Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL

(FRAKTUR FEMUR)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Ns. Mega Lumingkewas, S.Kep,M.Kes

Kelompok 1 :

Gracelia Herlince Makagansa/19142010016

Marcella M.M Larunsedu/19142010021

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESI A

MANADO

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia

baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dalam pelaksanaannya tentu saja terdapat

berbagai tantangan atau masalah kesehatan yang perlu ditangani bersama.

Masalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini semakin kompleks dimana penyakit

tidak menular semakin meningkat sedangkan penyakit menular tetap menjadi perhatian

serius. Hal ini berpengaruh pada ruang lingkup epidemiologi, dimana terjadi perubahan

pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang disebut dengan transisi

epidemiologi seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Menurut data dari

WHO SEARO (2000), penyebab kematian penduduk di dunia 52% diakibatkan oleh

penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular dan

penyakit lainnya.

Salah satu penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit muskuloskeletal atau

penyakit yang menyerang tulang dan jaringan otot. Saat ini penyakit muskuloskeletal

telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di

seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade

tulang dan persendian. Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas

adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin pesatnya

kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai kendaraan,

2
jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan

maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma-

trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan

kerja dan cedera olah raga.

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta

orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami

kecatatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur

ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.

Walaupun penyebab terbanyak dari fraktur adalah peristiwa trauma, tetapi di

kalangan usia lanjut, fraktur lebih sering terjadi karena lemahnya tulang karena suatu

penyakit yang disebut fraktur patologik. Hal ini bahkan menjadi masalah utama pada

kelompok usia tersebut. WHO memperkirakan pada pertengahan abad mendatang,

jumlah patah tulang panggul karena osteoporosis meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta

pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari International

Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga

wanita dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko

mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.

Diperkirakan bahwa di Eropa 179.000 pria dan 611.000 wanita mengalami fraktur

panggul setiap tahunnya. Di negara Swiss pada tahun 2000, sebanyak 62.535 orang

dirawat di rumah sakit karena patah tulang diantaranya 57% perempuan dan 43% laki –

laki. Di negara Cina, penyakit osteoporosis mempengaruhi hampir 70 juta penduduk

berusia di atas 50 tahun dan menyebabkan 687.000 patah tulang panggul setiap

tahunnya. Di Selandia Baru, pada tahun 2007 terdapat sekitar 84.000 kasus patah tulang

karena osteoporosis dengan 60% kasus terjadi pada wanita.

Kejadian terjatuh dan fraktur pada manula merupakan persoalan penting

kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan dialami oleh 150.000 – 200.000 orang

3
setiap tahun di Inggris, diantara jumlah tersebut ditemukan sebanyak 60.000 kasus

fraktur panggul. Data Badan Kesehatan Amerika Serikat pada tahun 2001

memperkirakan terjadinya kasus patah tulang akibat osteoporosis adalah 1.5 juta kasus

pertahun dengan rincian 33% kasus patah tulang daerah belakang, 14% kasus patah

tulang daerah pergelangan tangan, 20% kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30%

patah tulang pada bagian tubuh lainnya.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang

disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda

tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775

orang(3.8%) dan 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak

1.770 orang (8.5%) dari 14.127 trauma benda tajam tumpul, yang mengalami fraktur

sebanyak 236 orang (1,7%).

Selain dari memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III,

berdasarkan pernyataan di atas kelompok tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal :

Fraktur”.

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Agar kelompok dan pembaca yaitu rekan mahasiswa Keperawatan mampu

menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan masalah utama Gangguan

Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.

b. Tujuan Khusus

4
Setelah memahami makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur, maka kelompok dan pembaca yaitu

rekan mahasiswa Keperawatan mampu:

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah utama

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.

2. Menganalisa data pasien dengan masalah utama Gangguan Sistem

Muskuloskeletal : Fraktur.

3. Merumuskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

masalah utama Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.

4. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan masalah utama Gangguan

Sistem Muskuloskeletal : Fraktur. dengan masalah utama Gangguan Sistem

Muskuloskeletal : Fraktur.

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah utama

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Fraktur.

5
BAB II

LANDASAN TERORITIS

A. Definisi

Menurut Masjoer A, 2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat

dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut

osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena

kecelakaan yang tidak terduga.

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan sesuaijenis dan

luasnya, frakturterjadi jika  tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsinya (Smelzter and Bare, 2002).

Menurut mansjoer, 2000 Frakturatau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari

trauma, beberapa fraktursekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang

menyebabkan frakturyang patologis(Mansjoer, 2001).

Jadi, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, yang dapat disebabkan oleh

trauma maupun penyakit atau patologis.

B. Etiologi

Menurut FKUI (2010), penyebab fraktur adalah trauma yang terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Trauma langsung; berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat

itu.

b. Trauma tidak langsung; bila mana titik tumpuh benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan.

6
C. Klasifikasi

Gambar 1.1 Klasifikasi fraktur

Sumber : dokterbedahtulang.com

Menurut Helmi (2012), klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi

berdasarkan penyebab, jenis, klinis dan radiologi.

a) Klasifikasi berdasarkan penyebaab

1. Fraktur traumatik

Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang

besar.

2. Fraktur patologi

Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelimnya akibat kelainan patologi didalam

tulang.

3. Fraktur stres

7
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

b) Klasifikasi berdasarkan jenis fraktur

Klasifikasi jenis fraktur dapat dilihat pada Gambar 2. Berbagai jenis fraktur

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fraktur terbuka

2. Fraktur tertutup

3. Fraktur kompresi

4. Fraktur stress

5. Fraktur avulasi

6. Greenstick Fracture (Fraktur lentuk atau salah satu tulang patah sedang disisi

lainnya membengkok)

7. Fraktur transversal

8. Fraktur komunitif

9. Fraktur Z

10. Fraktur oblique

11. Fraktur impaksi

c) Klasifikasi berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar.

1. Fraktur tebuka

Bagian bagian tulang keluar ke permukaan kulit dan menimbulkan perlukaan.

2. Fraktur tertutup

Bagian bagian tulang tiding keluar dan tetap bverada di bawah permukaan kulit.

d) Klasifikasi berdasarkan perubahan posisi tulang

1. Tidak Terdapat dislokasi

2. Terdapat dislokasi

a. Latitudinem

b. Langitudinem

8
c. Kontraxione

d. Axim

e. Peripheriam

f. Interposisi jaringan lunak

D. Anatomi Fisiologi

Gambar 1.2 Anatomy paha bagian depan

Sumber : www.changingshape.com

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% beratbadan, dan

otot menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baiknya fungsi systemmusculoskeletal

sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi

perlindungan terhadap organ vitaltermasuk otak,jantung dan paru.

Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk meyanggastruktur tubuh

otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerakmetrik. Tulang meyimpan

kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalamtubuh manusia yang terbagi dalam

empat kategori: tulang panjang (missalfemur tulang kumat) tulang pendek (missal

tulang tarsalia), tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang

tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas

sel, matrik protein, deposit mineral. Sel – selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,

9
osteosit dan osteocklas. Osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan

mensekresikan matriks tulang. Matrik merupakan kerangka dimana garam - garam

mineral anorganik di timbun. Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam

pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang

berperan dalam panghancuran, resorpsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh

membran fibrus padat dinamakan periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan

limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis yang menutupi rongga sumsum

tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus. Sumsum tulang merupakan

jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang dan dalam pipih. Sumsum

tulang merah yang terletak disternum, ilium, fertebra dan rusuk pada orang dewasa,

bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih.pembentukan

tulang.Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347)

E. Patofisiologi

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum,

pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan

dan kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla.

Pembuluh-pembuluh kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya, menyerap

hematoma tersebut, dan menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang

(osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium

dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk

menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang

melarutkantulang(Smelter&Bare,2001).

Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh

terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma.

Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis

10
dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang

saling menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan

fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematoma dan

jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat

osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid

yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak

mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi

penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi

kalus tulang.

11
F. Pathway Fraktur

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan
Perubahan
integritas
fragmen tulang kerusakan pada jaringan
Frakturdan
terbuka
pembuluh
ujung darah
tulang menembus otot dan kulit
tulang

etidakstabilan posisi fraktur, apabila organ fraktur digerakkan Luka


Perdarahan lokal

Gangguan
Hematoma pada daerah fraktur integritas kulit
Fragmen tulang yang patah menusuk organ sekitar

Aliran darah ke daerah distal berkurang atau terhambat


Kuman mudah masuk
Gangguan rasa nyaman nyeri
(warna jaringan pucat, nadi lemah, cianosis, kesemutan)
Resiko tinggi infeksi

Sindroma kompartemen keterbatasan aktifitas


Kerusakan neuromuskuler

Gangguan fungsi
Defisit perawatan diri organ distal

Gangguan mobilitas fisik

12
G. Manifestasi Klinik

Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) antara lain:

a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya

perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :

1. Rotasi pemendekan tulang

2. Penekanan tulang.

b. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang

berdekatan dengan fraktur

c. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur

e. Tenderness

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan).

h. Pergerakan abnormal

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

j. Krepitasi

H. Penatalaksanaan Medis

Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan stabilitas ujung

patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur femur adalah menjaga paha

tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.

