Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai memerhatikan dan menyayangi
sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua individu (Tarwoto &
Wartonah, 2014).

Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan
yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan ataupun perilaku yang lebih halus seperti
isyarat gerak tubuh, cara berpakaian dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran,
pengalaman, nilai, fantasi dan emosi (Heriana, 2014).

B. Fisiologis Kebutuhan Dasar


Komponen Seksualitas
1. Konsep Seksual Diri
Konsep seksual diri adalah nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan
bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang
negatif menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain.
2. Body Image
Body image adalah pusat kesadaran terhadap diri sendiri secara konstan dapat
berubah Bagaimana seseorang memandang penampilan tubuhnya berhubungan
dengan seksualitasnya. Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap
bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang memberikan penilaian atas apa
yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya dan bagaimana
kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya apa yang dia pikirkan
dan rasakan belum tentu benar dengan apa yang orang lain pikirkan.
3. Identitas Gender
Identitas gender adalah rasa menjadi feminim dan maskulin. Setelah label
dilekatkan, orang tersebut dapat menyesuaikan perilaku mereka yang berhubungan
dengan jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan.
4. Transgender
Istilah bagi seseorang yang identitas gender atau ekspresi gendernya berbeda
dengan anatomi jenis kelaminnya.
5. Orientasi Seksual
Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai
kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
1. Usia
Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa
remaja seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan
baru dari dorongan seks, yaitu reproduksi.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku
seksual yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan
wanita, mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama, cara
pacaran, dan cara mencari hati lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-malu dan
cenderung tidak tahu.
3. Meningkatnya Seksualitas
Peningkatan hasrat seksual membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku
seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya
juga semakin tinggi.
4. Penundaan Usia Perkawinan\
Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah
sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah.
5. Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui MediaDengan
teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang merangsang
seksualitas remaja.
6. Komunikasi Keluarga
Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual
yang berbahaya.
7. Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
8. Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja.
Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa
1. Pedofilia, merupakan kepuasan seksual yang dicapai dengan menggunakan objek
anak-anak .Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan
seksual dengan anak dibawah masa pubertas.
2. Eksibionisme, merupakan kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan
alat kelamin di depan umum.
3. Fetisisme, merupakan kepuasan seksual yang dicapai dengan menggunakan benda
seks seperti sepatu tinggi, menggunakan pakaian dalam , stocking atau lainnya.
4. Transvestisme, merupakan kepuasan seksual yang dicapai dengan memakai
pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan.
5. Transeksualisme, merupakan bentuk penyimpangan seksual yang ditandai dengan
perasaan tidak senang terhadap alat kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti
kelamin.
6. Voyerisme/skopofilia, merupakan kepuasan seksual yang dicapai dengan melihat
alat kelamin orang lain atau aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.
7. Masokisme, merupakan kepuasaan seksual yang dicapai melalui kekerasan atau
disakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis.
8. Sadisme, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya, baik
secara fisik atau psikologis.
9. Homoseksual dan lesbianisme, merupakan penyimpangan seksual yang ditandai
dengan ketertarikan kepada sesama jenis.
10. Zoofilia, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan objek
binatang.
11. Sodomi, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan objek anus.
12. Nekropilia, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan objek
mayat.
13. Koprofilia, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan objek
feses.
14. Urolagnia, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan objek urine
yang diminum.
15. Oral seks, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada
alat kelamin laki-laki.
16. Froterisme, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan cara menggosokan penis
pada pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak
manusia.
17. Goronto, merupakan kepuasaan seksual dicapai melalui hubungan dengan lansia.
18. Frottage, merupakan kepuasaan seksual dicapai dengan cara meraba orang yang di
senangi tanpa diketahui lawan jenis.
19. Pornografi, merupakan kepuasaan pada gambar atau tulisan yang dibuat secara
khusus untuk memberi rangsangan seksual.

Bentuk Abnormalitas Seksual


1. Prostitusi
Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar dan
tidak terintegrasi dalam kepribadian. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena
keinginan mencari variasi dalam seks dan menyalurkan kebutuhan seksual. Pada
wanita, kejadian ini dapat disebabkan karena faktor ekonomi.
2. Perzinahan
Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri.
3. Frigiditas
Ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme selama
berhubungan badan (koitus). Dapat disebabkan karena cemas dan hubungan yang
tidak baik dengan suami.
4. Impotensi
Ketidakmampuan pria untuk mempertahankan ereksi.
5. Ejakulasi premature
Pembuangan sperma yang terlalu cepat atau dini.
6. Vaginismus
Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa pengerasan yang sangat
menyakitkan pada vagina.
7. Dispareunia
Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan senggama
atau perasaan sakit saat koitus.
8. Anorgasme
Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama koitus.
9. Kesukaran Koitus Pertama
Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakulan koitus pertama kali dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan, adanya ketakutan atau rasa cemas.

C. Asuhan Keperawatan
Perawat menghubungkan riwayat seksual dengan kategori berikut:
1. Klien yang menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan, infertilitas,
kontrasepsi atau klien yang mengalami penyakit menular seksual.
2. Klien yang sakit atau sedang mendapat terapi yang kemungkinan dapat
mempengaruhi fungsi seksualnya (klien dengan Diabetes Melitus, penyakit jantung
dan lain-lain).
3. Klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual.

Pengkajian seksual mencakup:


1. Riwayat kesehatan seksual
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
b) Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan
seksual secara langsung.
2. Pengkajian fisik
a) Inspeksi dan palpasi
b) Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian fisik misalnya
riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tidak normal dari
genital, perubahan warna pada genital, gangguan fungsi urinaria dan lain-lain.
3. Identifikasi klien yang beresiko
Klien yang beresiko mengalami gangguan seksual:
a) Adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah
melahirkan, abnormalitas anatomi genital.
b) Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
c) Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar dan tanda lahir pada tubuh
d) Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah seksual, kurangnya
pengetahuan atau salah informasi mengenai fungsi dan ekspresi seksual
e) Gangguan aktivitas fisik sementara atau permanen, kehilangan pasangan
f) Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi

D. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Disfungsi Seksual
a) Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami perubahan fungsi seksual selama fase
respons gairah seksual, rangsang seksual, dan/atau orgasme, yang di pandang
tidak memuaskan, tidak ada penghargaan, atau tidak adekuat.
b) Batasan Karakteristik :
1) Perubahan dalam penerimaan kepuasaan seksual
2) Perubahan minat terhadap diri sendiri dan orang lain
3) Ketidakmampuan untuk mencapai kepuasaan yang diharapkan
4) Persepsi perubahan rangsang seksual
5) Persepsi defisiensi gairah seksual
6) Persepsi keterbatasan akibat penyakit atau terapi
7) Menyatakan masalah
8) Koitus yang nyeri
9) Penghindaran terhadap pengalaman seksual akibat fobia
c) Faktor yang berhubungan dengan :
1) Ketiadaan model peran atau model peran tidak berpengaruh
2) Perubahan biopsikososial seksualitas
3) Kurang privasi
4) Kurangnya orang terdekat
5) Salah informasi atau kurang pengetahuan
6) Penganiayaan fisik
7) Penganiayaan psikososial (misalnya, hubungan yang menyakitkan)
8) Konflik nilai
9) Gangguan citra tubuh
10) Gangguan harga diri

2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pola Seksual


a) Defenisi :
Ekspresi kekhawatiran tentang seksualitas individu.
b) Batasan Karakteristik :
1) Perubahan dalam mencapai persepsi peran seks
2) Perubahan pada hubungan dengan orang terdekat
3) Konflik yang melibatkan nilai
4) Melaporkan perubahan pada aktivitas atau perilaku seksual
5) Melaporkan kesulitan pada aktivitas atau perilaku seksual
6) Melaporkan keterbatasan pada aktivitas atau perilaku seksual
c) Faktor yang berhubungan dengan :
1) Gaya hidup prenatal tidak adekuat (eliminasi, olahraga, nutrisi, higiene
personal,tidur)
2) Kurang akses pada sistem pendukung
3) Kurang respek terhadap bayi yang belum dilahirkan
4) Gaya hidup pada tahap persalinan tidak adekuat (eliminasi, olahraga,
nutrisi, higiene personal dan tidur)
5) Kurang akses pada sistem pendukung
6) Kurang perilaku kelekatan dengan bayi baru lahir
7) Gaya hidup pasca-partum tidak adekuat( eliminasi, olahraga, nutrisi,
higiene personal dan tidur)
8) Kurang akses pada sistem pendukung
9) Lingkungan untuk bayi tidak aman
10) Perawatan payudara tidak tepat
3. Diagnosa 3 : Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
a) Definisi :
Kehamilan dan proses melahirkan serta perawatan bayi baru lahir yang
tidak sesuai dengan konteks, norma dan harapan lingkungan.
b) Batasan Karakteristik :
1) Gaya hidup prenatal tidak adekuat (eliminasi, olahraga, nutrisi, higiene
personal,tidur)
2) Kurang akses pada sistem pendukung
3) Kurang respek terhadap bayi yang belum dilahirkan
4) Gaya hidup pada tahap persalinan tidak adekuat (eliminasi, olahraga,
nutrisi, higiene personal dan tidur)
5) Kurang akses pada sistem pendukung
6) Kurang perilaku kelekatan dengan bayi baru lahir
7) Gaya hidup pasca-partum tidak adekuat( eliminasi, olahraga, nutrisi,
higiene personal dan tidur)
8) Kurang akses pada sistem pendukung
9) Lingkungan untuk bayi tidak aman
10) Perawatan payudara tidak tepat
c) Faktor yang berhubungan dengan :
1) Distres psikososial ibu
2) Kehamilan tidak direncanakan
3) Kehamilan yang tidak diinginkan
4) Kekerasan dalam rumah tangga
5) Kepercayaan diri ibu rendah
6) Ketidakberdayaan ibu
7) Kunjungan kepelayanan kesehatan prenatal tidak konsisten
8) Kurang pengetahuan proses kehamilan melahirkan
9) Kurang perawatan prenatal
10) Kurang sistem pendukung

E. Perencanaan
NOC NIC

1. Pemulihan dari penganiaayan seksual 1. Identifikasi hubungan


2. Penuaan fisik ketergantungan yang beresiko
3. Kendali resiko penyakit menular tinggi
seksual 2. Ciptakan lingkungan saling percaya
4. Fungsi seksual dan beri kesempatan kepada klien
5. Identitas seksual untuk menggambarkan masalahnya
dalam kata-kata sendiri
3. Beri informasi tentang kondisi
individu
4. Anjurkan klien untuk berbagi
pikiran atau masalah dengan
pasangan atau orang dekat
5. Diskusikan dengan klien tentang
penggunaan cara atau teknik khusus
saat berhubungan
6. Membantu pasien untuk beradaptasi
dengan persepsi stresor, perubahan
atau ancaman yang menganggu
pemenuhan tuntutan hidup dan
peran
7. Membantu pasien menggali dan
memahami gagasan, perasaan,
motivasi dan perilaku mereka
8. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain

Ketidakefektifan pola seksualitas

NOC NIC

1. Pemulihan dari penganiayaan seksual 1. Meningkatkan persepsi sadar dan


2. Citra tubuh persepsi bawah sadar serta sikap pasien
3. Maturasi fisik wanita terhadap tubuhnya
4. Maturasi fisik pria 2. Membantu pasien menyesuaikan diri
5. Penampilan peran dengan persepsi stresor, perubahan atau
6. Harga diri ancaman yang menghambat
7. Identitas seksual pemenuhan tuntutan hidup dan peran
3. Membantu pasien, orang terdekat atau
keluarga untuk meningkatkan
hubungan dengan mengklarifikasi dan
menambah perilaku peran tertentu
4. Membantu pasien meningkatkan
penilaian pribadi tentang harga diri
5. Penggunaan proses pertolongan
interaktif yang berfokus pada
kebutuhan untuk membuat penyesuaian
pada praktik seksual atau meningkatkan
koping terhadap gangguan atau
peristiwa seksual
6. Memberi arahan tentang perlindungan
seksual selama melakukan aktivitas
seksual
7. Membantu individu memahami
dimensi fisik dan psikologis
pertumbuhan dan perkembangan
seksual
8. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain
Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan

NOC NIC

1. Citra tubuh 1. Kaji tanda-tanda vital


2. Maturasi fisik wanita
2. Kaji input dan ouput cairan
3. Penampilan peran
4. Harga diri 3. Pantau nutrisi pasien
4. Diskusikan dalam perawatan prenatal
sepanjang kehamilan
5. Kaji bersama pasien mengenai
perubahan-perubahan terkait status dan
perkembangan janin
6. Instruksikan pasien tanda bahaya
7. Cek laboratorium rutin selama
kehamilan
8. Berikan terapi sesuai kondisi
DAFTAR PUSTAKA

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher.
Herdman, Heather, dkk. (2018). Nanda-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Nurjannah, Intansari, dkk. (2018). Nursing Interventions Classification (NIC). Jogyakarta:
Mocomedia
Nurjannah, Intansari, dkk. (2018). Nursing Outcomes Classification (NOC). Jogyakarta:
Mocomedia
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Medika Salemba.

Banjarmasin, 10 Oktober 2019

Preceptor Klinik Ners Muda

Ayesti Ratih P., S.Kep.Ns Fenny Noorhayati Wahyuni, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai