Anda di halaman 1dari 4

KARAKTERISTIK FRAKTUR SIMFISI DAN PARASIMFISIS MANDIBULA

Abstrak

Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk menentukan daerah fraktur yang sering terjadi pada
fraktur mandibular. 200 pasien fraktur mandibular yang dilaporkan ke Departemen of Oral and
Maxilofacial Surgery dari April 2012 hingga September 2012. Data yang berkenaan dengan
penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, mekanisme injury, dan evaluasi daerah fraktur.
Orthopentomogram (OPG) dan jika diperlukan postero- Anterior and right and left lateral
oblique views dari mandibular digunakan untuk diagnosis daerah fraktur. Fraktur mandibular
sebagian besar terjadi pada pria (84%) dibandingkan wanita (16%) dengan rasio pria dan wanita
5,25:1. Rentang umur 2-61 tahun dengan rata-rata 21.45 S.D 12.59. Kelompok umur yang
mengalami fraktur mandibular 21-30 tahun (30%) dan kecelakan lalu lintas adalah mekanisme
injury yang sering terjadi (57%) disertai dengan jatuh (31,5%). Parasimfisis adalah daerah yang
sering terjadi fraktur pada mandibular 43%, sedangkan fraktur parasimfisis disertai dengan
angulus 31%. Penelitian ini menunjukan mayoritas pasien fraktur mandibular adalah laki-laki
dewasa muda. Etiologi yang paling sering mengakibatkan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas
dan daerah parasimfisis adalah daerh fraktur mandibular yang paling sering terjadi

Introduction

Mandibular adalah tulang fasial yang paling kuat tetapi fraktur paling sering terjadi di
mandibular karena posisi yang prominen, konfigurasi anatomis, dukungan tulang yang kurang.
Madibula merupakan satu-satunya tulang wajah yang bergerak dan memiliki fungsi penting
berupa mastikasi, fonasi, deglutisi dan menjaga oklusi gigi.

Fraktur mandibular diketahui 36%-59% trauma maksilofasial. Prevalensi paling berpengaruh


adalah jenis kelamin, umur , lingkungan dan status sosioekonomi pasien. Fraktur mandibular
dapat terjadi sendiri atau kombinasi dengan cedera dibagian wajah lainnya. Daerah draktur
tergantung dari mekanisme cedera, besar dan arah pengaruh tekanan, prominensia mandibular
dan anatomi. Faktor etiologi yang umum menyebabkan fraktur antara lain adalah kecelakaan lalu
lintas, jatuh, serangan, cedera saat olahraga, dan kecelakaan industry. Faktor etiologi ini
berdasarkan lokasi geografis, aktivitas fisik, social, kultur dan lingkungan.

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama dari fraktur mandibular karena kurangnya
pelaksanaa dari hukun berlalu lintas, sedangkan penggunaan alcohol meningkat dan kekerasan
fisik menjadi salah satu penyebab utama di beberapa negara. Kecelakaan lalu lintas penyebab
utama pada orang dewasa dan jatuh sering terjadi pada anak-anak. Insidensi tertinggi terjadi pada
usia 21-30 tahun dan insedensi terndah pada usia diatas 60 tahun. Data terbaru menunjukan ratio
pria dan perempuan adalah 3:16.

Menurut Ellis et al, 33% fraktur mandibular terjadi pada korpus, 29% processus conylaris
dan 32% angulus. Sedangkan menurut Gilven 34% fraktur mandibular terjadi padda korpus,
angulus 25%, dan simfisis 20%.

Fraktur mandibular jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan fungsional yang
signifikan dan asimetris wajah, maloklusi, tmj disfungsi, dam osteomyelitis. Metode terbaru
maupun metode konservatif dalam penanganan fraktur mandibular dilakukan dengan
maxilomandibular fixation dengan dental wiring, arch bar, gunning splint, open reduction and
intraseous wiring, open reduction with rigid internal fixation with miniplate, non compression
plate, compression plate and lag screw.

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan daerah fraktur yang paling sering terjadi
antara fraktur pada simfisis dan parasimfisis.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan di departemen Oral & Maxilofacial Surgery, Khyber College of
Dentistry, Peshawar dari April hinggan September 2012. Total 200 pasien fraktur mandibular
sebagai sampel dari penelitian ini. Perizinan dari etik rumah sakit dan komite etik sudah
diberikan untuk melakukan penelitian ini. Setelah mendpatkan izin melakukan penelitian dari
data pasien dilakukan pemeriksaan klinis pada pasien yang mengalami frakur mandibular.
Orthopentomogram (OPG) merupakan radiografi standard dan bila diperlukan dilengkapi dengan
Postero anterior (PA) dan lateral oblique mandibular. Data pada penelitian ini tercata pada design
performa dan dielvaluasi dengan statistic deskriptif menggunakan SPSS

Hasil

Total 200 pasien menjadi sampel dalam penelitian ini. Dari seluruh sampel ini 168 (84%)
adalah pria dan 32 (16%) wanita. Perbandingan pria dan wanita adalah 5,25:1. Kisaran umur dari
sampel pasien yang mengalami fraktur mandibular adalah 2 hingga 65 tahun dengan rata-rata
21,45 12,59. Hanya 24% pasien yang umurnya dibawah 10 tahun.

Faktor utama penyebab fraktur mandibular adalah kecelakaan lalu lintas yaitu 57%,
diikuti dengan jatuh 31,5%. Fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur hanya pada daerah
parasimfisis (43%) diikuti dengan fraktur parasimfisis yang disertai dengan angulus (31%) dan
fraktur pada parsimfisis disertai condyles (28%).
Diskusi

Mandibula adalah tulang terkuat dan terbesar pada tulang wajah tetapi mudah terjadi
fraktur karena, lengkung yang terbuka, letaknya dipaling inferior dari wajah, merupakan
mekanisme dari hyperextension dan hyperflexion dari wajah pada saat kecelakaan lalu lintas,
dengan bertambahnya usia akan mengalami atrofi.

Hasil dari survey epidemiologi didaptkan bahwa insidensi dan distribusi fraktur
mandibular dipengaruhi oleh daerah geografis, sosio ekonomi, budaya dan era.

Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa ratio antara pria dengan wanita adalah 5,25:1
terhdapat fraktur maxillofacial termasuk fraktur mandibular. Hal ini menunjukan bahwa pada
pria lebih rentan terjadi fraktur mandibular karena pada pria lebih banyak kegiatan di luar
ruangan sedangkan pada wanita lebih banyak berkegiatan di dalam ruangan. Kelompok umur
yang paling sering mengalami fraktur mandibular adal keompok umur 21-30 tahun diikuti
dengan kelompok umur 11-20 tahun. Kelompok umur 21-30 tahun paling banyak yang
mengalami fraktur mandibular karena kelompok umur ini memiliki kegiatan yang lebih aktif,
transportasi dengan kecepatan tinggi, olahraga, berkelahi, pekerjaan berat dan industry. Pada usia
yang lebih mudan dan lebih tua biasanya kegiatannya lebih ringan dibandingkan usia aktif.

Pada penelitian terbaru kecelakaan lalu lintas adalah penyebab yang mendominaso
terjadinya fraktur mandibular yang diikuti dengan jatu dari ketinggian. Penyebab utama dari
beberapa penelitian juga menyataka bahwa fraktur mandibular ini terjadi antara lain karena
rendahnya kesadaran menggunakan sabuk pengaman, berkendara dengan kecepatan tinggi,
kendaraan dengan beban yang berlebih, dan keadaan jalan yang kurang memadai. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa fraktur parasimfisis merupakan fraktur yang paling sering terjadi
diikuti dengan fraktu parasimfisis yang disertai angulus. Banyak penelitian lain juga
menyatakan hal yang sama dengan penelitian ini, tetapi ada juga beberapa penelitian yang
menyatakan fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur parasimfisis disertai dengan
subconylus.

Mandibular mirip dengan lengkung arsitek yang menyebarkan gaya yang diterapkan
dengan panjang tetapi tidak menjadi lengkung yang halus pada potongan melintang. Area
mandibular dimana kekuatan per satuan luas yang dikembangkan adalah hasil yang lebih besar
dalam peningkatan konsentrasi fari tensile strength dan fraktur terjadi pada daerah dengan
konveksitas maksimum pada lengkung. Alasan meningkatnya frekuensi fraktur parasimfisis
mungkin karena adanya benih gigi permanen pada saat anak-anak yang menunjukan rasio gigi
terhadap tulang yang tinggi sementara panjang akar kaninus memperlemah parasimfisis pada
orang dewasa yang mengakibatkan fraktur. Fraktur angulus sering terjadi karena adanya gigi
molar ketiga yang tidak erupsi yang membuat angulus ini menjadi daerah yang lemah.
Kombinasi dari fraktur parasimfisis dan konylus terjadi karena adanya dampak langsung
pada parsimfisis secara horizontal, tekanan aksial ini disalurkan ke basis kranii melalui konylus
yang menyebakan fraktur konylus.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Fraktur mandibular paling sering terjadi pada pria dewasa muda. Faktor etiologi yang
paling sering menyebabkan fraktur mandibular adalah kecelakaan lalu lintas kemudian diikuti
dengan jatu. Daerah fraktur mandibular yang paing sering terjadi adalah di area parasimfisis, dan
fraktur pada parasimfisi yang disertai fraktur pada angulus.

Kecelakaan lalu lintas dan jatuh merupakan penyebab utama terjadi fraktur mandibular,
untuk menurunkan resiko tersebut disarankan sosialisasi hukum untuk pengguna sabuk
pengaman lebih ditingkatkan, peraturan terhadap keselamatan berkendara juga harus
ditingkatkan dan harus diterapkan. Orang tua harus mengedukasi anak-anaknya mengenai resiko
jatuh atau kecelakaan lalu lintas untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai