Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh

kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya (WHO,

2004). Menurut data RISKESDAS 2013, Penyebab cedera terbanyak yait

u jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%), selanjutnya penyebab

cedera karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan

kejatuhan (2,5%). Sedangkan untuk penyebab yang belum disebutkan proporsinya

sangat kecil. Proporsi jenis cedera berupa patah tulang di Indonesia sebesar 5,8%.

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2000). Fraktur terjadi jika

tulang dikenai suatu tekanan yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya. Fraktur

pada tulang menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan sendi

terganggu, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh

darah. Selain itu, fraktur juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu

diantaranya kerusakan jaringan, komplikasi yang ditimbulkan akibat tirah baring

lama, anestesi dan operasi serta komplikasi khas pada fraktur seperti kekakuan sendi

dan avascular necrosis (McRae, 1992).

1
Fraktur collum femur adalah patahan tulang merupakan suatu kondisi

terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjad pada caput femur dan tulang

rawan umumnya disebabkan oleh tulang patah dapat berupa trauma langsung dan

trauma tidak langsung(Sjamsuhidajat, 2005). Penyebab fraktur adalah trauma yang

dibagi menjadi 3 antara lain: trauma langsung, trauma tidak langsung dan trauma

ringan. (1) Trauma langsung yaitu benturan pada tulang biasanya penderita terjatuh

dengan posisi miring dimana daerah trohkantor mayor langsung terbentur dengan

benda keras(jalanan). (2) Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan

fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpleset di kamar mandi. (3) Trauma ringan yaitu

keadaaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau

underlying deases atau patologi (Sjamsuhidayat & de Jong. 2010)

Fraktur collum femur adalah salah satu jenis fraktur yang sangat

mempengaruhi kualitas hidup manusia, dan merupakan cedera yang banyak dijumpai

pada pasien usia lanjut sedangkan pada usia muda sering kali terjadi karena trauma

yang cukup besar, dan menyebabkan morbiditas serta mortalitas, karena disebabkan

oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca

menopause. Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup, angka

kejadian fraktur ini juga ikut meningkat dan saat ini angkanya meningkat dengan

pesat karena tingginya angka trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas

(Sutanto, Iwan,2015)

2
Fraktur ini merupakan penyebab utama morbiditas pada pasien usia tua akibat

keadaan imobilisasi pasien di tempat tidur. Rehabilitasi membutuhkan waktu

berbulan-bulan. Imobilisasi menyebabkan pasien lebih senang berbaring sehingga

mudah mengalami ulkus dekubitus dan infeksi paru. Angka mortalitas awal fraktur

ini adalah sekitar 10%. Bila tidak diobati, fraktur ini akan semakin memburuk

(Hartman,2002)

Jumlah populasi orang lanjut usia semakin bertambah, kasus fraktur pada

sendi panggul telah menjadi masalah kesehatan internasional. Di seluruh dunia,

sekitar 1,5 juta fraktur pada sendi panggul terjadi tiap tahun dan diprediksi meningkat

menjadi 2,6 juta pada tahun 2025 dan 4,5 juta pada tahun 2050 (Moesbar Nazar,

2015)

Penderita fraktur collum femur biasanya terjadi pada seorang wanita yang

cukup aktif hingga pada suatu ketika berjalan terkelincir atau jatuh sampe terjadi

fraktur. Dalam beberapa minggu sesudah itu ia dapat meninggal karena kegagalan

jantung, penomunia, hipostastik, penyakit tromboebolik atau semata-mata akibat

hospitalisasi. Sering terjadi osteoporosis tulang di daerah ini dan kadang-kadang

deposit mestatase neuplasma merupakan predisposisi fraktur ini.Angka kejadian

fraktur femur keseluruhan adalah 11,3 dalam 1000 per tahun. frakturpada laki-laki

adalah 11,67 dalam 1000 per tahun, sedangkan pada perempuan 10,65 dalam 1000

3
per tahun.dibeberapa belahan dunia akan berbeda status sosiol ekonomi dan

metodelogi yang digunakan di area penelitian (Mahartha, 2014).

Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia,

fraktur pada ekstermitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling

tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus

fraktur ekstermitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur femur,

14.027 orang mengalami fraktur eruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970

orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan336 orang mengalami

fraktur fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan ekstermitas bawah sangat

sedikit,tetapi terjadinya fraktur fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya gangguan

aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Terjadinya fraktur tersebut termasuk

didalamnya insiden kecelakaan, cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam

dan lain sebagainya (Mardiono, 2010)

Berdasarkan riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Depkes RI tahun 2013 didapatkan data kecenderungan peningkatan

proporsi cedera transportasi darat (sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% pada

tahun 2007 menjadi 47,7%.Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi

kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu

lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang

4
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %) dari 20.829 kasus kecelakaan lalu

lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %) dari 14.127 trauma

benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).

Angka kejadian fraktur di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,5% pada

tahun 2007 menjadi 5,8% pada tahun 2013. Insiden fraktur di Sumatera Barat tahun

2013 adalah 7,3% dari keseluruhan insiden fraktur di Indonesia. Fraktur yang sering

terjadi yaitu fraktur femur 39%,diikuti fraktur humerus 15%,dan fraktur tibia dan

fibula 11% Menurut data di rumah sakit umum Dr. Hasan Sadikin Bandung, terdapat

103 kasus fraktur femur pada Januari sampai Desember 2011 .Berdasarkan data

rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang, terdapat

201 kasus fraktur collum femur pada tahun 2017. Sedangkan berdasarkan survey data

rekam mendis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. M . Zein Painan tahun

2018 kasus fraktur collum femur terdapat 11 kasus yang didominasi kelompok usia

tua sedangkan pada tahun 2019 hingga bulan agustus sebanyak 5 kasus.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita

Fraktur Collum Femur

5
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian langsung terhadap pasien dengan Fraktur

Collum Femur

a. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang didapat

b. Mampu membuat rencana tindakan kepeawatan pada pasien dengan Fraktur

Collum Femur

c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan terhadap pasien dengan

Fraktur Collum Femur

d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Fraktur

Collum Femur

e. Mampu melakukan pendokumentasikan terhadap tindakan keperawatan pada

dengan Fraktur Collum Femur

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Penulis

Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman

dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan

Fraktur Collum Femur sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam

melaksanaan tugas seminar.

2. Bagi Institusi Pendidikan

6
Dapat menambawah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dalam

menegakkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Collum Femur

3. Bagi RSUD Dr.M.Zein Painan

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada dengan Fraktur Collum Femur

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFENISI

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989:144). Fraktur femur adalah rusaknya

kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,

kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis (Long,

1985). Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi

pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian

distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Fraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yang terjadi di femur proksimal

pada daerah yang berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir

di proksimal daerah intertrokanter (FKUI – RSCM, 2008) Sedangkan fraktur kolum

femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang

termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris

sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A) Anatomi dan Fisiologi Femur

8
Femur atau tulang paha merupakan tulang yang memanjang dari panggul ke

lutut dan merupakan tulang terpanjang dan terbesar di dalam tubuh, panjang femur

dapat mencapai seperempat panjang tubuh.

Femur dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ujung proksimal, batang, dan

ujung distal. Ujung proksimal bersendi dengan asetabulum tulang panggul dan ujung

distal bersendi dengan patella dan tibia. Ujung proksimal terdiri dari caput femoris,

fores capitis femoris, collum femoris, trochanter mayor, fossa trochanterica,

trochanter minor, trochanter tertius, linea intertrochanter, dan crista

intertrochanterica. Batang atau corpus femur merupakan tulang panjang yang

mengecil di bagian tengahnya dan berbentuk silinder halus dan bundar di depannya.

Linea aspera terdapat pada bagian posterior corpus dan memiliki dua komponen

yaitu labium lateral dan labium medial. Labium lateral menerus pada rigi yang kasar

dan lebar disebut tuberositas glutea yang meluas ke bagian belakang trochanter

mayor pada bagian proksimal corpus, sedangkan labium medial menerus pada linea

spirale yang seterusnya ke linea intertrochanterica yang menghubungkan antara

trochanter mayor dan trochanter minor. Pada ujung distal terdapat bangunan-

bangunan seperti condylus medialis, condylus lateralis, epicondylus medialis,

epicondylus lateralis, facies patellaris, fossa intercondylaris, linea intercondylaris,

tuberculum adductorium, fossa dan sulcus popliteus, linea intercondylaris,

9
tuberculum adductorium, fossa dan sulcus popliteus. Condylus memiliki permukaan

sendi untuk tibia dan patella

10
Caput femur merupakan masa bulat berbentuk 2/3 bola, mengarah ke medial, kranial,

dan ke depan. Caput femur memiliki permukaan yang licin dan ditutupi oleh tulang rawan

kecuali pada fovea, terdapat pula cekungan kecil yang merupakan tempat melekatnya

ligamentum yang menghubungkan caput dengan asetabulum os coxae. Persendian yang

dibentuk dengan acetabulum disebut articulation coxae. Caput femurs tertanam di dalam

acetabulum bertujuan paling utama untuk fungsi stabilitas dan kemudian mobilitas.

Collum femur terdapat di distal caput femur dan merupakan penghubung antara caput

dan corpus femoris. Collum ini membentuk sudut dengan corpus femur ± 125º pada laki-

laki dewasa, pada anak sudut lebih besar dan pada wanita sudut lebih kecil

Gambar 3. Anatomi femur

Sumber:Waschke,F

11
Paha dibagi menjadi tiga kompartemen yaitu fleksor, ekstensor, dan adduktor.

Kompartemen-kompartemen yang menempati paha dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu

di bagian anterior, medial, dan posterior. Kompartemen yang menempati anterior pada

diantaranya adalah :

a. Otot yang terdiri dari otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut, yaitu m.

Sartorius, m. iliakus, m. psoas, m. pektineus, dan m. quadriceps femoris.

b. Arteri femoralis dan cabang-cabangnya.

c. Vena femoralis yang merupakan lanjutan dari v. poplitea dan v. saphena magna

sebagai aliran darah utama yang mengalir melalui hiatus safenus.

d. Limfatik dari kelenjar getah bening inguinalis profunda yang terletak sepanjang

bagian terminal v. femoralis.

e. Saraf yaitu n. femoralis

Kompartemen yang menempati medial paha diantaranya adalah:

a. Otot yang terdiri dari otot adduktor panggul yaitu m. grasilis, m. adductor

longus,m. adductor brevis, m. adductor magnus, dan m obturatorius eksternus.

b. Arteri yaitu a. profunda femoris, a. femoralis sirkumfleksa medialis dan rami

perforantes serta a. obturatoria.

c. Vena yaitu v. profunda femoris dan v. obturatoria.

d. Saraf yaitu divisi anterior dan posterior n. obturatorius

Kompartemen yang menempati posterior paha diantaranya adalah:

12
a. Otot yang merupakan otot hamstring dan berfungsi dalam fleksi lutut serta

ekstensi panggul. Diantaranya adalah: m. biseps femoris, m. semitendinosus,

m. semimembranosus, dan bagian hamstring dari m. adductor magnus.

b. Arteri yaitu rami perforantes a. profunda femoris.

c. Vena yaitu vv. Komitans arteri-arteri kecil.

d. Saraf yaitu n. ischiadikus.

Gambar 4. Kompartemen paha

Sumber: Faiz, O

Caput femur mendapat pasokan darah dari tiga sumber utama yaitu:

a. Extracapsular arterial ring yaitu pembuluh darah yang melewati collum bersama

dengan retinakula capsularis dan memasuki caput melalui foramina besar pada basis

caput. Pembuluh darah ini berasal dari cabang-cabang a. sirkumfleksa femoralis

13
melalui anastomosis a. krusiata dan a. trokanterika. Pada orang dewasa merupakan

sumber pasokan darah terpenting

b. Pembuluh darah dalam ligamentum teres yang memasuki caput melalui foramina

kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang-cabang a. obturatoria.

c. Pembuluh darah yang melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis nutrisia.

