(FRAKTUR FEMUR)
Kelompok 1 :
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dalam pelaksanaannya tentu saja terdapat
Masalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini semakin kompleks dimana penyakit
tidak menular semakin meningkat sedangkan penyakit menular tetap menjadi perhatian
serius. Hal ini berpengaruh pada ruang lingkup epidemiologi, dimana terjadi perubahan
pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang disebut dengan transisi
WHO SEARO (2000), penyebab kematian penduduk di dunia 52% diakibatkan oleh
penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular dan
penyakit lainnya.
Salah satu penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit muskuloskeletal atau
penyakit yang menyerang tulang dan jaringan otot. Saat ini penyakit muskuloskeletal
seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade
tulang dan persendian. Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas
adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin pesatnya
kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai kendaraan,
2
jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan
maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma-
trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami
kecatatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur
kalangan usia lanjut, fraktur lebih sering terjadi karena lemahnya tulang karena suatu
penyakit yang disebut fraktur patologik. Hal ini bahkan menjadi masalah utama pada
jumlah patah tulang panggul karena osteoporosis meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta
pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari International
Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga
wanita dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko
Diperkirakan bahwa di Eropa 179.000 pria dan 611.000 wanita mengalami fraktur
panggul setiap tahunnya. Di negara Swiss pada tahun 2000, sebanyak 62.535 orang
dirawat di rumah sakit karena patah tulang diantaranya 57% perempuan dan 43% laki –
berusia di atas 50 tahun dan menyebabkan 687.000 patah tulang panggul setiap
tahunnya. Di Selandia Baru, pada tahun 2007 terdapat sekitar 84.000 kasus patah tulang
kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan dialami oleh 150.000 – 200.000 orang
3
setiap tahun di Inggris, diantara jumlah tersebut ditemukan sebanyak 60.000 kasus
fraktur panggul. Data Badan Kesehatan Amerika Serikat pada tahun 2001
memperkirakan terjadinya kasus patah tulang akibat osteoporosis adalah 1.5 juta kasus
pertahun dengan rincian 33% kasus patah tulang daerah belakang, 14% kasus patah
tulang daerah pergelangan tangan, 20% kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30%
dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda
tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775
orang(3.8%) dan 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang (8.5%) dari 14.127 trauma benda tajam tumpul, yang mengalami fraktur
Selain dari memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III,
berdasarkan pernyataan di atas kelompok tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul
Fraktur”.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
4
Setelah memahami makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan
Muskuloskeletal : Fraktur.
Muskuloskeletal : Fraktur.
5
BAB II
LANDASAN TERORITIS
A. Definisi
Menurut Masjoer A, 2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat
osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena
luasnya, frakturterjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Jadi, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, yang dapat disebabkan oleh
B. Etiologi
Menurut FKUI (2010), penyebab fraktur adalah trauma yang terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Trauma langsung; berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat
itu.
b. Trauma tidak langsung; bila mana titik tumpuh benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
6
C. Klasifikasi
Sumber : dokterbedahtulang.com
1. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang
besar.
2. Fraktur patologi
tulang.
3. Fraktur stres
7
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
Klasifikasi jenis fraktur dapat dilihat pada Gambar 2. Berbagai jenis fraktur
1. Fraktur terbuka
2. Fraktur tertutup
3. Fraktur kompresi
4. Fraktur stress
5. Fraktur avulasi
6. Greenstick Fracture (Fraktur lentuk atau salah satu tulang patah sedang disisi
lainnya membengkok)
7. Fraktur transversal
8. Fraktur komunitif
9. Fraktur Z
1. Fraktur tebuka
2. Fraktur tertutup
Bagian bagian tulang tiding keluar dan tetap bverada di bawah permukaan kulit.
2. Terdapat dislokasi
a. Latitudinem
b. Langitudinem
8
c. Kontraxione
d. Axim
e. Peripheriam
D. Anatomi Fisiologi
Sumber : www.changingshape.com
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% beratbadan, dan
sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi
kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalamtubuh manusia yang terbagi dalam
empat kategori: tulang panjang (missalfemur tulang kumat) tulang pendek (missal
tulang tarsalia), tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang
tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas
sel, matrik protein, deposit mineral. Sel – selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,
9
osteosit dan osteocklas. Osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan
mineral anorganik di timbun. Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam
pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang
berperan dalam panghancuran, resorpsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh
membran fibrus padat dinamakan periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan
limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus. Sumsum tulang merupakan
jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang dan dalam pipih. Sumsum
tulang merah yang terletak disternum, ilium, fertebra dan rusuk pada orang dewasa,
E. Patofisiologi
pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan
(osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium
dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk
menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang
melarutkantulang(Smelter&Bare,2001).
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma.
Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis
10
dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang
saling menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan
fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematoma dan
jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat
osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid
yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak
mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi
penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi
kalus tulang.
11
F. Pathway Fraktur
Etiologi
Kehilangan
Perubahan
integritas
fragmen tulang kerusakan pada jaringan
Frakturdan
terbuka
pembuluh
ujung darah
tulang menembus otot dan kulit
tulang
Gangguan
Hematoma pada daerah fraktur integritas kulit
Fragmen tulang yang patah menusuk organ sekitar
Gangguan fungsi
Defisit perawatan diri organ distal
12
G. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) antara lain:
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
2. Penekanan tulang.
b. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
e. Tenderness
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan
g. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan).
h. Pergerakan abnormal
j. Krepitasi
H. Penatalaksanaan Medis
Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan stabilitas ujung
patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur femur adalah menjaga paha
tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.
Adapun prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi :
a. Reduksi fraktur
13
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang gerak
normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi
dan traksi manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan
pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen
tulang atau langsung kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi
b. Imobilisasi Fraktur
dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant
logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna
Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil dan setelah
fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul betul
d. Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri yang timbul
dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock yang biasanya di kenal
14
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenik,
b. Early Complication
c. Late Complication
Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku sendi),
J. Pemeriksaan diagnostik
16
NO. Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.
trauma d.d klien tindakan keperawatan 08238)
mengeluh nyeri 1x24 jam tingkat nyeri Observasi
cukup menurun - Identifikasi lokasi
dengan kriteria hasil nyeri nyeri
(L.08066) - Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
cukup menurun - Identifikasi faktor
(4) yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi
(distraksi dengan
mengajak
berbicara,teknik
napas dalam)
Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
- Anjurkan klien
untuk patuh obat
yang diberikan
oleh dokter
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (I.
fisik b.d kerusakan tindakan keperawatan 05173)
integritas struktur 3x24 jam mobilitas Observasi
tulang d.d ROM fisik cukup meningkat - Identifikasi
menurun, mengeluh dengan kriteria hasil adanya nyeri
sulit menggerakkan (L.05042): - Identifikasi
ekstremitas 1. Pergerakan toleransi fisik
17 ekstremitas melakukan
cukup pergerakan
meningkat (4) Terapeutik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-
tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi,
konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan
ada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan
3. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang
B. Saran
Penyusun makalah ini sangat harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan
secara khusus bermanfaat bagi penulis sender dan teman-teman mahasiswa ilmu
tentunya penulis tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan oleh karena itu penulis
makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19