Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.


E DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR FEMUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi


Keperawatan Departemen Keperawatan Medikal Bedah II
Di Ruang 20 RSUD dr. Saiful Anwar Kota Malang

Disusun Oleh :

Nama : Yenne Purnamaning Tyas


NIM : P17212195047

PRODI PROFESI KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TUMOR TULANG

A. Konsep Medis Tumor Tulang


1. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat
dan pertumbuhannya tidak terkendali. Tumor dapat berasal dari dalam tulang,
jaringan, atau sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari unsur
pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang (Suratun, 2008).
Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus
menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor /
incoplasma dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari
sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur
pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.

2. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-
Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer, 2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa
factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah
diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen
RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam
terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah
gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu
protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan
menginaktivitas gen tersebut.
b. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya
sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan
radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous
histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak
waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
c. Bahan Kimia
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan
terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat
menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga
dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat
menyebabkan angiosarkoma hepatik.
d. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
e. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.

f. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat
obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

3. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang
baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang
abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan
fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel
tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh
menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti
kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian
alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan
sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh
tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi. Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
PATHWAY

Geneti Radiasi Bahan Kimia Traum Limfedem Infeksi


k a a Kronis

Tumbuh dan berkembangnya sel tumor

Tumor

Menginvasi jaringan lunak

Respon osteolitik Respon osteoblastik

Terjadi Penimbunan
destruksi periosteum terbaru
tulang
Pertumbuhan tulang
Rongga sendi yang abortif
sempit, terjadi
erosi. Adanya massa
pada tulang

Nyeri akut Massa membesar

Dapat menjadi Gangguan


kanker Mobilitas Fisik
Menyerang
jaringan
normal
Metastase

Ansietas Kematian
4. Manifestasi Klinis
Jenis Gambaran klinis
ASAL OSEUS
Kondrosarkoma a. Berasal dari kartilago
b. Tidak nyeri; tumbuh lambat; rekuren dan invasif
secara lokal
c. Muncul paling sering pada panggul, femur
proksimal, kosta, dan gelang bahu
d. Biasanya diderita pria berusia 30 hingga 50 tahun
Sel tumor raksasa maligna a. Berasal dari sel tumor raksasa maligna
b. Ditemukan yang paling sering di tulang panjang,
terutama di area kulit
c. Biasanya diderita wanita berusia 18 hingga 50
tahun
Sarkoma osteogenik a. Tumor osteoid tampak pada specimen
b. Tumor tumbuh dari osteoblas pembentuk tulang
dan osteoklas pencerna tulang
c. Muncul paing sering pada femur, namun juga tibia
dan humerus; terkadang, pada fibula, ileum,
vertebra, atau mandibula
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 30 tahun
Sarkoma osteogenik a. Tumbuh pada permukaan tulang daripada bagian
parosteal interior
b. Perjalanan penyakit berlangsung lambat
c. Terjadi paling sering pada femur distal, tetapi juga
tibia, humerus dan ulna
d. Biasanya diderita wanita berusia 30 hingga 40
tahun
ASAL NON – OSEUS
Kordoma a. Dihasilkan dari remnanst embrionik notokord
b. Berlangsung lambat
c. Biasanya ditemukan pada ujung kolumna spinalis
dan stenooksipital, sakrokoksigeal, dan area
vertebra
d. Ditandai dengan konstipasi dan gangguan
penglihatan
e. Biasanya diderita pria berusia 50 hingga 60 tahun
Sarkoma Ewing a. Berasal dari sumsum tulang dan menyerang
gugusan tulang datar dan tulang panjang
b. Biasanya menyerang ekstremitas bawah, paling
sering femur, tulang inominata, kosta tibia,
humerus, vertebra, dan fibula; dapat bermetastasis
ke paru
c. Nyeri semakin hebat dan persisten
d. Biasanya diderita pria berusia 10 hingga 20 tahun
e. Prognosis buruk
Fibrosarkoma a. Relatif jarang
b. Berasal dari jaringan fibrosa tulang
c. Menyerang tulang panjang atau datar (femur, tibia,
mandibula) namun juga menyerang otot periosteum
dan otot penunjang
d. Biasanya terjadi pria yang berusia 30 hingga 40
tahun
.
4. Klasifikasi Tumor Tulang
Klasifikasi tumor tulang antara lain:
a. Tumor tulang benigna, terdiri dari:
1) Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relatif jarang
terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
2) Kondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada
lengan, kadang-kaang terdapat pada tulang datar seperti tulang ilium.
3) Osteokondroma, bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel
yang tertinggal pada permukaan tulang.
b. Tumor tulang maligna, terdiri dari:
1) Tumor tulang maligna primer:
a) Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang.
Karena itu, tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif,
terutama di bagian distal femur bagian proksimal tibia dan
humerus.
b) Sarkoma Ewings, adalah tumor ganas yang timbul dalam sum-
sum tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula,
humerus, ulna, vertebra, dan skapula.
c) Mieloma multipel, secara patologi, terdapat fokus destruksi
tulang yang multipel.
d) Fibrosarkoma adalah tumor yang biasanya menuju arah ujung
orpus tulang panjang, terutama tulang femur dan tibia.
e) Kondrosarkoma timbul ari ujung tulang panjang yang besar atau
dari tulang pipih, seperti pelvis an skapula.
2) Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metastase tumor
(misalnya, tumor payudara, bronkus, prostat, dan ginjal).

c. Kangker tulang metastatik


Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari
tumor tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh
mana saja bisa menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang
lokal, dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang
primer.
Tumor yang bermetastasis ketulang paling sering adalah
karsinoma ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid.
Tumor metastatik paling sering menyerang kranium, vertebra, pelvis
femur dan humerus.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali fosfatase serum
meningkat (pada sarkom).
2) Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang karena
penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah putih atau hitungan
trombosit.
3) Tes darah biokimia
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang disebut basa
phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma.
b. Radiologi
1) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif biaya
penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai. Pasien yang
menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki kanker tulang yang
mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika sinar x sugestif dari kanker tulang
pasien disebut spesialis untuk lebih lanjut evaluasi dan manajemen.
2) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan medan magnet
yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang dan organ tubuh. Ini
mungkin disarankan untuk mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor
dalam tulang.
3) CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang melihat
ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat mengungkapkan
penyebaran kanker tulang ke paru-paru.
c. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker tulang. Biopsi
melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang terkena dampak dari tulang dan
menodai dengan pewarna cocok pada slide dan memeriksa sel sampel di bawah
mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas kanker dan
bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam perencanaan manajemen
kanker dan juga membantu dalam meramalkan hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode - inti biopsi
jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah menerapkan lokal atau
umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam tulang dan sampel jaringan akan
dihapus.
Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter bedah
membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan menghapus bagian yang
lebih besar dari tulang untuk analisis.

6. Penatalaksanaan
a. Terapi

Jenis Terapi
ASAL OSEUS
Kondrosarkoma a. Hemipelvektomi, reseksi bedah (kosta)
b. Radiasi (paliatif)
c. Kemoterapi
Sel tumor raksasa maligna a. Kuretase
b. Eksisi total
c. Radiasi untuk penyakit rekuren
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi paha,
proksimal, hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
Sarkoma osteogenik a. Pembedahan (reseksi tumor, amputasi paha,
parosteal proksimal, hemipelvektomi, bedah
interskapulotorasik)
b. Kemoterapi
c. Kombinasi di atas
ASAL NON – OSEUS
Kordoma a. Reseksi bedah (biasanya menybabkan defek
neural)
b. Radiasi ( paliatif atau bila pembedahan tidak
dilakukan, seperti pada area oksipitalis)
Sarkoma Ewing a. Radiasi tegagan tinggi (tumor sensitif terhadap
radiasi)
b. Kemoterapi untuk memperlambat metastasis
c. Amputasi hanya bila tidak ada bukti metastasis
Fibrosarkoma a. Amputasi
b. Radiasi
c. Kemoterapi
d. Tandur (graft) tulang (pada fibrosarkoma derajat
ringan)

b. Pengobatan
1) Kemoterapi
salah satu dari solid tumor dimana adjuvant kemoterapi terbukti bermanfaat.
Ketentuan umum;
a) Karena kemoterapi adalah sistemik terapi, akan mempengaruhi dan
dipengaruhi organ-organ lain. Oleh karena itu dilakukan oleh dokter penyakit
dalam dan spesialis onklologi medis. Atau paling sedikit oleh internis plus
latihan singkat onkologi medis, bersertifikat. (internis plus).
b) Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi
anatomi:osteosarkoma, grade, stadium.
c) Performance status 0,1 (WHO) , fungsi organ-organ (jantung, paru, liver,
ginjal) baik. Komorbid infeksi, TB,hepatitis B dan C., bila ada diobati.
d) Pasca kemoterapi; follow up: respon terapi yang terukur, diameter,
vaskularisasi, konsistensi, berkala, klinis dan radiologi (RECIST) darah
perifer lengkap, ureum–kreatinin dan fungsi organ lain yang terkait oleh
internis.
e) Kemoterapi neoadjuvant diberikan 2-3 siklus, setelahnya dilakukan
evaluasi pre-operasi (penilaian respon histopatologi berdasarkan kriteria
HUVOS). Bila menurut HUVOS kurang respon, maka diberikan kemoterapi
second line.
f) Bila adjuvant 6 siklus .
g) Pada kemoterapi palliative, tergantung respons penyakit.
Prinsipnya kualitas hidup diperbaiki dan survival dapat
diperpanjang.
Kemoterapi terdiri dari berbagai obat kemo dan berbagai protokol.
Namun untuk mempermudah dibagi dalam berbagai kelompok:
a) First line therapy (primary/neoadjuvant/adjuvant therapy or
metastatic disease) :
o Cisplatin dan doxorubicin
o MAP ( High-dose Methotrexate, cisplatin dan doxorubicin )
o Doxorubicin, cisplatin, ifosfamide dan high dose methotrexate
o Ifosfamide, cisplatin dan epirubicin
b) Second line therapy (relapsed/ refractory or metastatic disease)
o Docetaxel dan gemcitabine

o Cyclophosphamide dan etoposide

Jadwal kontrol pasien dilakukan tiap 3 bulan pada tahun pertama dan
kedua terapi, tiap 4 bulan pada tahun ke 3 , tiap 6 bulan pada tahun ke 4 dan
5, dan follow up pada tahun berikutnya dilakukan setahun sekali. Jika terjadi
relaps maka dilakukan kemoterapi dan / atau reseksi jika memungkinkan,
targeted therapy (mTOR inhibitor, sorafenib ), transplatasi stem cell
(HDT/SCT) atau terapi suportif.
Apabila pasien relaps, target adalah palliative terapi, yaitu kualitas
hidup, dan bila mungkin desertai survival lebih panjang. Apabila
memungkinkan di dilakukan salvage kemoterapi paliatif dengan regimen
sebagai berikut:
o Ifosfamide–etoposide

o High dose MTX–carboplatin

o Gemcitabine -docetaxel.
2) Analgesik
Tatalaksana nyeri dapat mengikuti tiga langkah stepladder WHO:

a) Nyeri ringan: analgetik sederhana seperti NSAID atau paracetamol


b) Nyeri sedang: opioid lemah dan analgetik sederhana

c) Nyeri berat: Opioid kuat dan analgetik sederhana

Terapi nyeri adjuvan seperti kortikosteroid (deksamatason), antikonvulsan


(gabapentin) atau antidepresan (amitriptilin) juga dapat diberikan sebagai
tambahan.Nyeri breakthrough dapat ditangani dengan opioid kerja cepat seperti
morfin lepas cepat, morfin intravena atau fentanil intravena.
c. Pembedahan
1) Eksisi tumor
2) Pembedahan radikal, seperti hemipelvektomi atau amputasi insterskapulotorasika
atau ekstremitas
3) Pertahankan ketinggian kepala tempat tidur minimal 30 derajat
4) Elevasikan kaki tempat tidur atau tempatkan stump (punting) yang terkena di atas
bantal selama 24 jam pertama. (Hati – hati jangan membiarkan posisi punting
selama 48 jam karena dapat menyebabkan kontraktur).

7. Komplikasi
a. Infeksi
b. Hemoragi
c. Rekurens lokal
d. Fraktur patologis

B. Konsep Asuhan Keperawatan Tumor Tulang


1. Pengkajian

a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada
neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang
merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,
osteomielitis, dll)
e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya
instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan
kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu
makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang
merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-
hari. Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan
otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot
menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada olahraga.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar dalam
kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi
krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen
tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer,
2002) 
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato
kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk
mengetahui adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk
mengetahui adanya pembengkakan.
2) Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf
pada sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering
terjadi meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis
(kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis
( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan).
Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau
akibat kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis
dijumpai pada penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya
akibat perubahan pusat gaya beratnya. 
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang
belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior
dan lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan
perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan
pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai
dengan  abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama
tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol,
akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami
kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada tumor tulang menurut Nurarif dan Kusuma (2015)
dengan berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Tahun 2017 sebagai
berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik: trauma.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dan kematian.
3. Rencana Keperawatan
NO. SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Indetifikasi lokasi,
dengan agen diharapkan tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
pecendera fisik Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas,
ditandai dengan 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
mengeluh 2. Meringis menurun 2. Indetifikasi skala nyeri
nyeri+, 3. Gelisah menurun 3. Indetifikasirespon
meringis+, 4. Kesulitan tidur menurun nyeri non verbal
gelisah+,susah 5. Frekuensi nadi membaik 4. Indetifikas factor yang
tidur+. memperberat dan
meper ringan nyeri
5. Indetifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
6. Indetifikasi pengaruh
nyeri terhadapkualitas
hidup
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan
analgentik
Terapeutik
9. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis TENS, hipnosis,
akkupressure, terapi
musik, dll)
10. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
11. Fasilitasi istirahat
tidur
12. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
13. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
14. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
15. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
16. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
17. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi


mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi adanya
berhubungan diharapkan mobilitas meningkat nyeri atau keluhan
dengan Kriteria Hasil : lainnya
gangguan 1. Pergerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi
muskoloskeletal meningkat fisik melakukan
ditandai dengan 2. Kekuatan otot pergerakan
pasien tidak meningkat 3. Monitor frekuensi
mampu 3. Rentang gerak jantung dan tekanan
menggerakan meningkat darah sebelum dan
kakinya, tonus 4. Nyeri menurun sesudah mobilisasi
otot menurun, 4. Monitor kondisi umum
sendi kaku selama melakukan
rentang gerak mobilisasi
menurun. Terapeutik
5. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
6. Fasilitas melakukan
pergerakan, jika perlu
7. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
9. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
10. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Indentifikasi penurunan
dengan diharapkan tingkat ansietas tingkat energy,
ancaman menurun ketidakmampuan
terhadap Kriteria Hasil : berkosentrasi, atau
konsep diri 1. Verbalisasi kebingungan gejala lain yang
ditantadi menurun mengganggu
dengan pasien 2. Verbalisasi khawatir akibat 2. Identifikasi tehnik
mengatakan kondisi yang dihadapi relaksasi yang pernah
sudah tidak menurun efektif digunakan
berdaya, gelisah 3. Perilaku gelisah menurun 3. Identifikasi kesedian,
+, tegang+, 4. Perilaku tegang menurun kemampuan, dan
sulit tidur+, 5. Konsentrasi membaik penggunaan tehnik
TD: 130/90 6. Pola tidur membaik sebelumnya
mmHg, N: 100 4. Periksa ketegangan
x/ menit, Rr: otot, frekuensi nadi,
21x/ menit. tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
6. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
7. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
tehnik relaksasi
8. Gunakan pakaian
longgar
9. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
10. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika perlu
Edukasi
11. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia
12. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
13. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
14. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
15. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih tehnik yang
dipilih
16. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Nurarif dan Kusuma, 2015, Aplikasi Nanda Nic-Noc: Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis Jilid 1, Jakarta: Mediaction.

PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1, Cetakan III, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II, Jakarta: DPP PPNI.

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta : EGC.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba

Medika.

Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

http://www.NHS.uk/conditions/Cancer-of-the-Bone/Pages/diagnosis.aspx

FORMAT PENGKAJIAN DATA


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BIODATA

Nama : Tn. E
Jenis Kelamin :L
Umur : 30 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Singosari
No. Register : 22791xxx
Tanggal MRS : 13 April 2020
Tanggal Pengkajian : 14 April 2020
Diagnosa Medis : Tumor Femur

KESEHATAN KLIEN RIWAYAT


1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
Pasien mengatakan nyeri pada paha sebelah kiri
P: tumor femur
Q: seperti tertusuk- tusuk
R: paha kiri
S: 7
T: terus- menerus
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang Ke IGD RSSA pada tanggal 13 April 2020 dengan keluhan pasien mengatakan
nyeri pada paha sebelah kiri P: tumor femur, Q: seperti tertusuk- tusuk, R: paha kanan, S: 7,
T: terus- menerus, pada 6 bulan yang lalu pasien tergelincir saat berjalan, keluarga
menyarankan untuk dibawa ke tukang pijet, namur tidak kunjung sembuh malah paha sampai
lutut tambah membengkak, dan merah, kemudian keluarga membawa pasien ke RSSA,
setelah pasien di bawa ke RSSA pasien di periksa oleh dokter kemudian pasien dilakukan X-
Ray pada pahanya sebelah kiri, dengan hasil terdapat masa berukuran d 7cm, terdapat pada
femur dextra, setelah selesai di lakukan X-Ray pasien berikan terapi IVFD NS 0,9% 20 tpm,
inj. antrain 3x 1, setelah di berikan terapi dan di observasi di IGD pasien di pindahkan di
Ruang 20 untuk tindakan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu tergelincir saat berjalan, namun tidak berobat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatajkan di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti pasien.

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur : Tidur siang 10 menit
Tidur malam 6-8 jam
2. Waktu Bangun : Saat tiba- tiba nyeri berlangsung
3. Masalah tidur : Tidak ada
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Lingkungan yang tenang, setelah diberikan injeksi
anti nyeri
5. Hal-hal yang mempermudah klien terbangun : Jika ada keramaian

B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : Sebelum MRS 2 kali/hari
Saat MRS belum Bab
2. BAK : 5-6x sehari
3. Kesulitan BAB/BAK : Tidak ada kesulitan BAB/BAK
4. Upaya/Cara mengatasi masalah tersebut : Tidak ada masalah

C. POLA MAKAN DAN MINUM :


1. Jumlah dan jenis makanan : Makanan TKTP 1300Kkal
2. Waktu Pemberian Makan : 3x sehari
3. Jumlah dan Jenis Cairan : Air putih 2 liter/ hari
4. Waktu Pemberian Cairan : Pagi, siang, malam, dan pada saat pasien haus
5. Pantangan : Tidak ada
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : Pasien mengatakan tidak kesulitan mengunyah
b. Kesulitan menelan : Pasien mengatakan tidak kesulitan menelan
c. Mual dan Muntah : Pasien mengatakan mual, muntah (-)
d. Tidak dapat makan sendiri : Pasien mampu untuk makan dan minum secara mandiri
7. Upaya mengatasi masalah : Tidak ada
D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :
1. Pemeliharaan Badan : SMRS mandi 2x sehari
MRS diseka 2x sehari
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : Gigi sedikit kotor, mulut bau
3. Pemeliharaan Kuku : Kuku bersih, tidak hitam

E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :


F. Kegiatan pasien dibantu sebagian oleh keluarga seperti memakai baju, perawatan diri,
dan bergerak (mobilisasi)
No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0  =    Tidak mampu
1  =    Butuh bantuan memotong, mengoles
2
mentegadll.
2  =    Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0  =    Tergantung orang lain
0
1  =    Mandiri
3. Perawatan 0  =    Membutuhkan bantuan orang lain
diri (Grooming) 1  =    Mandiri dalam perawatan muka, rambut, 0
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian (Dressing) 0  =    Tergantung orang lain
1  =    Sebagian dibantu (misal mengancing
1
baju)
2  =    Mandiri
5. Buang air 0  =    Inkontinensia atau pakai kateter dan
kecil (Bowel) tidak terkontrol
1  =    Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2  =    Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang 0  =    Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
air besar (Bladder) enema)
2
1  =    Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2  =    Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0  =    Tergantung bantuan orang lain
1  =    Membutuhkan bantuan, tapi dapat
1
melakukan beberapa hal sendiri
2  =    Mandiri
8. Transfer 0  =    Tidak mampu
1  =    Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) 2
2  =    Bantuan kecil (1 orang)
3  =    Mandiri
9. Mobilitas 0  =    Immobile (tidak mampu) 2
1  =    Menggunakan kursi roda
2  =    Berjalan dengan bantuan satu orang
3  =    Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0  =    Tidak mampu
1  =    Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2  =    Mandiri
G. Jumlah : 13
H. Interpretasi hasil :
I. 20        : Mandiri
J. 12-19   : Ketergantungan Ringan
K. 9-11     : Ketergantungan Sedang
L. 5-8       : Ketergantungan Berat
M. 0-4       : Ketergantungan Total
semenjak sakit semua aktivitas di bantu oleh istrinya atau keluarganya
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi : Tidak ada masalah pada pola komunikasi
B. Orang yang paling dekat dengan klien : Pasien mengatakan orang yang paling dekat
yaitu Istrinya
C. Rekreasi
Hobby : Berkebun
Penggunaan waktu senggang : Kumpul keluarga, nonton tv
D. Dampak riwayat di Rumah Sakit : Pasien tampak tidak bersemangat, pasien putus asa
E. Hubungan dengan orang lain/Interaksi sosial : Tidak ada masalah
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Istri

DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : Pasien rajin beribadah
B. Keyakinan terhadap sehat/sakit: Pasien mengatakan sehat dan sakit itu takdir
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Pasien mengatakan tetap semangat dan sabar
mengahadapi penyakitnya kesembuhan ada pada diri klien sien sudah pasrah

PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : keadaan umum baik kes. Composmentis, GCS E4 V5
M6
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,4º C Nadi : 86 kali/menit
Tekanan darah : 120/ 90 mmHg Respirasi : 20 x / menit
Tinggi badan: 170 cm Berat Badan : 56 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Simetris, tidak ada edema
Ubun-ubun : Tidak ada maslah, teraba keras
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : distribusi merata
Bau : Sedikit bau
Warna : Hitam kecoklatan
c. Wajah : Simetris
Warna kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : Simetris
2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Simetris
b. Kelopak Mata (Palpebra): Simetris
c. Konjunctiva dan sclera : Anemis (-)
d. Pupil : Isokor
e. Kornea dan Iris : Reflek terhapad cahaya
f. Ketajaman Penglihatan/Virus : Pasien mengatakan pandangan sedikit kabur
g. Tekanan Bola Mata : Tidak ada masalah
3. H i d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : Tidak ada masalah
c. Lubang Hidung : Simetris kanan kiri , polip -
d. Cuping Hidung : Tidak ada
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Simetris
Ukuran Telinga : Kanan kiri sama
Ketegangan telinga : Kanan kiri sama tegang
b. Lubang Telinga : tampak adanya lubang kanan dan kiri, tidak ada perdarahan
c. Ketajaman pendengaran : Tidak ada masalah
5. Mulut dan Faring :
a. Keadaan Bibir : Simetris, pecah (-), kering(-), stomatitis (-)
b. Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi bersih , gigi ssedikit kotor, stomatitis (-)
c. Keadaan Lidah : tidak ada masalah
6. Leher :
a. Posisi Trakhea : tidak ada defiasi
b. Tiroid : tidak ada pembesran kelenjar tiroid
c. Suara : suara normal
d. Kelenjar Lymphe: tidak ada pembesaran kelenjar lymphe
e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Carotis : terba kuat

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :


a. Kebersihan : Kulit tampak bersih
b. Kehangatan : Akrat hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : Tidak ada masalah, kembali kurang dari 2 detik
e. Tekstur : Kenyal
f. Kelembapan : Kulit tampak lembab
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak:


a. Ukuran dan bentuk payudara : tidak dikaji
b. Warna payudara dan areola : tidak dikaji
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : tidak dikaji
d. Axila dan clavicula : tidak dikaji
F. Pemeriksaan Thorak / Dada :
1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : Normal chest, jejas (-) , simetris kanan dan kiri
b. Pernafasan
- Frekuensi : 20 kali/ menit
- Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak ada

2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) : teraba sama ka | ki
b. Perkusi : ics 1- 4 sonor, ics 4-5 redup
d. Auskultasi
- Suara nafas : vesikuler
- Suara Ucapan : kanan kiri sama
- Suara Tambahan : rhonci -/-, whezing -/- , cracle -/-
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan palpasi
- Pulpasi : tidak teraba
- Ictus Cordis : tidak teraba
b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung : tidak terdapat cardiomegali
c. Auskultasi
- Bunyi Jantung I : tunggal
- Bunyi Jantung II : tunggal
- Bising/murmur : murmur (-), gallop (-)
- Frekuensi denyut jantung : 86 kali/ menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : tidak ada
- Benjolan/massa : tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : noral 15 kali/ menit
- Bunyi jantung anak/BJA : tidak terdapat bunyi jantung anak
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

- Benjolan /massa : tidak ada benjolan/massa


- Tanda-tanda Ascites : tidak ada ascites
- Hepar : hepatomegali (-)
- Lien : sphenomegali (-)
- Titik Mc. Burne : tidak ada apendik
d. Pekusi
- Suara Abdomen : timpani
- Pemeriksaan Ascites : tidak ada tanda ascites
H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Genetalia Sekitarnya :
1. Genetalia
a. Rambut pubis : tidak dikaji
b. Meatus Urethra : tidak dikaji
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal
Tidak ada
I.Anus dan Perineum
a. Lubang Anus : tidak ada masalah
b. Kelainan-kelainan pada anus : tidak ada
c. Perineum : tidak dikaji
J. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas ) pengkajian psikologis
a) Kesimestrisan otot : tangan kanan kiri simetris, kaki kiri bengkak, kaki
kanan simetris
b) Pemeriksaan Oedema : edema pada paha kaki kiri .
c) Kekuatan otot : tangan 5ǀ5 kaki 3ǀ5
d) pergerakan otot : kaki kiri tidak bisa digerakan
e) Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku : bengkak dan kemerahan pada paha
sebelah kiri
K. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif ) / GCS : E4 V5 M6
2. Tanda-tanda rangsangan Otak (Meningeal Sign) : tidak ada masalah
3. Fungsi Motorik : tidak ada masalah
4. Fungsi Sensorik : tidak ada masalah
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : tidak ada masalah
a) Refleks Patologis : tidak ada masalah

L. Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi emosi/perasaan : pasien mengatakan sedikit cemas, merasa tidak berguna lagi
b. Orientasi : tidak ada masalah
c. Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) : tidak ada masalah
d. Motifikasi (kemampuan) : tidak ada masalah
e. Persepsi : keluarga optimis
f. f. Bahasa : bahasa jawa dan indonesia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : tumor femur
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :
1. Laboratorium
JENIS HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN DEWASA NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9,1 g/ dL 13,4-17,7
Eritosit 3,69 4,0-5,6
Leukosit 12,90 4,3-10,3
Hematokrit 42,70 % 142-424
Trombosit 497 80-93
MCV 29,50 27-31
MCH 33,00 32-36
MCHC 11,5 11,5-14,5
RDW 12,50 % 9-13
PDW 9,9 fL 7,2-11,1
MPV 16,7 fL 15,0-25,0
P-LCR 30,8 % 0,150-0,400
PCT 0,26 %
NRBC Absolute 0.00
NRBC Percent 0,0 %
Hitung Jenis
 Eosinofil 0,3 % 0-4
 Basofil 0,3 % 0-1

 Neutrofil 63,8 % 51-67

 Limfosit 26 % 25-33
4,9 % 2-5
 Monosit
0,03
 Eosinofil absolut
0,03
 Basofil absolut
13,50
 Neutrofil absolut
1,16 0,16-1
 Limfosit absolute
 Monosit absolut
2. Rontgen : terdapat masa berukuran d 7cm, terdapat pada femur dextra
3. ECG :-
4. USG :-
5. Lain – lain :-

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


IVFD NS 0,9% 20 tpm
Inj. Antrain 3 x 1
Ceftriazone 2 x 1gr
Omeprazole 30mg

Malang , 14 April 2020


Mahasiswa,

Yenne Purnamaning Tyas


NIM : P17212195047
A. ANALISA DATA
Data fokos Etiologi Masalah
S: pasien mengatakan nyeri Agen pecendera fisik Nyeri akut
pada paha kiri
O: keadaan umum baik, GCS
456, meringis (+), gelisah
(+),
P: tumor femur
Q: seperti tertusu- tusuk
R: paha kiri
S: skala 7
T: terus menerus
Sulit tidur (+)
TD: 120/90 mmHg
N: 86 x/ menit
Rr: 20x/ menit

S: pasien mengatakan Gangguan muskuloskeletal Gangguan mobilitas fisik


mengeluh nyeri dan tidak
mampu menggerakan kaki
kirinya
O: fisik lemah(+) , tonus otot
kaki 3ǀ5, rentang gerak
menurun, sendi kaku, semua
aktivitas dibantu keluarga
S: pasien mengatakan sudah Ancaman terhadap konsep Ansietas
tidak berdaya diri
0: gelisah (+), tegang (+),
sulit tidur (+), TD: 120/90
mmHg, N: 86 x/ menit, Rr:
20 x/ menit.
B. DIAGNOSA PERIORITAS
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri(+),
meringis(+), gelisah(+),susah tidur+.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal ditandai dengan
pasien tidak mampu menggerakan kakinya, tonus otot menurun, sendi kaku rentang gerak
menurun.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri ditantadi dengan pasien
mengatakan sudah tidak berdaya, gelisah +, tegang+, sulit tidur+, TD: 120/90 mmHg, N:
86 x/ menit, Rr: 20x/ menit.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
pecendera fisik ditandai dengan mengeluh selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Indetifikasi lokasi,
nyeri(+), meringis(+), gelisah(+),susah menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
tidur(+). Kriteria Hasil : kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Indetifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Indetifikasirespon nyeri non
3. Gelisah menurun verbal
4. Kesulitan tidur menurun 4. Indetifikas factor yang
5. Frekuensi nadi membaik memperberat dan meper ringan
nyeri
5. Indetifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
6. Indetifikasi pengaruh nyeri
terhadapkualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgentik
Terapeutik
9. Berikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis TENS, hipnosis,
akkupressure, terapi musik, dll)
10. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
11. Fasilitasi istirahat tidur
12. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
13. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
17. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi


dengan gangguan muskoloskeletal ditandai selama 3x24 jam diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau
dengan pasien tidak mampu menggerakan meningkat keluhan lainnya
kakinya, tonus otot menurun, sendi kaku Kriteria Hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
rentang gerak menurun. 1. Pergerakan ekstremitas meningkat melakukan pergerakan
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan
3. Rentang gerak meningkat tekanan darah sebelum dan
4. Nyeri menurun sesudah mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
6. Fasilitas melakukan pergerakan,
jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
9. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
10. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi


terhadap konsep diri ditantadi dengan pasien selama 1x24 jam diharapkan tingkat 1. Indentifikasi penurunan tingkat
mengatakan sudah tidak berdaya, gelisah(+), ansietas menurun energy, ketidakmampuan
tegang(+), sulit tidur(+), TD: 120/90 mmHg, Kriteria Hasil : berkosentrasi, atau gejala lain
N: 86 x/ menit, Rr: 20x/ menit. 1. Verbalisasi kebingungan menurun yang mengganggu
2. Identifikasi tehnik relaksasi yang
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi
pernah efektif digunakan
yang dihadapi menurun 3. Identifikasi kesedian,
kemampuan, dan penggunaan
3. Perilaku gelisah menurun
tehnik sebelumnya
4. Perilaku tegang menurun 4. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
5. Konsentrasi membaik
dan suhu sebelum dan sesudah
6. Pola tidur membaik latihan
5. Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
6. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
7. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
tehnik relaksasi
8. Gunakan pakaian longgar
9. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
10. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika perlu
Edukasi
11. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
12. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang dipilih
13. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
14. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
15. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih tehnik yang dipilih
16. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal, Diagnosa Kep. Implementasi Jam Evaluasi TTD
jam
14 April Nyeri akut berhubungan 1. Mengidetifikasi lokasi, 13.00 S: pasien mengatakan nyeri pada paha kiri Yenne
2020, dengan agen pecendera karakteristik, durasi, frekuensi, O: keadaan umum baik, GCS 456,
08.00 fisik ditandai dengan kualitas, intensitas nyeri meringi(+), gelisah(+),
mengeluh nyeri(+), P: tumor femur P: tumor femur
meringis(+), Q: seperti tertusuk- tusuk Q: seperti tertusu- tusuk
gelisah(+),susah tidur(+) R: paha kiri R: paha kiri
T: terus- menerus S: skala 6
2. Mengindetifikasi skala nyeri T: terus menerus
S: 7 Sulit tidur(+)
3. Mengindetifikasi respon nyeri non TD: 120/90 mmHg
verbal N: 86 x/ menit
Pasien tampak meringis menahan Rr: 20x/ menit
sakit A: masalah teratasi sebagian
4. Mengindetifikasi identivikasi factor P: lanjutkan intervensi
yang memperberat dan meper 1. Idetifikasi lokasi, karakteristik,
ringan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
5. Memberikan teknik non nyeri
farmakologis untuk mengurangi 2. Idetifikasi skala nyeri
rasa nyeri. 3. Berikan teknik non farmakologis
Dengan terapi musik morotal untuk mengurangi rasa nyeri dengan
6. Mengkontrol lingkungan yang musi morotal
memperberat rasa nyeri 4. Kontrol lingkungan yang
Ciptakan suasana yang nyaman , memperberat rasa nyeri
atur posisi senyaman mungkin, 5. Fasilitasi istirahat tidur
hindari kebisingan 6. Kolaborasi pemberian analgetik jika
7. Memfasilitasi istirahat tidur
Berikan posisi yang nyaman dan
pencahayaan
8. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
9. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
10. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
11. Berkolaborasi pemberian analgetik
jika inj. antrain 1 amp
14 April Gangguan mobilitas 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau 13.00 S: pasien mengatakan tidak mampu Yenne
2020, fisik berhubungan keluhan lainnya menggerakan kaki kirinya
08.00 dengan gangguan Nyeri pada paha kaki kiri O: fisik lemah (+) , tonus otot kaki 3ǀ5,
muskoloskeletal ditandai 2. Mengidentifikasi toleransi fisik rentang gerak menurun, sendi kaku, semua
dengan pasien tidak melakukan pergerakan aktivitas dibantu keluarga.
mampu menggerakan Batasi pergerakan dan aktivitas A: masalah teratasi sebagian
kakinya, tonus otot 3. Memonitor frekuensi jantung dan P: lanjutkan intervensi
menurun, sendi kaku tekanan darah sebelum dan sesudah 1. Identifikasi adanya nyeri atau
rentang gerak menurun. mobilisas keluhan lainnya
N: 86x/ menit , TD: 120/90mmHg 2. Monitor frekuensi jantung dan
4. Memonitor kondisi umum selama tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan mobilisasi mobilisas
Ku: Lemah, tonus otot kaki 3ǀ5 3. Monitor kondisi umum selama
5. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi melakukan mobilisasi
dengan alat bantu 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Dibantu perawat dan keluarga 5. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
6. Menfasilitas melakukan pergerakan, harus dilakukan
jika perlu
Bantu klien melakukan ROM pasif
pada tangan dan kaki kiri
7. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Semua aktifitas adl di bantu
keluarga
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
9. Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini
10. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
Seperti ROM pasif pada kaki kiri
dan ROM aktif pada kaki kanan
dan tangan kanan kiri

14 April Ansietas berhubungan 1. Mengindentifikasi penurunan 13.00 S: pasien mengatakan sudah tidak berdaya Yenne
2020, dengan ancaman tingkat energy, ketidakmampuan 0: gelisah(+), tegang(+), sulit tidur(+), TD:
08.00 terhadap konsep diri berkosentrasi, atau gejala lain yang 120/90 mmHg, N: 86 x/ menit, Rr: 20x/
ditantadi dengan pasien mengganggu menit.
mengatakan sudah tidak 2. Mengidentifikasi tehnik relaksasi A: masalah teratasi sebagian
berdaya, gelisah(+), yang pernah efektif digunakan P: lanjutkan intervensi
tegang(+), sulit tidur(+), Dengan tehnik nafas dalam 1. Indentifikasi penurunan tingkat
TD: 120/90 mmHg, N: 3. Memeriksa ketegangan otot, energy, ketidakmampuan
86 x/ menit, Rr: 20x/ frekuensi nadi, tekanan darah, dan berkosentrasi, atau gejala lain yang
menit. suhu sebelum dan sesudah latihan mengganggu
N: 86x/ menit , TD: 120/90 mmHg 2. Identifikasi tehnik relaksasi yang
4. Memonitor respons terhadap terapi pernah efektif digunakan
relaksasi Dengan tehnik nafas dalam
5. Menciptakan lingkungan tenang dan 3. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan tanpa gangguan dengan pencahayaan
pencahayaan dan suhu ruang dan suhu ruang nyaman, jika
nyaman, jika memungkinkan memungkinkan
6. Memberikan informasi tertulis 4. Anjurkan rileks dan merasakan
tentang persiapan dan prosedur sensasi relaksasi
tehnik relaksasi 5. Anjurkan sering mengulangi atau
7. Menjelaskan tujuan, manfaat, melatih tehnik yang dipilih
batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
8. Menganjurkan mengambil posisi
nyaman
9. Menganjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
10. Menganjurkan sering mengulangi
atau melatih tehnik yang dipilih
11. Mendemonstrasikan dan latih teknik
relaksasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal, Diagnosa Kep. Implementasi Jam Evaluasi TTD
jam
15 April Nyeri akut berhubungan 1. Mengidetifikasi lokasi, 13.10 S: pasien mengatakan nyeri pada paha kiri Yenne
2020, dengan agen pecendera karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
08.00 fisik ditandai dengan kualitas, intensitas nyeri O: keadaan umum baik, GCS 456,
mengeluh nyeri (+), P: tumor femur meringis(-), gelisah(-), sulit tidur(-)
meringis(+), Q: seperti tertusuk- tusuk P: tumor femur
gelisah(+),susah R: paha kiri Q: seperti tertusuk- tusuk
tidur(+). T: terus- menerus R: paha kiri
2. Mengidetifikasi skala nyeri S: skala 4
S: 6 T: hilang timbul
3. Memberikan teknik non TD: 110/80 mmHg
farmakologis untuk mengurangi N: 92 x/ menit
rasa nyeri Rr: 20x/ menit
Mendengarkan terapi musik morotal A: masalah teratasi sebagian
4. Mengontrol lingkungan yang P: lanjutkan intervensi
memperberat rasa nyeri 1. Idetifikasi lokasi, karakteristik,
Lingkungan nyaman, tidak bising durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
5. Mefasilitasi istirahat tidur nyeri
Jadwalkan waktu isirahat, 2. Idetifikasi skala nyeri
pencahayaan, 3. Berikan teknik non farmakologis
6. Berkoolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri (mis
Inj. Antrai 1 amp TENS, hipnosis, akkupressure, terapi
musik, dll)
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat tidur
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika
15 April Gangguan mobilitas fisik 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau 13.10 S: pasien mengatakan tidak mampu Yenne
2020, berhubungan dengan keluhan lainnya menggerakan kaki kirinya
08.00 gangguan Nyeri pada paha kiri O: fisik lemah (+) , tonus otot kaki 3ǀ5,
muskoloskeletal ditandai 2. Memonitor frekuensi jantung dan rentang gerak menurun, sendi kaku, semua
dengan pasien tidak tekanan darah sebelum dan sesudah aktivitas dibantu keluarga.
mampu menggerakan mobilisas A: masalah teratasi sebagian
kakinya, tonus otot TD: 110/80mmHg. N: 92x/menit P: lanjutkan intervensi
menurun, sendi kaku 3. Memonitor kondisi umum selama 1. Identifikasi adanya nyeri atau
rentang gerak menurun. melakukan mobilisasi keluhan lainnya
Ku baik, tonus otot kaki 3ǀ5 2. Monitor frekuensi jantung dan
4. Menganjurkan melakukan tekanan darah sebelum dan sesudah
mobilisasi dini mobilisas
5. Mengajarkan mobilisasi sederhana 3. Monitor kondisi umum selama
yang harus dilakukan melakukan mobilisasi
Seperti ROM pasif pada kaki kiri 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
dan ROM aktif pada kaki kanan 5. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
dan tangan kanan kiri agar tidak harus dilakukan
terjadi kekakuan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal, Diagnosa Kep. Implementasi Jam Evaluasi TTD
jam
16 April Nyeri akut berhubungan 1. Mengidetifikasi lokasi, 16.20 S: pasien mengatakan nyeri pada paha kiri Yenne
2020, dengan agen pecendera karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
14.00 fisik ditandai dengan kualitas, intensitas nyeri O: keadaan umum baik, GCS 456,
mengeluh nyeri(+), P: tumor femur meringis(-), gelisah(-), sulit tidur(-)
meringis(+), Q: seperti tertusuk- tusuk P: tumor femur
gelisah(+),susah tidur(+). R: paha kiri Q: seperti tertusu- tusuk
T: hilang timbul R: paha kiri
2. Mengidetifikasi skala nyeri S: skala 3
S: 4 T: hilang timbul
3. Memberikan teknik non Sulit tidur(+)
farmakologis untuk mengurangi TD: 120/80 mmHg
rasa nyeri (mis TENS, hipnosis, N: 90 x/ menit
akkupressure, terapi musik, dll) Rr: 20x/ menit
Mendengarkan terapi musik religi A: masalah teratasi
4. Mengontrol lingkungan yang P: hentikan intervensi
memperberat rasa nyeri
Lingkungan nyaman, tidak bising
5. Mefasilitasi istirahat tidur
Jadwalkan waktu isirahat,
pencahayaan,
6. Berkoolaborasi pemberian analgetik
Inj. Antrain 1 amp

16 April Gangguan mobilitas fisik 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau 16.20 S: pasien mengatakan sedikit mampu Yenne
2020, berhubungan dengan menggerakan kaki kirinya dengan bantuan
14.00 gangguan keluhan lainnya O: fisik lemah(+) , tonus otot kaki 3ǀ5,
muskoloskeletal ditandai Nyeri pada paha kiri rentang gerak menurun, sendi kaku, semua
dengan pasien tidak 2. Memonitor frekuensi jantung dan aktivitas dibantu keluarga.
mampu menggerakan tekanan darah sebelum dan sesudah A: masalah teratasi sebagian
kakinya, tonus otot mobilisas P: lanjutkan intervensi
menurun, sendi kaku TD: 120/80mmHg. N: 90x/menit 1. Identifikasi adanya nyeri atau
rentang gerak menurun. 3. Memonitor kondisi umum selama keluhan lainnya
melakukan mobilisasi 2. Monitor frekuensi jantung dan
Ku baik, tonus otot kaki 3ǀ5 tekanan darah sebelum dan sesudah
4. Menganjurkan melakukan mobilisas
mobilisasi dini 3. Monitor kondisi umum selama
5. Mengajarkan mobilisasi sederhana melakukan mobilisasi
yang harus dilakukan 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Seperti ROM pasif pada kaki kiri 5. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
dan ROM aktif pada kaki kanan harus dilakukan
dan tangan kanan kiri agar tidak
terjadi kekakuan

Anda mungkin juga menyukai