Adapun prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi :

a. Reduksi fraktur

13
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang gerak

normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi

tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi

dan traksi manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan

pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,

kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang

sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen

tulang atau langsung kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi

dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.

b. Imobilisasi Fraktur

Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna

meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant

logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna

untuk mengimobilisasi fraktur.

c. Fisioterapi dan mobilisasi

Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil dan setelah

fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul betul

telah kembali normal.

d. Analgetik

Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri yang timbul

dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock yang biasanya di kenal

dengan shock analgetik.

14
I. Komplikasi

Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu :

a. Komplikasi segera (immediate)

Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenik,

kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.

b. Early Complication

Dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome compartemen

c. Late Complication

Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku sendi),

degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion).

J. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (1999) pemeriksaan diagnostik pada

pasien fraktur adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan sinar-X untuk membuktikan fraktur tulang.

b. Scan tulang untuk membuktikan adanya fraktur stress

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.1 Pengkajian
a. Identitas klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku, pendidikan, alamat, pekerjaan, dan jumlah anak
b. Keluhan Utama
Pengkajian ini dikaitkan dengan keluhan pasien yang utama, seperti nyeri hebat
pada bagian perut
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini merupakan perjalanan keluhan pasien sejak awal hingga ke rumah
sakit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
15
Pengkajian ini menjelaskan penyakit atau aktivitas apa yang pernah dialami
pasien.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian ini menjelaskan apa keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang
sama atau tidak.
f. Pemeriksaan Fisik
o Mengidentifikasi tipe fraktur
 Inspeksi lokasi fraktur
 Deformitas yang nampak jelas
 Edema
 Laserasi
 Perubahan warna kulit
 Kehilangan fungsi daerah cedera
o Palpasi
 Bengkak, adanya nyeri dan penyebarannya
 Nadi, suhu
g. Tes Diagnostik
Pemeriksaan ini didukung dengan pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen,
BoneScan, Arteriogram

1.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri Akut b.d trauma d.d klien mengeluh nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d ROM
menurun, mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
3. Hipovolemia b.d kehilangan darah aktif d.d TD menurun
1.3 Intervensi
Intervensi keperawatan menggunakan pedoman buku Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

16
NO. Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.
trauma d.d klien tindakan keperawatan 08238)
mengeluh nyeri 1x24 jam tingkat nyeri Observasi
cukup menurun - Identifikasi lokasi
dengan kriteria hasil nyeri nyeri
(L.08066) - Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
cukup menurun - Identifikasi faktor
(4) yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi
(distraksi dengan
mengajak
berbicara,teknik
napas dalam)
Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
- Anjurkan klien
untuk patuh obat
yang diberikan
oleh dokter
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (I.
fisik b.d kerusakan tindakan keperawatan 05173)
integritas struktur 3x24 jam mobilitas Observasi
tulang d.d ROM fisik cukup meningkat - Identifikasi
menurun, mengeluh dengan kriteria hasil adanya nyeri
sulit menggerakkan (L.05042): - Identifikasi
ekstremitas 1. Pergerakan toleransi fisik

17 ekstremitas melakukan
cukup pergerakan
meningkat (4) Terapeutik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada

tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-

tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose,

perencanaan, implementasi,

1. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada

konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan

ruangan perawatan pasien

2. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan semua yang

ada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan

waktu yang ada

3. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang

telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum teratasi.

B. Saran

Penyusun makalah ini sangat harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan

secara khusus bermanfaat bagi penulis sender dan teman-teman mahasiswa ilmu

keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia serta dalam penulisan makalah ini

tentunya penulis tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritikan dan saean yang dapat membantu kesempurnaan

makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tim pokja SDKI DPP PPNI,2016.Standar diagnose keperawatan


Indonesia.edisi1.jakarta selatan.Dewan Pengurus pusat.
Huda Amin,Kusuma Ardhi,2016 Asuhan keperawatan praktis jilid 1.
Jogjakarta,Mediaction Publishing.
Neli,rita ghea.(07.2016).Askep Kmb Fraktur.Di Kutip Pada 25 September 2019,Ddari
Academia.edu. https://www.academia.edu/15652828/ASKEP_FRAKTUR_KMB

19

Anda mungkin juga menyukai