan memotivasi anggota yang


sakit
b. Kejadian penyakit kronis

1) Apakah ada anggota keluaraga yang menderita penyakit kronis

 Tidak

c. Kejadian sakit 1 tahun terakhir :

1) Apakah ada anggota keluarga yang sakit 1tahun terakhir

 Ada

2) Jika ada siapa sebutkan penyakit dan gejalanya

 Ayah, batu ginjal dengan gejala sakit perut dan saat


buang air kecil

2. Kejadian cacat

a. Adakah anggita keluarga yang cacat ?

 Tidak

3. Kejadian kematian dalam 1 tahun terakhir

a. Adakah anggota keluarga yang meninggal satu tahun terakhir ?

 Tidak

G. KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Perumahan

a. Status Rumah

 Milik pribadi

b. Jenis bangunan

 permanen

c. Luas bangunan

d. Perkarangan

e. Atap rumah

 genteng

f. Ventilasi

 >10% luas lantai


g. Adakah cahaya mathari dapat masuk rumah pada siang hari ?

 Ada

h. Penerangan

 Listrik

i. Lantai

 Ubin

j. Bagaimana kondisi kebersihan secara keseluruhan ?

 Bersih

Denah rumah ( dengan ukurannya )

2. Pengolahan sampah

a. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah ?

 Ya

b. Jika ada, bagaimana kondisi tempat pembuanagn tersebut

 Memenuhi syarat

3. Sumber air

a. Apakah keluarga memounya sumber air ?

 Ya

 Jika ya, apa jenis sumber airnya ? pompa listrik dan PAM

b. Apakah untuk keperluan air minum diambil air sumber tersebut ?

 Tidak

 Bila tidak, bagaimana memperolehnya beli air mineral

c. Bagaimana keadaan fisik airnya?

 Tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak ada


pengendapan

4. Jamban Keluaraga

a. Apakah keluaraga mempunya WC sendiri

 Ya
 Bila ya, apa jenis jambannya? Cemplung

b. Berapa jarak tempat penampungannya dengan sumber air bersih?

 >10 meter

5. Pembuangan air limbah

a. apakah mempunyai saluran pembuangan air kotor ?

 ya

kemana buangnya : selokan

6. Fasilitas sosial dam fasilitas kesehatan

a. Adakah perkumpulan kegiatan kemasyarakatan / sosial diwilayah ini

 Ya, jika ada kerja bakti gotong royong

b. Adakah fasilitas pelayanan kesehatan diwilayah ini

 Ya

c. Apakah fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan


kendaraan umum dari rumah ?

 Ya, angkot, motor dan mobil


PEDOMAN PENJAJAJKAN II

Masalah kesehatan Keluarga : diabetes

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah kesehatan :

Apa tanda dan gejala pendukung masalah :

 Lemas, gula darah meningkat badan terlihat kurus

Penyebab :

 Terlalu banyak mengkonsumsi yang manis

Apa akibatnya bila tidak ditanggulangi :

 Dapat menyebar kemana-mana

2. Apa yang bapak/ibu lakukan dengan adanya masalah tersebut

 Melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, dan mengikuti anjuran dokter

3. Bagaimana cara bapak/ibu memberikan perawatan kepada anggota keluaraga


dengan masalah tersebut atau upaya penanggulangan yang dilakukan keluarga

 Melakukan pemeriksaan kerumah sakit, menjaga asupan makan


penderita, melakukan olah raga

4. Bagaimana cara bapak/ibu menata lingkungan yang dapat meningkatkan


keberhasilan penyelesaian masalah:

 Dengan menjaga makanan penderita dan memotivasi minum obat

Hasil observasi pengkajian lingkungan keluarga :

 Lingkungan baik

5. Apakah bapak/ibu memanfaatkan saran/fasilias kesehatan yang ada


dimasyarkat untuk mengatasi masalah tersebut diatas

 Ya

Jika ya, dimana : rumah sakit

Jelaskan batuan apa yang bapak / ibu peroleh : pemeriksaan darah dan obat
II. ANALISA DATA DAN PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DATA FOKUS MASALAH

1. S: Kurang pengetahuan keluarga


berhubungan dengan masalah yang
- Keluarga mengatakan ada anggota dialami dan tidak mampu mengenal
keluarga yang sakit gula masalah
- Keluarga mengatakan awal gejala gula
tidak mengerti

- Keluarga mengatakan belum mengerti


penyebab awal yang diamalami

- Keluarga mengatakan sudah datang ke


rumah sakit

- Keluarga mengatakan mencoba


melarang makan yang manis

O:

- Keluarga terlihat bingung saat ditanya


gejala yang dialami

- Keluarga terlihat tidak mengetahui


peyebab

- TTV :

TD :

S:

N:

RR:

- GDS : 289

2. S: Ketidakefektifan penatalaksanaan
aturan terapeutik keluarga
- Keluarga mengatakann Tn.M tidak berhubungan dengan kurangnya
dapat menjaga asupan makanan motifasi keluarga
- Ny.S mengatakan jarang mengontrol
asupan makanan

- Ny.S mengatakan jarang masak


- Tn.M mengatakan tidak dapat
mengurangi porsi makan

- Tn.M mengatakan badan seperti


kurusan

- Keluarga mengatakan penuruan 6kg

- Tn.M mengatakan suka pusing

- Tn.M mengatakan tidak suka di atur

O:

- TTV :

- GDS : 289
III. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Dx 1:

NO. KRITERIA BOBOT SKOR PEMBENARAN

1. Sifat Masalah : 1 3 Keluarga mengatakan ada


anggota keluarga yang sakit
- Aktual = 3 gula Keluarga mengatakan awal
- Resiko = 2 gejala gula tidak mengerti
Keluarga mengatakan belum
- Potensial = 1 mengerti penyebab awal yang
diamalami ini harus di berikan
penyuluhan dengan tepat

2. Kemungkinan masalah 2 2 Teknologi semakin canggih


untuk dirubah maka dapat mendapatkan info
lebih banyak, dimana keluarga
- Mudah = 2 masih dapat mempergunakan
- Sebagian = 1 teknologi yang lumayan
canggih
- Sulit =0

3. Potensi pencegahan 1 2 Masalah


masalah

- Tinggi = 3

- Sedang = 2

- Rendah = 1

4. Menonjolkan masalah 1 2

- Masalah dirasakan
harus segera
ditangani = 2

- Masalah dirasakan,
tidak perlu segera
ditangani = 1

- Masalah tidak
dirasakan = 0

Total Skor 6

Catatan : Cara Perhitungan


Dx 2:

NO. KRITERIA BOBOT SKOR PEMBENARAN

1. Sifat Masalah : 1

- Aktual = 3

- Resiko = 2

- Potensial = 1

2. Kemungkinan masalah 2
untuk dirubah

- Mudah = 2

- Sebagian = 1

- Sulit =0

3. Potensi pencegahan 1
masalah

- Tinggi = 3

- Sedang = 2

- Rendah = 1

4. Menonjolkan masalah 1

- Masalah dirasakan
harus segera
ditangani = 2

- Masalah dirasakan,
tidak perlu segera
ditangani = 1

- Masalah tidak
dirasakan = 0

Total Skor

Catatan : Cara Perhitungan


IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

NO. DIAGNOSA TUJUAN EVALUASI INTERVENSI

KEPERAWATAN TUJUAN TUJUAN KRITERIA STANDAR


UMUM KHUSUS

1 Kurang Setelah Setelah Verbal Keluarga 1. kaji


pengetahuan dilakukan dilakukan mengetahui pengetahuan
keluarga tindakan kunjungan dan keluarga
berhubungan keperawatan, 1x memahami
dengan masalah klien diharapkan tentang 2. kaji
yang dialami dan mengetahui keluarga pengertian, pengetahuan
tidak mampu diabetes dapat : tanda penderita
mengenal masalah gejala dan 3. beri penkes
menjelaskan penyebab
tentang tentang
diabetes diabetes
diabetes
militus

2 Ketidakefektifan Setelah Setelah Verbal Keluarga 1. kaji motifasi


penatalaksanaan dilakukan dilakukan mengetahui keluarga
aturan terapeutik tindakan kunjungan dan
keluarga keperawatan, 1x memahami 2. anjurkan
berhubungan klien diharapkan tentang keluarga untuk
dengan kurangnya mengetahui keluarga nutrisi menghidangkan
motifasi keluarga makanan dapat : yang makanan yang
yang di diperlukan sesuai
perbolehkan Memahami
makanan 3. anjurkan
dan penderita untuk
mendapat yang di
perbolehkan menjaga
dukungan makanan yang
lebih dari dan motifasi
keluarga dimakan
keluarga
meningkat 4. anjurkan
kerluarga dan
penderita
berolah raga

5. anjurkan
kerluarga
memberikan
suasana yang
baik
V. CATATAN KEPERAWATAN

TANGGAL PUKUL TUK IMPLEMENTASI PARAF


RESPONS (S-O)

