Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPHOID

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (PPKMB)

Disusun Oleh :

Nama : Elfa El Yana

NPM : 2214901110019

Kelompok/Ruangan : 2A/Al-Farabi

Preseptor Akademik : Julianto, Ns.,M.Kep

Preseptor Klinik : Yunita Aulya Safitri, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella
tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan, dan minumanyang
terkontaminasi (Wulandari dan Erawati 2016).

Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem pencernaan
manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran (Ulfa dan Handayani 2018).

2. Etiologi Demam Typoid


Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) penyakit typhoid disebabkan oleh infeksi
kuman Salmonella thposa / Eberthela thyposa yang merupakan kuman negatif, motil
dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun
suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70oC dan antiseptik.
Salmonella thyphosa mempunyai 3 macam antigen yaitu :
a. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak menyebar)
b. Antigen H : Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
c. Antigen V : kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
O antigen terdapat fagositosis.

Salmonella parathyphi terdiri 3 jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carrier.
Carrier adalah orang yang sembuh dengan demam typoid dan masih terus
mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu
tahun.
3. Phatway

4. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa NOC/SLKI NIC/SIKI Rasional

1. Hipertermi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia : 1. Untuk mengetahui penyebab


keperawatan selama 1x45 dari hipertermia
Definisi : Obeservasi
Suhu tubuh meningkat di menit, diharapkan 2. Untuk mengetahui suhu tubuh
- Identifikasi penyebab
atas rentang normal hipertermia pada pasien apakah dalam batas normal
tubuh. hipertermia
menurun dengan keriteria - Monitor suhu tubuh atau abnormal
Batasan karakteristik : hasil : 3. Agar pasien merasa lebih
1. Suhu tubuh diatas Terapeutik
1. Menggigil menurun - Longgarkan/lepaskan nyaman
nilai normal
2. Kulit merah 2. Tidak tampak kulit yang pakaian 4. Agar otot-otot pada pasien
3. Kejang memerah tidak kaku
4. Takikardi Edukasi
3. Tidak ada kejang 5. Agar proses penyembuhan
5. Takipnea - Anjurkan tirah baring
6. Kulit terasa hangat 4. tidak tampak pucat pasien lebih cepat
5. Suhu tubuh membaik Kolaborasi
Penyebab : 6. Suhu kulit membaik - Kolaborasi pemberian
1. Dehidrasi cairan dan elektrolit
2. Terpapar lingkungan
intravena, jika perlu
panas (SLKI. L.14134)
3. Proses penyakit (mis.
infeksi, kanker) (SIKI. I.15506)
4. Ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu
lingkungan
5. Peningkatan laju
metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan
inkubator

Kondisi klinis terkait :


1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas

(SDKI 2017. D.0130)

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi ; 1. Membatasi aktifitas yang
keperawatan selama 2x24 ingin dilakukan
Definisi : jam, diharapkan toleransi Obeservasi 2. Untuk mengatur kebutuhan
Ketidakcukupan energi aktivitas pada pasien - Identifikasi gangguan istirahat tidur yang cukup
untuk melakukan meningkat dengan keriteria fungsi tubuh yang 3. Agar pasien merasa nyaman
aktivitas sehari-hari hasil : mengakibatkan dan tenang pada saat
1. Frekuensi nadi dalam kelelahan beristirahat

Batasan karakteristik : batas normal - Monitor pola jam tidur 4. Untuk menghindari aktivitas

1. Frekuensi jantung 2. Saturasi oksigen dalam fisik yang berlebih

meningkat >20% dari batas normal Terapeutik 5. Agar dapat menambah energi

kondisi istirahat 3. Kemudahan melakukan - Sediakan lingkungan jika asupan makan terpenuhi

2. Tekanan darah aktivitas sehari-hari dari nyaman dan rendah


berubah >20% dari cukup menurun (2) sampai stimulus (misl.cahaya,
kondisi istirahat ke cukup meningkat (4) suara, kunjungan)
3. Gambaran EKG 4. Kecepatan berjalan dari

menunjukan aritmia cukup menurun (2) sampai Edukasi


saat/setelah aktivitas ke cukup meningkat (4) - Anjurkan tirah baring
4. Gambaran EKG 5. Kekuatan tubuh bagian

menunjukan iskemia atas dari cukup menurun


(2) sampai ke cukup Kolaborasi
Penyebab : meningkat (4) - Kolaborasi dengan ahli
1. Ketidakseimbangan gizi tentang cara
antara suplai dan (SLKI. L.05047) meningkatkan asupan
kebutuhan oksigen makan
2. Tirah baring
3. Kelemahan (SDKI. I.05178)
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
6. Sianosis

Kondisi klinis terkait :


1. Anemia
2. Gagal jantung
kongestif
3. Penyakit jantung
koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru
obstruktif kronis
(PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan
muskuloskeletal

(SDKI 2017. D.0056)

3. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi : 1. Untuk mengetahui apakah
keperawatan selama 1X24 setelahm intervensi adakah
Definisi :
Beresiko mengalami jam, diharapkan Status Obeservasi perubahan
asupan nutrisi tidak Nutrisi pada pasien 2. Agar mengetahui tidak adanya
- Monit or asupan
cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme meningkat dengan keriteria makanan penurunan berat badan
hasil : - Monitor berat badan 3. Untuk menghindari terjadinya
Faktor Risiko :
1. Ketidakmampuan 1. Kekuatan otot komplikasi
menelan makanan pengunyah meningkat 4. Untuk menambah nafsu
2. Ketidakmampuan Terapeutik
mencerna makanan 2. Kekuatan otot menelan - Berikan makanan tinggi makan
3. ketidakmampuan meningkat 5. Sebaiknya jika makan dengan
mengabsorpsi nutrien serat untuk mencegah
4. Peningkatan kebutuhan 3. Ungkapan keinginan konstipasi posisi duduk
metabolisme untuk meningkat nutrisi 6. Untuk memenuhi kebutuhan
- Berikan suplemen
5. Faktor ekonomi (mis. meningkat makanan, jika perlu nutrisi yang seimbangan
finansial tidak
4. Pengetahuan tentang Edukasi
mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. pilihan - Anjurkan posisi duduk,
stress, keengganan
makanan/minuman yang jika mampu
untuk makan)
sehat meningkat
Kondisi Klinis Terkait : 5. Sikap terhadap Kolaborasi
1. Stroke
2. Mobius syndrome makanan/minuman - Kolaborasi dengan ahli
3. Cerebral palsy sesuai dengan tujuan gizi untuk menentukan
4. Clept lip
5. Clept palate kesehatan meningkat jumah kalori dan jenis
6. Amyotropical lateral 6. Berat badan membaik nutrisi yang dibutuhkah,
sclerosis
7. Luka bakar 7. Nafsu makan membaik jika perlu
8. Infeksi 8. Bising usus membaik
9. AIDS
9. Index massa tubuh (SDKI. I.03119)
(SDKI. 2017. D. 0032) membaik
10. Membran mukosa
11. Frekuensi makan
membaik

(SLKI. L.03030)
DAFTAR PUSTAKA

Farizal, Jon. 2018. “UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH


(ALLIUM SATIVUM) TERHADAP SALMOENELLA TYPHI.” Journal of
Nursing and Public Health 6:46–49.

Levani, Yelvi dan Aldo Prastya. 2020. “DEMAM TIFOID : MANIFESTASI


KLINIS, PILIHAN TERAPI DAN PANDANGAN DALAM ISLAM.”
JURNAL BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN 3:10–16.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Ulfa, Farissa dan Oktia Handayani. 2018. “KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAGIYANTEN.” HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH
RESEARCH AND DEVELOPMENT 2:227–38.

Wulandari, Dewi dan Meira Erawati. 2016. BUKU AJAR KEPERAWATAN. Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai