Anda di halaman 1dari 18

TUMOR TULANG

Tumor tulang atau Neoplasma tulang adalah neoplasma yang jarang ditemukan.1 Insidensi
neoplasma ini kurang dari 0,2 % dari keseluruhan neoplasma.2 Insidensi dari beberapa
neoplasma tulang bekaitan dengan usia, misalnya Osteosarkoma yang terjadi kebanyakan
pada anak dan dewasa. Lokasi anatomik juga mempunyai kekhususan, yaitu tersering terjadi
pada daerah metafisis panjang, yaitu femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.2
I. Definisi
Adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut tidak pernah
menjadi dewasa.4 Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu
pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.5
II. Klasifikasi
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel.1,4
II.1 Primer
1. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma - Parosteal Osteosarkoma
- Osteoma
2. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak :- Kondroblastoma Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma

3. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)


Jinak : - Non Ossifying Fibroma Ganas : - Fibrosarkoma
4. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
• Ganas : - Multiple Myeloma
• Sarkoma Ewing
• Sarkoma Sel Retikulum
5. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
II.2 Sekunder/Metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor di bagian tubuh
lain yang telah menyebar ke tulang.

Lesi tulang metastatik dibagi menjadi 3 kelompok:


• Lesi osteolitik
• Lesi osteoblastik
• Lesi campuran.
Lesi osteolitik paling sering ditemukan pada proses destruktif (penghancuran tulang). Lesi
osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan tulang baru yang dirangsang oleh tumor. Secara
mikroskopis, sebagian besar tumor tulang metastatik merupakan lesi campuran.

PENYEBAB
Tulang merupakan organ ketiga yang paling sering diserang oleh penyakit metastatik
(penyakit dari suatu organ yang menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Kanker yang paling sering menyebar ke tulang adalah kanker payudara, paru-paru, prostat,
tiroid dan ginjal.

Bila dibandingkan antara karsinoma dan sarkoma, maka jenis kanker yang lebih sering
menyebar ke tulang adalah karsinoma.
Tulang pertama yang biasanya terkena adalah tulang rusuk, tulang panggul dan tulang
belakang; tulang-tulang distal (ujung tubuh) jarang terkena.

Penyebaran terjadi jika suatu tumor tunggal atau sekumpulan sel tumor masuk ke dalam
aliran darah dan melalui pembuluh darah di kanalis Harves sampai ke sumsum tulang,
dimana mereka berkembangbiak dan membentuk pembuluh darah yang baru.
Pleksus vena Batson di tulang belakang memungkinkan sel-sel kanker masuk ke dalam
sirkulasi tulang belakang tanpa harus melalui paru-paru terlebih dahulu. Aliran darah di
dalam pleksus ini sangat lambat sehingga sel-sel kanker bisa bertahan hidup dan
mempertinggi angka kejadian metastase kanker prostat ke tulang belakang.
A. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma relative jarang ditemukan.1 Lesi jinak ini pertama kali diterapkan oleh
JAFFE pada tahun 1935. Oleh sebagian ahli, neoplasma ini dianggap lesi reaktif, bukan
neoplasma tulang.4
Klinis : Didapatkan terutama pada kaum pria muda berumur antara 10-25 tahun dengan
keluhan utama nyeri pada tulang yang bersangkutan. Nyeri bersifat menetap yang tidak
hilang oleh istirahat dan makin terasa pada malam hari. Nyerinya dapat bersifat ringan
sampai hebat, ciri istimewa nyerinya ialah nyeri dapat hilangkan dengan pengobatan
aspirin.4,6
Lokasi : Dapat mengenai semua tulang, tetapi biasanya pada tulang panjang seperti Femur
dan Tibia.4,6 Caput femur merupakan salah satu tempat yang paling sering didapat.6
Radiologi : Tampak sebagai daerah nidus radiolusen yang dikelilingi oleh pinggir sklerotik.
Lesi terletak di bagian tengah dari garis tulang. Ukuran lesi tidak lebih dari 1-2 cm.4,6
Patologi : Didapat sebagai jaringan yang seluler, banyak vaskularisasinya.4 Jika nidus
diangkat, terlihat gambaran lingkaran merah tulang trabekular biasanya kurang dari 1 cm.6
Terapi:4
• Operatif, dengan melakukan eksisi lengkap daripada nidus.
• Tulang sklerotik di sekitar nidus tidak perlu dieksisi, karena dengan eksisi nidus, dengan
sendirinya tulang skelerotik tersebut menghilang.
B. Osteoblastoma
Tumor dengan ukuran yang berukuran lebih besar dari osteoid Osteoma, lebih jarang dan
paling sering di tulang vertebra.1 ukuran lebih dari 1,5 cm.7 perbedaan dengan osteoid
osteoma adalah osteoblastoma tidak memproduksi prostaglandin/ prostaciklin yang
menyebabkan reaksi jaringan.7
Klinis : Didapat terutama pada dewasa muda, dengan keluhan nyeri pada tulang yang
bersangkutan tetapi tidak didapat riwayat keluhan nyeri seperti osteid osteoma.4
Lokasi : Dapat mengenai tulang panjang dan pendek dengan predileksi pada tulang vertebra.4
Radiologi : Tampak daerah osteolitik dengan pinggir yang tidak/sedikit sklerotik. Gambaran
mirip dengan abses tulang. Lesi radiolusen ditemukan matriks tipe radiodensities.4,7 Ukuran
lesi lebih besar dari 2 cm.4 foto MRI menunjukkan lokasi yang eksentris dan ekspansi
jaringan kortikal.7
Patologi : Gambaran histologinya adalah mirip dengan osteid osteoma, tetapi perangainya
lebih agresif, dengan ukuran lebih besar dari 2 cm. Tidak didapat pada tulang sklerotik.
Osteoblas dan osteoklas seperti giant cell berhubungan dengan osteoid spikula dan disertai
dengan sruma fibrous yang menunjukkan vaskularitas prominen.4,7
Terapi : Eksisi operatif. Bila lesi besar diperlukan bone graft untuk mengisi bagian tulang-
tulang yang dieksisi.4
C. Osteoma
Merupakan masa tumor tulang jinak, didapat pada permukaan tulang, tidak mengandung
tulang rawan. Paling banyak ditemukan di tulang tengkorak. Bila tidak ada keluhan tidak
perlu diobati.4
D. Osteosarkoma/Sarkoma Osteogenik
Merupakan neoplasma tulang ganas primer yang paling sering didapat.1,4 Terjadi pada
dekade ke 2 dari kehidupan dimana masa tersebut merupakan masa aktif pertumbuhan tulang,
hanya kurang dari 5% terjadi pada anak-anak usia kurang dari 10 tahun.1,8 Bersifat sangat
ganas, cepat bermetastase ke paru-paru dengan melalui aliran darah.4

Klinis:
• Pria lebih banyak diserang daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1
• Didapat terutama pada usia muda, berusia 10-20 tahun
• Keluhan utama penderita ialah perasaan sakit pada bagian tulang yang terkena disertai
adanya benjolan.
• Didapat pula tanda-tanda keganasan umum seperti anemia, berat badan menurun
Lokasi : Didapat pada metafisis tulang-tulang panjang terutma pada bagian distal femur,
proksimal tibia dan proksimal humerus. 1,4,8
Radiologi : Didapat 3 macam gambar radiologi yaitu:1,4,8
1. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.
2. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor tulang.
3. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor tulang.
Pada MRI ditemukan garis akibat proses destruksi dan ekstensi jaringan lunak sel-sel tumor.8
Pertumbuhan neoplasma yang cepat mengakibatkan terangkatnya poriosteum dan tulang
reaktif terbentuk antara periosteum yang terangkat dengan tulang dan pada X-Ray terlihat
sebagai segitiga Codman. Kombinasi antara tulang reaktif dan tulang neoplastik yang
dibentuk sepanjang pembuluh darah berjalan radier dari kortek tulang ke arah masa tumor
membentuk gambaran Sunbrust.1,4,8
Patologi : Gambaran histologinya bervariasi. Kriteria untuk diagnosis adalah didapatnya
stroma sarkoma dengan pembentukan osteoid neoplastik dari tulang disertai gambaran
anaplasia yang menyolok. Sel-sel ganas menembus rongga antara kumpulan osteoid.
Terapi : Penderita dengan Osteosarkoma membutuhkan terapi operatif berupa amputasi.
Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau melalui sendi
(disartikulasi) proksimal dari tumor.1,4

Menurut penyelidikan, antara teknik amputasi melalui tulang dengan disartikulasi tidak ada
perbedaan yang bermakna dalam hasil Survival Rate. Selain terapi operatif, maka pada
penderita osteosarkoma diperlukan juga terapi adjuvan berupa pemberian kemoterapi atau
radio terapi. Para ahli berpendapat bahwa pada saat diagnosis osteosarkoma ditegakkan,
maka dianggap kebanyakan penderita sudah mempunyai mikro metastase di paru-paru
sehingga setelah amputasi walaupun X-Ray paru-paru masih belum nampak metastase, perlu
diberikan kemoterapi untuk memberantas mikrometastase.1,4
Prognosis : Pada permulaannya prognosis Osteosarkoma adalah buruk 5 years Survival Rate-
nya hanya berkisar antara 10-20%. Belakangan ini dengan terapi adjuvan berupa sitostatik
yang agresif dan intensif yang diberikan prabedah dan pasca bedah maka Survival Rate
menjadi lebih baik dapat mencapai 60-70%. Berkat terapi adjuvan juga terapi amputasi
belakangan ini sudah berkurang, sekarang pada pusat-pusat pengobatan kanker yang lengkap,
maka terapi non amputasi atau Limb Salvage lebih sering dilakukan.1,4
E. Parosteal Osteosarkoma/Juxtakortikal Osteosarkoma
Merupakan neoplasma yang jarang didapat. Didapat pada golongan usia muda, dan paling
sering mengenai bagian posterior distal femur. Kelainan ini berasal dari sel osteoblast
periost dan paling sering tumbuh di sisi tulang. Neoplasma ini mempunyai perangai yang
berbeda jauh dengan osteosrakoma. Tumbuhnya lambat bila dibanding dengan osteosarkoma
dan juga lambat bermetastase di paru-paru. Terapi adalah eksisi luas, kalau perlu amputasi.
Prognosisnya baik, 5 years Survival Rate-nya lebih dari 50%. Sarcoma ini jarang
menimbulkan nyeri dan patah tulang patologis. 1,4
F. Kondroblastoma (Codman’s Tumor)
Merupakan tulang jinak yang jarang ditemukan dan sering pada umur 10-25 tahun, beberapa
penulis menyatakan lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita dengan
perbandingan 2:1. Dan merupakan salah satu dari dua neoplasma dengan deferensiasi
inkomplit tulang lunak, noplasma yang sejenis adalah chondromiksoid fibroma.4,9 insidensi
kurang lebih 10 % dari semua neoplasma tulang.9 Tahun 1931 Ladman mengklasifikasikan
kondroblastoma sebagai suatu variasi dari Giant cell tumor.4 Pertumbuhan tumor ini sangat
lambat. Gejala nyeri merupakan gejala gejala yang utama khususnya pada sendi. Ada penulis
yang menganggap bahwa 50% dari tumor ini dapat menjadi ganas.4,9
Lokasi : Kondromablastoma jinak berasal dari daerah epifisis dan berkembang ke arah
metafisis. Tumor terutama ditemukan pada tulang panjang, terutama epifisis tibia proksimal,
femur distal dan humerus proksimal.
Pemeriksaan Radiologis : Pada foto Rontgen plain terlihat rekfaksi yang jelas pada tulang
kanselosa yang dapat melebar di luar dari daerah garis epifisis. Bentuknya eksentrik dengan
korteks yang tipis tetapi penetrasi keluar jarang terjadi. Batas-batas tumor bersifat ireguler,
tidak tegas disertai dengan bintik-bintik kalsifikasi sebagai gambaran adanya deposisi
kalsium. Tidak ada bukti adanyanya metastasis, dan korteks intak.4,9
Patologi : Gambaran patologi ditandai dengan gejala-gejala karakteristik dari sel-sel yang
banyak dan bersifat tidak berdiferensiasi dengan sel-sel yang bulat atau poligonal dari sel-sel
yang menyerupai kondroblas dengan sel-sel raksasa inti banyak dari sel osteoklas yang diatur
secara sendiri-sendiri atau kelompok. Hanya ditemukan sedikit jaringan seluler dari jaringan
matriks tulang rawan yang disertai dengan kalsifikasi fokal dan jaringan retikulin.4,9
Pengobatan : Pengobatan yang biasanya dilakukan berupa kuretase diikuti bone graft.4
G. Kondromiksoid Fibroma
Kelainan ini jarang ditemukan dan merupakan suatu tumor jinak, terutama ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda usia kurang dari 40 tahun.. Tidak terdapat gejala-gejala yang
khas pada tumor dan biasanya ditemukan secara kebetulan saja. Pertumbuhan tumor ini
sangat lambat tetapi mempunyai potensi untuk menjadi ganas.1,4,10
Lokasi : Lokasi tumor terutama pada daerah metafsis tulang panjang atau tulang-tulang kecil
pada tarsal dan metatarsal. Juga terdapat pada daerah lutut dan pelvis.1,4,10
Radiologis : Gambaran radiologik sangat khas berupa daerah radiolusen yang bulat/oval
terletak eksentris pada metafisis dan dapat meluas sampai ke diafisis tulang panjang, berbatas
tegas dan kadang-kadang dengan pinggiran sklerotik. Korteks sering menipis akibat ekspansi
dari tumor. 4,10
Patologi : Gambaran patologis sangat khas berupa daerah lobulasi yang berbentuk spindle
atau sel-sel stella dengan jaringan miksoid dan kondroid interseluler yang dipisahkan dari
jaringan yang mengandung lebih banyak sel dengan bentul spindle dengan beberapa sel
raksasa multinuklear dengan bentuk yang berbeda. Mungkin dapat ditemukan sel-sel
pleomorf. 4,10
Pengobatan : Tumor ini berpotensi menjadi ganas sehingga tidak cukup hanya dilakukan
kuretase saja tetapi diperlukan juga eksisi lokal. pilihan lain yang pernah dilaporkan serta

mengganti Polymethymethacrylate atau implatasi lemak untuk pengobatan setelah kuretase


dan cauterisasi kimia ( phenol), cryoterapi dengan nitrogen cair. 1,4
H. Enkondroma
Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari dalam rongga sumsum tulang yang terdiri dari
kartilago hialain matur. Sebagian ahli menganggap tumor itu sebagai suatu hamartoma.
Tumor jinak ini didapat pada dewasa muda dan tidak mengakibatkan keluhan sakit. 1,4,11
Enchondromatosis adalah bentuk multiple daripada enchondroma disebut juga sebagai
Ollier’s Disease. Bila enchondromatosis disertai dengan adanya multipel hemangioma
dijaringan lunak disebut sebagai Mafucci Syndrome.11
Lokasi : Tumor ini paling sering mengenai tulang-tulang tubuler kecil (acral skeleton) pada
tangan dan kaki, kadang-kadang juga pada tulang yang lebih besar, seperti femur, hemerus,
tibia, fibula, radius dan ulna. Pada tulang panjang ditemukan pada metafisis dan distal atau
proksimal dari diafisis.1,4,11
Radiologi : Tampak sebagai lesi yang radiolusen pada zona intramedular dengan
kemungkinan adanya bercak-bercak klasifikasi bentuk lingkaran. Hal ini menunjukkan
adanya kartilago hialin yang matur. Tidak ada pembentukan tulang reaktif baru. Bila ada
erosi kortek pada tulang tubuler yang besar., menandakan terjadinya degenerasi maligna.4,11
Patologi : pada specimen biopsy didapatkan 3 karakteristik pada lesi ini antara lain vague
labularity, abundant cartilaginous matrix dengan focal calcified dan low cellularity.11
Terapi : Operatif, dengan melakukan kuret daripada lesi, kemudian rongga lesi diisi dengan
bone graft.1,4
Prognosis : ada kemungkinan terjadi degenerasi maligna terutama bila tumor didapat pada
tulang panjang besar atau di pelvis, sebesar kurang lebih 20-25%.
Dicurigai perubahan ke arah ganas bila tumornya teras sakit.1,4
I. Osteokondroma/Osteocartilagenous Exostosis
Merupakan neoplasma tulang jinak yang paling sering didapat. Oleh sebagian ahli dianggap
bukan neoplasma, tetapi sebagai suatu hamartoma (pertumbuhan baru, dimana sel-selnya
dapat menjadi dewasa).4

Klinis : Terdapat pada usia dewasa muda dengan keluhan adanya benjolan yang keras dan
tidak terasa sakit, tumbuh sangat lambat. 1,4,12
Lokasi : Ditemukan pada bagian metafisis tulang panjang terutama pada bagian distal femur,
proksimal tibia dan proksimal humerus (35 %), pelvis dan scapula.1,4,12
Radiologi : Bentuknya ada dua macam:4
1. Bertangkai/pedunculated
2. Mempunyai dasar yang lebar (Sessile)
Gambaran foto plain menunjukkan tulang yang bertangkai diluar pertumbuhan daerah
metafisis. Bentuk lesi yang seragam, kartilago dengan kalsifikasi. Corteks dan medulla
dihubungkan oleh lesi.12
Patologi : terdapat trabekula matur tulang kortikal dengan sel-sel kartilago yang seragam.
Ketebalan kurang dari 1 cm. Beberapa pulau kecil yang sama bentuknya.12
Terapi : Bila tumor memberikan keluhan karena menekan struktur didekatnya seperti tendon,
saraf, maka dilakukan eksisi.1,4
Prognosis : Baik. Komplikasi degenerasi ganas (menjadi Kondrosarkoma) lebih kurang 1 %.
4
J. Multiple Osteochondromatosis/Diaphyseal Aclasis
Merupakan penyakit kongenital, bersifat herediter autosomal dominant. Didapat
osteochondroma yang tersebar dibeberapa tempat. Gambaran radiologi dan patologinya
adalah sama dengan osteochondroma yang soliter. Pada bentuk multiple, kemungkinan
degenarasi ganas meningkat menjadi lebih kurang 10%. 4
K. Kondrosarkoma
Merupakan tumor ganas tulang rawan yang dapat tumbuh spontan (Kondrosarkoma primer)
atau merupakan degenerasi maligna lesi jinak seperti esteokondroma, enkondroma
(kondrosarkoma sekunder). Ditemukan usia antara 30-60 tahun. Neoplasma ini tumbuhnya
agak lambat dan hanya memberikan sedikit keluhan.. Neoplasma ini lambat memberikan
metastase.
Lokasi : Terutama mengenai tulang ceper seperti pelvis dan skapula, tetapi dapat juga didapat
pada tulang panjang seperti femur dan humerus.
Klinis: Keluhan penderita adalah adanya masa tumor yang menjadi besar secara perlahan-
lahan.4,13
Radiologi : Tampak sebagai lesi osteolitik ditengah metafisis tulang dengan bercak-bercak
kalsifikasi yang berasal dari matriks kartilago disertai proses destruksi kortek, sehingga tumor
dapat dilihat meluas ke jaringan lunak disekitarnya.4,13
Patologi : Nampak sel-sel ganas diantara tulang lamellar didalam sumsum tulang yang
membentuk tulang rawan. Gambaran mitosis tidak begitu banyak.4,13
Terapi : Operasi reseksi luas, kalau perlu amputasi. Terapi adjuvan seperti radioterapi,
kemoterapi tidak menolong.4
L. Non Ossifying Fibroma/Non Osteogenik Fibroma
Merupakan lesi jinak yang oleh sebagian ahli diangap sebagai suatu lesi reaktif, bukan
neoplasma sejati. Lesi ini bersifat self limiting didapat pada anak-anak dan dewasa muda usia
antara 5 sampai 20 tahun. Lesi yang besar mencakup sebagian dari diameter tulang yang
ditunjukkan dengan adanya fraktur patologis.4,14
Lokasi: Biasanya mengenai tulang panjang, terutama tulang-tulang ekstremitas bawah.
Biasanya pada metafisis atau metadiafisis dari tulang panjang, terutama pada distal femur,
distal tibia dan fibula.4,14
Klinis : Tidak mengakibatkan keluhan, ditemukan secara kebetulan.4,14
Radiologis : nampak sebagai daerah osteolitik dengan trabekulasi, sehingga memberikan
gambaran multikuler dengan tepi yang sklerotik. Lesi biasanya mengenai tulang bagian
lateral dan mengekspansi bagian cortical secara perlahan. Kepentingan klinis daripada lesi
ini ialah bahwa lesi mungkin akan di over diagnosis dan kemudian over treatment. Padahal
bila diketahui sifat lesi ini, maka sebenarnya tidak memerlukan terapi.4,14
Patologi : jaringan dari hasil kuret menunjukkan gambaran area kecil berwarna kekuningan,
pada perbesaran lemah terlihat sel spindle yang seragam dan beberapa sel-sel raksasa.14
Terapi: Pada usia dewasa tumor ini akan menghilang dengan sendirinya.

M. Fibrosarkoma
Jaringan ikat dalam rongga tulang merupakan asal dari tumor ganas ini, tumor ganas tulang
ini membentuk matrik kolagen tetapi tidak membentuk osteoid ataupun chondroid. Jarang
didapat dan merupakan noplasma sel spindle yang ganas. Kejadian pada wanita dan pria
hampir sama. Fibrosarkoma dapat dihubungkan dengan adanya paget’s disease, fibrous
dysplasia, giant sel tumor, osteomielitis kronis. Neoplasma ini juga dapat merupakan
neoplasma sekunder, sebagai akibat radiasi terhadap tumor tulang jinak.4,15
Klinik : Didapat pada usia 20-60 tahun dengan keluhan sakit yang sangat pada benjolan yang
membesar dengan lambat. Dapat terjadi fraktur patologis.4,15
Lokasi : Mengenai tulang-tulang panjang, paling banyak pada tulang femur, tibia dan
humerus. Tumor didapat di daerah metafisis yaitu pada lesi di intramedular dan
periosteal.4,15
Radiologi : Tampak sebagai lesi yang radiolusen, sebagai akibat proses destruksi cortikal
tulang , batas tumor tidak jelas.4
Patologi : Gambaran histologi tumor terlihat sebagai tumor ganas dengan adanya anaplasia,
mitosis, terdapat tanda “herring bone pattern”. Sel-sel tumor menghambat pembentukan
kolagensehingga tidak ada permukaan osteoid/tulang atau tulang rawan. Gambaran
mikroskopik adalah sama dengan fibrosarkoma jaringan lunak. 4,15
Terapi : dapat dilakukan eksisi radikal dan terapi radiasi adjuvant.4,15
Prognosis: tergantung pada tingkatan tumor tetapi 5 Years Survival Rate ± 25-30%, jadi lebih
baik dari kondrosarkoma atau osteosarkoma.4
N. Multiple Mieloma/Plasma Sel Mieloma/Plasmasitoma
Neoplasma tulang ganas yang sering didapat akibat dari penyebaran kerusakan osteolitik
tulang. Lebih banyak didapat pada kaum pria dengan usia diatas 40 tahun.4,16
Klinis : Tumor mengakibatkan rasa sakit. Pada penderita dapat ditemukan anemia,
hiperkalsemia, suhu badan yang meninggi, berat badan yang menurun dan perasaan mudah
lelah. Di dalam darah ada peninggian kadar gammaglobulin. Urin mengandung protein
spesifik yaitu protein Bence Jones, yang dapat ditemukan pada lebih kurang 50% mieloma.

Fraktur patologis merupakan komplikasi yang sering terjadi karena adanya proses destruksi
yang cepat dengan disertai sedikit reaksi pembentukan tulang reaktif. Tidak adanya
pembentukan tulang reaktif penyebab tumor ini tidak sering terdeteksi dengan bone scan.
Diagnosis ditegakkan dengan dengan pemeriksaan B.M.P (Bone Marrow Puncture) di daerah
sternum atau kista iliaka dimana akan dilihat adanya sel-sel plasma abnormal. Adanya protein
bence jones dalam urin dan peninggian gammaglobulin pada elektro foresis. 4
Lokasi : Pada orang tua sumsum tulang masih masih didapat tulang vertebra, pelvis dan
tengkorak, dan thoraks maka neoplasma ini paling sering ditemukan pada tulang-tulang
tersebut.4,16
Radiologi : Lesi mengakibatkan gambaran punched out, berupa lesi osteolitik yang bulat
irreguler. Tidak terdapat reaksi periosteal. Erosi dimulai dari intramedular hingga ke
kortek.16
Patologi: terdapat plasma sel, lesi osteolitik disebabkan oleh peningkatan resorbsi osteoklast
yang dipengaruhi oleh sitokin sel plasma.16
Terapi : Radioterapi dan kemoterapi, atau dilakukan transplantasi sumsum tulang Pada
fraktur patologis yang mengenai tulang ekstremitas dilakukan fiksasi internal.4,16
Prognosis : Buruk, 5 Years Survival Rate ± 10%. Penderita pada umumnya meninggal 2
tahun setelah diagnosis ditegakkan.
O. Sarkoma Ewing
Tumor ganas yang jarang didapat. Disebut juga “Small Round Blue Cell”. Menyerang
golongan usia muda, kebanyakan dibawah usia 20 tahun dengan prevalensi kurang lebih
80%. Lebih banyak didapat pada kaum pria.
Klinis : Penderita mengeluh sakit dengan diseretai adanya benjolan. Kemungkinan ada suhu
badan yang meninggi, berkeringat berlebih, lekositosis dan laju endap darah meningkat.4,17
Lokasi : Pada diafsisi tulang-tulang panjang, paling sering pada femur, humerus, tibia, ulna
dan fibula, dapat juga mengenai tulang-tulang tipis.
Radiologi : Tampak proses destruksi tulang dengan batas yang tidak jelas. Pembentukan
tulang reaktif baru oleh periosteum bisa berlapis-lapis yang memberikan gambaran Onion
Skin atau tegak lurus yang nampak sebagai Sunbrust. Pada MRI menunjukkan kerusakan
kortek dan gangguan pada jaringan lunak sekitarnya.17

Patologi: terdapat gambaran highly cellular, neoplasma infiltrat dengan bagian yang padat,
round cell dengan sitoplasma yang jernih “ round blue cell tumor”, dan adanya ekstensif
nekrosis yang ditunjukkan dengan gambaran occasional Homer-Wright rossetes.17
Terapi 4: - Operasi berupa reaksi luas atau amputasi
- Kemoterapi
- Radioterapi
Prognosis : Buruk. Mortalitas pada tahun-tahun pertama setelah diagnosis ± 95%. Akhir-
akhir ini dengan terapi kombinasai radioterapi, kemoterapi dan operasi, prognosis menjadi
lebih baik.4,17
P. Sarkoma Sel Retikulum
Tumor ganas yang gambaran mikroskopisnya mirip sekali dengan sarkoma Ewing, tetapi
mempunyai perangai klinis yang berlainan. Didapat terutama pada usia dewasa, terutama
mengenai tulang-tulang panjang, pelvis dan iga. Tumbuh lebih lambat daripada sarkoma
Ewing, sehingga mengakibatkan rasa sakit yang lebih sedikit.4
Secara lokal proses destruksinya lebih banyak, dengan akibat dapat terjadi fraktur patologis.4
Radiologi : Mirip dengan sarkoma Ewing
Patologi : Secara mikroskopis dibedakan dengan sarkoma Ewing pengan pewarnaan khusus.
Sel-sel tumor sarkoma retikulum tidak mengandung glikogen (P.A.S negatif), sedang sel
sarkoma Ewing mengandung glikogen (P.A.S positif).4
Terapi : Radiosensitif. Pemberian kemoterapi juga menolong. Dalam beberapa keadaan
mungkin diperlukan tindakan amputasi.4
Prognosis : Baik. Survival Rate mencapai 50% .4

