Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu
dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
Pada orang gangguan jiwa biasanya akan terjadi masalah-masalah dalam pemenuhan
kebutuhan diri, diantaranya yaitu kurangnya kebutuhan merawat diri atau defisit
perawatan diri. Menurut Wartonah (2006) personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani
yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya. Keadaan individu
mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan
kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri
(makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Lynda
Juall, 2007).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui fokus pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri

1
b. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan Defisit
Perawatan Diri.
c. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan Gangguan Defisit
Perawatan Diri.
d. Mengetahui fokus evaluasi keperawatan pada klien dengan Gangguan
Defisit Perawatan Diri.

C. Metode Penulisan
Studi kepustakaan Mempelajari literatur yang berhubungan dengan defisit perawatan diri.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut : Bab I pendahuluan
meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab
II konsep dasar meliputi pengertian, etiologi, tanda dan gejala, mekanisme koping,
masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, evaluasi keperawatan. Bab III penutup meliputi kesimpulan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya pasien, dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/ berhias, makan, BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2009).
Carpenito (2000) mendefenisikan defisit perawatan diri adalah keadaan dimana
individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau kognitif, menyebabkan penurunan
kemampuan dalam melakukan setiap kelima perawatan diri.

Jenis Defisit Perawatan Diri menurut Carpenito (2000) sebagai berikut :

1. Defisit perawatan diri : makan


Keadaan individu yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas makan untuk dirinya sendiri, dengan karakteristik: tidak dapat memotong
makanan atau membuka bungkusan makanan, tidak dapat menyuap sendiri ke
mulut.
2. Defisit perawatan diri : mandi/hygenie
Keadaan dimana individu mengalami gangguan untuk melakukan sebagian atau
keseluruhan aktivitas mandi/hygiene untuk diri sendiri, dengan karakteristik: tidak
dapat atau tidak ingin mandi, tidak dapat mengambil air, tidak dapat mengatur
suhu aliran air, tidak mampu merasakan kebutuhan kebersihan.

3
3. Defisit perawatan diri : berpakaian/berdandan
Keadaan dimana individu mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan
tindakan memakai baju atau aktivitas berpakaian untuk dirinya, dengan
karakteristik : tidak mampu meletakkan atau mengambil baju, tidak dapat
memakai baju dengan cepat, tidak dapat memakai baju dengan bagus/memuaskan,
tidak dapat memasang atau melepaskan asesoris yang menempel di tubuh.
4. Defisit perawatan diri : toileting
Suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan dalam kemampuannya
untuk melakukan aktivitas toileting dengan lengkap, dengan karakteristik : tidak
dapat atau tidak ingin menuju ke toilet, tidak dapat atau tidak ingin melakukan
hyigine yang benar, tidak dapat pindah dari atau ke toilet, tidak dapat memegang
baju untuk melakukan toileting, tidak dapat menyiram toilet.

B. Etiologi defisit perawatan diri

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:

1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

4
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

C. Tanda dan gejala defisit perawatan diri


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Mandi (Hygiene)
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar
kamar mandi.

2. Berpakaian (berhias)
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

5
memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara
yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
makanan dengan aman.

4. BAK/BAB (toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

6
D. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan oleh klien adalah :
1. Regresi
Adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri khas
dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2. Penyangkalan
Penyangkalan adalah mekanisme koping / pertahanan untuk mengurangi
kesulitan untuk menegakkan diagnosis.
3. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau
menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari
sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan
kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
4. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi
situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara
analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila
individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan
dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu
terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia
dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi
dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara
obyektif.

7
E. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri

Pohon masalah

(Sumber: Keliat, 2006)

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEFISIT PERAWATAN
DIRI

A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan,
berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias atau berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan pada tempatnya
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar
(BAB) atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.

Masalah perawatan data yang dikaji pada perawatan diri :

1. Data subjektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa

b. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS


tidak tersedia alat mandi

c. Klien mengatakan dirinya malas berdandan

9
d. Klien mengatakan ingin di suapi makan

e. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK


atau BAB

2. Data objektif

a. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, bau


badan, kulit kotor

b. Ketidak tahuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,


pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-
laki), atau tidak berdandan (wanita)

c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan


mengambil makan sendiri

d. Ketidakmampuannya BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak


pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

C. Intervensi

Tujuan tindakan :

1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri


2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
4. Pasien mampu melakukan defekasi/berkemih secara mandiri.

10
Tindakan keperawatan:

1. Melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri Anda dapat melakukan tahapan tindakan yang
meliputi:
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d. Melatihpasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan
2. Melatih pasien berdandan/berhias. Anda sebagai perawat dapat melatih pasien
berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk
pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berdandan
3. Melatih pasien makan secara mandiri. Untuk melatih makan pasien dapat
melakukan tahapan sebagai berikut :
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan makan setelah makan
d. Menjelaskan cara praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan defekasi secara mandiri. Anda dapat mealtih
pasien untuk defekasi dan berkemih mandiri sesuai tahapan berikut :
a. Menjelaskan tempat defekasi dan berkemih yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersikan diri setelah defekasi dan berkemih

11
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat defeksi dan berkemih

D. Fokus evaluasi
1. Pasien mampu menyebutkan pentingnya kebersihan diri
2. Pasien mampu menyebutkan cara membersihkan diri
3. Mempraktekan cara membersihkan diri dan memasukkan kedalam jadwal
4. Pasien mampu menyebutkan cara makan yang baik
5. Psien mampu mempraktikkan cara makan yang baik dan memasukkan dalam
jadwal
6. Pasien mampu menyebutkan cara defekasi atau berkemih yang baik
7. Pasien mampu mempraktikan defekasi atau berkemih yang baik dan memasukkan
dalam jadwal
8. Pasien mampu menyebutkan cara berdandan
9. Pasien mampu mempraktikan cara berdandan dan memasukkan dalam jadwal

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan, berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara
mandiri.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias atau berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan pada tempatnya
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar
(BAB) atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.

Diagnosa Keperawatan dapat berupa Penurunan kemampuan dan motivasi


merawat diri, Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

Intervensi yang dilakukan:


1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri, Tindakannya melatih
pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien dalam
menjaga kebersihan diri.
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik, Tindakannya melatih
pasien berdandan/berhias.

13
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik, Tindakannya melatih pasien
makan secara mandiri
4. Pasien mampu melakukan defekasi/berkemih secara mandiri, Tindakannya
mengajarkan pasien melakukan defekasi secara mandiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39188/4/Chapter%20ll.pdf pada


tanggal 16 maret 2015

Doank, yakin.2014.Lp Defisit Perawatan Diri.scribd

Keliat, budi ana, at all. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN. Jakarta:EGC7

Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Lestari, Ika Ayu. “Lp Defisit Perawatan Diri”. Diunduh dari http://www.scribd.com/Lp-Defisit-
Perawatan-Diri/ pada Hari Selasa, 10 Maret 2015

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC

Sumber :

Diunduh dari

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F27736%2F4%2FChapter
%2520II.pdf&ei=wuX-

15
VLikEcG1uQSe_IKQBA&usg=AFQjCNHUNTcY1wS3OlaLZNDTjzDYv3RHbg&s
ig2=hLA5iuiscgk5wwI6i4TUOg&bvm=bv.87920726,d.c2E

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39188/4/Chapter%20ll.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai