Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur mandibular adalah putusnya kontiunitas tulang mandibula,hilangnya

kontiunitas pada mandibula,hal ini dapat berakibat fatal tidak ditangani dengan

benar.Mandibula adalah tulang rahang bawah manusia yg berfungsi sebagai tempat

menempelnya gigi geligi. Faktor etiologi utama terjadinya fraktur mandibula bervariasi

berdasarkan lokasi geografis,namun kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab

paling umum. Tinggi kejadian kecelakaan lalulintas setara dengan neningkatnya angka

kejadian fraktur tulang wajah. Wajah merupakan bagian tubuh yang tidak terlindung secara

topografis menyebabkan mudah terpapar trauma,sehingga fraktur tulang wajah merupakan

cidera yg sering di jumpai.

Fraktur tulang wajah merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian

di dunia (Schwarz, 2010). Data yang dikeluarkan PBB (perserikatan bangsa- bangsa)

menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 1,3 juta orang atau setiap hari sekitar 3.000 orang

meninggal dunia akibat kecelakaan,90% terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai

salah satu negara berkembang juga memiliki permasalahan dengan tingginya kejadian

kecelakaan lalulintas khususnya kecelakaan sepeda motor sebesar 52,2% (Polisi Masyarakat

Indonesia).

Beberapa penyebab lain berupa kelainan patoligis seperti keganasan pada mandibula,

Kecelakaan saat kerja dan kecelakaan akibat olahraga (Vike D. 2012). Penonjolan bentuk

anatomis dan posisi mandibula yang terbuka menyebabkan lebih sering mengalami trauma

dibandingkan dengan tulang wajah lainnya walaupun mandibula merupakan tulang wajah

yang terpadat dan terkuat. Dari seluruh fraktur di daerah wajah sekitar dua pertiga adalah
fraktur mandibular atau setara dengan 61% kasus dibandingkan dengan fraktur pipi 27% dan

tulang hidung 19,5% (Purwanto,2006).

Hasil penelitian menunjukkan insidensi fraktur lebih banyak terjadi pada laki-laki

sebanyak 52 kasus (74,%) dan perempuan sebanyak 19 kasus (25,9%) dengan resiko sebesar

3:1. Berdasarkan usia,fraktur mandibular paling banyak terjadi pada lokasi fraktur simpisis

sebanyak 27 kasus (38,1%).Etiologi terbesar karena kecelakaan sepeda motor sebanyak 47

orang (78,4%). Perawatan yang di lakukan terhadap pasien fraktur mandibula open reduction

(ORIF elektif) sebanyak (18,8%) di karenakan kendala biaya pasien sangat cemas dan

ketakutan atau tidak siap operasi sehingga mereka menolak atau menunda dan meminta

pulang paksa. (Hakim , Adhan , Sukmana,2016)

Fraktur mandibular adalah putusnya kontinuitas tulang mandibular (Ajmal S,et

al,2007). Hilangnya kontiunitas pada rahang bawah (Mandibula), dapat berakibat fatal bila

tidak di tangani dengan benar (Adam GL,et al, 2007).

Mandibula adalah tulang tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagi

tempat menempelnya gigi geligi.Klasifikasi fraktur mandibular berdasrakan pada daerah-

daerah dento alveolar,kondilus,koronoideus,ramus, sudut mandibula,korpus

mandibula,simfisis,dan parasimfisis (Snell RS , 2006). Penyebab terbanyak dari truama

mandibula ini adalah kecelakaan lalulintas. Kecelakaan lalulintas merupakan salah satu

prioritas penanggulangan penyakit tidak meular berdasarkan kepmenkes

116/Menkes/SK/VIII/2003.

Kecelakaan lalulintas menempati urutan ke -9, pada DALY (Disability Adjusted Life

Year). dan diperkirakan akan menjadi peringkat ke-3 di tahun 2019, sedangkan di negara

berkembang menempati urutan ke-2 (Fauzy M,2010). Gejala pada fraktur mandibula

biasanya timbul rasa nyeri terus menerus pendarah oral,fungsi berubah,terjadi


pembengkakan,kripitasi,sepsis pada fraktur terbuka,dan deformitas. Jika fraktur ini mengenai

korpus mndibula, akan terlihat gerakan yang abnormal pada tempat fraktur sehingga gerakan

mandibul menjadi terbatas dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian besar fraktur

mandibula terjadi tampa terbuka dan tampa kerusakakan jaringan keras atau lunak. Dari hasil

data penelitian Muclis Fauzi di RS.H.Adam Malik Medan tahun 2008 sampai 2010,

menunjukan bahwa trauma mandibula yang terjadi lebih banyak di jumpai pada laki-laki

dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1 dan kejadian sering terjadi pada usia

produktif, yaitu usia 21-39 tahun (Hupp JR, 2010).

Dari latar belakang diatas penulis merasa tertarik sehingga penulis menulus judul karya tulis

ilmiah (Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem musculoskletal Post Operasi ORIF (Orif

Reduksi Internal Fiksasi) dengan indikasi fraktur mandibula” RS Advent Medan.

1.2 Tujuan Penulisan.

1. Tujuan umum

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Gangguan sistem

musculoskletal : post operasi ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) dengan indikasi

fraktur mandibula “ RS Advent Medan.

2. Tujuan Kasus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

musculuskletas post operasi ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) dengan indikasi

fraktur mandibula RS Advet Medan mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada

klien dengan Gangguan sistem musculoskletal : post operasi ORIF dengan indikasi

fraktur mandibula RS Advent Medan


b. Mampu melakukan diagnose keperawatan pada klien dengan Gangguan sistem

musculoskletal : post operasi ORIF dengan indikasi fraktur mandibula “RS Avent Medan

Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien Gangguan sistem musculoskletal:

post operasi ORIF(Open Reduksi Internal Fiksasi) RS Advent Medan.

c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dangan Gangguan sistem

musculoskletal post operasi ORIF dengan indikasi fraktur mandibula RS Advent Medan,

mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada sistem musculoskletal post operasi

ORIF dengsn indikasi fraktur mandibula RS Advet Medan.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Gangguan sistem

musculoskletal post operasi ORIF(Open Reduksi Internal Fiksasi), dengan indikasi

frsktur mandibula RS Advent Medan. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada

sistem musculoskletal post operasi ORIF dengsn indikasi fraktur mandibula RS Avent

Medan.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah di capai berdasarkan tujuan dan

tindakan yang telah di tetapkan pada Asuhan Keperawatan sistem musculoskletal post

operasi ORIF dengsn indikasi fraktur mandibula RS Avent Medan.

f. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan sistem muculoskletal post operasi

ORIF dengsn indikasi fraktur mandibula RS Advent Medan.

1.3 Ruang Lingkup

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis hanya melaporkan 1 kasus, yaitu

( Asuhan Keperawatan Pada Tn B Dengan Gangguan sistem Musculoskletal Di Aster 7

Rumah sakit Advent mendan.


1.4 Metode Peenulisan

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis melakukan metode deskriptif yang

menggambar kan Asuhan Keperawatan Pada Tn B Dengan Gangguan sistem

Musculoskletal dengan menggunakan berbagai pendekatan:

a. Teknik studi literatur dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan judul

fraktur mandibula sinistra.

b. Teknik wawancara dengan tanya jawab kepada ibu pasien dan pada pasien sendiri.

c. Teknik observasi yaitu melakukan pengamatan langsung kepada pasien.

d. Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dari head to toe.

e. Teknik study dokumentasi yaitu mempelajari dokumen yang berhubungan dengan pasien

berupa hasil pemeriksaan dan cacatan medis.

Anda mungkin juga menyukai