Q. Giant Cell Tumor/Osteoklastoma


Tulang tumor yang asalnya masih kontroversial, ada yang berpendapat tumor ini berasal dari
jaringan ikat, pendapat lain mengatakan tumor ini asalnya dari sel osteoklas, tetapi ada juga
yang berpendapat asal tumor ini asalnya tidak diketahui. Bersifat jinak tetapi secara lokal
berperangai agresif. Mengenai golongan umur dewasa muda terutama antara 20-35 tahun.
Jarang terjadi pada anak-anak dan manula. 4,18
Lokasi : Didapat pada epifisis tulang panjang yang dapat meluas ke arah metafisis. Tempat
yang paling sering terjadi adalah proksimal tibia, distal femur dan distal radius. Juga dapat
ditemukan di pelvis dan sacrum.4,18
Klinis: keluhan rasa nyeri yang terus bertambah pada bagian tulang yang mengalami lesi.18
Radiologi : Tampak daerah osteolitik di epifisis dengan batas yang jelas dan memberikan
kesan multilokuler gambaran soap bubble. Terjadi penipisan kortek18
Patologi : pada sediaan hasil kuretase, Stroma yang vaskuler dengan banyak sel-sel
datia/giant cell. Ditemukan mitosis dengan mudah pada perbesaran 4x dan 10x. beberapa
tempat terdapat sel fibrihistiocit dan xantoma sel.4.18
Terapi : Operasi kuret yang diikuti dengan pengisian bone graft atau bone cement. Dan
beberapa terapi adjuvant dengan phenol, insersi PMMA (polymethylmetacrylate), cryoterapi
setelah curetase.4,18
Pada beberapa hal dapat dilakukan reseksi tumor, eksisi luas yang disertai tindakan
rekontruksi. Kadang-kadang juga memerlukan amputasi.4
R. Hemangioma Tulang
Merupakan neoplasma tulang yang jarang didapat. Merupakan neoplasma yang jinak dengan
gambaran sel endothelial pada garis rongga vascular. Ada pendapat yang menganggap
hemangioma tulang merupakan suatu hemartoma, buka suatu neoplasma sejati. 4,19
Lokasi: Kira-kira 50% hemangioma tulang didapat pada tulang vertebra dan 20 % pada
tulang calvaria..19
Klinis : biasanya tanpa keluhan atau asimtomatis. Lesi ditemukan dengan foto rontgent atau
autopsy.19

Radiologi : terdapat gambaran “corduroy”. Pada CT scan ditemukan gasmbaran “polka dot”
yang menunjukkan pembuluh darah pada potongan melintang.19
Patologi: pada hemangioma tipe capilar, ditemukan gambaran pembuluh darah yang dilapisi
oleh sel-sel endothelial. Kompenen non vascular yang ditemukan antara lain lemak, otot
polos, jaringan fibrous, tulang, homosiderin dan thrombus.19
Terapi: umumnya tidak dilakukan terapi kecuali lesi menimbulkan keluhan pada penderita.
Terapi dapat berupa radiasi, eksisi bagian tulang yang terdapat emboli, dan jika diperlukan
dilakukan bone grafting untuk mengganti bagian tulang yang terjadi lesi.19
S. Angiosarkoma (hemangioedothelioma)
Angiosarkoma (hemangioedothelioma) tulang sangat jarang ditemukan. Lesi pada kelainan
ini merupakan lesi multiple pada satu tulang, kemudian dengan sangat cepat akan metastasis
ke tulang sekitarnya atau menuju ke paru.4,20 Lympangioma yang tumbuh cepat dapat
mengakibatkan destruksi tulang luas (massive osteolysis) dan memberikan gambaran X-Ray
dissapearing bone atau phantom bone.4
Lokasi: terutama pada tulang panjang pada diafisis tulang.20
Klinis: nyeri yang berat pada bagian diafisis tulong terutama tulang ekstremitas bawah.20
Radiologi: terdapat gambaran lesi pada mid-diafisis ataupun ipsilateral tulang dan pada
bagian kontralateral dari lesi yang pertama.20 CT Scan thorak menunjukkan nodule pada
paru, jika dilakukan biopsy akan ditegakkan diagnosis angiosarkoma derajat tinggi.20
Terapi: jika sudah ditemukan metastasis jauh, maka terapi pembedahan bukan lagi terapi
pilihan, terapi hanya untuk menghindari fraktur patologis. Terapi dengan radiasi dan adjuvant
dapat diberikan.20
Prognosis: Jika tumor tidak menunjukkan respon terhadap radiasi, maka dimungkinkan
pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun setelah diagnosis ditegakkan.20
T. Adamantinoma
Adamantinoma merupakan tulang ganas tulang yang jarang ditemukan, terutama mengenai
diafisis tulang tibia (90%) dan sering ditemukan pada umur 20-25 tahun. Tumor ini termasuk
dalam tumor low grade dan bermetastasis secara lambat.4,21 Gambaran histologis tumor ini
seperti dengan adamantinoma pada rahang (ameloblastoma dari rahang).
Lokasi: terutama terletak pada diafisis tulang tibia, juga pada tulang rahang ( mandibula).21
Klinis : nyeri tumpul pada tulang yang kronik, jaringan lunak disekitarnya terasa nyeri
melingkari tulang yang nyeri.21
Radiologis : Gambaran radiologik terlihat gelembung khas berupa defek pada korteks
anterior tibia. Mungkin pula ditemukan penebalan dari tulang sekitarnya. Lesi radiolusen
mengelilingi bagian tulang yang sklerosis, dan terdapat juga lesi-lesi kecil dengan gambaran
yang serupa. Dengan pemeriksaan CT-scan dapat dilihat adanya penyebaran tumor ke dalam
medula atau penyebaran di luar periosteum.4,21
Patologi: Pada pemeriksaan histologis ditemukan adanya sel pulau yang menyerupai epitelial
dengan jaringan sel spindle interseluler. Juga terdapat gambaran sel stroma yang fibrous yang
terdiri dari sarang-sarang berisi sel basal dengan gambaran gelap.4,21
Pengobatan : Pada dasarnya pengobatan adamantinoma berupa eksisi lokal yang luas dengan
mengambil bagian-bagian sekitar tulang yang normal. Pemeriksaan CT-scan diperlukan
sebelum operasi untuk melihat dalamnya penetrasi tumor. Bila lesi meluas sampai ke
permukaan endosteal maka sebaiknya eksisi dilakukan pada seluruh segmen dan ruang
kosong yang tertinggal diisi dengan bone graft yang bervaskularisasi.4
U. Kordoma
Kordoma merupakan tumor ganas yang berasal dari sisa notokordal, sering ditemukan pada
usia dewasa muda dengan prevalensi tertinggi pada usia 50 hingga 70 tahun. Perbandingan
kejadian pada laki-laki dan perempuan adalah 2:1.4,22
Lokasi: tumor ini berkembang secara progresif pada daerah sakrum dan koksigis (50%).
Kordoma dapat juga ditemukan pada tulang belakang dan akan memberikan nyeri pada
pinggang bawah. Apabila terjadi sakrum, kordoma dapat menimbulkan obstruksi
uretra/rektum dan pada tingkat lanjut dapat timbul gejala-gejala neurologis. Terdapat juga
laporan bahwa tumor ini dapat terjadi pada tulang kepala.4,22
Klinis: gejala kinis tergantung pada tempat terjadinya, kadang terdapat keluhan nyari boyok,
gangguan pada system urogenital, keluhan sakit kepala jika terjadi pada tulang kepala.4,22
Radiologis : Gambaran radiologik secara plain yang dapat ditemukan adalah gambaran
radiolusen pada daerah sakrum yang menunjukkan adanya lesi dengan pengrusakan tulang.

Terdapat fokal kalsifikasi. Dengan CT-scan dan MRI dapat dilihat penyebaran dan
pembesaran tumor intrapelvik, kalsifikasi epidural.4,22
Patologi : Tumor ini ditandai dengan pengaturan lobuler dan septum dari jaringan yang
terbentuk dari sel-sel yang banyak mengandung vakuola (sel fisaliporus) dengan material
mukoid interseluler yang menjadi mucus.4,22
Pengobatan : Pengobatan yang dapat dilakukan berupa reseksi lokal. Tumor biasanya
melakukan infiltrasi pada jaringan lunak sekitarnya tapi jarang mengadakan metastasis.
Prognosis kelainan ini baik dan jarang terjadi pada rekuren. Tetapi harus diperhatikan lokasi
anatomi jangan sampai mengganggu fungsi seksual.4,22
V. Simple Bone Cyst/Solitary Bone Cyst/Unicameral Bone Cyst
Bukan suatu neoplasma. Merupakan kista sejati. Lesi ini dibicarakan karena secara radiologis
memberikan gambaran mirip suatu neoplasma tulang tetapi merupakan tumor non-
neoplakstik. Didapat pada anak-anak dan usia muda, kebanyakan di bawah usia 15 tahun.4,23
Klinis: Tumbuh lambat dan tidak memberikan rasa sakit kadang pasien merasa nyeri. Sering
mengakibatkan fraktur patologis. Lesi bersifat self limiting. Sembuh spontan.4,23
Lokasi : Yang paling sering adalah pada proksimal humerus dan proksimal femur, yaitu pada
metafisisnya.4,23
Radiologi: gambaran plain lesi yang litik pada intramedular, lesi tumbuh lambat, tidak ada
kerusakan cortex.23
Patologi: gambaran pagar kista, yang ditengahnya terdapat bagian bagian dengan jaringan
berwarna abu-abu. Jaringan fibrous dengan infltrat inflamasi, makrofag yang berisi
homosiderin dan sel raksasa dari osteoklas.23

Terapi: sembuh spontan bila terjadi pada saat usia dimana sudah tidak ada lagi pertumbuhan
badan, tetapi jika terdapat keluhan pada saat masih terdapat pertumbuhan badan, maka dapat
diberi kan terapi berupa operasi kuret dengan pengisian bone graft atau terapi injeksi dengan
kortison.4

W.Fibrous Dysplasia
Kelainan ini jarang terjadi dan hanya 4-6% dari seluruh tumor jinak tulang, terutama
ditemukan pada usia kanak-kanak dan dewasa muda ( usia 10 sampai 25 tahun) dan lebih
sering pada wanita dengan perbandingan 3 : 1. Displasia fibrosa monostotik lebih sering
ditemukan daripada poliostotik.4,24
Klinis: Gambaran klinis yang dapat ditemukan bervariasi dari rasa nyeri ringan sampai
adanya deformitas dan kecacatan. Bila kelainan terjadi pada daerah lutut atau daerah panggul
maka akan dapat terjadi fraktur patologis.4,24
Lesi poliostotik disertai dengan pigmentasi kulit serta menstruasi prekoks pada wanita
merupakan suatu sindroma yang disebut McCunne-Albright. Pada anak-anak, kelainan ini
dapat menyebabkan anak-anak terlambat berjalan, jalan pincang atau berjalan seperti bebek
(waddling gait).
Pertumbuhan fisik penderita tergangu sehingga penderita menjadi kerdil yang disebabkan
oleh osifikasi dan fusi dari epifisis lebih cepat terjadi. Dilaporkan juga adanya perubahan
ganas dari penyakit displasia fibrosa, tetapi sangat jarang.4,24
Lokasi : Pada lesi monostotik tempat tersering adalah femur, tibia, iga, tulang rahang dan lesi
poliostotik terutama terjadi pada anggota gerak bawah. Pada tulang panjang dapat terjadi
pada metafisis ataupun diafisis.4,24
Radiologis : Pada foto rontgen tumor terlihat opak, jaringan fibrosa nampak lebih translusen
(gambaran ground glass), korteks tulang menipis dan eksentrik dan dapat terjadi erosi pada
tulang sehingga mudah terjadi fraktur patologis.4,24
Patologi : Terjadi displasia jaringan ikat fibrosa yang mengandung trabekula tulang dengan
karakteristik seperti pusaran dari sel spindl, Fokal kalsifikasi dari tulang mowen ( tulang
immature). Gambaran ini disebut Chinese Character. Pada tulang matur terlihat serat kolagen
yang terangkai seperti selendang yang disebut lamellae.4,24
Pengobatan : Rasa nyeri dan adanya deformitas merupakan indikasi utama untuk tindakan
bedah. Kuretase dan grafting tulang dilakukan pada lesi di daerah tulang panjang.

Reseksi komplit dilakukan pada lesi yang terlokalisir misalnya pada daerah tulang iga.
Manipulasi dan imobilisasi dilakukan untuk mencegah fraktur patologis.4

X. Tulang Tumor Sekunder


Merupakan jenis tumor tulang ganas yang sering didapat. Kemungkinan tumor tulang
merupakan tumor metastatik yang harus selalu difikirkan, pada penderita yang berusia lanjut.
Pada usia dewasa/lanjut jenis keganasan yang sering bermetastase ke tulang ialah karsinoma
payudara, paru-paru, lambung ginjal, usus, prostat dan tiroid.4
Sedang pada anak-anak ialah neuroblastoma. Penderita-penderita yang meninggal akibat
karsinoma, pada pemeriksaan bedah mayat ternyata paling sedikit seperempatnya
menunjukkan tanda-tanda metastase ke tulang. Sel-sel anak sebar mencapai tulang dengan
melalui jalan darah, saluran limfe atau dengan cara ekstensi langsung. Sumsum tulang
merupakan tempat yang subur untuk pertumbuhan sel-sel anak sebar, dengan demikian tulang
vertebra, pelvis, iga dan bagian proksimal tulang-tulang panjang merupakan tempat yang
paling sering dihinggapi oleh sel-sel anak sebar. Pada penderita dengan kemungkinan
keganasan tulang metastasik, maka harus dilakukan pemeriksaan pada semua tulang misalnya
dengan bone survey atau bone scan. Keluhan penderita yang paling menonjol ialah rasa
sakit.
Rasa sakit dapat diakibatkan oleh fraktur patologis. Dalam beberapa keadaan justru lesi
metastatik ditulang yang terlebih dulu ditemukan dan didiagnosis, dimana hasil pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan suatu jenis neoplasma tulang metastatik yang kadang-kadang
jaringan asalnya sulit ditentukan, sehingga harus dicari dengan cermat lokasi daripada tumor
primernya.4
Radiologi : Pada umumnya tumor metastatik akan mengakibatkan gambaran osteolitik,
sedang pada metastase Ca prostat nampak gambaran osteoblatik/osteosklerosis. Kadar
Calsium meninggi karena terjadi pelepasan kalsium ke dalam darah akibat proses resorpsi
osteoblastik pada tulang-tulang. Adanya pembentukan tulang reaktif ditandai oleh kadar
fosfatase alkali yang meningkat. Pada metastase Ca prostat, kadar fosfatase asam meninggi.4
Terapi : Terapi bersifat paliatif, karena penderita sudah berada dalam stadium lanjut. Terapi
ditujukan pada jenis karsinoma primernya yang dapat berupa radioterapi, kemoterapi ataupun
hormon terapi. Terapi dari segi bedah adalah terhadap fraktur
patologis yang mungkin memerlukan fiksasi secara eksternal atau internal, agar supaya
penderita dapat diimobilisasi tanpa merasa kesakitan. Bila perlu dapat dilakukan fiksasi
internal terhadap tulang-tulang ekstremitas sebelum tulang tersebut mengalami fraktur, jadi
baru diperkirakan akan fraktur bila proses pada tulang dibiarkan berjalan terus (impending
fracture).

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR TULANG


A. Pengkajian
1. Biodata : lihat di tumor tulang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Jika klien mengalami manifestasi klinis tumor benigna, nyeri adalah keluhan yang umum.
Nyeri dapat mempunyai rentang dari ringan sampai moderat, seperti yang terlihat pada
kondroma, atau nyeri tak terputus yang kuat pada osteoma osteoid. Nyeri dapat disebabkan
oleh invasi tumor langsung pada jaringan lunak, menekan saraf perifer, atau disebakan karena
fraktur patologik.

Sebagai tambahan untuk mengumpulkan informsi yang berhubungan dengan sifat nyeri klien,
perawat mengobservsi dan mempalpasi area yang diduga terkena. Bila tumor menyerang
ekstremitas bawah atau tulang-tulang kecil pada tangan dan kaki, pembengkakan lokal dapat
dideteksi sebagai pembesaran neoplasma. Pada beberapa kasus, atropi otot atau spasmus otot
dapat terjadi. Perawat mempalpasi tulang dan otot untuk mendeteksi perubahan dan
mengurangi nyeri.

Untuk tumor tulang ganas, data dikumpulkan serupa dengan riwayat pada tumor tulang
benigna. Sebagai tambahan perawat menanyakan apakah dia mempunyai riwayat terapi
radasi untuk pengobartan kanker.

Manifestasi yang tampak pada klien dengan tumor maligna atau penyakit metastatik
bervariasi tergantung tipe lesi spesifik. Kebanyakan klien mengeluhkan sekumpulan maslah
nonspesifik, termasuk nyeri, pembengkakan lokal, massa yang dapat dipalpasi dan lunak.
Ketidakmampuan yang nnyata dapat terlihat pada penyakit metastatik tulang.

Pada klien dengan sarkoma Ewing, demam ringan dapat terjadi karena tampilan sistemik
neoplasmanya. Karena alasan inilah sarkoma Ewing sering dibingungkan dengan dengan
osteomyelitis. Kelemahan dan pucat tampak karena anemia juga sering terjadi.

Dalam melakukan pengkajian muskuloskeletal, perawat menginspeksi area yang terkena dan
mempalpasi ukuran massa dan karakteristiknya. Perawat juga perlu menentukan kemampuan
untuk melakukan mobilitas dan aktivitas sehari-hari. Derajat ketidakmampuan dapat
ditentukan dengan membandingkan pengukuran selanjutnuya setelah intervensi medis dan
keperawatan.

3. Pengkajian Psikososial.
Seringkali klien dengan tumor maligna adalah dewasa muda yang produktif secara sosial.
Klien membutuhkan sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi ini. Keluarga,
orang-orang terdekat, serta profesi kesehatan merupakan komponen utama dalam sistem
dukungan.

Klien seringkali mengalami kehilangan kontrol selama kehidupannya ketika diagnosis


keganasan ditentukan. Sebagai akibatnya mereka menjadi cemas dan takut akan hasil
penyakit mereka. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Klien mengalami proses
berduka, awalnya mereka menolak. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemsan dan mengkaji
tingkat proses berduka yang dialami klien. Perawat juga mengidentifikasi perilaku
maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.

4. Pemeriksaan diagnostik.
Radiografi rutin dan tomografi konvensional sangat bermanfaatdalam melokalisasi dan
memvisualisasi neoplasma. Tumor benigna dikarakterisasi oleh: batas jelas, korteks intak,
dan tulang yang halus, dengan periosteal tulang yang seragam. Computed Tomografi (CT)
kurang berguna, kecuali dalam area anatomik yang kompleks seperti pada kolumna
vertebralis dan sakrum. Uji ini sangat membantu dalam mengevaluasi penyebaran ke jaringan
lunak.

Ketika diagnosis tumor benigna meragukan,. Biopsi jarum/biopsi terbuka perlu dilakukan.
Metoda pembedahan terbuka dilakukan untuk mendapatkan jumlah jaringan yang mencukupi.

Pindai tulang tidak spesifik dalam membedakan tumor tulang benigna dan maligna, tapi
memungkinkan visualsisasi yang lebih baik pada penyebarn lesi dibandingkan dengan
kebanyakan pemeriksaan radiografik. MRI mungkin membantu dalam melihat masalah pada
kolumna spinalis.

Pada tumor maligna semua prosedur diatas juga dapat digunakan. Meskipun setiap tipe tumor
mempunyai karakteristik pola radigrafik, temuan tertentu tampak serupa pada semua tumor
maligna. Tumor maligna pada umumnya mempunyai tampilan berbatas tidak jelas, perusakan
tulang, periosteal irregular pada tulang baru dan penembusan kortikal.

Lesi metastatik mungkin meningkat atau menurunkan densitas tulang, tergantung pada
jumlah aktivitas osteoblastik. CT juga berguna dalam menentukan perluasan kerusakan
jaringan lunak.

Pengkajian laboratotik. Klien dengan tumor maligna umumnya menunjukkan peningkatan


serum alkalin fosfatase (ALP), mengindikasikan tubuh sedang berusaha untuk membentuk
tulang baru dengan meningkatkan aktivitas osteoblastik.

Klien dengan sarkoma Ewing atau lesi tulang metastatik sering menampakkan anemia
normositik. Sebagai tambahan lekositosis umum pada sarkoma Ewing.

Pada beberapa klien dengan metastatis tulang dari payudara, ginjal dan paru, kadar kalsium
serum meningkat. Destruksi tulang massif menstimulasi peleapsan mineral ke aliran darah.

Klien dengan sarkoma Ewing dan metastasis tulang sering mengalami peningkatan laju endap
darah (ESD/LED), mungkin berkontribusi ada inflamsi jairngan sekunder.

Pengkajian Diagnostik Lainnya.


a. Biopsi tulang. Biopsi tulang dapat dilakuan untuk menentukan tipe tumor tulang. Biopsi
jarum bisanya dilakukan ketika diduga ada metasatis. Metoda terbuka melalu insisi bedah
lebih disukai pada lesi perimer. Ahli bedah berusaha untuk membuat inisi sekecil mungkin.
Carut biopsi dibuang selama pembedahan kanker tulang untuk mengeliminasi sebaran tunas
kanker. Setelah biopsy, kanker dikelompokkan berdasarkan derajat tumor. Metoda yang
populer adalah sistem TNM, yang digunaakn untuk menentukan ukuran tumor, keterlibatan
nodus, dan adanya metastasis.
b. Pindai tulang. Pindai tulang sangat membantu dalam menentukan tipe tumor dan juga
memungkinkan visualisasi sebaran kanker. Pindai hampir selau dilakukan bila diduga ada
metastatis.

B. Analsisis/Diagnosa Keperawatan yang Mungkin:


1. Nyeri (akut/kronik) berhubungan dengan invasi tumor secara langsung pada jaringan lunak
2. Berduka antisipatorik berhubungan dengan perubahan citra diri atau kemungkinan
kematian
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
4. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang sekunder terhadap tumor tulang.
5. Kecemasan berhubungan kehilangan kontrol dan kebutuhan sistem dukungan.
6. Takut berhubungan dengan diganosis medis, kemungkinan pembedahan atau kematian
7. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan tidak bisa menerima dignosis
medis
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan tidak bisa menerima diagnosa medis.
9. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ukuran dan penyebaran tumor, kelemahan,
dan efek akhir penyakit metastatik

10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningktan
prsoses metabolik sekunde terhadap kanker.
11. Kurang Pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapi
12. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh, atau perubahan kinerja
peran.

C. Perencanaan dan Implementasi


Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit dan program terapi,
pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola penyelesaian masalah yang efektif,
peningktan harga-diri dan peniadan komplikasi.

Asuhan keperawatan pasien yang menjalani tulang pada beberapa hal sama dngna pasien lain
yang menjalani pembedahan skeletal. Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji,
dilakukan observasi untuk mengkaji timbulnya trombosis vena profunda, emboli paru,
infeksi, kontraktur, dan atropi disuse. Bagian yang dioperasi harus ditinggikan untuk
mengontrol pembengkakan, status neurovaskuler harus dikaji. Biasanya derah tersbut
diimobilisasi dengan bidai, gips atau pembelut elastis sampai sembuh.

1. Nyeri
Perencanaan: Tujuan Klien. Klien akan mengalami pengurangan nyeri b.d lesi tulang
Intervensi. Karena nyeri sering diakibatkan karena invasi langsung dari tumor, maka
tindakannya adalah dengan mengurangi ukuran atau membuang tumor. Kombinasi tindakan
bedah dan nonbedah digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan mengeliminasi
komplikasi dari kanker tulang.
Penatalaksanaan Nonbedah.
Sebagai tambahan selain pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri lokal, agen
kemoterapi dan radioterapi diberikan dalam usaha untuk mengecilkan tumor. Pada klien
dengan metastatik vertebral, pembelatan dan imobilisasi dengan traksi servikal akan
membantu mengurangi nyeri pungung.
Terapi Medikasi. Dokter mungkin memberikan kemoterapi tunggal atau kombinasi dengan
radiasi atau pembedahan. Tumor proliferatif seperti sarkoma Ewing sensitif pada agen
sitotoksik. Sementara tumor lainnya seperti kondrosarkoma seringkali kebal-obat.
Kelihatannya kemoterapi memberikan hasil terbaik pada lesi metastasik kecil dan mungkin
diberikan sebelum atau sesudah pembedahan.
Pada kebanayakan tumor, dokter memberikan agen kombinasi. Saat ini tidak ada protocol
yang diteima secara universal mengenai agen kemoetrapi. Obat terpilih ditentukansebagian
oleh sumber kanker primer. Misalnya bila metastasis terjadi karena kanker payudara, maka
estrogen dan progesterone umum diberikan. Kanker tiroid metastasik sensitive trehadap
doksorubisin (adriamisin).

Perhatikan efek samping dan efek toksik masing0masing obat serta awasi hasi tes
laboraterium dengan cermat.
Terapi Radiasi. Radiasi digunakan pada tumor-tumor maligna tertentu. Pada klien dengan
sarkoma Ewing
dan osteosarkoma dini, radiasi mungkin merupakan terapi pilihan untuk mengecilkan ukuran
tumor dan tentunya juga rasa nyeri.
Pada klien dengan tumor metastatik, radiasi diberikan terutama sebagai terapi paliatif. Terapi
diarahkan lokasi yang nyeri dan diusahakan untuk membrikan rentang waktu yang nyaman
bagi klien. Dengan perencanaan yang tepat terapi radiasi dapat digunakan dengan komplikasi
yang minimal.

Penatalaksanaan Bedah.
Tindakan bagi tumor tulang primer adalah pembedahan, sering dikombinasikan dengan
radiasi maupun kemoterapi.

2. Berduka Antisipatorik
Perencanaan: Tujuan Klien. Klien akan melalui proses berduka dengan baik & menerima
prognosisnya.
Intervensi. Peran perawat yang paling penting adalah menjadi pendengar aktif dan
memungkinkan klien dan keluargnya untuk menyatakan perasaan mereka. Perawat juga
bertindak sebagai advokat bagi klien dan keluarga serta meningkatkan hubungan klien-
dokter. Atau dengan kata lain, klien mungkin tidak sepenuhnya mengerti dengan rencana
tindakan medis/pembedahan tapi malu untuk bertanya. Intervensi keperawatannya adalah
dengan memfasilitasi komunikasi, karena hal tersebut penting bagi keberhasilan
penatalaksanaan klien dengan kanker.

3. Gangguan Citra Diri


Perencanaan: Tujuan Klien. Setelah diberikan intervensi keperawatan klien akan mengalami
perbaikan perasaan mengenai citra dirinya dan menerima perubahan fisik yang terjadi.
Intervensi. Persepsi klien mengenai citra dirinya sangat erat kaitannya dengan kemampuan
klien untuk menerima penyakitnya. Perawat perlu mengenali dan menerima pandangan klien
mengenai citra diri dan perubahannya. Hubungan saling percaya akan memfasilitasi klien
untuk bebas menyatakan perasaan negatifnya. Tunjukkan kekuatan dan kemampuan klien
yang masih dapat dipertahankan. Tujuan yang realistis dalam menjalani kehiduan juga perlu
ditegakkan bersama.

4. Risiko Cedera
Perencanaan: Tujuan Klien. Setelah diberikan intervensi keperawatan, klien dapat mencegah
fraktur patologis dengan cara mencegah jatuh dan meminimalkan trauma.

Intervensi. Radiasi/pembedahan mungkin diperlukan untuk memperkuat atau menggantikan


tulang yang terkena untuk mencegah fraktur.
Penatalasakanaan Nonbedah.
Untuk memperbaiki tonus otot, dan tentunya juga mengurangi resiko fraktur, klien dilatih
untuk melakukan latihan kekuatan. Terapi fisik berbasis ambulasi juga sering disarankan.
Penatalaksanaan Bedah.
Prinsip pembedahan pada fraktur metaststik yaitu:
a. Mengganti sebanyak mungkin tulang yang terkena
b. Berhati-hati dan menyeluruh untuk menghindari prosedur ulangan.
c. Berusaha untuk mengambalikan status fungsional klien dengan hospitalisasi dan
imobilisasi minimal.

5. Kecemasan
Perencanaan: Tujuan Klien. Setelah diberikan tindakan keperawatan klien akan mengalami
penurunan kecemasan.
Intervensi. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan klien dan faktor yang
menyebabkannya. Kehilangan kontrol pada situsi klien dapat dikurangi dengan membolehkan
klien untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Rasa takut dan ketidaktahuan
juga berkontribusi pada kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai