Anda di halaman 1dari 13

PATOFISIOLOGI OSTEOSARKOMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengkajian Keperawatan Dewasa

Oleh :

Kelompok 3
Lis Mukti Lestari 22020118410008
Wenny Trisnaningyas 22020118410010
Khamid Hanafi 22020118410031
Arif Mudjiono 22020118410030
Wahyono 22020118410034
Indera Aini 22020118410055

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019

1
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. 1–9
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang.
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki
dan anak perempuan adalah sama, tetapi padaakhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki.
Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer.
2001).
Adapun faktor  predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai  penyebab utama
karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah  jarang menyebabkan
osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis  juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah

2
radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis mengakibatkan
14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun  beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )

C. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan
elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang
berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk
terhadap gambarannya di dalam tulang.

3
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan
pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya
neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa
berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi
oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada
hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu
pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan
terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru dan
keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi penyebaran ke
paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran
ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali
terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana pada tumor
mungkin teraba hangat dan agak memerah (Smeltzer, Suzanne C,2001).

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne C
(2001) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan).

4
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan
peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering
adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif
daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei
seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya
tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor,
apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI

5
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam
tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam
membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam
serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading tumor.
Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan
dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration, FNA)
dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk
melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi
terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan yang
lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaanultramikroskopik,
mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan
perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma dan
kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh
dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya,
misalnya pada reseksi end-block .

6
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi yang
biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari
kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan
fraktur patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota
ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda  –  tanda apatis dan kelemahan.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui
tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang
sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo
adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga
dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant
chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor  primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan  pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah
melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat
mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan
secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah
: doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna

7
(Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin
dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant)
atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide. Dengan
menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti
memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini
timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang dipersarafinya.
Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula
limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus
lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan motorik dan sensorik serta
limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.

Patofisiologi
Osteosarkoma terjadi terutama pada metafisik tulang panjang. Sebagian besar tumor
muncul pada tulang yang terlibat dengan sendi lutut di ujung distal tulang paha atau ujung
proksimal tibia. Sebagai tumor sel mesenkimal, osteosarkoma menunjukkan produksi jaringan
osteiod. Perbatasan tumor berbeda dan bergabung menjadi tulang normal yang berdekatan.
Etiologinya tidak diketahui. Faktor-faktor predisposisi termasuk, Umur (10-25), Jenis
Kelamin (pria), Riwayat keluarga, percepatan pertumbuhan remaja, Tinggi untuk usia,
Pengobatan sebelumnya dengan radiasi, Tumor tulang jinak & non-kanker, Kurang olahraga,
Merokok dan minum, DNA mutasi, kerentanan keluarga, cedera dan gangguan metabolisme /
hormonal.
Setelah ada mutasi DNA yang mengaktifkan onkogen yang mengarah ke penonaktifan
gen penekan yang menyebabkan osteoblas ganas yang mengarah pada proliferasi osteoblas
abnormal. Ini menyebabkan pembentukan jaringan osteoid.
Jaringan osteoid menyebabkan pertumbuhan tumor yang tidak terkendali di dalam tulang
dan karenanya menyebabkan kepadatan tulang yang berlebihan. Kemudian terjadi penekanan

8
sumsum tulang merah yang menyebabkan penurunan produksi sel darah. penurunan sel darah
merah menyebabkan anemia sementara penurunan sel darah merah menyebabkan resistensi
infeksi yang lebih rendah. Kepadatan ini juga menyebabkan tekanan di dalam tulang yang
merupakan penyebab utama rasa sakit dan patah tulang. Kanker kemudian menyebar menyebar
ke bagian lain dari tubuh terutama paru-paru, ginjal, SSP, hati dan limpa.

9
Patway

Non-modifiable factors Faktor yang tidak diketau Modifiable factors


 Age- (10-25)  Previous treatment with radiation
 Gender-(male) Osteoblasts  Benign &non-cancerous bone tumor
 Family history  Lack of exercise
 Smoking and drinking
 Teenage growth spurt Mutatisi pada DNA
 Injury
 Tall for age
 Metabolic/hormonal disturbance
 DNA mutation
 Familial susceptibility Activate Oncogene
 Metabolic/hormonal disturbance
Deactivation of tumor suppressor gene

Malignant osteoblast

Proliferation of abnormal osteoblast

Formation of osteoid tissue

Uncontrolled growth of tumor in bone

Overcrowding of the bone

-pain
Suppression of red Increased pressure
Metastases and spreading -swelling
bone marrow inside bone
to other parts of the body
10 Fractures
Decreased production of Organ infiltration
blood cells

Decreased RBC Decreases WBC Decreased platelets

Anemia Lowered infection


resistance
-aneroxia
-fatigue
-SOB Kidneys CNS Liver/spleen Lungs
-diziness
Disturbances in Leukocyte cells impair Invasion and overcrowding
Overcrowding of cancer
of the liver/spleen
renal filtration circulation of CSF cells in lungs

Leukocyte cells Hepatomegaly/spleenomegaly


Kidney failure Bronchial /tracheal
compress spinal/cranial obstruction
Extra cells cause
- Little or no urine output nerves
liver/spleen to rapture Severe hypoxia
-Flank pain Progress to coma
-edema -Cough
-Weakness Bleeding Hypovolemic shock
-Blurred vision -wheeze
-Balance -SOB
difficulty -hypotension -chest pain
-Vomiting -tachypnea -hoarseness
-lethargy -tachycardia -dysphagia

11
Daftar Pustaka

1. Spuy DJ Van Der, Stell M. Osteosarcoma : Pathology , staging and management Reprint
requests : SA Orthop J. 2016;69–78.

2. Picci P. Osteosarcoma (Osteogenic sarcoma). Orphanet J Rare Dis. 2014;2(1):4–7.

3. Choong PFM, Broadhead ML, Clark JCM, Myers DE, Dass CR. The molecular
pathogenesis of osteosarcoma: A review. Sarcoma. 2015;2011.

4. Shi Z, Zhou H, Pan B, Lu L, Wei Z, Shi L, et al. Exploring the key genes and pathways of
osteosarcoma with pulmonary metastasis using a gene expression microarray. Mol Med
Rep. 2017;16(5):7423–31.

5. Denduluri SK, Wang Z, Yan Z, Wang J, Wei Q, Mohammed MK, et al. Molecular
pathogenesis and therapeutic strategies of human osteosarcoma. J Biomed Res [Internet].
2016;30(June 2015):5–18. Available from: http://www.jbr-
pub.org.cn/ch/reader/view_abstract.aspx?file_no=JBR160102&flag=1

6. Mahjoub A, Crasto JA, Mandell J, Fourman MS, Agarwal R, Weiss KR. The Use of
Molecular Pathway Inhibitors in the Treatment of Osteosarcoma. Osteosarcoma - Biol
Behav Mech. 2017;

7. Collantes M, Martínez-Vélez N, Zalacain M, Marrodán L, Ecay M, García-Velloso MJ, et


al. Assessment of metabolic patterns and new antitumoral treatment in osteosarcoma
xenograft models by [ 18 F]FDG and sodium [ 18 F]fluoride PET. BMC Cancer.
2018;18(1):1–10.

8. Komite Penanggulanan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Osteosarkoma. Kom


Penanggulangan Kanker Nas [Internet]. 2015;1–40. Available from:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOsteosarkoma.pdf

9. Andhini Afliani Putri AP, I. Osteosarkoma. Univ Riau. 2015;1–22.

12
13

Anda mungkin juga menyukai