Fraktur collum femoris sering menyebabkan terganggunya akliran darah ke

caput femur dimana retinakular superior dan pembuluh epifisis lateral merupakan

sumber terpenting dalam pemasokan darah. Pergeseran intrakapsular yang terjadi

pada fraktur panggul atau fraktur collum femoris dapat menyebabkan terobeknya

sinovium dan pembuluh darah di sekitarnya. Kerusakan progresif pada pembuluh

darah dapat menyebabkan gangguan klinis serius dan komplikasi termasuk

osteonekrosis dan nonunion

Gambar 5. Vaskularisasi caput dan collum femur

Sumber: Gray, H.

14
B) Anatomi dan Fisiologi sendi

Pelvis dibentuk oleh os coxae di bagian depan dan samping, sacrum dan

coccygeus di bagian belakang. Os coxae adalah tulang yang besar, tebal, kuat,

berbentuk ireguler dengan bagian tengah yang menyempit, melebar keatas dan

bawah. Tulang ini berartikulasi di bagian belakang dengan sacrum dan di depan

dengan tulang pasangannya dari sisi yang berlawanan. Os coxae terdiri dari tiga

tulang yang berfusi jadi satu yaitu os ilii, os ischii, dan os pubis. Os coxae memiliki

tiga artikulasi yaitu:

a. dengan sacrum pada permukaan artikularis pada tiap os ilii,

b. dengan femur pada asetabulum, yaitu cekungan yang berongga dimana

ketiga tulang bertemu dan caput femur tercakup di dalamnya.

c. dengan os coxae pasangannya pada simphisis pubis.

Sendi panggul merupakan artikulasio sferoidea synovial yang memiliki

artikulasi antara caput femur yang bulat dengan asetabulum. Bagian sentral

dan inferior dari asetabulum tidak memiliki permukaan artikularis. Regio ini

disebut incisura acetabularis yang merupakan tempat lewat ligamentum teres

15
menuju fovea pada caput femur. Batas inferior di bawah insisura asetabularis

memiliki ligamentum transversum

16
acetabuli. Capsula artikulasio coxae melekat di atas batas asetabulum. Kapsul ini

melekat ke femur di anterior pada linea trochanterica dan ke basis trochanter.

Stabilitas panggul tergantung pada faktor tulang dan ligamen. Stabilitas ligamen

dipertahankan oleh tiga ligamen yaitu ligamen iliofemorale atau ligamen bigelow yang

mencegah hiperekstensi panggul, ligamen pubofemorale, dan ligamen ischiofemorale.

Gerak panggul yang leluasa disebabkan oleh jenis sendi panggul yang

merupakan articulasio sferoidea. Gerakan-gerakan tersebut terjadi akibat peran dari

otot-otot berikut:

a. Fleksi

M. iliakus dan m. psoas, m. rektus femoris, m. Sartorius, dan m. pektineus.

b. Ekstensi

M. gluteus maksimus dan hamstring.

c. Adduksi

M. adductor magnus, m. grasilis dan m. pektineus.

d. Abduksi

M. gluteus medius, m. gluteus minimi dan m. tensor fasia lata.

e. Rotasi lateral

17
m. piriformis, m. obturatorius, m. gemelus, m. kuadratus femoris, dan m. gluteus

maksimus

f. Rotasi medial

M. tensor fasia lata, m. gluteus medius, dan m. gluteus minimi.

g. Sirkumduksi

Kombinasi semua gerakan yang menggunakan semua otot yang telah disebutkan

n.

C. ETIOLOGI

Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih

sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses

penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan

oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana

daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun

disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak

dari tungkai bawah.

Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Cedera traumatic

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan,

yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh

dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.

18
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:

a) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang

patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang

dan kerusakan pada kulit diatasnya.

b) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi

benturan.

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai

keadaan berikut, yakni:

a) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

b) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut

atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,

c) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan

oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan

absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada

tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas

di bidang kemiliteran.

19
d. Selain itu disebabkan oleh metastase dari tumor, degenerasi: terjadi karena proses

kemunduran fisiologi dari jaringan tulang itu sendiri, spontan: terjadi karena

tarikan otot yang sangat kuat (angulasi fraktur). Contoh: menendang bola

(Corwin, 2001 : 298).

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur collum femur, yakni:

a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya.

Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:

a) rotasi pemendekan tulang

b) penekanan tulang

b. Bengkak (edema)

Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang

berdekatan dengan fraktur.

c. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

d. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)

e. Tenderness

f. Nyeri

Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

20
g. Kehilangan sensasi

h. Pergerakan abnormal

i. Syok hipovolemik

j. Krepitasi

k. Eritema

Adanya warna kemerahan pada kulit daerah infeksi yang disebabkan adanya

pembengkakan (oedema) (Black, 1993:199)

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun

pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat

menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit

sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.

Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam

posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya

hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan

disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi

netral.

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan

menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan

pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan

21
jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri

bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan

E. KLASIFIKASI

a. Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu:

a) Fraktur intrakapsuler

b) Fraktur extrakapsuler

Intrakapsuler

Ekstrakapsuler

Fraktur intrakapsuler dan ekstrakapsuler

b. Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :

a) Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak

b) Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada

posisi tegak

c) Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal

22
Klasifikasi Pauwel’s untuk Fraktur Kolum Femur

Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal

pada posisi tegak.

c. Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah sebagai berikut :

a) Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)

b) Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran

c) Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)

d) Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen

yang bersinggungan.

Klasifikasi Garden’s untuk Fraktur Kolum Femur


23
F. PATOFISIOLOGIS

Fraktur collum femur biasanya terjadi akibat jatuh, tetapi pada orang yang

menderita osteoporosis, kecelakaan yang sangat ringan sekalipun sudah dapat

menyebabkan fraktur, misalnya akibat kaki yang tersandung akan menyebabkan sendi

panggul mengalami exorotasi.

Pada pasien usia lanjut khususnya pada wanita, terjadi perubahan struktur pada

bagian ujung atas femur yang menjadi predisposisi untuk terjadinya fracture pada

collum femur. Karena hilangnya tonus otot dan perubahan pada keseimbangan sensasi

yang berhubungan dengan usia, pasien ini dituntut untuk mengubah pola berjalan

mereka. Fraktur collum femur dapat disebabkan karena lemahnya collum femur

terhadap aksi stress dari arah vertical dan rotasional yang terus-menerus, seperti ketika

ekstremitas bereksorotasi dan tubuh berotasi ke arah yang berlawanan. Pada

mekanisme ini, aspek posterior dari collum mengenai lingkaran dari acetabulum karena

berotasi ke arah posterior; pada keadaan ini acetabulum berperan sebagai titik tumpu

(Subagyo, 2013).
24
Pada orang dengan usia muda, fraktur biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian

atau akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hingga terlempar ke jalan. Pada

pasien ini sering kali mengalami jejas multipel dan 20% di antaranya juga mengalami

fraktur corpus femur. Fraktur collum femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter

baik karena kecelakaan lalu lintas atas jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi 16

seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi.

Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur pada posisi ini tinggi (Noor, 2016)

G. KOMPLIKASI

Komplikasi pasti akan terjadi pada saat fraktur. Dengan diagnosis dan pengobatan dini,

kelumpuhan yang disebabkan karena komplikasi dapat berkurang (Maheshwari, 2011).

a. Syok Hipovolemik

Syok Hipovolemik merupakan penyebab tersering setelah terjadinya fraktur pada

tulang mayor, seperti pelvis dan femur. Frekuensi ini semakin meningkat

disebabkan oleh jumlah pasien dengan beberapa cedera. Syok Hipovolemik terjadi

karena perdarahan eksternal atau perdarahan internal. Perdarahan eksternal dapat

mengakibatkan beberapa fraktur ataupun cedera pada pembuluh darah mayor.

Perdarahan internal lebih sulit untuk mendiagnosa. Tanda kehilangan darah dapat

ditunjukan pada saat fraktur pelvis (1500-2000 ml), dan fraktur femur (1000-1500

ml) (Maheshwari, 2011)

b. Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

25
ARDS dapat menjadi lanjutan pada trauma dengan syok yang berkelanjutan.

Mekanisme terjadinya ARDS tidak diketahui secara pasti, diduga disebabkan oleh

keluarnya media inflamasi yang dapat menyebabkan gangguan mikrovaskuler pada

sistem respirasi. Biasanya serangan ini terjadi 24 jam setelah cedera. Pasien

mengalami takipnea dan pernafasan yang tidak seperti biasanya. Jika tidak

terdeteksi sedini mungkin, kondisi pasien akan semakin memburuk, dan dapat

menjadi kegagalan kardorespirasi dan kematian (Maheshwari, 2011).

c. Sindrom emboli lemak

Merupakan komplikasi yang paling berat. Ciri khas nya terjadi hambatan pada

pembuluh darah karena penumpukan lemak. Hal ini terjadi karena penumpukan

lemak mula-mula sumsum tulang atau jaringan adiposa. Emboli lemak biasanya

terjadi setelah fraktur pelvis dan fraktur femur (Maheshwari, 2011).

d. Sindrom Kompartemen (Volkmann’s Ischemia)

Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan

interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial

yang tertutup. Peningkatan tekanan intra kompartemen akan mengakibatkan

berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi

gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebut. Ruangan tersebut

terisi oleh otot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia

serta otot-otot individual yang dibungkus oleh epimisium. Sindrom kompartemen

26
ditandai dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis, pucat, disertai denyut nadi

yang hilang. Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak

dan paling sering disebabkan oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai

bawah dan tungkai atas (Handoyo, 2010).

e. Nekrosis avaskular tulang

Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia tulang

yang berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskuler ini sering dijumpai

pada kaput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum, dan os.

Talus (Suratum, 2008).

f. Atrofi otot

Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.

Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu selsel parenkim yang

menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien fraktur, atrofi terjadi akibat

otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel otot, aliran darah

tidak adekuat ke jaringan otot (Suratum, dkk, 2008)

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Awal

Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan :

1. Pertolongan pertama

27
Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih, steril dan

imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman

dan mengurangi nyeri sebelum ambulans datang.

2. Penilaian klinis

Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh darah atau saraf

3. Resusitasi

Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang dengan keadaan syok,

sehingga diperlukan resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah serta obat-

obat anti nyeri

a. Terapi konservatif

a) Proteksi saja

b) Immobilisasi saja tanpa reposisi

Pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan

kedudukan baik

c) Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan

menyuntikkan obat anestesi dalam hematoa fraktur

d) Traksi (penarikan)

28
Traksi dapat digunakan untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga

sembuh atau dapat juga dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Traksi kulit

terbatas untuk 4 minggu dan beban <5kg

b. Terapi operatif

a) Reposisi tertutup – fiksasi eksterna

b) Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi interna

c) Reposisi terbuka dengan fiksasi interna

(a) ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) keuntungan nya adalah

reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar. Indikasi:

 Fraktur yang tidak bisa sembuh seperti fraktur collum femur

 Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup sperti fraktur dislokasi

 Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan seperti

fracture antebrachii

(b) Excisional Arthroplasty yaitu membuang fragmen yang patah yang

membentuk sendi contohnya pada fracture collum femoris yang dilakukan

operasi Girdlestone

(c) Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

29
BAB III

Asuhan keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor medical record dan diagnose medis

b. Keluhan utama

Keluhan yang didapatkan biasanya nyeri, nyeri tersebut bisa akut atau

kronik tergantung dan lamanya serangan. untuk memperoleh pengkajian

yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :

a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

memperberat dan faktor yang memperingan/ mengurangi nyeri

b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

30
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,

bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh

rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yangnantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhada

p klien. ini biasaberupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nan

tinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang

terkena. selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan

bisa diketahui luka kecelakaan yang lain. Dan biasanya pada klien dengan

fraktur collum femur mengeluhkan edema, kehilangan sensasi, nyeri dan

pergerakan abnormal.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan masa lalu, perlu ditanyakan apakah pasien pernah

menderita penyakit infeksi tulang ataupun osteoporosis. hal ini merupakan

informasi yang penting dalam penanganan fraktur femur pada klien.

31
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah ada anggota keluraga yang mengalami penyakit sama dengan

klien ataupun keluarga yang ada menderita penyakit degenerative

f. Genogram

Dibuat untuk menggambarkan hubungan klien dengan anggota keluarga

g. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Biasanya pada klien dengan fraktur collum femur mengalami tingkat

kesadaran compos metis.

2. Tanda – tanda vital

Kaji tekanan darah : Biasanya Hipertensi

Nadi : Biasanya takhikardi

Suhu : Biasanya bisa hipotermi/ hipertermi

Pernafasan : Biasanya hiperventilasi/ hipoventilasi

3. Pemeriksaan Rambut dan Kepala

Inspeksi :Biasanya kepala tidak ada benjolan, tidak ada lesi,

rambut tampak sedikit kotor dan lepek, tidak ada ketombe,

tuma ataupun rambut rontok

Palpasi :Biasanya tekstur terasa kasar dan tidak ada massa,

peradangan ataupun pembengkakan

4. Pemeriksaan Wajah/ muka

32
Inspeksi :Biasanya bentuk wajah normal, simetris kiri dan

kanan,ekspresi wajah tampak meringis, tidak tampak

tumor, jerawat ataupun pucat

5. Pemeriksaan Mata

Inspeksi :Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

pupil isokor, kelopak mata tidak oedema dan reaksi

terhadap pupil cahaya mengecil dan tidak ada tanda

radang

6. Pemeriksaan Telinga

Inspeksi :Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan, telinga

tampak normal, keadaan telinga biasanya besih, dan tidak

ada serumen

Tes pendengaran :Lakukan dengan garpu tala : Rinne,swabach

Biasanya pendengaran normal dan tidak

menggunakan alat bantu pendegaran

7. Pemeriksaan Hidung

Inspeksi :Biasanya Simetris, tidak ada kesulitan pernafasan,

tidak ada pembengkakan, mukosa hidung lembab,

peradangan tidak ada, keadaan hidung baik dan tidak

ada masalah penciuman

Palpasi :Biasanya tidak ada nyeri tekan, benjolan ataupun

lesi

8. Pemeriksaan Gigi dan Mulut

33
Inspeksi :Biasanya bibir tampak normal, tidak ada ulkus, lesi,

sianosis, pucat atau labiashicis, gusi tampak normal, gigi

tampak nomal, tidak ada pendarahan, karang gigi ada,

caries, lidah tampak simteris, keadaan mulut sedikit kotor

dan mukosa lembab

Palpasi :Biasanya palatum normal, tidak ada pembengkakan

9. Pemeriksaan Leher

Inspeksi :Biasanya tidak ada benjolan, luka, jejas atau peradangan

Palpasi :Biasanya tidak ada benjolan/massa, tidak mengalami

pendungan vena jugularis dan tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid

10. Pemeriksaan Thorak

1) Paru- Paru

Inspeksi :Biasanya bentuk thorak simetris kiri dan kanan, tidak ada

kelainan bentuk tulang dada seperti kifosis, pigeion chest,

lordosis, dan lainy, pola nafas normal tidak ada eupnea,

takipnea, bradipnea hiperventilasi, biot’s ataupun

kusmanul, sifat pernafasan dada, pergerakan dinding dada

simetris, retraksi intercontal ada dan klien tidak batuk

warna kulit dan pola nafas klien

Palpasi :Biasanya traktil fremitus normal sama kiri dan kanan

34
Perkusi :Biasanya terdengar sonor

Auskultasi :Biasanya terdengar vesikuler

dan tidak ada suara

nafas tambahan

2) Pemeriksaan Payudara

Inspeksi :Biasanya bentuk normal kiri dan kanan dan tidak ada lesi

Palpasi :Biasanya tidak ada pembengkakan

3) Pemeriksaan Jantung

Inspeksi :Biasanya iktus kordis tidak terlihat, dan tidak ada

bendungan vena

Palpasi :Biasanya irama jantung teratur dan ictus kordis teraba

Perkusi :Biasanya terdengar Redup dan tidak ada pembesaran

jantung kiri dan kanan

Auskultasi :Biasanya suara vesikuler dan tidak ada suara tambahan

11. Abdomen

Inspeksi :Biasanya normal, tidak ada acites, jaringan parut dan

distensi blander, spiser naevi

Auskultasi : Biasanya Bising usus normal

Palpasi :Biasanya tidak ada massa, nyeri pada hepar dan ginjal serta

tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : Biasanya terdengar Tympani

12. Ekstermitas

35
Inspeksi :Biasanya ada pembengkan pada ekstremitas bawah kiri

atau kanan, adanya sikatriks, fistula warna kemerahan atau

kebiruan atau hiperpigmentasi, adanya benjolan, oedema,

cekungan posisi dan bentuk dari ekstremitas( deformitas),

posisi jalan tidak normal, adanya krepitasi, tonus otot, dan

kekuatan otot pasien berkurang dan ROM terbatas

Palpasi :Biasanya tejadi perubahan suhu sekitar trauma (hangat),

ada nyeri tekan (tenderness), terasa pembengkakan, dan

uji kekuatan otot menurun

13. Genetalia

Inspeksi :Biasanya normal, tidak ada hemoroid ataupun colok dubur,

dan terpasang kateter

Palpasi :Biasanya normal, tidak ada pembengkakan atau benjolan

14. Integumen

Inspeksi :Biasanya kulit bersih, warna kulit normal, tidak ada

jaringan parut/ lesi, turgor kulit menurun, ada edema yaitu

pembengkakan pada pangkal paha dan kelembaban kering

Palpasi :Biasanya kulit teraba hangat, tekstur kasar, dan area

bengkak memerah

15. Kuku

Inspeksi :Biasanya normal tidak ada sianosis,bentuk normal, tidak

ada clubbing finger, lesi tidak

36
Palpasi :Biasanya CRT normal < 2 detik

16. Neorologi

Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis dan orientasi baik,

berbicara normal, penciuman baik, pengecepan

baik,

GCS : Biasanya 15 (E4, V5, M6)

Pemeriksaan Reflek : bicep,tricep, patella, achiles,babinski

Pemeriksaan motorik :Biasanya mengalami kelemahan dan deformitas

Pemeriksaan sensori :

Pemeriksaan syaraf karnial :Nervus I - XII

h. Pemeriksaan Psikososial

a) Psikologis

Biasanya klien timbul rasa cemas tentang dirinya, yaitu ketakutan timbul

kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang

ditempuh klien bisa tidak efektif

b) Sosial

Biasanya klien akan kehilangan peran dalam keluarga dalam

masyarakat. Karena klien harus menjalni rawat inap, klien biasanya

merasa rendah diri terhadap perubahan dalam penampilan dan klien

mengalami emosi yang tidak stabil

c) Spiritual

37
Biasanya klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah

dengan baik terutama frekuensi dan kosentrasi. Hal ini bisa disebabkan

karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

i. Pola Nutrisi

1. Berat badan

Kaji keadaan berat badan pasien saat sehat dan sakit, tinggi badan

2. Frekuensi Makan

Kaji frekuensi makan pasien saat sehat dan sakit, biasanya saat klien

sakit nafssu makn menurun

3. Jenis makanan

Kaji jenis makanan klien apakah klien membutuhkan makanan lembek,

cair, atau padat karean jenia makanan klien berbeda saat klien sehat dan

sakit

4. Makanan yang disukai

Kaji makan yang disukai klien namun tidak melanggar dari pantangan

makan pasien sehingga klie dapat meningkatkan nafsu makannya.

5. Nafsu atau porsi makan

1) Pola makan

Kaji pola makan klien dalam satu hari, untuk pagi, siang, malam

2) Pola Eliminasi

(1) BAB

Frekuensi : Kaji waktu sehat dan sakit

Warna : Kaji waktu sehat dan sakit

38
Konsistensi : Kaji waktu sehat dan sakit

(2) BAK

Frekuensi : Kaji waktu sehat dan sakit

Warna : Kaji waktu sehat dan sakit

Bau : Kaji waktu sehat dan sakit

3) Pola tidur dan Istirahat

Semua klien Fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga

hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

Selain itu juga, pengkajiandilaksanakan pada lamanya tidur, suasana l

ingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat

tidur.

4) Pola aktifitas dan latihan

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan klien,seperti memenuhi kebutuhan sehari hari menjadi

berkurang. Misalnya makan, mandi, berjalan sehingga kebutuhan

klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.

5) Pola Bekerja

Jenis pekerjaan :

Lama Berkerja :

Jumlah jam kerja :

6. Informasi Penunjang

1) Kalsium serum dan Fosfor serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

39
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang danmenunjukkan ke

giatanosteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti kreati

nin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino

TransFerase (AST) Aldolase yang meningkat pada tahap

penyembuhan tulang

3) Hematokrit dan leukosit akan meningkat ( Arif Muttaqin, 2008)

4) Pemeriksaan lain- lain:

(1) pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapat

kanmikroorganisme penyebab infeksi

(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi

infeksi.

(3) Elektromyografi:

terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

(4) Arthroscopy:

Didapatkanjaringan ikat yang rusak atau sobek karena traumayan

g berlebihan.

(5) Indium Imaging: 

pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

(6) MRI : menggambarkan semua kerusakan fraktur (Arif

Muttaqin,2008)

40
2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri Akut

2) Hambatan mobilitas Fisik

3) Kerusakan integritas kulit

4) Gangguan pefusi jaringan

5) Shock Hipovolemik

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

Keperawatan
1 Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri

Defenisi : pengalaman Indikator :  Lakukan pengkajian

sensori dan emosional  Mengenali kapan


nyeri komprehensif
terjadinya nyeri
tidak menyenangkan yang meliputi
dipertahankan dari
berkaitan dengan lokasi, karakteristik,
skala sering
kerusakan jaringan durasi, frekuensi,
menunjukkan (4)
aktual / potensial atau kualitas, intensitas
ke skala jarang
yang digambarkan atau beratnya nyeri
menunjukkan (2)
sebagai kerusakan  Observasi adanya

Batas karakteristik:  Menggunakan


petunjuk nonverbal
tindakan
 Perubahan selera mengenai
pencegahan
makan ketidaknyamanan
dipertahankan dari
 Perubahan pada  Gunakan strategis
skala sering
parameter komunikasi
menunjukkan (4)

41
fisiologis ke skala jarang terapeutik untuk

 Diaforesis menunjukkan (2) mengetahui

 Perilaku distraksi  Menggunakan pengalaman nyeri

 Bukti nyeri dengan tindakan  Gali bersama pasien

menggunakan pengurangan nyeri faktor – faktor yang

standar periksa tanpa analgesik dapat menurunkan

nyeri untuk pasien dipertahakan dari atau memperberat

yang tidak dapat skala sering nyeri

mengungkapnya menunjukan (4) ke  Ajarkan prinsip –

 Perilaku ekspresif skala jarang prinsip manajemen

menunjukkan (2) nyeri


 Ekspresi wajah

nyeri  Menggunakan NIC : Pemberian

analgesik yang Analgesik


 Sikap tubuh

melindungi
direkomendasikan  Tentukan lokasi,

dipertahankan dari karakteristik,


 Putus asa
skala sering kualitas dan
 Sikap melindungi
menunjukkan (4) keparahan nyeri
area nyeri
ke skala jarang sebelum mengobati
 Perilaku protektif
menunjukkan (2) pasien
 Fokus pada diri
 Cek perintah
sendiri
pengobatan meliputi
Faktor yang
obat, dosis, dan
berhubungan :
frekuensi, obat
 Agens cedera fisik

42
analgesik yang

diresepkan

 Tentukan analgesik

sebelumnya, rute

pemberian, dan

dosis untuk

mencapai hasil

pengerungan nyeri

yang optimal.

 Berikan kebetuhan

kenyamanan dan

aktivitas lain yang

dapat membantu

relaksi untuk

memfasilitas

penurunan nyeri

NIC : Pemberian Obat

 Pertahankan aturan

dan prosedur yang

sesuai dengan

keakuratan dan

keamanan

pemberian obat –

43
obatan

 Pertahankan

lingkungan yang

bisa

memaksimalkan

keamanan dan

efektivitas

pemberian obat –

obatan.

 Ikuti prosedur lima

benar dalam

pemberian obat

 Verifikasi resep obat

– obatan sebelum

pemberian obat.
2 Hambatan mobilitas NOC : Pergerakan NIC : Peningkatan

fisik Indikator : latihan

Defenisi :  Keseimbangan  Gali pengalaman

Keterbatasan dalam dipertahankan dari individu sebelumnya

gerakan fisik atau satu skala banyak mengenai latihan

lebih ekstremitas secara terganggu (4) ke  Gali hambatan untuk

mandiri dan tertarah skala sedikit melakukan latihan

Batas karakterstik : terganggu (2)  Dukung ungkapan

 Gangguan sikap  Cara berjalan perasaan mengenai

44
berjalan dipertahankan dari latihan atau

 Penurupan skala banyak kebutuhan untuk

keterampilan terganggu (4) ke melakukan latihan

motorik halus dan skala sedikit  Dukung indvidu

karas terganggu (2) untuk memulai atau

 Penurunan rentang  Gerakan otot melanjutkan latihan

gerak dipertahakan dari  Lakukan latihan

 Waktu reaksi skala banyak bersama individu

memanjang terganggu (4) ke  Libatkan keluarga/

 Ketidaknyamaan skala sedikit orang yang memberi

 Melakukan aktivitas terganggu (2) perawatan dalam

lain sebagai  Gerakan sendi merencanakan dan

pengganti dipertahankan meningkatkan

pergerakan banyak terganggu program latihan

 Dispnea setelah (4) ke skala sedikit NIC : Peningkatan

beraktivitas terganggu (2) mekanika tubuh

 Gerakan lambat  kaji komitmen

 Gerakan tidak pasien untuk belajar

terkoordinasi dan menggunakan

Faktor yang postur tubuh yang

berhubungan : benar

 Intoleraksi aktivitas  kolaborasikan

dengan fisioterapis
 Nyeri

45
 Penurunan kekuatan dalam

otot mengembangkan

Kondisi terkait: peningkatan

 Kerusakan integritas mekanika tubuh,

struktur tulang sesuai indikasi

 Kontraktur  informasikan pada

pasien tentang

struktur dan fungsi

tulang belakang dan

postur yang optimal

untuk bergerak dan

menggunakan tubuh

 Edukasi pasien

tentang pentingnya

postur (tubuh) yang

benar untuk

mencegah kelelahan,

ketegangan atau

injuri

 Instruksikan untuk

menghindari tidur

dengan posisi

terlungkup

46
 Bantu untuk

mendemostrasikan

posisi tidur yang

tepat

 Bantu untuk

menghindari

dudukdalam posisi

yang sama dalam

waktu yang lama

 Monitor perbaikan

postur tubuh

mekanika tubuh

pasien

3 Ketidakseimbangan NOC : Status Nutrisi NIC: Manajemen

Nutrisi : kurang dari Nutrisi


Indikator :

kebutuhan tubuh
 Tentukan status gizi
 Asupan kalori di
Defenisi : Asupan pasien dan
pertahankan pada
nutrisi tidak cukup kemampuan pasien
skala sedikit
untuk memenuhi untuk memenuhi
adekuat (2) ke
kebutuhan metabolik kebutuhan gizi
skala sebagian

47
Batas karakteristik : besar adekuat (4)  Tentukan apa yang

 Asupan protein menjadi preferensi


 Nyeri abdomen

dipertahankan makanan makanan


 Gangguan sensasi
pada sedikit bagi pasien
rasa
adekuat (2)  Instruksikan pasien
 Kehilangan rambut
ditingkatkan mengenenai
berlebihan
sebagian besar kebutuhan nutrisi
 Enggan makan
adekuat (4)  Tentukan jumlah
 Bising usus
 Asupan kalori dan jenis
hiperaktif
karbohidrat nutrisi yang
 Tonus otot
dipertahankan dibutuhkan untuk
menurun
pada sedikit memenuhi
 Kurang minat pada
adekuat (2) ke persyaratan gizi
makanan
skala sebagian  Ciptakan lingkungan
 Membran mukosa
besar adekuat (4) yang optimal pada
pucat
 Asupan lemak saat mengkonsumsi
 Penurunan berat
dipertahankan makan
badan dengan
pada skala sedikit  Lakukan atau bantu
asupan makan
adekuat (2) ke

48
adekuat skala sebagian pasien terkait

Faktor yang besar adekuat (4) dengan perawatan

berhubungan : mulut sebelum

asupan diet kurang makan

 Anjurkan keluarga

untuk membawa

makanan favorit

pasien sementara

berada di rumah

sakit

NIC : Terapi Nutrisi

 Lengkapi

pengkajian nutrisi,

sesuai kebutuhan

 Monitor intake

makanan /cairan dan

hitung masukan

kalori perhari

49
 Tentukan jumlah

kalori dan tipe

nutrisi yang

diperlukan untuk

memenuhi

kebutuhan nutrisi

 Pilih suplemen

nutrisi sesuai

kebutuhan

 Dorong pasien untuk

memilih makanan

setengah lunak

 Motivasi pasien

untuk

mengkonsumsi

makanan yang tinggi

kalsium,sesuai

kebutuhan

50
NIC :Pemberian nutrisi

 Ciptakan lingkungan

yang menyenangkan

selama makan

 Lakukan kebersihan

mulut sebelum

makan

 Identifikasi adanya

reflek menelan

 Duduk saat

memberikan makan

untuk menunjukkan

perasaan senang dan

rileks

 Atur makanan sesuai

dengan kesenangan

pasien

 Berikan air minum

51
saat makan

4 Ketidakefektifan perfusi NOC : Perfusi jaringan NIC :Perawatan

jaringan perifer : Perifer Sirkulasi : alat bantu

mekanik
Defenisi : Penurunan Indikator :

sirkulasi darah ke  Lakukan penilaian


 Aliran darah
perifer yang dapat sirkulasi perifer
pembuluh perifer
mengganggu kesehatan secara komprehensif
dipertahankan dari

 Observasi tanda –
Batas karakteristik : skala deviasi yang

tanda hemolisi yang


cukup besar dari
 Perubahan fungsi
dapat diketahui
kisaran norml (2)
motorik
dengan ada tidaknya
ke skala deviasi
 Perubuhan
darah dalam urin
ringan (4)
karaketristik kulit
 Monitor output
 Aliran darah
 Indeks ankle
urine yang sesuai
melalui pembuluh
brakhial <0,90
 Monitor berat badan
darah pada tingkat
 Waktu pengisian
sel dari skala

52
kapiler > 3 detik deviasi yang cukup setiap hari

 Penurunan nadi besar (2) ke skala  Monitor intake dan

perifer deviasi ringan (4) output cairan

 Edema
NIC : Terapi Latihan :

 Nyeri ekstremitas
Ambulasi

 Parestesia
 Sediakan tempat
 Warna kulit pucat
tidur bertinggian
saat elevasi
rendah
Faktor yang
 Dorong untuk duduk
berhubungan :
ditempat tidur,
 Kurang pengetahuan
disamping tempat
tentang proses
tidur atu dikursi
penyakit
 Bantu pasien untuk
 Asupan garam
duduk di sisi tempat
tinggi
tidur untuk
 Kurang pengetahuan
memfasilitasi
tentang faktor yang
penyesuaian sikap
dapat diubah
tubuh

53
 Konsultasikan pada

ahli terapi fisik

mengenai rencana

ambulasi

 Terapkan/ sediakan

alat (tongkat,

walker atau kursi

roda) untuk

ambulasi

NIC : Terapi Latihan :

Mobilitas

 Tentukan batasan

pergerakan sendi

dan efeknya

terhadap fungsi

sendi

 Kolaborasikan

dengan ahli terapi

54
fisik dalam

mengembangkan

dan menerapkan

sebuah program

latihan

 Jelaskan pada pasien

atau keluarga

manfaat dan tujuan

latihan sendi

 Lindungi pasien dari

trauma selama

latihan

 Dukung latihan

ROM Aktif, sesuai

jadwal yang teratur

 Dukung pasien

untuk melihat

gerakan tubuh

55
sebelum memulai

latihan

 Dukung pasien

untuk duduk

ditempat tidur,di

samping tempat

tidur atau di kursi

 Dukung ambulasi,

jika memungkinkan

 Tentukan

perkembangan

terhadap pencapaian

tujuan

56
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.B DENGAN FRAKTUR


COLLUM FEMUR DI RUANGAN BEDAH RSUD DR. M.ZEIN PAINAN

I. PENGKAJIAN
A. Identitaspasien
Nama : Ny. B
Umur : 1934
Pendidikan : SLTA
Suku Bangsa : Minang (Jambak)
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Nanggalo Tarusan
No Telp/HP : 0822-8323-2201
No Medical Record : 183086
Ruang Rawatan : Bedah (Kelas 1)
Golongan :O

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.E
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Nanggalo Tarusan
No Telp/HP : 0852-6324-2904

C. Data Saat Masuk RS


Tanggal Masuk RS : 7 Agustus 2019

Jam Masuk RS : 07.45 WIB

Yang mengirim/merujuk : -

Cara Masuk : Melalui IGD

Alasan Masuk/Clnet complain : Panggul Kanan Sulit Digerakan

Diagnosa Medis saat masuk : Fraktur Collum Femur (D)

57
Ruang Rawat : Bedah ( Kelas 1)

Diagnosa Medis saat pengkajian : Fraktur Collum Femur (D)

D. Riwayat Kesehatan Sekarang


1. Keluhan utama/gejala :

Pasien dan keluarga mengatakan panggul kanan terasa nyeri dan sulit digerakan

2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian (alat bantu yang digunakan jelaskan )

Klien masuk Rumah Sakit tanggal 7 Agustus 2019 jam 07.45 WIB, pasien dan

keluarga mengatakan klien jatuh terduduk dari kamar mandi dan tertumpu pada

panggul kanan. Dan saat dilakukan pengakajin tanggal 8 Agustus 2019 jam 15.00

WIB klien dengan hari rawatan ke dua dengan hasil pemeriksaan rontgen tampak

fraktur pada collum femur di AP Transversal, keluarga mengatakan panggul

kanan sulit digerakan, Klien tidak bisa menggerakan badan seperti miring kiri

dan kanan ataupun mengangkat ekstremitas. Klien mengalami penurunan

kemampuan gerak dan klien juga tidak mampu melakukan ROM yang

diinstruksikan. Klien tampak meringiris, fokus pada diri sendiri dan mengatakan

nyeri pada panggul kanan,nyeri terasa seperti di tusuk – tusuk , nyeri bertambah

bila klien bergerak / beraktivitas, klien tampak melindungi area nyeri, dan

keluaga mengatakan paha kanan bengkak,memerah dan hangat. Selain itu

keluarga juga mengatakan klien sulit tidur karena nyeri dan tidak ada selera

makan. Klien terpasang infus asering 10 tetes/menit.

Masalah Keperawatan :
 Nyeri Akut
 Hambatan Mobilitas Fisik
 Gangguan Pola Tidur
E. Riwayat Pengobatan Terakhir
Apakah sudah berobat Ya Belum

58
Bila Berobat kemana ?

Klien berobat ke RSUD Dr. M. Zein Painan

Penanganan yang diterima Dirawat Obat

obatan

Berobat jalan

Bila dirawat dimana : Tidak ada

Berapa lama : Tidak ada

Bila berobat jalan, obat apa yang diterima :

 Omeperazole 2x1

 Lapibal 2x1

 Vit. B.com 3x1

F. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Penyakit yang pernah diderita :Keluarga mengatakan klien pernah menderita

penyakit Radikulopati Lumbal, Rheumatik dan Osteoporosi

2. Penyebab penyakit : Keluarga tidak mengetahui

3. Apakah sudah berobat Ya belum

Bila sudah kemana : Ke RSUD Dr. M. Zein Painan

Penanganan yang diterima Dirawat Obat obatan

Berobat jalan

Bila berobat jalan :

 Omeperazole 2x1

 Lapibal 2x1

 Vit. B.com 3x1

 Diclofenac Sodium 2x1

 Asam Fenamat 3x1


59
Bila dirawat : -

4. Tindakan yang dilakukan : -

Sembuh Ya Tidak

5. Pernah dioperasi Ya Tidak

Jelaskan : Tidak Pernah

6. Alergi ya Tidak

Makanan Obat

Lain lain

Jelaskan : Tidak Ada

G. Riwayat kesehatan keluarga

1. Kejadian penyakit keturunan/ menular lain :

Keluarga klien mengataka tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama dengan klien, tidak ada keluarga menderita penyakit Diabetes Melitus,

Hipertensi, Rhematoid, Artrithis, Gout, Oestoporosis ataupun Penyakit Tb Paru

2. Genogram keluarga

Keterangan :
: Laki – Laki

: Perempuan
60
: Klien

: Meninggal

: Tinggal Serumah

H. Riwayat Psikososial dan spritual

a. Psikologis

Suasana hati/mood : Tenang

Karakter : Tegas

Keadaan emosional : Kadang Labil

Konsep diri : Baik

Persepsi pasien terhadap penyakitnya

 Hal yang amat dipikirkan saat ini

Klien memikirkan penyakitnya susah sembuh dan klien tidak bisa

beraktivitas dan berjalan seperti biasanya

 Harapan setelah menjalani perawatan

Klien berharap penyakit yang dialami dapat sembuh dan beraktivitas seperti

sedia kala

 Perubahan yang dirasakan setelah sakit

Klien tidak bisaa beraktivitas seperti biasanya seperti mandi, makan,

perawatan diri dan lainnya

Mekanisme koping : Mekanisme koping klien dengan

Penyangkalan

b. Sosial

 Orang yang terdekat dengan pasien : Ny. E

 Hubungan antara keluarga : Baik


61
 Hubungan dengan orang lain : Cukup Baik

 Perhatian terhadap orang lain : Ada

 Perhatian terhadap lawan bicara : Kurang Baik ( Kosentrasi klien sering

terganggu)

 Kegemaran/hobi : Merenda

c. Spritual

 Pelaksanaan ibadah : Selama sakit klien sulit melaksanakan shalat 5

waktu seperti biasa

 Kepercayaan /keagamaan dan aktifitas keagamaan yang diingkan:

Shalat berjamaah di mesjid

 Keyakinan kepada tuhan : Takwa Kepada Tuhan YME

 Lain lain, jelaskan : -

 Keluhan lain : Tidak ada

I. Pola kesehatan Fungsional

1. Pola nutrisi & cairan

a. Makanan

1) Sehat

Pola makan : 3x Sehari

Jenis makanan : Makanan Biasa

Makanan pantangan : Tidak ada

Makanan kesukaan : Makanan Ringan dan cemilan

Diet khusus : Tidak ada

2) Sakit

Pola makan (kalori dihabiskan) : 3x Sehari (Habis ¼ Porsi)

Jenis makanan : Makanan diet Rumah Sakit

62
Jenis diet : Makanan Lunak

Keluhan : Anoreksi Nausea

Vomitus Disphagia

Makanan pantangan : Tidak ada

Perubahan berat badan : Tetap Meningkat

Menurun

Jelaskan :Klien mengalami penurunan berat

badan dari 71 kg menjadi 69

IMT :BMI = BB/ TB = 69/1582 =27,7

Keluhan lain :Tidak ada

b. Cairan / minum

1) Sehat

Pola minum : 8-9 gelas / hari = 1500 cc

Minum kesukaan : Teh manis

2) Sakit

Intake cairan

 Oral :2,5 botol aqua besar = 1500 cc

Jenisnya : Air putih

 NGT : Tidak terpasang

 Parental : IVFD Asering 12 jam / kolf = 1000 cc

Total : 4500 cc

Keluhan lain : Tidak ada

2. Pola Eliminasi
a. BAK

63
No Uraian Sehat sakit
1 Jumlah urine 1050 cc 1200 cc
2 Warna Kekuningn Kekuningan
3 Bau Pesing Pesing
4 Pola BAK Urgency Dysuria Urgency
Polyuria Anuria Dysuria
Urinary suppression Polyuria
Tidak ada Anuria
Urinary suppression
Tidak ada
5 Olyguria Rentensi urine Rentensi urine
6 Masalah eliminasi Enuresis Enuresis
urine Inkontinensia urine Inkontinensia urine
Nokturia Nokturia
Hematuri Hematuri
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
7 Keluhan lain Tidak ada keluhan lain Tidak ada keluhan lain
Tidak ada masalah
Masalah Tidak ada masalah
8 keperawatan
Keperawatan keperawatan

b. BAB
1) Sehat
Konsistensi : ½ Padat
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola Defeksi : 1x sehari dipagi hari
Bentuk : Lembek
Lendir : Ya Tidak
Darah : Ya Tidak
Masalah eliminasi bowel : Melena Fecel
Infaction
Diare
Incontonensia alvi
Konstipasi Kembung
2) Sakit
Konsistensi : ½ Padat
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola Defeksi : 1x selama dirawat ( 2 hari rawatan)
Bentuk : Lonjong
64
Jumlah :
Pemakaian laksatif : Ya Tidak
Masalah eliminasi bowel : Melena Fecel
Infaction
Diare
Incontonensia alvi
Konstipasi Kembung
Hemoroid/nyeri saat BAB
Keluhan lain : Tidak ada keluhan lain
3. Pola aktifitas/latihan

No Uraian Sehat Sakit


1 Pola aktifitas sehari-hari - Tirah baring
2 Latihan fisik Pasien tidak ada melakukan Dibantu oleh keluarga
aktifitas fisik
3 Jenis Tidak ada Miring kiri miring kanan
4 Frekuensi Tidak ada Tidak teratur
5 Lama Tidak ada Tidar Teratur
6 Aktifitas yang memuat lelah Tidak ada Tidak ada
7 Gangguan pergerakan Tidak ada Tidak bisa melakukan
pergerakan
8 Penyebab Tidak ada Fraktur pada paha
9 Gejala Tidak ada Kaki kanan
10 Efek Tidak ada Tidak bisa melakukan
aktifitas sendiri
11 Tingkat ketergantungan Tidak ada Sepenuhnya kepada keluarga
12 Keluhan lain Tidak ada Tidak bisa kekamar mandi
sendiri
Tidak ada ditemukan Hambatan mobilitas fisik
13 Masalah Keperawatan
masalah keperawatan

4. Pola Istirahat

No Uraian Sehat Sakit


1 Pola tidur Taratur Tidak Teratur
2 Malam (jam) 19.30 WIB – 05.00 WIB Tidak Menentu
3 Siang (jam) Jarang Tidur siang Tidak Menentu
4 Total (jam) 8 Jam Tidak Menentu

65
5 Gangguan Tidur Imsomnia Imsomnia
Hipersomnia Hipersomnia
Parasomnia Parasomnia
Narcolepsy Narcolepsy
Mendengkur & apnoe Mendengkur & apnoe
tidur tidur
Mengigau Mengigau
6 Dampak pola tidur Segar Segar
...................... Lemas
7 Alat Bantu tidur Obat Obat
Tidak ada penggunaan Tidak ada penggunaan
obat obat
8 Keluhan lain Tidak ada Keluhan lain Tidak ada Keluhan Lain
9
Masalah
Tidak ada Masalah lain Tidak ada masalah lain
Keperawatan

5. Personal Hygiene

No Uraian Sehat Sakit


1 Mandi 2x sehari 2x sehari (dilap)
2 Gosok Gigi 2x sehari Tidak ada
3 Cuci Rambut 2x seminggu Tidak ada
4 Potong kuku 1x seminggu Selama dirawat klien belm
ada cuci rambut
5 Hambatan Pemenuhan Tidak ada Belum ada potong kuku
6 Personal Hygiene Baik Kurang
7 Keluhan lain Tidak ada Tidak ada
8 Masalah Keperawatan Tidak ada Defisit Perawatan Diri

6. Keselamatan dan Keamanan

Kebisingan : Tidak ada

Peralatan medis : Terpasang infus

Pasien gelisah : Tidak ada

Tabung O2 : Tidak ada

Identitas klien : Terpasang gelang biru identitas

66
Keluhan lain : Tidak ada

J. Catatan Khusus
1. Apakah pasien mengerti dengan Ya Tidak

yang dibicarakan :

2. Bila dulu pernah dirawat macam

Kegiatan perawatan apakah yang

Dirasakan terganggu : Tidak ada

3. Bagaimana hubungan suami

Istri sebelum dan sesudah sakit : Baik

4. Apakah ada pertanyaan yang

Diajukan : Ya Tidak

5. Bida ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada

K. Pemeriksaan Fisik
1. Umum

Keadaan umum : baik cukup sedang

Buruk dispnea nyeri

Tingkat kesadaran : kompos mentis Apatis Somnolen

Koma delirum Sopor

Tinggi badan : 158Cm

Berat badan : 69 Kg

2. Tanda tanda vital

Suhu : 36,3OC

Nadi : 94 x/i

Pernafasan : 22 x/i

Tekanan darah : 150/80 mmHg


67
Nyeri :

P : Klien mengatakan nyeri pada pangkul paha kanan karena terjatuh dari

kamar mandi

Q :Nyeri terasa sangat menganggu, seperti tertusuk - tusuk

R :Klien mengataan nyeri terasa pada pangkal paha kanan dan tidak ada

menyebar ke area lain

S :Skala nyeri 6 (0-10)

T :Nyeri dirasakan saat bergerak dan bertambah saat beraktivitas dan

dirasakan secara mendadak

Masalah keperawatan : Nyeri Akut b/d agen cidera fisik

3. Integumen
Inspeksi
 Kebersihan kulit : Bersih Kotor

 Warna kulit : Normal Coklat

: Pucat Ikterik

Merah Albinisme

Sianosis Ptechie

 Lesi : Ya Tidak

 Jaringan perut : Ya Tidak

 Edema : Ya Tidak

Jelaskan : Bengkak pada pangkal paha

 Kelembaban : Lembab Berminyak

Kering Normal

 Luka Lokasi : Tidak ada

Luas : Tidak ada

Kedalaman : Tidak ada


68
Warna : Tidak ada

Pengeluaran : Tidak ada

 Lain lain : Tidak ada

Palpasi

 Suhu : Dingin Hangat

 Tekstur : Halus Kasar

 Turgor : Baik Menurun

 Lain lain : Area bengkak memerah

Masalah Keperawatan : Resiko dekubitus

4. Kuku
Inspeksi
 Warna : Normal Sianosis

: Pucat

 Bentuk : Normal Tidak

: Clubbing finger

 Lesi : Ada Tidak

 Keadaan : Ada Tidak

Palpasi

 Capilary Refill Time : Normal lembab

Waktu < 2 detik

 Lain lain : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada

5. Rambu dan kepala

Inspeksi

69
 Kuantitas : Tipis lembab

 Distribusi : Normal Alopsia

: Jarang

Palpasi

 Tekstur : halus Kasar

 Kulit Kepala : Normal Peradangan

Tumor/pembengkakan

Lesi Nyeri

tekan

 Keadaan rambut : Bersih Pecah

pecah

Pedikulosa Ketombe

Kotor Rontok

 Tesktur : Halus Kasar

6. Wajah / muka

Inspeksi

 Bentuk wajah : Normal Moon

Face

 Simetris : Ya Tidak

 Ekspresi wajah : Emosi Tidak

Meringis

 Kelainan : Jerawat Tumor

Pucat

70
7. Mata

Inspeksi

 Kesejajaran : Normal Strabimus

 Palpebra : Normal Ptosis

Oedema Peradangan

Lagophtalmus

 Sclera : Normal

Icterik

 Conjungtiva : Normal Anemia

Pus

 Pupil : Isokor Non Isokor

Reaksi

 Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil Melebar

 Keadaan mata : Bersih Kotor

Palpasi

 Nyeri tekan : Ya Tidak

8. Telinga

Inspeksi : Normal Lesi

Masa

 Keadaan telinga : Bersih Kotor

 Pendengaran : Normal Tidak

(kiri/kanan)

 Alat bantu dengar : Iya Tidak

(kiri/kanan)

71
9. Hidung dan sinus

Inspeksi

 Simetris : Ya Tidak

 Kesulitan bernafas : Ya Tidak

 Warna kulit hidung : Normal

 Pembengkakan : Ya Tidak

 Mukosa : Lembab Kering

 Peradangan : Ya Tidak

 Keadaan hidung : Bersih Kotor

Palpasi

 Frontal : Nyeri Tidak

 Maxilaris : Nyeri Tidak


10. Mulut
Inspeksi

 Bibir : Normal Labioschisis

Ulkus Sianosis

Lesi Pucat

 Gusi : Normal Gingivitis

pendarahan

 Gigi : Normal Caries

Karang gigi Ompong

Sisa makanan

 Jumlah Gigi : Gigi Klien banyak ompong

 Lidah : Simetris Tidak

Ulkus Lusi

72
Edema Bercak

putih

Hiperemis

 Keadaan mulut : Bersih Kotor

 Mukosa : Kering Lembab

Palpasi

 Palatum : Normal Pembengkakan

Fisura Palatoshisis

11. Leher

Inspeksi

 Warna : Normal Icterus

Jaringan Parut Pembengkakan

 Palpasi

 Leher :Tidak ada benjolan

 Kelenjar limfe submandibula :Normal

 Kelenjer tiroid :Tidak ada

 JVP :5±2 mmH2O

12. Thorak/dada dan paru paru

Inspeksi

Postur

 Postur : Normal Elevasi Klavikula

 Bentuk : Kifosis Pigeon Chest

: Funnel Chest Barel Chest

: Lordosis Scoliosis Gibbus


73
 Pola Nafas : Eupnea Biot’s

: Takipnea Kusmaul

: Bradipnea Apneustil

: Hiperventilasi

 Sifat Pernafasan : Dada Perut

 Gerakan dinding dada : Simetris Asimetris

 Retraksi Intercostalis : Ada Tidak

 Batuk : Ya Tidak

: Sputum Darah

 Palpasi : Normal Nyeri Tekan

: Lesi Peradangan

 Taktil Fremitus : Normal Tidak

 Anterior : Normal Keras Lemah

 Posterior : Normal Keras Lemah

 Perkusi Paru : Sonor/Normal Redup

: Pekak Hipersonot/Tympani

Auskultasi :

 Bunyi Nafas : Vesikuler Bronkovesikuler

: Brongkeal Trakeal

: Ronchi Kering Wheezing

: Ronchi Basah Rales Stridor

13. Payudara

Inspeksi :

 Bentuk : Normal Tidak

74
 Lesi : Kiri Kanan

Palpasi : Normal Pembengkakan

14. Kardiovaskuler

Inspeksi :

 Pulsasi Iktus cordis : Terlihat Tidak Terlihat

 JVP : Normal Meninggi

 Bendungan Vena : Ada Tidak

Palpasi :

 Irama Jantung : Teratur Tidak Teratur

 Pulsasi Iktus Kordis : Normal Tidak

Perkusi : Redup

Pembesaran Jantung : Membesar Tidak Membesar

Auskultasi :

 Murmur : Ya Tidak

 Bunyi Jantung :

S1 : Normal Tidak

S2 : Normal Tidak

Bunyi Tambahan : S2 S3

15. Abdomen/perut

Inspeksi : Normal Acites

: Jaringan Parut Bendungan Vena

75
Auskultasi :

 Bising Usus : Terdengar Sangat Lambat

: Tidak ada Hiperaktif

Perkusi Hepar : Pekak Tidak

Limpa : Redup Tidak

Abdomen : Timpani Massa

Palpasi Ringan : Normal Distensi bladder

16. Genetalia

Inspeksi : Normal Tidak

Kateter : Terpasang Tidak

Palpasi : Normal Hernia

: Lesi Nyei Tekan

: Oedema Tumor

Inspeksi : Normal Tidak

Anus : Normal Tidak

17. Muskulosketal

Inspeksi : Ada pembengkakan pada pangkal paha kanan

Otot :

Ukuran : Normal Atrofi Hipertrofi

Kontraktur : Ya Tidak

76
Tremor : Ya Tidak

Tulang : Normal Deformitas

Tulang Belakang : Normal Kifosis

Skoliosis Lordosis Fraktur

Sendi : Normal Bengkak Krepitasi

ROM Normal Terbatas

Jelaskan : Klien tidak mampu melakukan

latihan gerak sendi meskipun dibantu petugas

Palpasi :

Otot Normal Flasiditas

Spastisitas Tulang Normal Nyeri

Tekan Iya Tidak

Pembengkakan Tidak Iya

Jelaskan : Tampak benjolan / bengkak , hangat dan

memerah pada paha klien & penurunan rentang

gerak

Sendi Normal Nyeri tekan Bengkak

Lingkar Lengan Atas Perempuan : 28

Uji kekuatan otot (0-5) 5555 5555

2222 ####

Lain-lain : Kelemahan ekstremitas kanan


Masalah keperawatan : Hambatan mobilitas fisik
18. Persyarafan / neurologi
GCS (3-15 ) : 15
77
Orientasi Orang Tempat waktu

Atensi Baik Tidak

Berbicara Normal Tidak

Jelaskan : Kurang Nyambung

Sensasi Nyeri Sentuhan

Tekan Suhu

Penciuman Baik Tidak berfungsi

Pengecapan Baik Tidak baik

Ingesti – digesti : mengunyah Mampu Tidak mampu

Menelan Mampu Tidak mampu

Gerak : Berjalan Mampu Tidak mampu

Parestesia pada : sering terjadi pada kaki (bersifat sementara)

Lain –Lain : Tidak ada keluhan lain

L. Hasil Pemeriksaan Diagnostik (kesimpulan)

Pemeriksaan AP, PA Lateral tampak patahan transversal pada collum femur

M. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

1. Hemoglobin : 12,0 g/dl

2. Leukosit : 7.800/ mm2

3. Hematokrit : 3,6%

4. Trombosit : 157.00/mm3

5. Ureum :24 mg/dl

6. Kreatinin : 0,8 g/dl

7. Kalium : 4, mmol/L

8. Clorida : 96 mmol/L

9. Natrium : 143 mmol/L


78
N. Terapi yang diberikan

1. IVFD Asering 12 jam/kolf

2. Inj Ceftriaxone 2x1 (iv)

3. Inj Ranitidin 2x1 (iv)

4. Analtram 2x1 (po)

3. ANALISA DATA

N DATA PENUNJANG MASALAH PATHWAY

O
1 DS : Nyeri akut b/d Trauma langsung

 P= Klien mengatakan nyeri agen cidera fisik Fraktur

pada paha kanan, Pergeseran


fragmen tulang
 Q= nyeri terasa ditusuk –
Nyeri
tusuk

 Klien mengatakan tidak

ada selera makan

 R= Klien mengatakan nyeri

bertambah bila beraktivitas

 Klien mengatakan bengkak

dan panas pada paha kanan

79
DO :

 Klien tampak meringis

 Skala nyeri 6 (0-10)

 TTV (TD = 150/80 mmHg,

Nadi = 98 x/i)

 Perilaku tampak ekspresif

 Klien tampak terfous pada

diri sendiri

 Klien tampak melindungi

Trauma langsung
area yang nyeri Fraktur
2 Hambatan
DS :
Diskontiniutas
Mobilitas Fisik tulang
 Klien mengatakan panggul

b/d nyeri
kanan sulit digerakan Perubahan
jaringan sekitar

 Klien mengatakan tidak


Pergerakan
bisa ke kamar mandi fragmen tulang

 Klien tidak bisa Deformitas

menggerakan badan miring


Gangguang
80
kiri dan kanan fungsi

 Klien mengatakan tidak Hambatan


mobilitas fisik
mampu melakukan gerakan

ROM

DO :

 Klien tampak lemah

 Klien tampak kesulitan

membolak balik posisi

 Klien tidak mampu

melakukan ROM

 Klien tidak bisa melakukan

aktifitas sendiri

 Klien mengalami

penurunan rentang gerak

5555 5555

2222 ####

Trauma langsung
DS :

81
3  Klien mengatakan sulit Gangguan pola

tidur tidur Fraktur

 Klien mengatakan sering Pergeseran


Fragen tulang
terjaga pada malam hari b/d kendala
Nyeri
 Klien mengatakan sulit lingkungan

memulai tidur
Gangguan pola
 Keluarga mengatakan tidur

sering menggigau

DO :

 Klien tampak lemas

 Waktu tidur tidak menentu

 TTV (TD :150/80 mmHg,

Nadi : 98 x/i, RR :, 22 x/i)

DS:

Trauma langsung
 Klien mengatakan tidak

4 Defisit perawatan
mampu untuk kemar mandi Fraktur
Pergeseran tulang
diri : mandi b/d
 Klien mengatakan tidak

82
mampu mengambil nyeri
Deformitas
perlengkapan mandi

 Klien tidak mampu Nyeri

membasuh tubuh Gangguan fungsi

 Klien mengatakan tidak


Terjadinya
gangguan
mampu menjangkau mobilitas fisik

sumber air

kelemahan untuk
DO: bergerak

 Klien tampak mandi 1 x


defisit perawatan
diri
sehari dilap

 Klien tampak berbaring

DS:

 Klien mengatakan sulit

mengangkat ekstremitas

bawah Resiko dekubitus


Faktor tekanan,
toleransi jaringan
5 ditandai dengan
 Klien mengatakan sulit

faktor resiko Tekanan eksterna


untuk miring kiri dan
> tekanan
83
miring kanan penurunan

 Klien mengatakan sulit mobilitas Aliran darah ke


jaringan sekitar
berkurang
untuk melakukan

mobilisasi
Jaringan hipoksia
 Klien mengatakan nafsu

makan tidak ada, dan


Cedera iskemia
makanan yang disajikan

tidak habis
Pembuluh darah
DO : kolaps

 Kulit tampak kering


Iskemik otot
 Kulit tampak kasar

 Berat badan berlebih IMT


Resiko dekubitus
= 27,7

 Perawatan diri tampak

kurang

 Nutrisi tidak adekuat

 Klien tampak tidak mampu

84
melakukan mobilitas

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan cedera agens fisik

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kendala lingkungan

4) Defisi perawatan diri : mandi berhubungan dengan nyeri

5) Resiko dekubitus ditandai dengan faktor resiko penurunan mobilitas

85
5. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose NOC INTERVENSI


NIC Aktivitas
keparawatan
1) Nyeri akut NOC : Kontrol Manajemen 1. Lakukan

Nyeri pengkajian nyeri


berhubungan nyeri
Indikator : komprehensif yang
dengan cedera
 Mengenali meliputi lokasi,
agens fisik kapan karakteristik,
terjadinya
Defenisi : durasi, frekuensi,
nyeri
pengalaman sensori kualitas, intensitas
dipertahanka
dan emosional tidak atau beratnya nyeri
n dari skala
menyenangkan 2. Observasi adanya
sering
berkaitan dengan petunjuk
menunjukka
kerusakan jaringan nonverbal
n (4) ke
aktual / potensial mengenai
skala jarang
atau yang ketidaknyamanan
menunjukka
digambarkan sebagai 3. Gunakan strategis
n (2)
kerusakan komunikasi
 Menggunaka terapeutik untuk
n tindakan mengetahui
pencegahan pengalaman nyeri
dipertahanka 4. Gali bersama

86
n dari skala pasien faktor –

sering faktor yang dapat

menunjukka menurunkan atau

n (4) ke memperberat nyeri


Pemberian
skala jarang 5. Ajarkan prinsip –

menunjukka analgesik prinsip manajemen

n (2) nyeri

 Menggunaka 1. Tentukan lokasi,

n tindakan karakteristik,

pengurangan kualitas dan

nyeri tanpa keparahan nyeri

analgesik sebelum

dipertahakan mengobati pasien

dari skala 2. Cek perintah

sering pengobatan

menunjukan meliputi obat,

(4) ke skala dosis, dan

jarang frekuensi, obat

menunjukka analgesik yang

n (2) diresepkan

 Menggunaka 3. Tentukan

n analgesik analgesik

87
yang sebelumnya, rute

direkomenda pemberian, dan

sikan dosis untuk

dipertahanka mencapai hasil

n dari skala pengerungan

sering Pemberian nyeri yang

menunjukka optimal.
obat
n (4) ke 4. Berikan kebetuhan

skala jarang kenyamanan dan

menunjukka aktivitas lain yang

n (2) dapat membantu

relaksi untuk

memfasilitas

penurunan nyeri

1. Pertahankan aturan

dan prosedur yang

sesuai dengan

keakuratan dan

keamanan

pemberian obat –

obatan

2. Pertahankan

88
lingkungan yang

bisa

memaksimalkan

keamanan dan

efektivitas

pemberian obat –

obatan.

