Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)


PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA (PPKJ)

DISUSUN OLEH :

Nama : Elfa El Yana

NPM : 2214901110019

Kelompok/Ruangan : 2A/R. Tenang Wanita

Preseptor Akademik : Meti Agustini, Ns.,M.Kep

Preseptor Klinik : Noor Hasanah, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT KEPERWATAN DIRI

A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah kurangnnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadinya akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menrun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan untuk merawat
kebersihan diri diantaranya mandi, makan, minum secara mandiri, berhias secara mandiri dan
toileting (BAK/BAB). (Damaiyanti, 2012)

Defisit perawatam diri adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan
dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perwatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygiene), berpakaia/berhias, makan, minum, BAK, dan BAB (toileting). (Fitria, 2009)

Menurut Kozier (2010), defisit perwatan diri terjadi apabila tindalan perawatan diri tidak adekuat
dalam memenuhi diri yang disadari. Teori defisit perwatan diri bukan hanya saat keperwatan
dibutuhkan saja, melainkan cara membantu orang lain dengan menerapkan metode bantuan, yaitu
melakukan, memandu, mengajarkan, mendukung, dan menyediakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan akan perwatan diri saat ini atau
dimasa yang akan datang.

B. Rentang Respon
Adatif Maladaptif

Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri pada
seimbangan diri saat stres

(Damaiyanti, 2012)

C. Faktor predisposisi
Penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

D. Faktor presipitasi
Menurut Nanda (2006), beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
kurang perawatan diri, Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara
lain:
1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus
menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan
diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan
lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Wartonah (2006), dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
menurut yaitu:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

E. Manifestasi Klinis/tanda gejala


Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut
Mukhrifah (2008) meliputi:
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri secara
mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri
sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mengenakan
pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan
kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan
sepatu.
3. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani
perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan pispot,
duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau
kamar kecil.

F. Pathway
Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri : mandi, berhias

Isolasi sosial : menarik diri

G. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
{Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan:
Kurang Perawatan Diri : kebersihan diri, makan, BAB/BAK

3. Rencana tindakan keperawatan


a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
e) Melatih pasien berdandan/berhias
Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu
harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
(1) Berpakaian
(2) Menyisir rambut
(3) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi:
(1) Berpakaian
(2) Menyisir rambut
(3) Berhias
f) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai
berikut:
(1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
(2) Menjelaskan cara makan yang tertib
(3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
(4) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
g) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut:
(1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
(2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
(3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J, (2012). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stuart GW, Sundeen. (2014). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed.).
St.Louis Mosby Year Book.

Keliat, Budi Ana. (2002). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I, Jakarta: EGC.

Aziz R, dkk. (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang: RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Banjarmasin, Desember 2022
Presptor Akademik Preseptor Klinik

(Meti Agustini, Ns., M.Kep) (Noor Hasanah, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai