Anda di halaman 1dari 3

Penyembuhan luka pasca operasi sectio

caesarea kira-kira 1 minggu, sedangkan pemulihan


rahim kira-kira 3 bulan. Rasa nyeri mungkin masih
terasa sampai 6 bulan dengan intensitas ringan yang
disebabkan oleh simpul benang pada fascia (sarung
otot) sedangkan lama penyembuhan sectio caesarea
berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka
merekat kuat (Valleria, 2009).

Penyembuhan Luka Post SC yang normal sekitar 3-5


hari, dikategorikan baik jika sembuh 3-5 hari.

Faktor – faktor yang mempengaruhi


penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari
praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan
adanya benda asing. Sedangkan faktor umum terdiri
dari usia, nutrisi, steroid, sepsis, penyakit ibu seperti
anemia, diabetes dan obat-obatan (Eka putra, 2013).

Penyembuhan luka adalah proses


penggantian dan perbaikan fungsi jaringan
yang rusak

Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu


inflamasi, proliferasi (epitelisasi) dan
maturasi (remodelling). Penyembuhan
luka pada fase inflamasi terjadi sampai
hari ke-5 setelah pembedahan, lama fase
ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.6
Proses penyembuhan luka dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu: usia, anemia,
penyakit penyerta, vaskularisasi, nutrisi,
kegemukaan, obat-obatan, merokok, dan
stres.7

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera


atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau
komponen jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak
atau hilang ( Widhiastuti, 2008).

Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase


inflamasi (berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi
(berlangsung 3-24 hari), fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah
perlukaan dan memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Perry & Potter, 2006).

Morizon (2004) juga menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi


penyembuhan luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
terdiri dari faktor yang merugikan pada tempat luka ( kurangnya suplai darah dan
pengaruh hipoksia, berlebihan, benda asing, hematoma, dan trauma berulang),
faktor-faktor patofisiologi umum (status nutrisi, gangguan kardiovaskuler,
anemia, penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan metabolik dan
endokrin), dan faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari
penatalaksanaan luka (perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang
tidak akurat, penggunaan agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak
serta faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka yaitu mobilisasi,
pekerjaan atau aktivitas dan keadaan sosial yang buruk.

Menurut Suriadi (2007), faktor umum yang dapat


mengganggu penyembuhan luka adalah usia, perfusi oksigen, malnutrisi,
meningkatnya bakteri mikroba, jaringan luka yang tua karena tertekan, stres
psikologis, efek samping dari terapi, dan kebiasaan merokok. Terkait dengan
faktor-faktor penyembuhan luka menurut Suriadi (2007) pada pasien menderita
luka untuk mempercepat penyembuhan luka adalah masukan nutrisi yang adekuat.

Seksio Cesarea adalah proses persalinan dengan membuat insisi pada bagian uterus melalui
dinding abdomen dengan tujuan untuk meminimalkan risiko ibu dan janin yang timbul
selama kehamilan atau dalam persalinan serta mempertahankan kehidupan atau kesehatan ibu
dan janinnya. (Operasi Caesar, Yusmiati Dewi, 2007).
Pasien post seksio cesarea biasanya membutuhkan waktu rawat inap sekitar 3-5 hari setelah
operasi.

Total seksio cesarea di Amerika Serikat pada periode tahun 1989-2003 meningkat dari 23
menjadi 27 per 100 kelahiran. Rata-rata persalinan seksio cesarea secara internasional pada
tahun 2002 dapat digambarkan oleh insidensi di beberapa negara seperti Amerika Serikat
sebesar 26%, Australia sebesar 28%, Inggris sebesar 23% dan Skotlandia sebesar 24%.
Seksio Cesarea di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 31,9% sedangkan tahun 2006 sebesar
31,6% (Sub. Bagian Data dan Informasi – Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Depkes
RI, 2007).

Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, menjabarkan
bahwa tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia dengan
persentase 12,8%

Menurut World Health Organization(WHO) (2014) negara tersebut diantaranya adalah


Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia (43%).
Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011
rata-rata sebesar 7 % dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada pada tahun 2006 sampai
dengan 2012 rata-rata kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan kelahiran bedah sesar
sebesar 9,8 % dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi
Tenggara (3,3%).

Anda mungkin juga menyukai