Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PREEKLAMPSIA

A. DEFINISI
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan
cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan.

Biasanya, preeklampsia didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi pada


paruh kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah pelahiran, ditandai
dengan kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi,
edema, dan proteinuria. (edema bersifat subjektif, tidak memiliki nilai
diagnostik atau prognostik sehingga sebagian besar tidak disertakan).

Preeklampsia umumnya dianggap sebagai satu sindrom (sekelompok tanda


dan gejala yang dapat dikenali dengan satu kesatuan), bukan satu penyakit
(yang dapat didiagnostik melalui satu pemeriksaan spesifik yang menunjukkan
faktor penyebab tertentu) (Billington,2009; Redman, 1994; Robson,2002).
Preeklampsia juga dirujuk sebagai “penyakit teori” karena sebab yang
mendasari dan patofisiologi yang tepat belum diketahui (Billington, 2009;
Roberts & Cooper, 2001)

B. BATASAN
Timbul hipertensi yang disertai protein urine dan /atau edema setelah
kehamilan 20 minggu.

C. ETIOLOGY
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun ada
beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penebab preeklampsia, yaitu :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan kedaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edem, proteinuria, kejang dan koma.
Faktor predisposisi preeklampsia

1. Mola hidatidosa
2. Diabetes mellitus
3. Kehamilan ganda
4. Hidrocepalis
5. Obesitas
6. Umur yang lebih dari 35 tahun

Faktor predisposisi pre-eklampsia (Billington, 2009; Walker, 2000; Dekker &


Sibai, 2001; Roberts &Cooper, 2001)
1. Primigravida (meningkatkan risiko 2 kali lipat)
2. Gangguan pada pasangan/primipaternitas/pemajanan sperma
terbatas/sperma donor.
3. Pasangan yang menjadi ayah kehamilan pre-eklamtik wanita lain
4. Riwayat pre-eklamsia sebelumnya
5. Peningkatan usia Ibu/peningkatan interval antar-kehamilan/remaja
6. Riwayat keluarga (kemungkinan mencapai 25% jika ibu mengalami pre-
eklamsia dan mencapai 40 % jika saudara kandung mengalami pre-eklamsia.
7. Telur donor
8. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal
9. Penyakit sel sabit dan sifat sel sabit
10. Obesitas, diabetes (termasuk diabetes gestasional), dan berat badan lahir
rendah
11. Resistensi protein C aktif (Faktor V Leiden) dan defisiensi protein S
12. Antibody antifosfolipid
13. Hiperomosisteinemia (didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi
homosistein (tHcy) plasma). Keadaan ini dapat disebabkan oleh mutasi
genetic, defisiensi vitamin, penyakit ginjal dan penyakit lain, beberapa jenis
obat, serta peningkatan usia
14. Stress; ketegangan psikososial terkait pekerjaan
15. Kehamilan kembar
16. Infeksi saluran kemih
17. Anomali struktur kongenital
18. Hidrops fetalis
19. Anomali Kromosom (missal, triploidi –terutama berkaitan dengan awitan
dini pre-eklamsia)
20. Mola hidatidiformis
Klasifikasi Preeklampsia
a. Preeklampsia Ringan
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaliknya 6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
3. Proteinuria kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kuwalitatif 1+ atau 2+
pada urin kateter atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
3. Oliguria,, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium
5. Terdapat edema paru dan sianosis

D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklamsia, resistensi vascular periver meningkat, menyebabkan
tekanan darah meningkat. Curah jantung agak menurun dari input
parasimpatik. Preeklamsia menyebabkan peningkatan reaktivitas vascular
terhadap presor, termasuk angiotensin II, dan vasospasme merusak pembuluh
darah, yang menyebabkan hipoksia local dan subendotelial menyimpan
fibrinogen dan trombosit. Hemoragi, nekrosis dan kerusakan organ-akhir
terjadi. Vasokonstriksi kerusakan endotelial, pembengkakan, dan cadangan
fibrin dapat mengurangi kecepatan glomerulofiltrasi sebesar 25% dan
meningkatkan permeabilitas terhadap protein.

E. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosa PE ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala:
1. Penambahan berat badan yang berlebihan  terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali.
2. Edema  peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka
3. Hipertensi (diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
- Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau
- Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau
- Tekanan diastolik > 15 mmHg
- Tekanan diastolik pada trimester II yang >85 mmHg patutu dicurigai
sebagai bakat PE
4. Proteinuria
- Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif +1/+2
- Kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter/urin
porsi tengah, diambil 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut PE berat jika ditemukan gejala berikut:
 TD ≥ 160/110 mmHg
 Proteinuria + ≥ 5g/24 jam atau ≥3 pada tes celup.
 Oliguria (<400 ml /24 jam)
 Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
 Nyeri epigastrium atau icterus
 Edema paru atau sianosis
 Pertumbuhan janin terhambat

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Urine : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urine.
 Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin.
 USG

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung
2. Kerusakan pertukaran gas b.d penimbunan cairan pada paru: oedema paru
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak
adekuat
5. Nyeri b.d agen cedera biologis: penumpukan ion Hidrogen dan
peningkatan HCl
6. Risiko cedera pada ibu b.d diplopia, peningkatan intrakranial: kejang

H. PENATALAKSANAAN
Preeklampsia Ringan
Rawat jalan
1. Banyak istirahat, (berbaring atau tidur miring)
2. Diet sedapat mungkin tinggi protein, rendah karbohidrat.
3. Dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin pada kehamilan
≥ 30 –32 minggu.
a. USG (Ultrasonografi)
b. NST (Non Stress Test)
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb, PCV
b. Asam Urat Darah
c. Trombosit
5. Obat-obat yang diberikan
a. Roboransia, vitamin kombinasi
b. Aspirin dosis rendah sehari sekali (87,5 mg)
6. Kunjungan ulang 1 minggu

Rawat Tinggal
1. Kriteria untuk Rawat tinggal bagi penderita preeklamsia ringan
a. Hasil penilaian kesejahteraan janin ragu-ragu atau jelek (pemeriksaan
pada kehamilan ≥ 30 –32 minggu
b. Kecenderungan menuju gejala preeklamsia berat (timbul salah satu
/lebih gejala preeklamsia berat).
2. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal
a. Penderita tirah baring total
b. Obat-obat:
- Raboransia, vitamin kombinasi
- Aspirin dosis rendah sehari 1 kali
c. Pemeriksaan laboratorium
 Hb, PCV
 Asam urat darah
 Trombosit
 Fungsi ginjal /hepar
 Urine lengkap
d. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin

Preeklampsia Berat
1. Perawatan konservatif
Diperlukan perawatan konservatif sekitar 7—15 hari
a. Indikasi
Pada umur kehamilan <34 minggu (estimasi berat janin <2000g tanpa
ada tanda-tanda impending Eklampsia.
b. Pengobatan
 Dikamar bersalin (24 jam)
 Tirah baring
 Infus RL yang mengandung 5% dextrose 60—125 cc/jam
 10 g MgSO4 50 % i.m. aetiap 6 jam s/d 24 jm pasca persalinan
kalau tidak ada kontra indikasi pemberian MgSO4)
 Di berikan antihipertensi
Nifedipin 5—10 mg /8jam bersama Methyldopa 250—500
mg/8jam.
 Dilakukan pemeriksaan Lab tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan
produksi urine 24jam
Konsultasi dengan bagian lain (bagian mata, jantung, dan bagian
bagialain yang sesuai)
 Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang bersalin (setelah 24
jam masuk ruangan bersalin.
 Tirah baring
 Obat-obat
- Roboransia : multivitamin
- Asprin dosis rendah 87,5 mg sehari satu kali
- Antihipertensi (nifedipin 5—10 mg/8jam Methyldopa atau 25
mg /jam
- Penggunaan Athenolol dan β blocker (dosis Regimen) dapat
dipertimbangkan dalam pemberian kombinasi
 Pemeriksaan lab
- Hb, PCV, dan hapusan darah tepi
- Asam urat darah, trombosit
- Fungsi ginjal/ hepar
- Urine lengkap, produksi urine/ 24 jam (esbach), penimbanga
BB setiap hari, pemeriksaan Lab dapat diulangi sesuai dengan
keperluan
 Diet tinggi protein, rendah karbohidrat
 Dilakukan penilaian kesejahteraan janin termasuk biometri, jumlah
cairan ketuban, gerakan, respirasi dan ekstensi janin, velosimetri
(resistensi), umbilikalis dan rasio panjang femur terhadap lingkar
abdomen.
c. Perawatan konservatif dianggap gagal bila
- Ada tanda-tanda implending eklampsia
- Kenaikan progresif TD
- Ada Sindroma Hellp
- Ada kelainan fungsi ginjal
- Penilaian kesejahteraan janin jelek
2. Perawatan aktif
a. Indikasi
 Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek . ada tanda-tanda impending
eklampsia
 Ada Sindrom help
 Kehamilan late preterm ( ≥2000g)

b. Pengobatan medisinal
 Segera rawat inap
 Tirah baring miring ke satu sisi
 Infus RL (5% dextrose dengan 60—125 cc/jam)
 Pemberian anti kejang : MgSO4
Dosis awal
MgSO4 20 % 4g i.v.
MgSO4 50% 10g i.m.
Pada bokong kanan/ kiri masing-masing
Dosis ulangan
MgSO4 50% 5 gr i.m. diulangi setelah 6 dam setelah dosis awal s.d.
6 jam pasca persalinan.
Syarat pemberian
Reflek patella +
Respirasi > 16x/menit
Urine sekurang-kurangnya 150cc/6jam
Harus selalu tersedia calcium glukonas 1g 10% (i.v. pelan-pelan pada intoksikasi
MgSO4)
Antihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila : TD ≥ 180/120 mmHg
Nifedipin 5—10 mg/8jam atau Methyldopa 250 mg/ 8jam.

3. Pengobatan obstetrik
 Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita
dilakukan pemeriksaan Non Stress Test
 Tindakan risiko sesar dikerjakan bila
NST jelek
Penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek (skor bishop <5)
Kegagalan drip oksitosin
 Induksi drip oksitosin bila:
NST baik
Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik (skor bishop ≥5)

I. EVALUASI HASIL PENGOBATAN


Pada dasarnya evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan hasil dari
penilaian kesejahteraan janin:
Bila didapat hasil:
a. Jelek : terminasi kehamilan dengan seksio sesar (pada kehamilan ≥ 30
–32 minggu)
b. Ragu-ragu : dilakukan evaluasi ulang dari NST 1 hari kemudian.
c. Baik : penderita dirawat sekurang-kurangnya 4 hari, bila kehamilan
premature penderita dipulangkan dan rawat jalan. Pada kehamilan
aterm dengan syok pelvik yang matang (≥5) dilakukan induksi dengan
drip oxytocin (dosis regimen). Bila skor pelvik belum matang (<5)
penderita dipulangkan dan rawat jalan, kontrol 1 minggu
d. Terminasi kehamilan juga dikerjakan bila didapatkan tanda-tanda dari
impending Eklamsia dari ibunya.

Anda mungkin juga menyukai