PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh
kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya (WHO,
cedera karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan
sangat kecil. Proporsi jenis cedera berupa patah tulang di Indonesia sebesar 5,8%.
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2000). Fraktur terjadi jika
tulang dikenai suatu tekanan yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya. Fraktur
pada tulang menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan sendi
terganggu, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh
darah. Selain itu, fraktur juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu
lama, anestesi dan operasi serta komplikasi khas pada fraktur seperti kekakuan sendi
1
Fraktur collum femur adalah patahan tulang merupakan suatu kondisi
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjad pada caput femur dan tulang
rawan umumnya disebabkan oleh tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
dibagi menjadi 3 antara lain: trauma langsung, trauma tidak langsung dan trauma
ringan. (1) Trauma langsung yaitu benturan pada tulang biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trohkantor mayor langsung terbentur dengan
benda keras(jalanan). (2) Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan
fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpleset di kamar mandi. (3) Trauma ringan yaitu
keadaaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau
Fraktur collum femur adalah salah satu jenis fraktur yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup manusia, dan merupakan cedera yang banyak dijumpai
pada pasien usia lanjut sedangkan pada usia muda sering kali terjadi karena trauma
yang cukup besar, dan menyebabkan morbiditas serta mortalitas, karena disebabkan
oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca
menopause. Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup, angka
kejadian fraktur ini juga ikut meningkat dan saat ini angkanya meningkat dengan
pesat karena tingginya angka trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
(Sutanto, Iwan,2015)
2
Fraktur ini merupakan penyebab utama morbiditas pada pasien usia tua akibat
mudah mengalami ulkus dekubitus dan infeksi paru. Angka mortalitas awal fraktur
ini adalah sekitar 10%. Bila tidak diobati, fraktur ini akan semakin memburuk
(Hartman,2002)
Jumlah populasi orang lanjut usia semakin bertambah, kasus fraktur pada
sekitar 1,5 juta fraktur pada sendi panggul terjadi tiap tahun dan diprediksi meningkat
menjadi 2,6 juta pada tahun 2025 dan 4,5 juta pada tahun 2050 (Moesbar Nazar,
2015)
Penderita fraktur collum femur biasanya terjadi pada seorang wanita yang
cukup aktif hingga pada suatu ketika berjalan terkelincir atau jatuh sampe terjadi
fraktur. Dalam beberapa minggu sesudah itu ia dapat meninggal karena kegagalan
fraktur femur keseluruhan adalah 11,3 dalam 1000 per tahun. frakturpada laki-laki
adalah 11,67 dalam 1000 per tahun, sedangkan pada perempuan 10,65 dalam 1000
3
per tahun.dibeberapa belahan dunia akan berbeda status sosiol ekonomi dan
fraktur pada ekstermitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling
tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus
fraktur ekstermitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur femur,
14.027 orang mengalami fraktur eruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970
orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan336 orang mengalami
fraktur fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan ekstermitas bawah sangat
sedikit,tetapi terjadinya fraktur fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya gangguan
proporsi cedera transportasi darat (sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% pada
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi
kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
4
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %) dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %) dari 14.127 trauma
benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).
tahun 2007 menjadi 5,8% pada tahun 2013. Insiden fraktur di Sumatera Barat tahun
2013 adalah 7,3% dari keseluruhan insiden fraktur di Indonesia. Fraktur yang sering
terjadi yaitu fraktur femur 39%,diikuti fraktur humerus 15%,dan fraktur tibia dan
fibula 11% Menurut data di rumah sakit umum Dr. Hasan Sadikin Bandung, terdapat
103 kasus fraktur femur pada Januari sampai Desember 2011 .Berdasarkan data
rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang, terdapat
201 kasus fraktur collum femur pada tahun 2017. Sedangkan berdasarkan survey data
rekam mendis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. M . Zein Painan tahun
2018 kasus fraktur collum femur terdapat 11 kasus yang didominasi kelompok usia
tua sedangkan pada tahun 2019 hingga bulan agustus sebanyak 5 kasus.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
5
2. Tujuan Khusus
Collum Femur
Collum Femur
Collum Femur
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
Fraktur Collum Femur sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam
6
Dapat menambawah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dalam
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFENISI
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989:144). Fraktur femur adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
1985). Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi
pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian
distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.
Fraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yang terjadi di femur proksimal
pada daerah yang berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir
femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang
termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris
8
Femur atau tulang paha merupakan tulang yang memanjang dari panggul ke
lutut dan merupakan tulang terpanjang dan terbesar di dalam tubuh, panjang femur
Femur dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ujung proksimal, batang, dan
ujung distal. Ujung proksimal bersendi dengan asetabulum tulang panggul dan ujung
distal bersendi dengan patella dan tibia. Ujung proksimal terdiri dari caput femoris,
mengecil di bagian tengahnya dan berbentuk silinder halus dan bundar di depannya.
Linea aspera terdapat pada bagian posterior corpus dan memiliki dua komponen
yaitu labium lateral dan labium medial. Labium lateral menerus pada rigi yang kasar
dan lebar disebut tuberositas glutea yang meluas ke bagian belakang trochanter
mayor pada bagian proksimal corpus, sedangkan labium medial menerus pada linea
trochanter mayor dan trochanter minor. Pada ujung distal terdapat bangunan-
9
tuberculum adductorium, fossa dan sulcus popliteus. Condylus memiliki permukaan
10
Caput femur merupakan masa bulat berbentuk 2/3 bola, mengarah ke medial, kranial,
dan ke depan. Caput femur memiliki permukaan yang licin dan ditutupi oleh tulang rawan
kecuali pada fovea, terdapat pula cekungan kecil yang merupakan tempat melekatnya
dibentuk dengan acetabulum disebut articulation coxae. Caput femurs tertanam di dalam
acetabulum bertujuan paling utama untuk fungsi stabilitas dan kemudian mobilitas.
Collum femur terdapat di distal caput femur dan merupakan penghubung antara caput
dan corpus femoris. Collum ini membentuk sudut dengan corpus femur ± 125º pada laki-
laki dewasa, pada anak sudut lebih besar dan pada wanita sudut lebih kecil
Sumber:Waschke,F
11
Paha dibagi menjadi tiga kompartemen yaitu fleksor, ekstensor, dan adduktor.
di bagian anterior, medial, dan posterior. Kompartemen yang menempati anterior pada
diantaranya adalah :
a. Otot yang terdiri dari otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut, yaitu m.
c. Vena femoralis yang merupakan lanjutan dari v. poplitea dan v. saphena magna
d. Limfatik dari kelenjar getah bening inguinalis profunda yang terletak sepanjang
a. Otot yang terdiri dari otot adduktor panggul yaitu m. grasilis, m. adductor
12
a. Otot yang merupakan otot hamstring dan berfungsi dalam fleksi lutut serta
Sumber: Faiz, O
Caput femur mendapat pasokan darah dari tiga sumber utama yaitu:
a. Extracapsular arterial ring yaitu pembuluh darah yang melewati collum bersama
dengan retinakula capsularis dan memasuki caput melalui foramina besar pada basis
13
melalui anastomosis a. krusiata dan a. trokanterika. Pada orang dewasa merupakan
b. Pembuluh darah dalam ligamentum teres yang memasuki caput melalui foramina
c. Pembuluh darah yang melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis nutrisia.
caput femur dimana retinakular superior dan pembuluh epifisis lateral merupakan
pada fraktur panggul atau fraktur collum femoris dapat menyebabkan terobeknya
Sumber: Gray, H.
14
B) Anatomi dan Fisiologi sendi
Pelvis dibentuk oleh os coxae di bagian depan dan samping, sacrum dan
coccygeus di bagian belakang. Os coxae adalah tulang yang besar, tebal, kuat,
berbentuk ireguler dengan bagian tengah yang menyempit, melebar keatas dan
bawah. Tulang ini berartikulasi di bagian belakang dengan sacrum dan di depan
dengan tulang pasangannya dari sisi yang berlawanan. Os coxae terdiri dari tiga
tulang yang berfusi jadi satu yaitu os ilii, os ischii, dan os pubis. Os coxae memiliki
artikulasi antara caput femur yang bulat dengan asetabulum. Bagian sentral
dan inferior dari asetabulum tidak memiliki permukaan artikularis. Regio ini
15
menuju fovea pada caput femur. Batas inferior di bawah insisura asetabularis
16
acetabuli. Capsula artikulasio coxae melekat di atas batas asetabulum. Kapsul ini
Stabilitas panggul tergantung pada faktor tulang dan ligamen. Stabilitas ligamen
dipertahankan oleh tiga ligamen yaitu ligamen iliofemorale atau ligamen bigelow yang
Gerak panggul yang leluasa disebabkan oleh jenis sendi panggul yang
otot-otot berikut:
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Adduksi
d. Abduksi
e. Rotasi lateral
17
m. piriformis, m. obturatorius, m. gemelus, m. kuadratus femoris, dan m. gluteus
maksimus
f. Rotasi medial
g. Sirkumduksi
Kombinasi semua gerakan yang menggunakan semua otot yang telah disebutkan
n.
C. ETIOLOGI
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses
penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan
oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana
daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun
disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak
a. Cedera traumatic
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan,
18
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
b) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai
a) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru
b) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada
tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas
di bidang kemiliteran.
19
d. Selain itu disebabkan oleh metastase dari tumor, degenerasi: terjadi karena proses
kemunduran fisiologi dari jaringan tulang itu sendiri, spontan: terjadi karena
tarikan otot yang sangat kuat (angulasi fraktur). Contoh: menendang bola
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur collum femur, yakni:
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya.
b) penekanan tulang
b. Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang
e. Tenderness
f. Nyeri
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya dan
20
g. Kehilangan sensasi
h. Pergerakan abnormal
i. Syok hipovolemik
j. Krepitasi
k. Eritema
Adanya warna kemerahan pada kulit daerah infeksi yang disebabkan adanya
pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat
menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit
sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya
hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan
disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi
netral.
pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan
21
jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri
bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan
E. KLASIFIKASI
a) Fraktur intrakapsuler
b) Fraktur extrakapsuler
Intrakapsuler
Ekstrakapsuler
a) Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi
tegak
b) Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
c) Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal
22
Klasifikasi Pauwel’s untuk Fraktur Kolum Femur
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal
d) Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen
yang bersinggungan.
Fraktur collum femur biasanya terjadi akibat jatuh, tetapi pada orang yang
menyebabkan fraktur, misalnya akibat kaki yang tersandung akan menyebabkan sendi
Pada pasien usia lanjut khususnya pada wanita, terjadi perubahan struktur pada
bagian ujung atas femur yang menjadi predisposisi untuk terjadinya fracture pada
collum femur. Karena hilangnya tonus otot dan perubahan pada keseimbangan sensasi
yang berhubungan dengan usia, pasien ini dituntut untuk mengubah pola berjalan
mereka. Fraktur collum femur dapat disebabkan karena lemahnya collum femur
terhadap aksi stress dari arah vertical dan rotasional yang terus-menerus, seperti ketika
mekanisme ini, aspek posterior dari collum mengenai lingkaran dari acetabulum karena
berotasi ke arah posterior; pada keadaan ini acetabulum berperan sebagai titik tumpu
(Subagyo, 2013).
24
Pada orang dengan usia muda, fraktur biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian
atau akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hingga terlempar ke jalan. Pada
pasien ini sering kali mengalami jejas multipel dan 20% di antaranya juga mengalami
fraktur corpus femur. Fraktur collum femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter
baik karena kecelakaan lalu lintas atas jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi 16
seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi.
Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur pada posisi ini tinggi (Noor, 2016)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi pasti akan terjadi pada saat fraktur. Dengan diagnosis dan pengobatan dini,
a. Syok Hipovolemik
tulang mayor, seperti pelvis dan femur. Frekuensi ini semakin meningkat
disebabkan oleh jumlah pasien dengan beberapa cedera. Syok Hipovolemik terjadi
Perdarahan internal lebih sulit untuk mendiagnosa. Tanda kehilangan darah dapat
ditunjukan pada saat fraktur pelvis (1500-2000 ml), dan fraktur femur (1000-1500
25
ARDS dapat menjadi lanjutan pada trauma dengan syok yang berkelanjutan.
Mekanisme terjadinya ARDS tidak diketahui secara pasti, diduga disebabkan oleh
sistem respirasi. Biasanya serangan ini terjadi 24 jam setelah cedera. Pasien
mengalami takipnea dan pernafasan yang tidak seperti biasanya. Jika tidak
terdeteksi sedini mungkin, kondisi pasien akan semakin memburuk, dan dapat
Merupakan komplikasi yang paling berat. Ciri khas nya terjadi hambatan pada
pembuluh darah karena penumpukan lemak. Hal ini terjadi karena penumpukan
lemak mula-mula sumsum tulang atau jaringan adiposa. Emboli lemak biasanya
gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebut. Ruangan tersebut
terisi oleh otot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia
26
ditandai dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis, pucat, disertai denyut nadi
yang hilang. Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak
dan paling sering disebabkan oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai
yang berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskuler ini sering dijumpai
pada kaput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum, dan os.
f. Atrofi otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.
Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu selsel parenkim yang
menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien fraktur, atrofi terjadi akibat
otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel otot, aliran darah
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Awal
1. Pertolongan pertama
27
Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih, steril dan
imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman
2. Penilaian klinis
Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh darah atau saraf
3. Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang dengan keadaan syok,
sehingga diperlukan resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah serta obat-
a. Terapi konservatif
a) Proteksi saja
Pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan
kedudukan baik
d) Traksi (penarikan)
28
Traksi dapat digunakan untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga
sembuh atau dapat juga dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Traksi kulit
b. Terapi operatif
(a) ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) keuntungan nya adalah
fracture antebrachii
operasi Girdlestone
29
BAB III
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya nyeri, nyeri tersebut bisa akut atau
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
30
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yangnantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhada
p klien. ini biasaberupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nan
bisa diketahui luka kecelakaan yang lain. Dan biasanya pada klien dengan
pergerakan abnormal.
Pada riwayat kesehatan masa lalu, perlu ditanyakan apakah pasien pernah
31
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluraga yang mengalami penyakit sama dengan
f. Genogram
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
32
Inspeksi :Biasanya bentuk wajah normal, simetris kiri dan
5. Pemeriksaan Mata
radang
6. Pemeriksaan Telinga
ada serumen
7. Pemeriksaan Hidung
lesi
33
Inspeksi :Biasanya bibir tampak normal, tidak ada ulkus, lesi,
9. Pemeriksaan Leher
kelenjar tyroid
1) Paru- Paru
Inspeksi :Biasanya bentuk thorak simetris kiri dan kanan, tidak ada
34
Perkusi :Biasanya terdengar sonor
nafas tambahan
2) Pemeriksaan Payudara
Inspeksi :Biasanya bentuk normal kiri dan kanan dan tidak ada lesi
3) Pemeriksaan Jantung
bendungan vena
11. Abdomen
Palpasi :Biasanya tidak ada massa, nyeri pada hepar dan ginjal serta
12. Ekstermitas
35
Inspeksi :Biasanya ada pembengkan pada ekstremitas bawah kiri
13. Genetalia
14. Integumen
bengkak memerah
15. Kuku
36
Palpasi :Biasanya CRT normal < 2 detik
16. Neorologi
baik,
Pemeriksaan sensori :
h. Pemeriksaan Psikososial
a) Psikologis
Biasanya klien timbul rasa cemas tentang dirinya, yaitu ketakutan timbul
b) Sosial
c) Spiritual
37
Biasanya klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan kosentrasi. Hal ini bisa disebabkan
i. Pola Nutrisi
1. Berat badan
Kaji keadaan berat badan pasien saat sehat dan sakit, tinggi badan
2. Frekuensi Makan
Kaji frekuensi makan pasien saat sehat dan sakit, biasanya saat klien
3. Jenis makanan
cair, atau padat karean jenia makanan klien berbeda saat klien sehat dan
sakit
Kaji makan yang disukai klien namun tidak melanggar dari pantangan
1) Pola makan
Kaji pola makan klien dalam satu hari, untuk pagi, siang, malam
2) Pola Eliminasi
(1) BAB
38
Konsistensi : Kaji waktu sehat dan sakit
(2) BAK
Selain itu juga, pengkajiandilaksanakan pada lamanya tidur, suasana l
tidur.
5) Pola Bekerja
Jenis pekerjaan :
Lama Berkerja :
6. Informasi Penunjang
penyembuhan tulang.
39
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang danmenunjukkan ke
giatanosteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti kreati
penyembuhan tulang
(1) pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapat
kanmikroorganisme penyebab infeksi
infeksi.
(3) Elektromyografi:
terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
(4) Arthroscopy:
Didapatkanjaringan ikat yang rusak atau sobek karena traumayan
g berlebihan.
(5) Indium Imaging:
Muttaqin,2008)
40
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
5) Shock Hipovolemik
3. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri
41
fisiologis ke skala jarang terapeutik untuk
melindungi
direkomendasikan Tentukan lokasi,
42
analgesik yang
diresepkan
Tentukan analgesik
sebelumnya, rute
pemberian, dan
dosis untuk
mencapai hasil
pengerungan nyeri
yang optimal.
Berikan kebetuhan
kenyamanan dan
dapat membantu
relaksi untuk
memfasilitas
penurunan nyeri
Pertahankan aturan
sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan
pemberian obat –
43
obatan
Pertahankan
lingkungan yang
bisa
memaksimalkan
keamanan dan
efektivitas
pemberian obat –
obatan.
benar dalam
pemberian obat
– obatan sebelum
pemberian obat.
2 Hambatan mobilitas NOC : Pergerakan NIC : Peningkatan
44
berjalan dipertahankan dari latihan atau
berhubungan : benar
dengan fisioterapis
Nyeri
45
Penurunan kekuatan dalam
otot mengembangkan
pasien tentang
menggunakan tubuh
Edukasi pasien
tentang pentingnya
benar untuk
mencegah kelelahan,
ketegangan atau
injuri
Instruksikan untuk
menghindari tidur
dengan posisi
terlungkup
46
Bantu untuk
mendemostrasikan
tepat
Bantu untuk
menghindari
dudukdalam posisi
Monitor perbaikan
postur tubuh
mekanika tubuh
pasien
kebutuhan tubuh
Tentukan status gizi
Asupan kalori di
Defenisi : Asupan pasien dan
pertahankan pada
nutrisi tidak cukup kemampuan pasien
skala sedikit
untuk memenuhi untuk memenuhi
adekuat (2) ke
kebutuhan metabolik kebutuhan gizi
skala sebagian
47
Batas karakteristik : besar adekuat (4) Tentukan apa yang
48
adekuat skala sebagian pasien terkait
Anjurkan keluarga
untuk membawa
makanan favorit
pasien sementara
berada di rumah
sakit
Lengkapi
pengkajian nutrisi,
sesuai kebutuhan
Monitor intake
hitung masukan
kalori perhari
49
Tentukan jumlah
nutrisi yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
Pilih suplemen
nutrisi sesuai
kebutuhan
memilih makanan
setengah lunak
Motivasi pasien
untuk
mengkonsumsi
kalsium,sesuai
kebutuhan
50
NIC :Pemberian nutrisi
Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
selama makan
Lakukan kebersihan
mulut sebelum
makan
Identifikasi adanya
reflek menelan
Duduk saat
memberikan makan
untuk menunjukkan
rileks
dengan kesenangan
pasien
51
saat makan
mekanik
Defenisi : Penurunan Indikator :
Observasi tanda –
Batas karakteristik : skala deviasi yang
52
kapiler > 3 detik deviasi yang cukup setiap hari
Edema
NIC : Terapi Latihan :
Nyeri ekstremitas
Ambulasi
Parestesia
Sediakan tempat
Warna kulit pucat
tidur bertinggian
saat elevasi
rendah
Faktor yang
Dorong untuk duduk
berhubungan :
ditempat tidur,
Kurang pengetahuan
disamping tempat
tentang proses
tidur atu dikursi
penyakit
Bantu pasien untuk
Asupan garam
duduk di sisi tempat
tinggi
tidur untuk
Kurang pengetahuan
memfasilitasi
tentang faktor yang
penyesuaian sikap
dapat diubah
tubuh
53
Konsultasikan pada
mengenai rencana
ambulasi
Terapkan/ sediakan
alat (tongkat,
roda) untuk
ambulasi
Mobilitas
Tentukan batasan
pergerakan sendi
dan efeknya
terhadap fungsi
sendi
Kolaborasikan
54
fisik dalam
mengembangkan
dan menerapkan
sebuah program
latihan
atau keluarga
latihan sendi
trauma selama
latihan
Dukung latihan
Dukung pasien
untuk melihat
gerakan tubuh
55
sebelum memulai
latihan
Dukung pasien
untuk duduk
ditempat tidur,di
samping tempat
Dukung ambulasi,
jika memungkinkan
Tentukan
perkembangan
terhadap pencapaian
tujuan
56
BAB IV
I. PENGKAJIAN
A. Identitaspasien
Nama : Ny. B
Umur : 1934
Pendidikan : SLTA
Suku Bangsa : Minang (Jambak)
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Nanggalo Tarusan
No Telp/HP : 0822-8323-2201
No Medical Record : 183086
Ruang Rawatan : Bedah (Kelas 1)
Golongan :O
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.E
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Nanggalo Tarusan
No Telp/HP : 0852-6324-2904
Yang mengirim/merujuk : -
57
Ruang Rawat : Bedah ( Kelas 1)
Pasien dan keluarga mengatakan panggul kanan terasa nyeri dan sulit digerakan
2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian (alat bantu yang digunakan jelaskan )
Klien masuk Rumah Sakit tanggal 7 Agustus 2019 jam 07.45 WIB, pasien dan
keluarga mengatakan klien jatuh terduduk dari kamar mandi dan tertumpu pada
panggul kanan. Dan saat dilakukan pengakajin tanggal 8 Agustus 2019 jam 15.00
WIB klien dengan hari rawatan ke dua dengan hasil pemeriksaan rontgen tampak
kanan sulit digerakan, Klien tidak bisa menggerakan badan seperti miring kiri
kemampuan gerak dan klien juga tidak mampu melakukan ROM yang
diinstruksikan. Klien tampak meringiris, fokus pada diri sendiri dan mengatakan
nyeri pada panggul kanan,nyeri terasa seperti di tusuk – tusuk , nyeri bertambah
bila klien bergerak / beraktivitas, klien tampak melindungi area nyeri, dan
keluarga juga mengatakan klien sulit tidur karena nyeri dan tidak ada selera
Masalah Keperawatan :
Nyeri Akut
Hambatan Mobilitas Fisik
Gangguan Pola Tidur
E. Riwayat Pengobatan Terakhir
Apakah sudah berobat Ya Belum
58
Bila Berobat kemana ?
obatan
Berobat jalan
Omeperazole 2x1
Lapibal 2x1
Berobat jalan
Omeperazole 2x1
Lapibal 2x1
Sembuh Ya Tidak
6. Alergi ya Tidak
Makanan Obat
Lain lain
Keluarga klien mengataka tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan klien, tidak ada keluarga menderita penyakit Diabetes Melitus,
2. Genogram keluarga
Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
60
: Klien
: Meninggal
: Tinggal Serumah
a. Psikologis
Karakter : Tegas
Klien berharap penyakit yang dialami dapat sembuh dan beraktivitas seperti
sedia kala
Penyangkalan
b. Sosial
terganggu)
Kegemaran/hobi : Merenda
c. Spritual
a. Makanan
1) Sehat
2) Sakit
62
Jenis diet : Makanan Lunak
Vomitus Disphagia
Menurun
b. Cairan / minum
1) Sehat
2) Sakit
Intake cairan
Total : 4500 cc
2. Pola Eliminasi
a. BAK
63
No Uraian Sehat sakit
1 Jumlah urine 1050 cc 1200 cc
2 Warna Kekuningn Kekuningan
3 Bau Pesing Pesing
4 Pola BAK Urgency Dysuria Urgency
Polyuria Anuria Dysuria
Urinary suppression Polyuria
Tidak ada Anuria
Urinary suppression
Tidak ada
5 Olyguria Rentensi urine Rentensi urine
6 Masalah eliminasi Enuresis Enuresis
urine Inkontinensia urine Inkontinensia urine
Nokturia Nokturia
Hematuri Hematuri
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
7 Keluhan lain Tidak ada keluhan lain Tidak ada keluhan lain
Tidak ada masalah
Masalah Tidak ada masalah
8 keperawatan
Keperawatan keperawatan
b. BAB
1) Sehat
Konsistensi : ½ Padat
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola Defeksi : 1x sehari dipagi hari
Bentuk : Lembek
Lendir : Ya Tidak
Darah : Ya Tidak
Masalah eliminasi bowel : Melena Fecel
Infaction
Diare
Incontonensia alvi
Konstipasi Kembung
2) Sakit
Konsistensi : ½ Padat
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola Defeksi : 1x selama dirawat ( 2 hari rawatan)
Bentuk : Lonjong
64
Jumlah :
Pemakaian laksatif : Ya Tidak
Masalah eliminasi bowel : Melena Fecel
Infaction
Diare
Incontonensia alvi
Konstipasi Kembung
Hemoroid/nyeri saat BAB
Keluhan lain : Tidak ada keluhan lain
3. Pola aktifitas/latihan
4. Pola Istirahat
65
5 Gangguan Tidur Imsomnia Imsomnia
Hipersomnia Hipersomnia
Parasomnia Parasomnia
Narcolepsy Narcolepsy
Mendengkur & apnoe Mendengkur & apnoe
tidur tidur
Mengigau Mengigau
6 Dampak pola tidur Segar Segar
...................... Lemas
7 Alat Bantu tidur Obat Obat
Tidak ada penggunaan Tidak ada penggunaan
obat obat
8 Keluhan lain Tidak ada Keluhan lain Tidak ada Keluhan Lain
9
Masalah
Tidak ada Masalah lain Tidak ada masalah lain
Keperawatan
5. Personal Hygiene
66
Keluhan lain : Tidak ada
J. Catatan Khusus
1. Apakah pasien mengerti dengan Ya Tidak
yang dibicarakan :
Diajukan : Ya Tidak
5. Bida ada
K. Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Berat badan : 69 Kg
Suhu : 36,3OC
Nadi : 94 x/i
Pernafasan : 22 x/i
P : Klien mengatakan nyeri pada pangkul paha kanan karena terjatuh dari
kamar mandi
R :Klien mengataan nyeri terasa pada pangkal paha kanan dan tidak ada
3. Integumen
Inspeksi
Kebersihan kulit : Bersih Kotor
: Pucat Ikterik
Merah Albinisme
Sianosis Ptechie
Lesi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Kering Normal
Palpasi
4. Kuku
Inspeksi
Warna : Normal Sianosis
: Pucat
: Clubbing finger
Palpasi
Inspeksi
69
Kuantitas : Tipis lembab
: Jarang
Palpasi
Tumor/pembengkakan
Lesi Nyeri
tekan
pecah
Pedikulosa Ketombe
Kotor Rontok
6. Wajah / muka
Inspeksi
Face
Simetris : Ya Tidak
Meringis
Pucat
70
7. Mata
Inspeksi
Oedema Peradangan
Lagophtalmus
Sclera : Normal
Icterik
Pus
Reaksi
Palpasi
8. Telinga
Masa
(kiri/kanan)
(kiri/kanan)
71
9. Hidung dan sinus
Inspeksi
Simetris : Ya Tidak
Pembengkakan : Ya Tidak
Peradangan : Ya Tidak
Palpasi
Ulkus Sianosis
Lesi Pucat
pendarahan
Sisa makanan
Ulkus Lusi
72
Edema Bercak
putih
Hiperemis
Palpasi
Fisura Palatoshisis
11. Leher
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Postur
: Takipnea Kusmaul
: Bradipnea Apneustil
: Hiperventilasi
Batuk : Ya Tidak
: Sputum Darah
: Lesi Peradangan
: Pekak Hipersonot/Tympani
Auskultasi :
: Brongkeal Trakeal
13. Payudara
Inspeksi :
74
Lesi : Kiri Kanan
14. Kardiovaskuler
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi : Redup
Auskultasi :
Murmur : Ya Tidak
Bunyi Jantung :
S1 : Normal Tidak
S2 : Normal Tidak
Bunyi Tambahan : S2 S3
15. Abdomen/perut
75
Auskultasi :
16. Genetalia
: Oedema Tumor
17. Muskulosketal
Otot :
Kontraktur : Ya Tidak
76
Tremor : Ya Tidak
Palpasi :
gerak
2222 ####
Tekan Suhu
3. Hematokrit : 3,6%
4. Trombosit : 157.00/mm3
7. Kalium : 4, mmol/L
8. Clorida : 96 mmol/L
3. ANALISA DATA
O
1 DS : Nyeri akut b/d Trauma langsung
79
DO :
Nadi = 98 x/i)
diri sendiri
Trauma langsung
area yang nyeri Fraktur
2 Hambatan
DS :
Diskontiniutas
Mobilitas Fisik tulang
Klien mengatakan panggul
b/d nyeri
kanan sulit digerakan Perubahan
jaringan sekitar
ROM
DO :
melakukan ROM
aktifitas sendiri
Klien mengalami
5555 5555
2222 ####
Trauma langsung
DS :
81
3 Klien mengatakan sulit Gangguan pola
memulai tidur
Gangguan pola
Keluarga mengatakan tidur
sering menggigau
DO :
DS:
Trauma langsung
Klien mengatakan tidak
4 Defisit perawatan
mampu untuk kemar mandi Fraktur
Pergeseran tulang
diri : mandi b/d
Klien mengatakan tidak
82
mampu mengambil nyeri
Deformitas
perlengkapan mandi
sumber air
kelemahan untuk
DO: bergerak
DS:
mengangkat ekstremitas
mobilisasi
Jaringan hipoksia
Klien mengatakan nafsu
tidak habis
Pembuluh darah
DO : kolaps
kurang
84
melakukan mobilitas
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
85
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
86
n dari skala pasien faktor –
n (2) nyeri
n tindakan karakteristik,
analgesik sebelum
sering pengobatan
n (2) diresepkan
Menggunaka 3. Tentukan
n analgesik analgesik
87
yang sebelumnya, rute
menunjukka optimal.
obat
n (4) ke 4. Berikan kebetuhan
relaksi untuk
memfasilitas
penurunan nyeri
1. Pertahankan aturan
sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan
pemberian obat –
obatan
2. Pertahankan
88
lingkungan yang
bisa
memaksimalkan
keamanan dan
efektivitas
pemberian obat –
obatan.
benar dalam
pemberian obat
4. Verifikasi resep
obat – obatan
sebelum
pemberian obat
2) Hambatan NOC : Perawatan 1. Tempatkan matras
terganggu 3.
89
(4) ke skala
sedikit
terganggu
(2)
Cara
berjalan
terganggu menggunakan
sedikit benar
terganggu 2. kolaborasikan
Peningkatan
(2) dengan fisioterapis
mekanika
Gerakan otot dalam
90
(2) tulang belakang
n banyak menggunakan
terganggu tubuh
mencegah
kelelahan,
ketegangan atau
injuri
5. Instruksikan untuk
menghindari tidur
dengan posisi
terlungkup
6. Bantu untuk
mendemostrasikan
tepat
91
7. Bantu untuk
menghindari
dudukdalam posisi
8. Monitor perbaikan
postur tubuh
mekanika tubuh
pasien
3) Gangguan pola NOC : Tidur Manajemen 1. Tentukan tujuan
(2) 2. Ciptakan
terganggu mendukung
92
(4) 3. Sediakan
ke skala dingin
sedikit 5. Sesuaikan
(4) memenuhi
Kualitas kebutuhan
banyak mata
93
(2) –tindakan
ke skala menjaga
sedikit kenyamanan
terganggu individu
94
Kesulitan jumlah jam tidur
terganggu tidur
ditingkatkan menghilangkan
menyediakan
aktivitas yang
meningkatkan
kodisi terjaga
95
6. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologik
lainnya untuk
memancing tidur
Mulai / terapkan
langkah – langkah
kenyamanan
seperti
pijat,pemberian
posisi dan
sentuhan afektif
4) Defiit perawatan NOC : Batuan 1. Letakan handuk,
96
kemampuan untuk Indikator : kebersihan benda lain yang
banyak diinginkan
sedikit kebersihan
dipertahanka
97
n pada skala
banyak
terganggu
(2)
ditingkatkan
ke skala
sedikit
terganggu
(4)
Mandi
dengan
bersiram
dipertahanka
n pada skala
banyak
terganggu
(2)di
tingkatkan
98
ke sedikit
terganggu
(4)
Mencuci
wajah
dipertahanka
n pada
banyak
terganggu
(2) di
tingkatkan
ke skala
sedikit
terganggu
(4)
Mengeringk
an badan
dipertahanka
99
n pada skala
banyak
terganggu
(2)
ditingkatkan
ke skala
sedikit
terganggu
(4)
5) Reiko dekubitus NOC : Integritas Perawatan 1. Tempatkan matras/
100
(2) bertekstur kasar
sedikit kondisi
terganggu tepat
101
jaringan setiap 2 jam
banyak kemerahan
sedikit gesekan
terganggu
(4)
Lesi mukosa
membran
dipertahanka
n pada
banyak
terganggu
(2)
102
ditingkatkan
ke skala
sedikit
terganggu
(4)
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL KEP
Jumat 1 Pukul 18.00 Pukul 2000
perawatan analgesik
Skala nyeri 6 (2)
103
bagi pasien dilakukan TTV (TD : 140/70
pemantauan yang ketat
mmHg, N: 88 x/i)
Pukul 19.00
2. Memberikan analgesik
sesuai waktu
3. Mengevaluasi
keefektifan analgesik
1. Menggali hambatan S :
104
latihan badan (2)
melanjutkan latihan
Klien tidak mampu
4. Melakukan latihan
melakukan ROM (2)
bersama individu
A : Masalah tidak teratasi
5. Melibatkan keluarga
P : Intervensi 3,4,5,6,
untuk memberikan
lanjutkan
105
perawatan
6. Berkolaborasi dengan
fisioterapi dalam
mengembangkan
peningkatan mekanika
tubuh
III PUKUL 18.00 WIB PUKUL 20.00 WIB
1. Menciptakan S:
3. Menghindari paparan O :
106
– tindakan kebersihan A: masalah tidak teratasi
P: Intervensi 2,3,4,5,6
lanjutkan
IV PUKUL 18.00 WIB PUKUL 20.00 WIB
1. Meletekkan S:
P : Intervensi 2,3,4
dilanjutkan
107
V PUKUL 18.00 WIB PUKUL 20.00 WIB
1. Menghindari S:
3. Memonitor kondisi O :
ditempat tidur
BB berlebih IMT = 27,7
5. Memberikan pijatan
A: intervensi tidak teratasi
pada punggung,leher
P: intervensi 2,3,4,5,6,7
dan tumit
dilanjutkan
6. Membalikan posisi
7. Memontor sumber
108
Agustus 1. Menggendalikan faktor S :
lingkungan yang dapat
2019 Klien mengatakan
mempengaruhi respon
klien terhadap
nyeri masih terasa (2)
ketidaknyamanan
2. memastikan perawatan Klien mengatakan
analgesik bagi pasien
dilakukan pemantauan nyeri masih terasa bila
yang ketat
klien beraktivitas(2)
3. Memmberikan
kebutuhan O:
kenyamanan dan
aktivitas yang dapat Klien tampak meringis
membantu relaksasi
Skala nyeri 6 (2)
4. Memberikan analgesik
sesuai waktu
TTV (TD : 140/70
5. Mengevaluasi
keefektifan analgesik mmHg, N: 88 x/i)
P : Intervensi 2,3.4,5,6
lanjutkan
II PUKUL 09.00 WIB PUKUL 13.00 WIB
1. Mendukung individu S :
109
untuk memulai atau Klien mengatakan masih
untuk memberikan
O:
perawatan
Klien masih tampak
5. Berkolaborasi dengan
berbaring
fisioterapi dalam
Aktifitas os tampak
mengembangkan
masih dibantu
peningkatan mekanika
Klien tampak lemah
tubuh
Klien masih tampak
badan (2)
110
melakukan ROM (2)
P : Intervensi 3,4,5,6,
lanjutkan
III PUKUL 09.00 WIB PUKUL 14.00 WIB
1. Menciptakan S:
3. Menghindari paparan O :
111
P: Intervensi 2,3,4,5,6
lanjutkan
IV PUKUL 09.00 WIB PUKUL 13.00 WIB
1. Meletekkan S:
3. Memfasilitasi klien O :
TTTV ( TD : 140/70
mmHg, N: 88 x/i)
P: Intervensi 2,3,4,5,6
lanjutkan
Minggu I PUKUL 09.00 WIB1 PUKUL 17.00 WIB
112
10 Agustus 1. memastikan perawatan S :
kenyamanan dan O:
3. Memberikan analgesik
TTV (TD : 140/70
sesuai waktu
mmHg, N: 88 x/i)
4. Mengevaluasi
Klien masih terfokus
keefektifan analgesik
pada area nyeri
P : Intervensi 3.4,5,6
lanjutkan
II PUKUL 09.00 WIB PUKUL 14.00 WIB
113
untuk memulai atau S :
perawatan
O:
5. Berkolaborasi dengan
Klien masih tampak
fisioterapi dalam
berbaring
mengembangkan
Aktifitas os tampak
peningkatan mekanika
masih dibantu
tubuh
Klien tampak lemah
114
badan (3)
P : Intervensi 3,4,5,6,
lanjutkan
III PUKUL 09.00 WIB PUKUL 14.00 WIB
1. Menyediakan S:
3. Menyesuaikan O:
TTTV ( TD : 140/70
115
mmHg, N: 88 x/i)
P: Intervensi 4,5,6
lanjutkan
116
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini mencakup
dua langkah yaitu data dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder (keluarga
dan tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan,
pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya (Potter & Perry, 2005)
Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada Ny.B pada saat pengkajian
mengatakan panggul kanan sulit digerakan, Klien tidak bisa menggerakan badan
seperti miring kiri dan kanan ataupun mengangkat ekstremitas. Klien mengalami
penurunan kemampuan gerak dan klien juga tidak mampu melakukan ROM yang
diinstruksikan. Klien tampak meringiris, fokus pada diri sendiri dan mengatakan
nyeri pada panggul kanan,nyeri terasa seperti di tusuk – tusuk , nyeri bertambah bila
klien bergerak / beraktivitas, klien tampak melindungi area nyeri, dan keluaga
mengatakan paha kanan bengkak,memerah dan hangat. Selain itu keluarga juga
117
mengatakan klien sulit tidur karena nyeri dan tidak ada selera makan. Klien terpasang
gerak dan latihan ROM. Selain itu klien mengalami gangguan pola tidur dan
penurunan berat badan. Dan tampak bengkak pada pda klien serta memerah dan
hangat.
Menurut Black 1993, gambaran klinis fraktur cedera kepala yaitu, Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya,
kesehatan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengn klien selain itu juga tidak ada menderita penyakit degeneratif
osteoporosis
118
masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, maka dari itu semua
B. Diagnosa Keperawatan
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan
intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter &
Perry,2005)
a. Nyeri akut
e. Shock hipovolemik
Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus Ny.B
119
j. Resiko dekubitus ditandai dengan faktor resiko penurunan mobilitas
yang mana hanya 2 dari 5 dignosa yang dipaparkan pada teori muncul pada
kasus Ny.B. hal ini terjadi karena pada saat pengkajian (2 hari rawatan) belum
belum dilakukan tindakkan operasi dan lagi pula karena faktor usia lebih banyak
muncul diagnosa defisit perawatan diri, dekubitus dan gangguan pola tidur.
C. Intervensi Keperawatan
klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan pasien dapat
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan di intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujun tersebut (Potter & Perry, 2005)
diagnosa resiko aspirasasi tidak ada kesenjangan yang signifikan antara tinjauan
120
kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam intervensi
Untuk intervensi keperawatan diagnosa nyeri akut tidak ada kesenjangan anatara
tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana pada teori intervensi keperawatan untuk
fraktur collum femur juga ada pada perencanaan keperawatan kasus. Dan untuk
antara teori dengan kasus, dan begitu juga dengan diagnosa lainnya tidak ditemukan
D. Implementasi Keperawatan
intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respon klien. Hal ini dilakukan karena
pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam
ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).
Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapaia tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan ( Potter
berorientasi pada rencana yang telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh
121
tanda – tanda yang timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan
prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori – teori yang ada di dalam
rencana keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian,
tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu
Deswani,2009).
122
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari pengkajian,
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Ny. B pada sat pengkajian
badan, penurunan rentang gerak, mengeluh nyeri, tampak bengkak pada paha
kanan atas, memerah dan hangat. TD : 150/80 mmHg, N : 98 x/i, RR: 22 x/i, os
2. Diagnosa keperawatan
keperawatan pada Ny.B dengan fraktur collum femur yaitu nyeri akut
perawatan diri: mandi berhubungan dengan nyeri dan resiko dekubitus ditandai
123
3. Intervensi keperawatan
kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa
yang sama
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak
penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi, situasi dan perubahan
5. Evaluasi keperawatan
untuk dilakukan tindakan medis karena faktor usia dan keterbatasan tenaga
penunjang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberi beberapa saran, antara lain :
1. Bagi penulis
124
Hasil penelitian ini agar dapat menambah pengalaman dan wawasan ilmu
pasien dengan fraktur collum femur ini dapat menjadi sumber referensi bagi
125
126