3. Ikuti prosedur lima

benar dalam

pemberian obat

4. Verifikasi resep

obat – obatan

sebelum

pemberian obat
2) Hambatan NOC : Perawatan 1. Tempatkan matras

mobilitas fisik Pergerakan atau kasur


tirah baring
Defenisi : Indikator : terapeutik dengan

Keterbatasan dalam  Keseimbang cara yang tepat

gerakan fisik atau an 2. Hindari

satu lebih dipertahanka menggunakan kain

ekstremitas secara n dari skala linen kasur yang

mandiri dan tertarah banyak teksturnya kasar

terganggu 3.

89
(4) ke skala

sedikit

terganggu

(2)

 Cara

berjalan

dipertahanka 1. kaji komitmen

n dari skala pasien untuk

banyak belajar dan

terganggu menggunakan

(4) ke skala postur tubuh yang

sedikit benar

terganggu 2. kolaborasikan
Peningkatan
(2) dengan fisioterapis
mekanika
 Gerakan otot dalam

dipertahakan tubuh mengembangkan

dari skala peningkatan

banyak mekanika tubuh,

terganggu sesuai indikasi

(4) ke skala 3. informasikan pada

sedikit pasien tentang

terganggu struktur dan fungsi

90
(2) tulang belakang

 Gerakan dan postur yang

sendi optimal untuk

dipertahanka bergerak dan

n banyak menggunakan

terganggu tubuh

(4) ke skala 4. Edukasi pasien

sedikit tentang pentingnya

terganggu postur (tubuh)

(2) yang benar untuk

mencegah

kelelahan,

ketegangan atau

injuri

5. Instruksikan untuk

menghindari tidur

dengan posisi

terlungkup

6. Bantu untuk

mendemostrasikan

posisi tidur yang

tepat

91
7. Bantu untuk

menghindari

dudukdalam posisi

yang sama dalam

waktu yang lama

8. Monitor perbaikan

postur tubuh

mekanika tubuh

pasien
3) Gangguan pola NOC : Tidur Manajemen 1. Tentukan tujuan

tidur Indikator : lingkungan pasien dan

Defenisi : gangguam  Jam tidur : keluarga dalam

kualitas dan dipertahanka kenyamana mengelola

kuantitas waktu tidur n pada n lingkungan dan

akibat faktor banyak kenyamanan yang

eksternal terganggu optimal

(2) 2. Ciptakan

ditingkatkan lingkungan yang

ke sedikit tenang dan

terganggu mendukung

92
(4) 3. Sediakan

 Pola tidur lingkungan yang

dipertahanka aman dan bersih

n pada 4. Hindari paparan

banyak dan aliran udara

terganggu yang tidak perlu,

(2) terlalu panas

ditingkatkan maupun terlalu

ke skala dingin

sedikit 5. Sesuaikan

terganggu pencahayaan untuk

(4) memenuhi

 Kualitas kebutuhan

tidur kegiatan individu,

dipertahanka hindari cahaya

n pada langsung pada

banyak mata

terganggu 6. Fasilitasi tindakan

93
(2) –tindakan

ditingkatkan kebersihan untuk

ke skala menjaga

sedikit kenyamanan

terganggu individu

(4) Peningkatan 7. Posisikan pasien

 Perasaan tidur untk memfasilitasi

segar setelah kenyamanan

tidur 8. Monitor kulit

dipertahanka terutama daerah

n pada tonjolan tubuh

banyak terhadap adanya

terganggu(2) tanda- tanda

ditingkatkan tekanan atau iritasi

ke skala 1. Tentukan pola

sedikit tidur pasien

terganggu 2. Monitor/catat pola

(4) tidur pasien dan

94
 Kesulitan jumlah jam tidur

memulai 3. Monitor pola tidur

tidur pasie, dan catat

dipertahanka kondisi fisik dan

n pada skala atau psikologis

banyak yang menggangg

terganggu tidur

(2) 4. Bantu untuk

ditingkatkan menghilangkan

ke skala situasi stres

sedikit sebelum tidur

terganggu 5. Bantu pasien

(4) untuk membatasi

tidur siang dengan

menyediakan

aktivitas yang

meningkatkan

kodisi terjaga

95
6. Ajarkan pasien

bagaimana

melakukan

relaksasi otot

autogenik atau

bentuk non

farmakologik

lainnya untuk

memancing tidur

Mulai / terapkan

langkah – langkah

kenyamanan

seperti

pijat,pemberian

posisi dan

sentuhan afektif
4) Defiit perawatan NOC : Batuan 1. Letakan handuk,

diri : mandi Perawatan diri : perawatan sabun,alat

Defenisi : hambatan Mandi diri : mandi/ bercukur, benda-

96
kemampuan untuk Indikator : kebersihan benda lain yang

melakukan atau  Masuk dan diperlukan disisi

menyelesaikan keluar dari tempat tidur atau

mandi/ aktivitas kamar mandi kamar mandi

perawatan diri untuk dipertahanka 2. Sediakan barang

diri sendiri n pada skala pribadi yang

banyak diinginkan

terganggu 3. Fasilitasi klien

(2) di untuk menggosok

tingkatkan gigi dengan tepat

ke skala 4. Jaga ritual

sedikit kebersihan

terganggu 5. Berikan bantuan

(4) sampai benar –

 Mengambil benar mampu

alat / bahan merawat diri

mandi secara mandiri

dipertahanka

97
n pada skala

banyak

terganggu

(2)

ditingkatkan

ke skala

sedikit

terganggu

(4)

 Mandi

dengan

bersiram

dipertahanka

n pada skala

banyak

terganggu

(2)di

tingkatkan

98
ke sedikit

terganggu

(4)

 Mencuci

wajah

dipertahanka

n pada

banyak

terganggu

(2) di

tingkatkan

ke skala

sedikit

terganggu

(4)

 Mengeringk

an badan

dipertahanka

99
n pada skala

banyak

terganggu

(2)

ditingkatkan

ke skala

sedikit

terganggu

(4)
5) Reiko dekubitus NOC : Integritas Perawatan 1. Tempatkan matras/

Definsi : rentan jaringan : kulit tirah baring kasur terapeutik

terhadap cedera lokal & membran dengan cara yang

pada kulit dan mukosa tepat

jaringan Indikator : 2. Posisikan sesuai

dibawahnya,  Suhu kulit body aligment

biasanya diatas dipertahanka yang tepat

penonjolan tulang n pada 3. Hindarin

sebagai akibat bengkak menggunakan kain

tekanan terganggu linen kasur yang

100
(2) bertekstur kasar

ditingkatkan 4. Balikan pasien

keskala sesuai dengan

sedikit kondisi

terganggu 5. Balikan pasien

(4) yang tidak dapat

 Tekstur mobilisasi paling

dipertahanka tidak setiap 2 jam

n pada Manajemen 6. Monitor kondisi

banyak tekanan kulit pasien

terganggu 7. Ajarkan latihan

(2) ditempat tidur

ditingktakan 1. Berikan pijatan

ke skala punggung/ leher

sedikit dengan cara yang

terganggu tepat

(4) 2. Balikan posisi

 Perfusi pasien minimal

101
jaringan setiap 2 jam

dipetahanka 3. Monitor area kulit

n pada dari adanya

banyak kemerahan

terganggu 4. Monitor mobilitas

(2) & aktivitas pasien

ditingkatkan 5. Monitor sumber

ke skala tekanan dan

sedikit gesekan

terganggu

(4)

 Lesi mukosa

membran

dipertahanka

n pada

banyak

terganggu

(2)

102
ditingkatkan

ke skala

sedikit

terganggu

(4)

6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/ DX. IMPLEMENTASI EALUASI

TANGGAL KEP
Jumat 1  Pukul 18.00  Pukul 2000

8 Agustus 1. Melakukan pengkajian S :


nyeri yang
2019  Klien mengatakan
komprohensif
2. Menggali bersama
nyeri masih terasa (2)
klien fakor-faktor yang
dapat menurunkan/  Klien mengatakan
memperberat nyeri
3. Menggendalikan faktor nyeri masih terasa bila

lingkungan yang dapat


klien beraktivitas(2)
mempengaruhi respon
klien terhadap O:
ketidaknyamanan
4. Mema\astikan  Klien tampak meringis

perawatan analgesik
 Skala nyeri 6 (2)

103
bagi pasien dilakukan  TTV (TD : 140/70
pemantauan yang ketat
mmHg, N: 88 x/i)
 Pukul 19.00

1. Memmberikan  Klien masih terfokus

kebutuhan pada area nyeri

kenyamanan dan A: Masalah tidak teratasi

aktivitas yang dapat P : Intervensi 2,3.4,5,6

membantu relaksasi lanjutkan

2. Memberikan analgesik

sesuai waktu

3. Mengevaluasi

keefektifan analgesik

II  Pukul 18.00 WIB  PUKUL 20.00 WIB

1. Menggali hambatan S :

untuk melakukan  Klien mengatakan masih

latihan susah bergerak (2)

2. Menggali hambatan  Klien mengatakan masih

untuk melakukan susah membolak balikan

104
latihan badan (2)

3. Mendukung individu  Klien mengatakan masih

untuk memulai atau susah melakukan latihan

melanjutkan latihan rentang gerak

 Pukul 18.00 WIB O:

1. Menggali pengalaman  Klien masih tampak

individu mengenai berbaring

latihan  Aktifitas os tampak

2. Menggali hambatan masih dibantu

untuk melakukan  Klien tampak lemah

latihan  Klien masih tampak

3. Mendukung individu sulitan membolak balik

untuk memulai atau badan (2)

melanjutkan latihan
 Klien tidak mampu

4. Melakukan latihan
melakukan ROM (2)

bersama individu
A : Masalah tidak teratasi

5. Melibatkan keluarga
P : Intervensi 3,4,5,6,

untuk memberikan
lanjutkan

105
perawatan

6. Berkolaborasi dengan

fisioterapi dalam

mengembangkan

peningkatan mekanika

tubuh
III  PUKUL 18.00 WIB  PUKUL 20.00 WIB

1. Menciptakan S:

lingkungan yang  Klien mengatakan sulit

tenang dan mendukung untuk meulai tidur (2)

2. Menyediakan  Klien mengatakan sering

lingkungan yang aman terbangun pada malam

dan bersih hari ngigau (2)

3. Menghindari paparan O :

dan aliran udara yang  Klien tampak lemas (2)

tidak perlu  Waktu tidur klien

4. Menyesuaikan masih tidak menentu

pencahayaan  TTTV ( TD : 140/70

5. Memfasilitasi tindakan mmHg, N: 88 x/i)

106
– tindakan kebersihan A: masalah tidak teratasi

P: Intervensi 2,3,4,5,6

lanjutkan
IV  PUKUL 18.00 WIB  PUKUL 20.00 WIB

1. Meletekkan S:

perlengkapan mandi  Klien mengatakan

dekat pasien tidak mampu ke kamar

2. Menyediakan barang – mandi

barang pribadi dekat  Klien mengatakan

klien tidak mampu

3. Memfasilitasi klien membasuh badan

untuk menggosok gigi O:

4. Memberikan bantuan  Klien tampak

kepada pasien berbaring

 Klien masih mandi 1x

sehari dan dilap

A : Intervensi tidak teratasi

P : Intervensi 2,3,4

dilanjutkan

107
V  PUKUL 18.00 WIB  PUKUL 20.00 WIB

1. Menghindari S:

menggunakan kain  Klien mengatakan sulit

linen kasur yang membalikan badan kiri

bertekstur kasar dan kanan (2)

2. Membalikan pasien  Klien mengatakan sulit

sesuai dengan kondisi melakukan mobilisasi

3. Memonitor kondisi O :

klien  Kulit tampak kering(2)

4. Mengajarkan latihan  Kulit tampak kasar (2)

ditempat tidur
 BB berlebih IMT = 27,7

5. Memberikan pijatan
A: intervensi tidak teratasi

pada punggung,leher
P: intervensi 2,3,4,5,6,7

dan tumit
dilanjutkan

6. Membalikan posisi

klien setiap 2 jam

7. Memontor sumber

tekanan dan gesekan


Sabtu 09 I  PUKUL 09.00 WIB  PUKUL 13.00 WIB

108
Agustus 1. Menggendalikan faktor S :
lingkungan yang dapat
2019  Klien mengatakan
mempengaruhi respon
klien terhadap
nyeri masih terasa (2)
ketidaknyamanan
2. memastikan perawatan  Klien mengatakan
analgesik bagi pasien
dilakukan pemantauan nyeri masih terasa bila

yang ketat
klien beraktivitas(2)
3. Memmberikan
kebutuhan O:
kenyamanan dan
aktivitas yang dapat  Klien tampak meringis

membantu relaksasi
 Skala nyeri 6 (2)
4. Memberikan analgesik
sesuai waktu
 TTV (TD : 140/70
5. Mengevaluasi
keefektifan analgesik mmHg, N: 88 x/i)

 Klien masih terfokus

pada area nyeri

A: Masalah tidak teratasi

P : Intervensi 2,3.4,5,6

lanjutkan
II  PUKUL 09.00 WIB  PUKUL 13.00 WIB

1. Mendukung individu S :

109
untuk memulai atau  Klien mengatakan masih

melanjutkan latihan susah bergerak (2)

2. Mendukung individu  Klien mengatakan masih

untuk memulai atau susah membolak balikan

melanjutkan latihan badan (2)

3. Melakukan latihan  Klien mengatakan masih

bersama individu susah melakukan latihan

4. Melibatkan keluarga rentang gerak

untuk memberikan
O:
perawatan
 Klien masih tampak
5. Berkolaborasi dengan
berbaring
fisioterapi dalam
 Aktifitas os tampak
mengembangkan
masih dibantu
peningkatan mekanika
 Klien tampak lemah
tubuh
 Klien masih tampak

sulitan membolak balik

badan (2)

 Klien tidak mampu

110
melakukan ROM (2)

A : Masalah tidak teratasi

P : Intervensi 3,4,5,6,

lanjutkan
III  PUKUL 09.00 WIB  PUKUL 14.00 WIB

1. Menciptakan S:

lingkungan yang  Klien mengatakan sulit

tenang dan mendukung untuk meulai tidur (2)

2. Menyediakan  Klien mengatakan sering

lingkungan yang aman terbangun pada malam

dan bersih hari ngigau (2)

3. Menghindari paparan O :

dan aliran udara yang  Klien tampak lemas (2)

tidak perlu  Waktu tidur klien

4. Menyesuaikan masih tidak menentu

pencahayaan  TTTV ( TD : 140/70

5. Memfasilitasi tindakan mmHg, N: 88 x/i)

– tindakan kebersihan A: masalah tidak teratasi

111
P: Intervensi 2,3,4,5,6

lanjutkan
IV  PUKUL 09.00 WIB  PUKUL 13.00 WIB

1. Meletekkan S:

perlengkapan mandi  Klien mengatakan sulit

dekat pasien untuk meulai tidur (2)

2. Menyediakan barang –  Klien mengatakan sering

barang pribadi dekat terbangun pada malam

klien hari ngigau (2)

3. Memfasilitasi klien O :

untuk menggosok gigi  Klien tampak lemas (2)

4. Memberikan bantuan  Waktu tidur klien

kepada pasien masih tidak menentu

 TTTV ( TD : 140/70

mmHg, N: 88 x/i)

A: masalah tidak teratasi

P: Intervensi 2,3,4,5,6

lanjutkan
Minggu I  PUKUL 09.00 WIB1  PUKUL 17.00 WIB

112
10 Agustus 1. memastikan perawatan S :

2019 analgesik bagi pasien  Klien mengatakan

dilakukan pemantauan nyeri masih terasa (3)

yang ketat  Klien mengatakan

2. Memmberikan nyeri masih terasa bila

kebutuhan klien beraktivitas(3)

kenyamanan dan O:

aktivitas yang dapat  Klien tampak meringis

membantu relaksasi  Skala nyeri 5 (3)

3. Memberikan analgesik
 TTV (TD : 140/70

sesuai waktu
mmHg, N: 88 x/i)

4. Mengevaluasi
 Klien masih terfokus

keefektifan analgesik
pada area nyeri

A: Masalah tidak teratasi

 P : Intervensi 3.4,5,6

lanjutkan
II  PUKUL 09.00 WIB  PUKUL 14.00 WIB

1. Mendukung individu  PUKUL 13.00 WIB

113
untuk memulai atau S :

melanjutkan latihan  Klien mengatakan masih

2. Mendukung individu susah bergerak (3)

untuk memulai atau  Klien mengatakan masih

melanjutkan latihan susah membolak balikan

3. Melakukan latihan badan (3)

bersama individu  Klien mengatakan masih

4. Melibatkan keluarga susah melakukan latihan

untuk memberikan rentang gerak

perawatan
O:
5. Berkolaborasi dengan
 Klien masih tampak
fisioterapi dalam
berbaring
mengembangkan
 Aktifitas os tampak
peningkatan mekanika
masih dibantu
tubuh
 Klien tampak lemah

 Klien masih tampak

sulitan membolak balik

114
badan (3)

 Klien tidak mampu

melakukan ROM (3)

A : Masalah tidak teratasi

P : Intervensi 3,4,5,6,

lanjutkan
III  PUKUL 09.00 WIB  PUKUL 14.00 WIB

1. Menyediakan S:

lingkungan yang aman  Klien mengatakan sulit

dan bersih untuk meulai tidur (3)

2. Menghindari paparan  Klien mengatakan sering

dan aliran udara yang terbangun pada malam

tidak perlu hari ngigau (3)

3. Menyesuaikan O:

pencahayaan  Klien tampak lemas (3)

4. Memfasilitasi tindakan  Waktu tidur klien

– tindakan kebersihan masih tidak menentu

 TTTV ( TD : 140/70

115
mmHg, N: 88 x/i)

A: masalah tidak teratasi

P: Intervensi 4,5,6

lanjutkan

116
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini mencakup

dua langkah yaitu data dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder (keluarga

dan tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan,

pengkajian merupakan komponen dasar dalam proses keperawatan, shingga dengan

pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya (Potter & Perry, 2005)

Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada Ny.B pada saat pengkajian

tanggal 8 agustus 2019 didapatkan data riwayat kesehatan sekarang keluarga

mengatakan panggul kanan sulit digerakan, Klien tidak bisa menggerakan badan

seperti miring kiri dan kanan ataupun mengangkat ekstremitas. Klien mengalami

penurunan kemampuan gerak dan klien juga tidak mampu melakukan ROM yang

diinstruksikan. Klien tampak meringiris, fokus pada diri sendiri dan mengatakan

nyeri pada panggul kanan,nyeri terasa seperti di tusuk – tusuk , nyeri bertambah bila

klien bergerak / beraktivitas, klien tampak melindungi area nyeri, dan keluaga

mengatakan paha kanan bengkak,memerah dan hangat. Selain itu keluarga juga

117
mengatakan klien sulit tidur karena nyeri dan tidak ada selera makan. Klien terpasang

infus asering 10 tetes/menit.

Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan beberapa masalah diantaranya klien

tampak mengalami penurunan mobilitas gerak, klien mengalami penurun rentak

gerak dan latihan ROM. Selain itu klien mengalami gangguan pola tidur dan

penurunan berat badan. Dan tampak bengkak pada pda klien serta memerah dan

hangat.

Menurut Black 1993, gambaran klinis fraktur cedera kepala yaitu, Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya,

Bengkak (edema), Ekimosis dari perdarahan subculaneous, Spasme otot (spasme

involunters dekat fraktur), Tenderness, Nyeri, Kehilangan sensasi, Pergerakan

abnormal, Syok hipovolemik, Krepitasi dan Eritema

Pada riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan klien pernah menderita

penyakit radikulopati lumbal, rheumatik dan oesteoporosis. Dan pada riwayat

kesehatan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama dengn klien selain itu juga tidak ada menderita penyakit degeneratif

seperti Diabetes melitus, hipertensi, riwayat rhematoid, arthritis, gout atau

osteoporosis

Berdasarkan pengkajian pada Ny.B tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus.dimana pada pengkajian yang dilakukan dikasus kelompok ditemukan

118
masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, maka dari itu semua

pengkajian sesuai dengan teori yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan

kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan

intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter &

Perry,2005)

Menurut Solomon 2010, didapatkan diagnosa keperawatan :

a. Nyeri akut

b. Hambatan mobilitas fisik

c. Kerusakan integritas kulit

d. Gangguan perfusi jaringan

e. Shock hipovolemik

Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus Ny.B

dietemukan ada 5 diagnosa keperawatan yaitu :

f. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kendala lingkungan

i. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan nyeri

119
j. Resiko dekubitus ditandai dengan faktor resiko penurunan mobilitas

Berdasarkan penjelasan diatas ditemukan sedikit perbedaan pada diagnosa,

yang mana hanya 2 dari 5 dignosa yang dipaparkan pada teori muncul pada

kasus Ny.B. hal ini terjadi karena pada saat pengkajian (2 hari rawatan) belum

ditemukan tanda- tanda yang mendukung utuk ditegakkan dignosa tersebut,dan

belum dilakukan tindakkan operasi dan lagi pula karena faktor usia lebih banyak

ditemukan data-dat ketidakmampuan diri dan penurunan latihan gerak sehingga

muncul diagnosa defisit perawatan diri, dekubitus dan gangguan pola tidur.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada

klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan pasien dapat

terpenuhi ( Wilkinson, 2011). Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan

dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan di intervensi

keperawatan dipilih untuk mencapai tujun tersebut (Potter & Perry, 2005)

Dari lima diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai

tindakan pemecahan masalah keperawatan dimana penulis membuat rencana

keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian menetepkan NIC dan

indikato, selanjutnya menetapkan tindakan yang tepat. Pada intervensi keperawatan

diagnosa resiko aspirasasi tidak ada kesenjangan yang signifikan antara tinjauan

120
kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam intervensi

keperawatan yang ada pada kasus.

Untuk intervensi keperawatan diagnosa nyeri akut tidak ada kesenjangan anatara

tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana pada teori intervensi keperawatan untuk

fraktur collum femur juga ada pada perencanaan keperawatan kasus. Dan untuk

diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik juga tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus, dan begitu juga dengan diagnosa lainnya tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

D. Implementasi Keperawatan

Setalah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat

intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respon klien. Hal ini dilakukan karena

pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam

ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).

Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapaia tujuan dan

hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan ( Potter

& Perry, 2005)

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dimulai dari tanggal

8 Agustus – 10 Agustus 2019 dimana semua tindakan yang dilaksanakan selalu

berorientasi pada rencana yang telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh

121
tanda – tanda yang timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan

keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi terapeutik dengan

prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori – teori yang ada di dalam

rencana keperawatan

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat

dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian,

tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu

proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre 1994 dalam

Deswani,2009).

122
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari pengkajian,

penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana keperawatan, melakukan

implementasi dan evaluasi, yaitu :

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Ny. B pada sat pengkajian

tanggal 08 Agustus 2019, klien tampak mengalami kesulitan membolak balik

badan, penurunan rentang gerak, mengeluh nyeri, tampak bengkak pada paha

kanan atas, memerah dan hangat. TD : 150/80 mmHg, N : 98 x/i, RR: 22 x/i, os

terpasang IVFD Aserin 12 jam/kolf, GCS 15

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan diagnosa

keperawatan pada Ny.B dengan fraktur collum femur yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri, ganguan pola tidur berhubungan kendala lingkungan, defisit

perawatan diri: mandi berhubungan dengan nyeri dan resiko dekubitus ditandai

dengan faktor resiko penurunan mobilitas

123
3. Intervensi keperawatan

Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang

ditegakkan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada

kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa

yang sama

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak

semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam melakukan

tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses pengobatan dan

penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi, situasi dan perubahan

yang dialami pasien

5. Evaluasi keperawatan

Klien di rujuk ke rumah sakit tipe B karena kondisinya tidak memungkinkan

untuk dilakukan tindakan medis karena faktor usia dan keterbatasan tenaga

penunjang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberi beberapa saran, antara lain :

1. Bagi penulis

124
Hasil penelitian ini agar dapat menambah pengalaman dan wawasan ilmu

pengetahuan khususnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien

fraktur collum femur

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan fraktur collum femur ini dapat menjadi sumber referensi bagi

mahasiswa STIKes Syedza Saintika Padang.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Bagi RSUD Dr.M.zein Painan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

yang ditunjang dengan pengadaan fasilitas – fasiitas yang memadai berkaitan

dengan pasien stroke hemoragic

125
126

Anda mungkin juga menyukai