Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Disusun Oleh :

Nama : Elfa El Yana


NPM : 2214901110019
Kelompok/Ruangan : 2A/Ruang IGD
Preseptor Akademik : Meti Agustini, Ns.,M.Kep
Preseptor Klinik : Fakhrur Razi, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

A. Pengertian
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu
keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia
yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat
trauma, proses kehidupan ataupun bencana.

Berdasarkan konsensus yang dikembangkan oleh American Psychiatric Association


(APA) menyebutkan bahwa kedaruratan psikiatri adalah gangguan yang bersifat akut,
baik pada pikiran, perilaku, atau hubungan sosial yang membutuhkan intervensi
segera yang didefinisikan oleh pasien, keluarga pasien, atau masyarakat. perasaan dan
perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain : kondisi gaduh
gelisah, tindak kekerasan, tentamen suicidum/percobaan bunuh diri, gejala ekstra
pyramidal akibat penggunaan obat, delirium. (Elvira, Sylvia D dan Gitayanti
Hadisukanto, 2010). Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah kondisi darurat
dan tindakan intensif yang segera.

Jadi Kegawatdaruratan Psikiatri adalah kondisi dimana kondisi psikis pasien menjadi
terganggu sehingga dibutuhkan intervensi segera dengan ilmu keperawatan gawat
darurat secara holisitik.

B. Etiologi
Penyebab kegawat daruratan psikiatrik adalah :
Bisa hal yang tidak berhubungan dengan kelainan organis (Psikosis, mania, histeri
dissosiatif, gangguan panik dan sebagainya). Atau hal yang berhubungan dengan
kelainan organis/delirium (trauma kapitis, drug abuse, stroke, kelainan metabolik,
sensitivitas terhadap obat dan sebagainya ).
Penyebab berdasarkan klasifikasi :
1. Gaduh Gelisah
Kegawatdaruratan psikiatrik gaduh gelisah dapat disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
a. Psikosis (fungsional maupun organik).
Psikosis Fungsional : Psikosis reaktif, Skizofrenia, manik depresif, amok dan
sebagainya).
b. Psikosis Organik : Delirium, demensia, psikosis berhubungan dengan zat,
psikosis karena gangguan metabolik, psikosis karena trauma kepala maupun
infeksi pada otak, dan sebagainya).
c. Kecemasan Akut dengan/tanpa Panik.
d. Kebingungan post konvulsi.
e. Reaksi disosiasi & keadaan fugue
f. Ledakan amarah/temper tantrum.
2. Bunuh diri
Bunuh diri bisa disebabkan oleh:
a. Penyelesaian masalah frustasi. Karena kecewa dalam hubungan dengan orang
lain, benda/barang, tujuan yang tidak tercapai.
b. Balas dendam.
c. Memperoleh keadaan yang damai dan tentram.
d. Hilangnya rasa man dan kepastian akan statusnya.
e. Anggapan sebagai jalan keluar. Pada tindakan bunuh diri keinginan untuk mati
jauh lebih besar dari pada keinginan untuk hidup.

Disebabkan oleh banyak faktor antara lain:


a. Penyakit atau kondisi yang beresiko untuk terjadinya bunuh diri.
b. Insomnia berat.
c. Penggunaan alkohol dan obat-obatan.
d. Skizofrenia
e. Penyakit Fisik.
f. Individu dengan orientasi homoseksual.
g. Gangguan Stres Pasca Trauma.
h. Riwayat keluarga bunuh diri.
Faktor-faktor resiko untuk bunuh diri (Sadock, et al, 2007):
a. Jenis kelamin
Perempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki.
Akan tetapi, keberhasilan bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini berkaitan
dengan metode bunuh diri yang dipilih Laki-laki lebih banyak dengan gantung
diri, meloncat dari tempat tinggi, dengan senjata api. Perempuan lebih banyak
menggunakan obat – obatan atau racun.
b. Usia
Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki,
angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 45 tahun sedangkan pada perempuan
angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 55 tahun. Orang yang lebih tua lebih
jarang melakukan percobaan bunuh diri, tetapi lebih sering berhasil.
c. Status perkawinan
Pernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika terdapat anak dirumah.
Orang yang tidak pernah menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuh diri.
Perceraian meningkatkan resiko bunuh diri. Janda atau duda yang pasangannya
telah meninggal juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi.
d. Pekerjaan
Semakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko bunuh diri, tetapi status sosial
yang rendah juga meningkatkan resiko bunuh diri.
3. Tindak Kekerasan
Adapun beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada perilaku
kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor presisposi dan faktor presipitasi. (Yosep,
2007)
1. Faktor predisposisi
a. Faktor psikologis
- Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan
- Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil tidak
menyenangkan
- Frustasi
- Kekerasan dalam rumah tangga
b. Faktor social budaya
Seseorang akan berespon terahdap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajari. Budaya juga dapat mempengaruhi
perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
c. Faktor biologis
Adanya pemberian stimulus eletris ringan pada hipotalamus dapat menimbulkan
perilaku agresif sehingga akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupul
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam baik berupa
injury fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus :
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaam. Ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan
c. Lingkungan : panas, padat, bising.

C. Klasifikasi
Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku
yangmemerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain : (Elvira, Sylvia D dan
Gitayanti Hadisukanto, 2010)
a. Kondisi gaduh gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya,tetapi
hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengansekelompok
gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk
suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah.
b. Tindak kekerasan (violence)
Violence atau tindak kekerasan adalah agresi fisik yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan kepada dirinya sendiri, disebut mutilasi
diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal behavior).
c. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian yang diniatkan
dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri (Elvira, Sylvia Ddan
Gitayanti Hadisukanto, 2010) atau segala perbuatan seseorang yang dapat
mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis dan Maramis, 2009).
Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif
pada diri kehidupan seseorang.
Secara garis besar bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 kategori besar yaitu;
1. Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju
bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian
2. Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk
usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang
mengupayakan bunuh diri
Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tanda-tanda
bunuh diri yang mungkin terjadi:
1. Bicara mengenai kematian : Bicara tentang keinginan menghilang, melompat,
menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri.
2. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau
kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri
atau percobaan bunuh diri.
3. Perubahan kepribadian : seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda
kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.
4. Perubahan perilaku : kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau
kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga.
5. Perubahan pola tidur : tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur
lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
6. Perubahan kebiasaan makan : kehilangan nafsu makan atau bertambahnya
nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat
badan.
7. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup
impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.
8. Harga diri rendah : gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi
seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.
9. Ketakutan atau kehilangan kendali : seseorang khawatir akan kehilangan
jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.
10. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah
seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal
tidak akan pernah bertambah baik.
d. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
Sindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang
behubungandengan penggunaan obat antipsikotik. Gejalanya meliputi : kekakuan
otot,distonia, akinesia mutisme dan agitasi
D. Manifestasi Klinis
1. Gaduh/gelisah
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh gelisah diantaranya:
- Gelisah
- Mondar-mandir
- Berteriak-teriak
- Loncat-loncat
- Marah-marah
- Curiga
- Agresif
- Beringas
- Agitasi
- Gembira
- Bernyanyi
- Bicara kacau
- Mengganggu orang lain
- Tidak tidur beberapa hari
- Sulit berkomunikasi
2. Tindak Kekerasan
Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen adalah sebagai berikut:
- Muka merah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat
- Kadang memaksakan kehendak
- Stress
- Mengungkapkan secara verbal
- Menentang
- Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.
- Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat,
sakit fisik,penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
- Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
- Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan,
tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.
- Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan humor.
3. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
- Pasien pernah mencoba bunuh diri
- Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau
berupa ancaman : “kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi (sering
dikatakan pada keluarga
- Secara objektif terlihat adanya mood yang depresif atau cemas
- Baru mengalami kehilangan yang bermakna (pasangan, pekerjaan, hargadiri,
dan lain-lain)
- Perubahan perilaku yang tidak terduga : menyampaika pesan- pesan,
pembicaraan serius dan mendalam dengan kerabat, membagi – bagikan
harta/barang-barang miliknya.
- Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri.
4. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
- Diaforesis
- Disfagia
- Tremor
- Inkontinensia
- Penurunan kesadaran
- Takikardia
- Tekanan darah yang meningkat atau labil
- Leukositosis
- Bukti laboratorium adanya kerusakan otot rangka

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi (Thorax)
2. EKG
F. Penatalaksanaan
Perawatan di kedaruratan psikiatri biasanya berfokus pada manajemen perilaku dan
gejala. Proses pengobatan dilakukan bersamaan dengan proses evaluasi (jika
pemberian terapi telah memungkinkan). Wawancara awal tidak hanya berfungsi untuk
memperoleh informasi diagnostik yang penting, tetapi juga untuk terapi. Dalam
melakukan proses evaluasi, bila fasilitas tidak memadai, dapat dilakukan perujukan
pada fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki fasilitas yang cukup untuk
penatalaksanannya. (Sadock and Kaplan, 2009; Trent, 2013)
Modalitas terapi yang digunakan untuk seting kedaruratan psikiatri antara lain:
1. farmakoterapi,
2. seclusion (isolasi) dan restraint (fiksasi fisik), dan
3. psikoterapi. (Knox dan Holloman, 2011; Riba et al., 2010; Sadock and Kaplan,
2009).
a. Prehospital
Bila seseorang dalam keadaan gaduh gelisah dibawa kepada kita, pentingsekali kita
harus bersikap tenang. Dengan sikap yang meyakinkan, meskipun tentu waspada,
dan kata-kata yang dapat menenteramkan pasien maupun para pengantarnya, tidak
jarang kita sudah dapat menguasai keadaan (Maramis dan Ma ramis, 2009).
b. Intrahospita
Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatan itu disuruh dibuka sambil tetap
berbicara dengan pasien dengan beberapa orang memegangnya agar ia tidak
mengamu. Sedapat-dapatnya tentu perlu ditentukan penyebab keadaan gaduh
gelisah itu dan mengobatinya secara etiologis bila mungkin (Maramis dan
Maramis, 2009). Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai
dosisterapeutik tinggi (misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat
berguna untuk mengendalikan psikomotorik yang meningkat. Bila tidak terdapat,
makasuntikan neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeurik rendah, misalnya
trifluoperazine, haloperidol (5–10mg), atau fluophenazine dapat juga dipakai,
biarpun efeknya tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis terapeutik tingi. Bila
tidak ada juga, maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai, misalnya diazepam (5
– 10 mg), disuntik secara intravena, dengan mengingat bahwa tranquilaizer bukan
suatu antipsikotikum seperti neuroleptika, meskipun kedua-duanya mempunyai
efek antitegang, anticemas dan antiagitasi, Bila pasien sudah tenan dan mulai
kooperatif, maka pengobatan dengan neuroleptika dilanjutkan per oral (bila perlu
suntikan juga dapat diteruskan). Pemberian makanan dan cairan juga harus
memadai. Kita berusaha terus mencari penyebabnya, bila belum diketahui,
terutama bila didugasuatu sindrom otak organik yang akut. Bila ditemukan, tentu
diusahakan untuk mengobatinya secara etiologis (Maramis dan Maramis, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian awal
a. Pasien dengan gangguan mental organic diberikan obat dalam dosis teraupetik
minimal agar gejala penting tidak terselubung
b. Pasien dengan kondisi medis umum mengancam nyawa mula – mula tampilan
gejalanya seperti gangguan psikiatrik, terlebih dahulu harus diatasi kondisi
medis umumnya
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan sesegera mungkin untuk menyingkirkan
kegawatdaruratan yang terkait fungsi organic.
b. Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan status mental, pemeriksaan status fisik/neurologik dan jika perlu
pemeriksaan penunjang. Yang pertama dan terpenting yang harus dilakukan
oeh seorang dokter di unit gawat darurat adalah menilai tanda-tanda vital
pasien. Tekanan ddarah, suhu, nadi adalah sesuatu yang mudah diukur dan
dapat memberikan informasi bermakna. Misalnya seorang yang gaduh gelisah
dan mengalami halusinasi, demam, frekuensi nadi 120 per menit dan tekanan
darah meningkat, kemungkinan besar mengalami delirium dibandingkan
dengan suatu gangguan psikiatrik. Lima hal yang harus ditentukan sebelum
menangani pasien selanjutnya:
1. Wawancara psikiatrik
a. Ajukan pertanyaan 1 yang bersifat terbuka
b. Amati penampilan, aktivitas psikomotor, pembicaraan, alam perasaan,
proses piker dan isi pikir pasien, di samping usaha memperole
anamnesis.
c. Tunda keinginan untuk segera memulai penanganan atau mengambil
kesimpulan dengan maksud supaya segera memulai menolong pasien
berikutnya.
2. Pemeriksaan status mental
a. Selama pemeriksaan, evaluasi status mental pasien
b. Status mental dinilai dari : ANAMNESA STATUS MENTAL
1). APPEARANCE (Penampilan) :
Postur tubuh , Kerapian , Status nutrisi , Tanda penggunaan obat/
alcohol, Selalu bawa senjata, Motorik , Pergerakan , Respon pada
situasi tertentu: Kejam , Mencederai diri sendiri / orang lain, Marah/
bermusuhan terhadap orang lain, Curiga , Tidak kooperatif ,
Ketakutan, Kooperatif . Terbuka , Bersemangat
2). COGNITIF
Orientasi pasien terhadap: Orang dan Tempat , Memory, Kemampuan
membuat keputusan, Kemampuan menilai,
3). PERSEPTIONS (Persepsi) Halusinasi
4). SPEECH
a. Cara pasien bereaksi terhadap pertanyaan
b. Cara pasien bergaul dengan petugas medik dan dengan keluarga
c. Kemampuannya menanggapi instruksi yang di berikan
5). THOUGHT Pola pikir
6). MOOD (Suasana hati)
Status mental selengkapnya dalam instalasi kegawatdaruratan
psikiatrik, maka perlu diobservasi tingkah laku dan penampilan,
orientasi, keadaan afektif, isi dan proses berpikir, persepsi, fungsi
kognitif yang lebih tinggi
3. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urin lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah
sewaktu, elektrolit, elektrokardiograf,, toraks foto.
B. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan pada diri sendiri
1. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit fisik,minder, dan malu.
2. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan adanya ancaman fisik,psikis,dan
konsep diri.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Nursing outcome Nursing Intervention

1. Harga diri rendah Tujuan : Intervensi Keperawatan


Klien memiliki konsep fisik yang positif dan 1. Bina hubungan saling percaya
dapat membina hubungan saling percaya 2. Bersikap terbuka dan empati
3. Terima klien apa adanya
Kriteria hasil : 4. Tepati janji
Klien dapat menunjukan ekspresi wajah 5. Pertahankan kontak mata
bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak, mau berjabat tangan, mau menyebut
nama, mau menjawab salam
2. Resiko perilaku kekerasan Tujuan : perilaku kekerasan tidak terjadi dan Intervensi Keperawatan
klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Beri salam di setiap interaksi
2. Perkenalkan nama, nama
Kriteria Hasil : Klien menunjukan wajah panggilan perawat, dan tujuan
cerah, tersenyum, mau berkenalan, kontak perawat berkenalan
mata ada, mau menceritakan perasaan yang 3. Tanyakan dan panggilan kesukaan
dirasakan, mau menceritakan masalahnya klien
4. Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi
5. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
6. Buat kontak interaksi yang jelas
7. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/372409397/Makalah-Kegawatdaruratan-Psikiatri-docx
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43389/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.academia.edu/8140085/95114996-KEGAWATDARURATAN- PSIKIATRI
https://nanopdf.com/download/7-format-pengkajian-igd_pdf
https://www.scribd.com/document/357887728/ASKEP-Gadar-Jiwa-Pasien- Pisikiatrik-PDF
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs9ab995d1defull.pdf
https://www.academia.edu/8678736/SGD_5_SGD3_KEGAWATDARURATAN_PSI
KIATRI
http://rsj.babelprov.go.id/content/penanganan-gaduh-gelisah-pasien-gangguan-jiwa
http://repository.ump.ac.id/986/3/DIAH%20PRABOWO%20HARDIYANTI%20BAB
%20II.pdf
Banjarmasin, ...........................2022

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(Meti Agustini, Ns.,M.Kep) (Fakhrur Razi, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai