Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOARTHRITIS PADA LANSIA


A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur
65 tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang
tidakapat ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi, 2000)
2. Batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para
ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling
mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses
peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan). World
Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)
3. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
- Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
- Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
- Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau
pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
- Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.
- Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
- CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
b. Sistem persyarafan.
- Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
- Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
- Mengecilnya syaraf panca indera.
- Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
- Kornea lebih berbentuk skeris.
- Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
- Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
- Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
- Hilangnya daya akomodasi.
- Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.Menurunnya
daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran.
- Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
- Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
- Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
- Menurunnya kemampuan pengecap.
- Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
4) Peraba.
- Kemunduran dalam merasakan sakit.
- Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
5) Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak ).
- Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
6) Sistem genito urinaria.
- Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1
) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
- Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
- Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
- Atropi vulva.
- Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
- Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
- Produksi hampir semua hormon menurun.
- Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
- Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
- Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
- Menurunnya produksi aldosteron.
- Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
- Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
- Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
- Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
- Esofagus melebar.
- Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
- Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
- Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
- Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
9) Sistem muskuloskeletal.
- Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
- resiko terjadi fraktur.
- kyphosis.
- persendian besar & menjadi kaku.
- pada wanita lansia > resiko fraktur.
-Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
10) Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
- kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
- Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adipose
- Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
- Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
- Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik.
- Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
- Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
- Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
- Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
- Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
11) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
- selaput lendir vagina menurun/kering.
- menciutnya ovarium dan uterus.
- atropi payudara.
- testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
- dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam
sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan
jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

B. KONSEP DASAR OSTEOARTRITIS


1. Defenisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan
dengan kerussakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan
kaki paling sering terkena OA (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya
gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah
pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah
penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai
pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi , yaitu melemahnya
tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh.
Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan
pinggul.
2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang
yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus
tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini
sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang
menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan
menyebabkan nyeri dan ngilu.Beberapa faktor resiko untuk timbulnya
osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada
anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas
60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkanmalformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya
osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen
ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal
dan memicu terjadinya degenerasi premature.
4. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut,
sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis
pada tulang dan sendi.
6. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah
kebiasaan buruk merokok.Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon
monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan
dapat menghambat pembentukan tulang rawan
7. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
8. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang–orang Amerika asli (Indian)
dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
3. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA
sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik
yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA
sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin,
trauma, kegemukan, dan inflamasi.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.Proses degenerasi ini disebabkan
oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal
dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-
perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus
5. Manifestasi Klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling
nyeri pada akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi
semakin parah, sampai pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah
menimbulkan rasa nyeri dan biasa menganggu tidur
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang
sepanjang hari dengan periode istirahat.
5. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit
6. Pembesaran sendi (deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan).
(Nurarif dkk, 2015)

Gambar : perbandingan sendi sehat dengan sendi yang terkena osteoarthritis


6. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung
adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
1. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang,
pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk
sendi, dan destruksi tulang.
2. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan
sendi.
3. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos.
4. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local,
sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis.
Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk
atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor
ini meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
7. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan.Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin
dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber
panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan
pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang
lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi
otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap
perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut
adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan
atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen
tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit
ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
1. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
2. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah
ialah terjadi kelumpuhan.
C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi
otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan
atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan
pada membran mukosa.
Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi
hari).
Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan
peran: isolasi.
Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan
penyakit tanpa pengujian.
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal,
pkeuritis.
Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d penurunan fungsi tulang, reaksi inflamasi
2. Nyeri kronis b.d reaksi inflamasi
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kekauan sendi, kerusakan integritas struktur
tulang
4. Deficit perawatan diri b.d penurunan fungsi tulang
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit
6. Gangguan pola tidur b.d ketidak mampuan mengontrol nyeri
7. Gangguan citra tubuh b.d deformitas tulang dan sendi
8. Intoleran aktivitas b.d kelumpuhan
9. Ansietas b.d koping tidak efektif
10. Resiko cedera b.d penurunan fungsi tulang
11. Resiko jatuh b.d hilangnya
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN

1. Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi
proses penuaan atau selama 3x24 jam - Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
inflamasi ditandai diharapkan tingkat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan : mengeluh nyeri klien menurun - Indetifikasi skala nyeri
nyeri, tampak dengan kriteria - Indetifikasirespon nyeri non verbal
meringis, gelisah, hasil : - Indetifikasi identivikasi factor yang
frekuensi nadi memperberat dan meper ringan nyeri
meningkat, pola 1. Keluhan nyeri - Indetifikasi pengaruh budaya terhadap respon
menurun nyeri
nafas berubah 2. Meringis - Indetifikasi pengaruh nyeri terhadapkualitas
menurun hidup
3. Sikap protektif - Monitor keberhasilan terapi komplementer
menurun yang sudah diberikan
4. Gelisah menurun - Monitor efek samping penggunaan analgentik
5. Kesulitan Tidur Terapeutik
menurun
6. Frekuensi nadi - Berikan teknik non farmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri (mis TENS, hipnosis,
akkupressure, terapi musik, dll)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2. Resiko jatuh Tujuan : setelah Pencegahan Jatuh
berhubungan dengan dilakukan tindakan Observasi
usia >65 tahun keperawatan …..x24 - Identifikasi faktor risiko jatuh
jam diharapkan - Identifikasi faktor lingkungan yang
tingkat jatuh klien meningkatkan risiko jatuh
menurun - Hitung risiko jatuh dengan skala
Kriteria Hasil : - Monitor kemampuan berpindah dari tempat
 Jatuh dari tempat tidur kekursi roda
tidur menurun Terapeutik
 Jatuh saat berdiri
menurun - Gunakan alat bantu berjalan
- Pastikan roda kursi roda selalu terkunci
 Jatuh saat duduk
Edukasi
menurun
 Jatuh saat - Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
berjalan menurun licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan
- Anjurkan melebarkan kedua kaki untuk
menjaga keseimbangan saat berdiri
DAFTAR PUSTAKA

Center for Disease Control and Prevention (CDC): Osteoarthritis.


http://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritis.html. (diakses pada
tanggal 1 November 2014)
Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.

Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and


Classification edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.

http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/25/definisi-dan-patologi-osteoarthritis-
oa/.

http://www.slideshare.net/sibermedik/osteoartritis-2809824

http://mukipartono.com/osteoartritis/

Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.

Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius.

Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America:


Mosby Elsevier

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.

Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W., Prasetyono T. O. H., Rudiman R., 2011.


Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat- de jong, Ed. 3. Jakarta, EGC, 1006-8
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta:
Puspa Swara.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.T DENGAN OSTEOARTRITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi


Keperawatan Departemen Keperawatan Gerontik
Di UPT Tresna Werdha Blitar

Oleh :
Nama : Wahyuwati Handayani
NIM : P17212195012

PRODI PROFESI KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini telah di response dan disetujui
pembimbing pada:

Hari : …………………………………………………………………

Tanggal : ………………………………………………………………..

Judul : ……………………………………………………...................

Pembimbing Institusi Preceptor Klinik

………………………………. ……………………………..
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini telah di response dan disetujui
pembimbing pada:

Hari : …………………………………………………………………

Tanggal : ………………………………………………………………..

Judul : ……………………………………………………...................

Pembimbing Institusi Preceptor Klinik

………………………………. ……………………………..

Anda mungkin juga menyukai