Setelah dilakukan S : keluarga mengatakan


kunjungan 1x mulai mengerti apa itu
diharapkan diabetes, tanda gejala dan
keluarga dapat : penyebab diabetes

menjelaskan O : keluarga terlihat


tentang diabetes mengangguk dan dapat
militus mengulang kembali

Setelah dilakukan S : keluarga mengatakan


kunjungan 1x akan berusaha memberikan
diharapkan motifasi dan lingkungan
keluarga dapat : yang mendukung. Penderita
menagatakan akan berusaha
Memahami makan yang di perbolehkan
makanan yang di dan berolah raga
perbolehkan dan
motifasi keluarga O : keluarga dan penderita
meningkat terlihat bersemangat dan
bersungguh sungguh untuk
merubah lingkungan
VI. CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/TANGGAL PUKUL NO.DX/TUK EVALUASI (SOAP) PARAF

1 S: keluarga mengatakan
mulai mengerti apa itu
diabetes, tanda gejala dan
penyebab diabetes

O: keluarga terlihat
mengangguk dan dapat
mengulang kembali

A: masalah teratasi

P: intervensi dihetikan

2 S: keluarga mengatakan
akan berusaha memberikan
motifasi dan lingkungan
yang mendukung. Penderita
menagatakan akan berusaha
makan yang di perbolehkan
dan berolah raga

O: keluarga dan penderita


terlihat bersemangat dan
bersungguh sungguh untuk
merubah lingkungan

A: masalah teratasi

P:intervensi di hentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan, penulis telah melakukan


asuhankeperawatan keluarga melalui proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, intervensi keperwawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Dapat
dilihat pada BAB III di bagian pengkajian, ditemukan data:

NO DATA FOKUS MASALAH

1. S: Kurang pengetahuan keluarga


berhubungan dengan masalah yang
- Keluarga mengatakan ada anggota dialami dan tidak mampu mengenal
keluarga yang sakit gula masalah
- Keluarga mengatakan awal gejala gula
tidak mengerti

- Keluarga mengatakan belum mengerti


penyebab awal yang diamalami

- Keluarga mengatakan sudah datang ke


rumah sakit

- Keluarga mengatakan mencoba


melarang makan yang manis

O:

- Keluarga terlihat bingung saat ditanya


gejala yang dialami

- Keluarga terlihat tidak mengetahui


peyebab

- TTV :

TD :

S:

N:

RR:

- GDS : 289

2. S: Ketidakefektifan penatalaksanaan
aturan terapeutik keluarga
- Keluarga mengatakann Tn.M tidak berhubungan dengan kurangnya
dapat menjaga asupan makanan motifasi keluarga

- Ny.S mengatakan jarang mengontrol


asupan makanan

- Ny.S mengatakan jarang masak

- Tn.M mengatakan tidak dapat


mengurangi porsi makan

- Tn.M mengatakan badan seperti


kurusan

- Keluarga mengatakan penuruan 6kg

- Tn.M mengatakan suka pusing

- Tn.M mengatakan tidak suka di atur

O:

- TTV :

- GDS : 289

Penulis menemukan dua diagnose keperawatan untuk diatasi maslahnya. Intervensi


yang dilakukan dapat dilihat pada BAB III di bagian intervensi keperawatan, dan
implementasi yang dilakukan antara lain:

TANGGAL PUKUL TUK IMPLEMENTASI PARAF


RESPONS (S-O)

Setelah dilakukan S : keluarga mengatakan


kunjungan 1x mulai mengerti apa itu
diharapkan diabetes, tanda gejala dan
keluarga dapat : penyebab diabetes

menjelaskan O : keluarga terlihat


tentang diabetes mengangguk dan dapat
militus mengulang kembali

Setelah dilakukan S : keluarga mengatakan


kunjungan 1x akan berusaha memberikan
diharapkan motifasi dan lingkungan
keluarga dapat : yang mendukung. Penderita
menagatakan akan berusaha
Memahami makan yang di perbolehkan
makanan yang di dan berolah raga
perbolehkan dan
motifasi keluarga O : keluarga dan penderita
meningkat terlihat bersemangat dan
bersungguh sungguh untuk
merubah lingkungan

Selama dilakukan tindakan keperawatan contohnya pendidikan kesehatan, klien tampak


kooperatif. Evaluasi dapat dilihat sebagai berikut:

HARI/TANGGAL PUKUL NO.DX/TUK EVALUASI (SOAP) PARAF

1 S: keluarga mengatakan
mulai mengerti apa itu
diabetes, tanda gejala dan
penyebab diabetes

O: keluarga terlihat
mengangguk dan dapat
mengulang kembali

A: masalah teratasi

P: intervensi dihetikan

2 S: keluarga mengatakan
akan berusaha memberikan
motifasi dan lingkungan
yang mendukung. Penderita
menagatakan akan berusaha
makan yang di perbolehkan
dan berolah raga

O: keluarga dan penderita


terlihat bersemangat dan
bersungguh sungguh untuk
merubah lingkungan

A: masalah teratasi

P:intervensi di hentikan

Demikian pembahasan dari asuhan keperawatan keluarga Tn. M.

Anda mungkin juga menyukai