Anda di halaman 1dari 17

AUDIT KLINIK

DEMAM THYPOID PENYAKIT ANAK

LATAR BELAKANG:

PENETAPAN STANDAR :
1. Panduan Praktik klinik
2. Panduan asuhan keperawatan
3. Panduan asuhan gizi
4. Panduan asuhan keparmasian
5. Clinical Pathway RS.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

DEMAM TIFOID

1. Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
salmonella thyphi
2. Anamnesis Demam lebih dari 7 hari, delirium, malaise, letargi, anoreksia, sakit
kepala, nyeri perut, diare / konstipasi, muntah, perut kembung.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan mulut : typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
2. Pemeriksaan abdomen : nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali
4. Kriteria Diagnosis Demam lebih dari 7 hari, malaise, letargi, anoreksia, sakit kepala,
sakit perut, diare / konstipasi, muntah, perut kembung.
Lidah tifoid, meteorismus, hepatomegali
5. Diagnosis Kerja Demam tifoid
6. Diagnosis Banding TBC, Malaria
7. Pemeriksaan Penunjang Darah perifer lengkap, widal pada fase akut dan fase konvalesens,
IgM, IgG, Salmonella (Tubex TF)
8. Tata Laksana: - Antibiotika
- Antipiretik
9. Edukasi - Tirah baring
(Hospital Health Promotion) - Menjaga kecukupan asupan cairan
- Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan
protein, rendah serat

10. Prognosis Advitam : dubia adbonam


Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Functionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Anak
14. Indikator 1. Panas Turun
2. Keadaan umum membaik
3. Nafsu makan membaik
15. Kepustakaan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 364/Menkes/SK/V/2006
tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, t. thn.)
DISAHKAN OLEH : DISETUJUI OLEH : DIBUAT OLEH :
Direktur RS. Ketua Komite Medik
LOGO RS PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

Demam Tyfoid
1. Pengertian (Definisi) Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan
stuktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi ke dalam sel fagosif monocular dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyers patch dan dapat menular pada orang
lain melalui makan atau air yang terkontaminasi
1. Inkubasi antara 5 -40 Hari dengan rata-rata 10 14 Hari
2. Demam Meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Nyeri Kepala, Nyeri perut
2. Asesmen Keperawatan
4. Kembung, Mual, muntah, Diare, Konstipasi
5. Pusing, Bradikardi, Nyeri otot
6. Epistaksis, Lidah yang berselaput
3 Diagnosa keperawatan 1. Ketidak efektifan Termoregulasi
2. Nyeri akut
3. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko kekurangan Volume Cairan
5. Konstipasi
4. Kriteria Evaluasi/Nursing 1. Suhu tubuh 3 x 24 jam normal
Outcome 2. Rasa Nyaman Terpenuhi
3. Kebutuhan Nuitrisi terpenuhi
4. Tidak terjadi syok Hipovolemik
5. Intervensi Keperawatan 1. Manajemen Demam
- Gunakan kompres Hangat pada lipatan tubuh
- Observasi Tanda Tanda Vital
2. Monitor intake Output
- Kumpulkan data yang menunjukan keseimbangan cairan
- Hitung intake Output Cairan
- Berikan Cairan Peroral agar cairan seimbang
- Monitor pemberian cairan intravena
3. Manajemen Nyeri
Lakukan tehnik relaksasi, Nafas dalam
4. Peningkatan Intake Cairan Peroral
5. Pemeberian cairan sesuai diit, Memberikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering
6. Kolaborasi derngan dokter dan bagian gizi dalam pemberian therapi

6. Informasi dan edukasi 1. Menjelaskan manfaat makanan nutrisi bagi klien


2. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Handhygiene
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan NOC serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.
8. Penelaah kritis Komite keperawatan
9. Kepustakaan 1. Wilkinson,J.M&ahern,N.R.(2011). Diagnosis Keperawatan,
Diagnosis NANDA,Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC (edisi 9).
Jakarta. EGC
2. Nurarif,A.D & Kusuma,Hardi.(2015).Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosis medis dan NANDA, NIC-NOC(jilid
1).Yogyakarta. MediAction
LOGO
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)
RS
DEMAM TIFOID

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien tifoid yang


sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
1. Pengertian
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat
2. Asesmen/Pengkajian :
badan, tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
Antropometri
Kepala (pada bayi)

Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data


Biokimia
laboratorium lain terkait gizi (bila ada)

Anoreksia, demam, mual, diare, perasaan tidak enak di


Klinis/Fisik
perut, lidah kotor

Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan termasuk jajan


Riwayat Makan diluar, bentuk makanan, rata2 asupan sebelum masuk Rumah
Sakit, dll.
Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
Riwayat Personal
suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif

Asupan makan kurang berkaitan dengan gangguan pola


makan tidak napsu makan ditandai dengan tidak dapat
3. Diagnosis Gizi (Masalah makan makanan Rumah Sakit hanya dapat
Gizi) menghabiskan porsi makanan (NI - 2.1) Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman secukupnya
agar tidak memberatkan saluran cerna
b. Implementasi
Syarat Diet Lambung :
1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Energi dan Protein cukup disesuaikan dengan
kemampuan pasien
3. Lemak rendah bertahap dinaikan, Rendah Serat
4. Cukup cairan
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair
c. Edukasi atau sesuai daya terima. bubur susu, bubur saring,
biskuit susu, makanan lunak
(oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi
klinis dan kemampuan mengkonsumsi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang merangsang
(cabe, merica, cuka,dll)
d. Konseling Gizi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien,
keluarga pasien dan penunggu pasien (Care Giver)
e. Koordinasi dengan tenaga
mengenai diet lambung
kesehatan lain
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain
yaitu dengan dokter, perawat, apoteker dan tenaga
kesehatan lain terkait asuhan pasien

a. Status Gizi berdasarkan antropometri


5. Monitoring dan Evaluasi b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak nafsu makan,
mual
d. Asupan Makanan
6. Re Asesmen (Kontrol Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
kembali) intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit

1. Asupan makan 80% dari kebutuhan


2. Status Gizi berdasarkan antropometri Berat Badan/Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat Badan
7. Indikator/Outcome
menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
8. Kepustakaan
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT)
Reference Manual. Standardize Language for the
Nutrition Care Process. Fourth Edition. Academy of
Nutrition and Dietetics 2013

LOGO
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
RS
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
DEMAM TIFOID

Demam Tifoid adalah demam 7 hari atau lebih


dengan minimal satu dari gejala/tanda terkait tifoid
(diare, mual/muntah, nyeri perut, anoreksia,
konstipasi, perut kembung, lidah kotor,
1. Pengertian ( Definisi)
hepatomegali atau splenomegali) dan lboratorium
berupa tes tubex 4 atau titer widal Salmonella
typhi O 1/320, tanpa disertai dengan kesadaran
menurun, kejang, perdarahan usus berupa melena
atau perforasi usus, syok atau koma.
1. Mengumpulkan data dan informasi
spesifik terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi
2. Asesmen Kefarmasian
pasien
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien

1. Pemilihan antibiotik empiris dan definitif


2. Dosis dan lama pemberian antibiotik
3. Identifikasi DRP (Drug Related 3. Cara pemberian antibiotik
Problem) 4. Kegagalan terapi obat
5. Efek samping obat
6. Interaksi Obat

1.
Rekomendasi pemilihan antibiotic
2.
Pemantauan terapi antibiotik
4. Intervensi Farmasi 3.
Monitoring efek samping obat
4.
Memberikan rekomendasi alternatif
terapi jika ada interaksi obat
5. Monitoring dan Evaluasi Suhu

6. Edukasi dan Informasi 1. Cara dan durasi pemberian antibiotic

7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik

- Suhu turun
8. Indikator
- TTV : Normal
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.
58. Kemenkes RI. 2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit IDAI
9. Kepustakaan 4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan
Kefarmasian untuk Pasien Pediatri.
Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist.
ASHP Guidelines on a Standardized Method
for Pharmaceutical Care. 1996
6. WHO. Background document : The
diagnosis, treatment and prevention of
typhoid fever. 2007
CLINICAL PATHWAY
DEMAM TIFOID

No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk Jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar Jam
Kode ICD: hari
Penyakit Utama Lama rawat
Kode ICD:
Penyakit Penyerta Rencana Rawat
Kode ICD: /
Komplikasi R.Rawat/Klas
Kode ICD: Ya/Tidak
Tindakan Rujukan
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3
HARI PENYAKIT

1 2 3 4 5 6 7
URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
KEGIATAN
HARI RAWAT

1 2 3 4 5 6 7

1. ASESMEN AWAL

Dokter IGD Pasien masuk via IGD


a. ASESMEN AWAL
MEDIS Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ

Perawat Primer:
Alasan utama masuk rumah sakit,
riwayat penyakit, status
psikologis, mental, sosial,
Dilanjutkan dengan
ekonomi dan budaya pemeriksaan
c.ASESMEN AWAL asesmen bio-psiko-
fisik, tingkat kesadaran, tanda-
KEPERAWATAN sosial, spiritual dan
tanda vital, riwayat alergi,
budaya
skrining gizi, nyeri, status
fungsional: bartel index, risiko
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan Discharge Planning

Darah Rutin

2. LABORATORIUM Widal

TUBEX TF

3. RADIOLOGI/
USG Abdomen
IMAGING
4. KONSULTASI

5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up

a. ASESMEN MEDIS Atas Indikasi/


Dokter non DPJP/dr. Ruangan
Emergency

TTV dan Status nutrisi: nafsu


c.ASESMEN makan, mual, muntah, diare, Dilakukan dalam 3 Shift
KEPERAWATAN konstipasi

Lihat risiko malnutrisi


melalui skrining gizi
dan mengkaji data
antropometri, biokimia,
Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) fisik/ klinis, riwayat
d. ASESMEN GIZI
makan termasuk alergi
makanan serta riwayat
____________, _____________, ______
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab
Pelaksana Verivikasi

(____________________) (__________________) (______________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan

Bisa atau tidak

Bila sudah dilakukan

PENGUMPULAN DATA :
I. Untuk melalukan audit klinik diambil pasien rawat inap selama
II. Jumlah Pasien yang di teliti sebanyak 5 CP
Kriteria yang diteliti :
1. PROSES DIAGNOSA
2. PROSES TERAPI
3. OUT COME

N KRITERIA STANDAR
O
Proses diagnose
1 Harus ada anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam 12 jam 100%
2 Darah rutin 100%
3 Widal 100%
4 Tubex TF 100%
PROSES TERAFI
5 Chloramphenicol 100%
6 Ceftriaxone 100%
7 Cefotaxime 100%
8 Varian 0%
9 Tata laksana intervensi perawat 100%
10 Monitoring intervensi perawat 100%
Outcome
11 Pulang sembuh 100%
12 Kepatuhan menggunakan clinical pathway 100%

HASIL AUDIT KLINIK

Kesimpulan Audit Klinik Penyakit Demam Thypoid


1. Obat chloramphenicol dan ceftriaxone digunakan 80%
2. Masih memakai obat diluar kesepakatan (CP) contoh Rycef sebanyak 20%
3. Tubex tidak dilakukan padahal kesepakatannya wajib dilakukan
4. Tatalaksana intervensi perawat 100%
5. Monitoring intervensi perawat 100%buh
6. Pasien 100% pulang sembuh
7. Kepatuhan sesuai Clinical Pathway 85%

Nomor :
Perihal :
Lampiran :

Kepada Yth.
Direktur RS
Di
Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan telah dilakukannya audit klinik penyakit demam thypoid bersama ini
kami rekomendasikan sebagai hasil dari audit klinik untuk ditindak lanjuti oleh Yth. Bapak
Direktur RS.

A. Hasil Audit Klinik Penyakit Demam Thypoid :


1. Obat chloramphenicol dan ceftriaxone digunakan 80%
2. Masih memakai obat diluar kesepakatan (CP) contoh Rycef sebanyak 20%
3. Tubex tidak dilakukan padahal kesepakatannya wajib dilakukan
4. Tatalaksana intervensi perawat 100%
5. Monitoring intervensi perawat 100% sembuh
6. Pasien 100% pulang sembuh
7. Kepatuhan sesuai Clinical Pathway 85%

B .Akar masalah;

1. Menggunakan Rycef obat paten kemungkinan karena tidak tersedia obat yang
disepakati, permintaan pasien, atau ada dokter yang terpengaruh oleh farmasi.
2. Tidak memeriksa Tubex karena laboratorium belum menyediakan

C. Rekomendasi Kepada Direktur RS :


1. Di dalam Clinical Pathway untuk pengobatan Thypoid hanya menggunakan
chloramphenicol, cefotaxime, dan ceftriaxone.
2. Tubex disediakan oleh laboratorium yang cukup.
3. Kepatuhan sesuai dengan Clinical Pathway ditingkatkan
4. Dilakukan audit ulang 6 bulan lagi.

Demikian kami sampaikan laporan Audit klinik atas partisipasi dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

Nomor :
Lampiran :
Perihal :

TINDAK LANJUT DARI DIREKTUR

Berdasarkan surat nomor :...


Rekomendasi dari Ketua Komite Medik

1. Di dalam Clinical Pathway untuk pengobatan Thypoid hanya menggunakan


chloramphenicol, cefotaxime, dan ceftriaxone.
2. Tubex disediakan oleh laboratorium yang cukup.
3. Kepatuhan sesuai dengan Clinical Pathway ditingkatkan
4. Dilakukan audit ulang 6 bulan lagi.

Tindak lanjut dari Direktur RS

1. Merubah format Clinical Pathway sesuai masukan dari komite medik:


2. Dalam pengobatan Demam Typhoid pada anak hanya menggunakan
chloramphenicol atau cefotaxime, ceftriaxone
3. Laboratorium menyiapkan tubex
4. Kepatuhan pada clinical pathway ditingkatkan
5. Dilakukan audit ulang (6 bulan)

Tembusan Yth :

1. Komite Medik
2. Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis
3. Staf Medis Anak

Direktur RS.

Abstrak Audit Klinis


Departemen Sub Komite Mutu Komite Medik
Ketua Tim Audit Ketua Sub Komite Mutu
Judul Audit Klinis Demam tyfoid
Latar Belakang Penyakit typoid banyak terdapat di masyarakat Indonesia dan
termasuk dalam 10 besar penyakit yang dirawat
Metode Audit dilakukan terhadap pasien yang dirawat dalam waktu 1
bulan terakhir
Standar Yang Digunakan PPK, PAK, PAKf, PAG, C P penyakit demam tyfoid

Hasil Utama 1. Obat chloramphenicol dan ceftriaxone digunakan 80%


2. Masih memakai obat diluar kesepakatan (CP) contoh
Rycef sebanyak 20%
3. Tubex tidak dilakukan padahal kesepakatannya wajib
dilakukan
4. Tatalaksana intervensi perawat 100%
5. Monitoring intervensi perawat 100% sembuh
6. Pasien 100% pulang sembuh
7. Kepatuhan sesuai Clinical Pathway 85%

Akar masalah 1. Menggunakan Rycef obat paten kemungkinan karena


tidak tersedia obat yang disepakati, permintaan
pasien, atau ada dokter yang terpengaruh oleh
farmasi.
2. Tidak memeriksa Tubex karena laboratorium belum
menyediakan

Rekomendasi 1. Di dalam Clinical Pathway untuk pengobatan


Thypoid hanya menggunakan chloramphenicol,
cefotaxime, dan ceftriaxone.
2. Tubex disediakan oleh laboratorium yang cukup.
3. Kepatuhan sesuai dengan Clinical Pathway
ditingkatkan
4. Dilakukan audit ulang 6 bulan lagi.

Pelaksanaan Rekomendasi Ditindaklanjuti oleh Direktur RS


1. Merubah format Clinical Pathway sesuai masukan
dari komite medik:
2. Dalam pengobatan Demam Typhoid pada anak
hanya menggunakan chloramphenicol atau
cefotaxime, ceftriaxone
3. Laboratorium menyiapkan tubex
4. Kepatuhan pada clinical pathway ditingkatkan
5. Dilakukan audit ulang (6 bulan)

Rencana Re-Audit 6 bulan


Dokumentasi dan Distribusi Kepala Bidang Pelayanan Medik
KSM Anak
Komite Medik

Anda mungkin juga menyukai