Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan

dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang ilmu dan teknologi secara tidak

langsung dapat memberikan perubahan pada pola hidup masyarakat. Kenyataan

dalam pola hidup tersebut, misalnya masyarakat sekarang ingin sesuatu yang

serba praktis. Dengan perilaku manusia tersebut, maka akan menimbulkan suatu

masalah. Contohnya, mobilisasi manusia yang inginya serba cepat dapat

menimbulkan masalah yang cukup serius, karena jumlah kepadatan lalu lintas

semakin bertambah sehingga akan berakibat pada meningkatnya kecelakaan lalu

lintas.

Hal ini didukung dengan data WHO(World Health Organization) yang

menyebutkan bahwa 1/3 warga dunia pernah mengalami patah tulang dan insiden

terbesar terjadi pada remaja antara usia 14 tahun hingga 21 tahun. Faktor

utamanya adalah kecelakaan, sedangkan factor osteophorosis pada lansia

menjadi penyebab kedua sebesar 8, 1%. Kecelakaan merupakan suatu keadaan

yang tidak diinginkan yang terjadi secara mendadak dan dapat mengenai semua

umur.

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu prioritas penanggulangan

penyakit tidak menular berdasarkan Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2003.

Kecelakaan lalu lintas menempati urutan ke 9 pada DALY (Disability

Adjusted Life Year) dan diperkirakan akan menjadi peringkat ke-3 di tahun

2020, sedangkan di negara berkembang menempati urutan ke- 2. Dari data

1
penelitian retrospektif Sunarto Reksoprawiro tahun 2001-2005 pada penderita

yang dirawat di SMF Ilmu Bedah RSU DR. Soetomo, Surabaya menunjukan

bahwa penderita fraktur maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki usia

produktif, yaitu usia 21-30 tahun, sekitar 64,38%. Kejadian fraktur femur

menempati urutan terbanyak yaitu masing-masing sebesar 29,85%, disusul

fraktur zigoma 27,64% dan fraktur nasal 12,66%.3.

Menurut Helmi (2012) fraktur merupakan istilah dari hilangnya

konstinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian.

Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh

trauma dan tenaga fisik.Fraktur adalah patah tulang, biasanya di sebabakan

trauma atau tenaga fisik (Pendit 2006).

Di Indonesia sendiri, tingkat kecelakaan lalu lintas pada pengguna

sepeda motor ini sering terjadi, data yang diproleh dari rekam medik RSUD

Kota Padangsidimpuan tahun 2018 angka kasus yang disebabkan oleh

kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan cidera sebanyak 270 orang, dan 120

dari kasus tersebut adalah kasus fraktur.

Dampak yang mungkin terjadi pada kecelakaan terjadinya fraktur.

Penanganan dari fraktur ini bisa dengan teknik konservatif dan pembedahan.

Penanganan pembedahan akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada

pasien yang ditangani dengan tindakan ORIF ( open reduksi internal fiksasi)

dan pemasangan traksi. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau

potensial.

2
Dalam manajemen nyeri, banyak pasien dan anggota tim kesehatan

cenderung untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk

menghilangkan nyeri. Namun begitu, banyak aktivitas keperawatan

nonfarmakologis yang dapat membantu dalam menghilangkan nyeri. Metode

pereda nyeri nonfarmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat

merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut mungkin

diperlukan atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri Salah satu

penatalaksanaan untuk mengatasi masalah nyeri dan pembengkakan serta

mencegah atropi pada otot dapat dilakukan latihan isotonik.

Menurunkan rasa nyeri pada pasien fraktur yang dilakukan latihan

isotonik sesuai dengan teori gate control yang dikemukakan oleh . Teori gate

control yaitu suatu mekanisme gate (pintug erbang) dalam transmisi impuls

nyeri,mekanisme gate lokasinya bervariasi yang terdapat disusunan saraf

pusat. Ketika gate tertutup, maka transmisi impuls nyeri tertutup dan tidak

sampai pada pusat kesadaran dikorteks jika gate terbuka akan menimbulkan

nyeri. Transmisi impuls nyeri dapat melalui aktifitas serat saraf besar dan

kecil, proyeksi pada batang otak sistem retikular dan proyeksi dari kortek

serebal serta talamus dengan memberikan effleurage, rubbing, dan back

pressure dapat menghambat impuls nyeri melalui aktifitas serat besar dan

serat kecil yang kemudian menutup pintu gerbang terhadap rasa nyeri

(Amatiria, 2013)

3
Mengacu dari hasil penetilian yang dilakukan peneliti sebelumn oleh

Amatiria ( 2013 ) dengan judul Pengaruh Latihan Isotonik Dan Isometrik

Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pasien Fraktur Femur. Dari hasil

penelitiannya menyatakan bahwa nilai rata rata nyeri sebelum Latihan isotonik

dan isometrik adalah 6,70 dan nilai rata-rata nyeri sesudah Latihan isotonic

dan isometrik adalah 5,06. Hasil analisis lebih lanjut menunjukan ada

pengaruh latihan isotonik dan isometrik dengan nyeri pasien fraktur femur (p

value = 0,001). Berdasarkan apa yang telah di jelasakan di atas maka penulis

tertarik untuk membuat penetian tentang asuhan keperawatan pada klien

fraktur dengan latihan isotonik terhadap penurunan rasa nyeri.

1.2. Rumusan Masalah

Peneliti bermaksud melakukan asuhan keperawatan klien fraktur

dengan latihan isotonik terhadap penurunan rasa nyeri di RSUD Kota

Padangsidimpuan.

1.3. Tujuan penulisan

1.3.1. Tujuan umun

Diketuhinya pengaruh latihan isotonic terhadap penurunan rasa nyeri pada

klien fraktur.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan klien fraktur dengan

latihan isotonic terhadap penurunan rasa nyeri.

b. Penulis mampu menganalisa hasil latihan isotonic terhadap penurunan

rasa nyeri.

4
1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi klien dan keluarga

Dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan

pengetahuan mereka tentang manfaat latihan isotonik terhadap penurunan

rasa nyeri pada klien fraktur.

1.4.2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan jadi masukan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan di RSUD Kota Padangsidimpuan sebagai suatu terapi

non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien fraktur.

5
BAB II

LANDASAN TERORITIS

2.1. Definisi

Menurut Masjoer A, (2015) Fraktur atau sering disebut patah tulang

adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya

penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia

dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.

Frakturadalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan

sesuaijenis dan luasnya, frakturterjadi jika tulang dikenai stress yang lebih

besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelzter and Bare, 2012).

Menurut Mansjoer A, (2015)Fraktur atau patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh ruda paksa.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur

akibat dari trauma, beberapa fraktursekunder terhadap proses penyakit

seperti osteoporosis, yang menyebabkan frakturyang patologis(Mansjoer,

2012).

Jadi, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, yang dapat

disebabkan oleh trauma maupun penyakit atau patologis.

A. Etiologi

Menurut FKUI (2010), penyebab fraktur adalah trauma yang terbagi

menjadi dua, yaitu:

6
a. Trauma langsung; berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan

fraktur di tempat itu.

b. Trauma tidak langsung; bila mana titik tumpuh benturan dengan

terjadinya fraktur berjauhan.

B. Klasifikasi

Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur


Sumber : dokterbedahtulang.com

Menurut Helmi (2012), klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam

klasifikasi berdasarkan penyebab, jenis, klinis dan radiologi.

a. Klasifikasi berdasarkan penyebaab

1. Fraktur traumatik

Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan

kekuatan yang besar.

2. Fraktur patologi

Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelimnya akibat kelainan

patologi didalam tulang.

3. Fraktur stres

Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat

tertentu.

7
b. Klasifikasi berdasarkan jenis fraktur

Klasifikasi jenis fraktur dapat dilihat pada Gambar 2. Berbagai

jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fraktur terbuka

2. Fraktur tertutup

3. Fraktur kompresi

4. Fraktur stress

5. Fraktur avulasi

6. Greenstick Fracture (Fraktur lentuk atau salah satu tulang patah

sedang disisi lainnya membengkok)

7. Fraktur transversal

8. Fraktur komunitif

9. Fraktur impaksi

C. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.3 Anatomy paha bagian depan


Sumber : www.changingshape.com

8
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25%

beratbadan, dan otot menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baiknya fungsi

systemmusculoskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain.

Struktur tulang- tulang memberi perlindungan terhadap organ vitaltermasuk

otak,jantung dan paru.

Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk

meyanggastruktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh

bergerakmetrik. Tulang meyimpan kalsium, fosfor, magnesium, fluor.

Tulang dalamtubuh manusia yang terbagi dalam empat kategori: tulang

panjang (missalfemur tulang kumat) tulang pendek (missal tulang tarsalia),

tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang tersusun

oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun

atas sel, matrik protein, deposit mineral. Sel – selnya terdiri atas tiga jenis

dasar osteoblas, osteosit dan osteocklas. Osteoblas berfungi dalam

pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matrik

merupakan kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun.

Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang

dan tarletak ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam

panghancuran, resorpsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh

membran fibrus padat dinamakan periosteum mengandung saraf, pembuluh

darah dan limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis yang

menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang

kanselus. Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga

9
sumsum tulang panjang dan dalam pipih. Sumsum tulang merah yang

terletak disternum, ilium, fertebra dan rusuk pada orang dewasa,

bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih.pembentukan

tulang.Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2014)

D. Patofisiologi

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka

periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya

rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.

Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan

jaringan ikat tumbuh ke dalamnya, menyerap hematoma tersebut, dan

menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang

berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam

jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk

menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast

yaitu sel yang melarutkan tulang (Smelter & Bare, 2010).

Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang

disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase

ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium

pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini

yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini disebut

fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang

tersebut dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematoma dan jaringan fibrosis

ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik.

10
Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid

yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-

mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada

tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini

menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.

11
E. Manifestasi Klinik

Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)

antara lain:

a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :

1. Rotasi pemendekan tulang

2. Penekanan tulang.

b. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur

c. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur

e. Tenderness

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/

perdarahan).

h. Pergerakan abnormal

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

j. Krepitasi

12
F. Penatalaksanaan Medis

Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan

stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur

femur adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara

reduksi tertutup dan imobilisasi.

Adapun prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)

meliputi :

a. Reduksi fraktur

Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang

gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa

intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi

tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya

(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi

manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan

pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam

bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat

digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya

sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan

di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung

kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi

yang kuat bagi fragmen tulang.

13
b. Imobilisasi Fraktur

Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi

penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan

untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk

mengimobilisasi fraktur.

c. Fisioterapi dan mobilisasi

Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil

dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai

ekstremitas betul betul telah kembali normal.

d. Analgetik

Diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri

yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock

yang biasanya di kenal dengan shock analgetik.

G. Komplikasi

Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu :

a. Komplikasi segera (immediate)

Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok

neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan

kulit.

b. Early Complication

14
Dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome

compartemen

c. Late Complication

Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku

sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion).

H. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan sinar-X untuk membuktikan fraktur tulang.

b. Scan tulang untuk membuktikan adanya fraktur stress.

2.2. Proses Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara menyeluruh.

Pengkajian pasien pada pasien fraktur , yaitu:

1. Aktivitas atau istirahat tidur

Tanda : Keterbatasan gerak atau kehilangan fungsi motorik pda bagian

yang terkena (dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan atau

nyeri). Adanya kesulitan dalam istirahat – tidur akibat dari nyeri.

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vascular

perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan

trombus).

15
Tanda : Hipertensi ( kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri atau asientas) atau hipotensi ( hipovolemia ). Takikardia ( respon

stress hipovolemia ). Penurunan atau tak teraba nadi distal , pengisian

nkapiler lambat ( capillary refill) , kulit dan kuku pucat atau sianosis .

Pembengkakkan jaringtan atau massa hematoma pada sisi cedera

3. Neurosensori

Gejala: Hilang gerak atau sensasi , spasme otot . kebas atau kesemutan

( parestesi ).

Tanda: Deformitas local , angulasi abnormal , pemendekan , rotasi

krepitasi, spasme otot, kelemahan atau hilang fungsi . agitasi

berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.

4. Nyeri atau keamanan

Gejala: Nyeri berat tiba tiba saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada

area jaringan atau kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi ,

tak ada nyeri akibat kerusakan syaraf. Spasme atau kerang otot (

setelah imobilisasi )

5. Integritas ego

Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress

multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : Tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;

stimulasi simpatis.

16
6. Makanan / cairan

Gejala: Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;

membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode

puasa pra operasi).

7. Pernapasan

Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

8. Keamanan

Gejala : Alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;

Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan

penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat

keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat

penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat

mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.

Tanda : Munculnya proses infeksi yang melelahkan , demam.

9. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala: Pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,

kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,

dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer

dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang

mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial

bagi penarikan diri pasca operasi).

17
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien

yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien fraktur (Wilkinson,

2006) meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan

fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat

traksi/immobilisasi, stress, ansietas.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea,

kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan

gangguan pola tidur.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan

status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi

dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat

badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak

nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas,

dan penurunan kekuatan/tahanan.

5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang

terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

18
2.4. Latihan Kekuatan Otot (LKO)

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun

statis. (Kisner et al, 1996). Otot skeletal manusia dewasa secara keseluruhan

dapat menghasilkan kekuatan otot kurang lebih 22.000 Kg (Ganong, 2000).

Latihan Kekuatan Otot adalah latihan penguatan/pengencangan otot gluteal

dan kuadrisep yang dilakukan sebelum tindakan operasi dengan tujuan untuk

memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk berjalan (Smeltzer & Bare,

2009).

Range of Motion (ROM) adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan

aliran darah perifer dan mencegah kekakuan otot / sendi. Tujuannya adalah :

memperbaiki dan mencegah kekakuan otot, memelihara / meningkatkan

fleksibilitas sendi, memelihara / meningkatkan pertumbuhan tulang dan mencegah

kontraktur. Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk meningkatkan

kekuatan otot dan ketahanan otot (endurance) sehingga memperlancar aliran

darah serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses

penyembuhan. Ada beberapa jenis Latihan Gerak Sendi (LGS/ROM)

(Waher,Salmond & Pellino, 2002) diantaranya :

a) Aktif Asistif Range of Motion (AAROM) adalah kontraksi aktif dari otot dengan

bantuan kekuatan ekternal seperti terapis, alat mekanik atau ekstremitas yang

tidak sakit.AAROM meningkatkan fleksibilitas,kekuatan otot, meningkatkan

koordinasi otot dan mengurangi ketegangan pada otot sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri.

19
b) Aktif Resistif ROM (ARROM) kontraksi aktif dari otot melawan tahanan yang

diberikan, tahanan dari otot dapat diberikan dengan berat/beban, alat, tahanan

manual atau berat badan.Tujuannya meningkatkan kekuatan otot dan stabilitas.

c) Isometrik Exercise adalah kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan

persendian atau fungsi pergerakan. Isometrik exercise digunakan jika ROM

persendian dibatasi karena injuri atau immobilisasi seperti penggunaan

cast/Gips dan Brace. Contoh isometric exercise adalah 22 uadriceps set, gluteal

set.

d) Isotonik Exercise (Aktif ROM dan Pasif ROM) adalah kontraksi terjadi jika otot

dan yang lainnya memendek (konsentrik) atau memanjang (ensentrik) melawan

tahanan tertentu atau hasil dari pergerakan sendi.contoh isotonic exercise fleksi

atau ekstensi ekstremitas,Isotonik exercise tetap menyebabkan ketegangan

pada otot yang menimbulkan rasa nyeri pada otot.

e) Isokinetik Exercise.adalah latihan dengan kecepatan dinamis dan adanya

tahanan pada otot serta persendian dengan bantuan alat.isokinetik

menggunakan consentrik dan ensentrik kontraksi.Contoh alat yang digunakan

seperti Biodex,Cybex II dan mesin Kin-Com.

1. Latihan Isometrik ( pengesetan otot) : Kontraksi otot akan mempertahankan

massa otot dan memperkuat serta mencegah atropi otot (Smeltzer & Bare,

2009), adapun latihan pengesetan otot (kekuatan otot) diantaranya :

a) Latihan pengesetan Gluteal (Gluteal set) caranya : a. Posisikan pasien

telentang dengan tungkai lurus bila mungkin. b. Instruksikan pasien untuk

mengkontrasikan otot bokong dan perut. c. Minta pasien untuk menahan

20
kontraksi selama 5 – 10 detik. d. Biarkan pasien rileks. e. Ulangi latihan ini,

10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.

b) Latihan pengesetan Quadriseps caranya : Posisi pasien dengan kondisi

telentang dengan tungkai lurus, Instruksikan pasien untuk menekan lutut ke

tempat tidur, dengan mengkontraksikan bagian otot anterior paha. Suruh

pasien mempertahankan posisi ini selama 5 – 10 detik. Biarkan pasien

rileks. Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.

c) Latihan Ankle Pump caranya : Posisi pasien dengan kondisi telentang

dengan tungkai lurus. Instruksikan pasien untuk melakukan fleksi dan

ekstensi pergelangan kaki dan kontraksi otot – otot betis (latihan

pemompaan betis). Suruh pasien mempertahankan posisi ini selama 5 – 10

detik. Biarkan pasien rileks. Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika

pasien terjaga.

2. manfaat Latihan Isometrik

a) Relaksasi dari kontraksi otot, tendon dan fascia

b) Menurunkan kekakuan pada otot dan sendi

c) Meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot (endurance)

d) Meningkatkan ambulasi dan fleksibilitas sendi

e) Meningkatkan aliran darah, koordinasi dan fungsi keseimbangan f. Dapat

digunakan pada ekstremitas yang cedera karena fraktur, dengan melatih

kekuatan otot ekstremitas yang cedera, tanpa menggerakkan sendi, yang akan

mempengaruhi kondisi fraktur.

3. Latihan Isontonik /Latihan Range of Motion (ROM) Cara melakukan Aktif ROM

(Black, 2005)

21
a) Gerakan Kepala dan Leher : fleksi, lateral fleksi, ekstensi,hiperekstensi, rotasi.

b) Gerakan Bahu, sendi siku dan pergelangan tangan Bahu; fleksi, hiperekstensi,

abduksi, adduksi, sirkumduksi, internal rotasi, elevasi. Siku; fleksi, ekstensi,

pronasi, supinasi. Pergelangan tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,

adduksi. Tangan dan jari tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,

adduksi.

c) Gerakan tungkai bawah (sendi pinggul, lutut dan kaki) Sendi pinggul (hip) ; fleksi,

ekstensi, hiperekstensi, abduksi, sirkumduksi, internal dan eksternal rotasi.

Sendi lutut (knee) dan sendi kaki (ankle); fleksi, ekstensi, hiperekstensi. Jari kaki;

fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi.

Kata ‘isotonik’ berarti ketegangan atau bobot yang sama. Dalam

kontraksi ini, ketegangan berkembang secara konstan seiring dengan

perubahan panjang otot. Ini melibatkan pemendekan otot dan kontraksi aktif

dan relaksasi otot-otot dan terjadi saat gerakan seperti berjalan, berlari,

melompat-lompat dll.( fikri, 2016)

Latihan isotonik yang merupakan jenis latihan dinamis dengan kontraksi

otot yang menggunakan beban konstan dan terjadi perubahan panjang otot

pada lingkup gerak sendi. Terapi latihan yang digunakan untuk mengurangi

nyeri dan mempertahankan kekuatan otot dan luas gerak sendi yakni dengan

latihan isometrik. Latihan isometrik mungkin yang paling tepat dan mudah

dipahami oleh pasien serta aman dilakukan di rumah karena tidak

memerlukan atau peralatan minimal. Selanjutnya, latihan isometrik tidak

menyebabkan intraartikular peradangan, tekanan, dan kerusakan tulang

(Anwer dan Alghadir, 2014).

22
Kontraksi isotonik dapat dibagi lagi menjadi dua kategori sebagai

konsentrik dan eksentrik. Dalam kontraksi konsentris, otot lebih pendek

sedangkan, dalam kontraksi eksentrik, otot memanjang selama kontraksi.

Kontraksi otot eksentrik adalah penting karena dapat mencegah perubahan

panjang yang cepat yang dapat merusak jaringan otot dan menyerap

guncangan.

Ketika otot bekerja dengan kontraksi secara isotonik maka bagian

tubuh dimana otot melekat akan bergerak. Kontraksi isotonik memiliki 2 tipe

yaitu:

1. Kontraksi isotonik memendek

Ketika suatu otot berkontraksi dan kedua titik perlekatan otot tersebut

saling mendekat satu sama lain, maka kontraksi tersebut dikenal

sebagai kontraksi isotonik memendek. Sebagai contoh, ketika lengan

diangkat ke samping dan abduktor should berkontraksi dengan isotonik

memendek.

2. Kontraksi isotonik memanjang

Ketika perlekatan suatu otot bergerak secara perlahan menjauhi satu

sama lainnya dari titik perlekatannya dan otot tersebut menghasilkan

gerakan dalam pola yang terkontrol, maka aksi otot tersebut disebut

dengan kontraksi isotonik memanjang. Sebagai contoh, ketika tubuh

dalam posisi berdiri tegak dan lengan diturunkan dari abduksi ke

adduksi maka abduktor shoulder akan mengontrol gerakan tersebut dan

bekerja secara isotonik memanjang.

23
Kontraksi isotonik memendek dapat terjadi dalam berbagai

keadaan,yaitu kapan pun gerakan yang terjadi sering titik perlekatan otot

saling mendekat dimana kerja otot akan berkontraksi secara isotonik

memendek. Bagaimanapun juga, kontraksi isotonik memanjang hanya dapat

terjadi jika ada gaya eksternal yang teraplikasikan pada komponen yang

bergerak dan bagian tubuh tersebut akan bergerak secara perlahan sehingga

titik perlekatan otot saling menjauh.

Dalam latihan isotonik tampak anggota tubuh yang bergerak.

Kontraksi isotonik meliputi dua macam bentuk, yaitu kontraksi konsetrik

yaitu otot memendek dan kontraksi eksentrik yaitu otot memanjang.

Kontraksi konsentrik adalah tipe kontraksi otot yang lebih umum. Latihan

isotonik biasanya dilakukan dengan memakai beban, baik dengan beban

tubuh sendiri maupun beban dari luar, seperti lempengan besi, katrol, atau

mesin latihan.

24
2.5. Rencana Asuhan keperawatan

NO Dx Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut b.d agen  Pain level - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
injuri fisik, spasme otot,  Pain control termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
gerakan fragmen tulang  Comfort level frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
edema, cedera jaringan Kriteria hasil : - Observasi reaksi nonverbal dari
lunak pemasangan - Pasien mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
traksi. - Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan komunikasi terapeutik untuk
berkurang dengan menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien
manajemen nyeri - Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi  Circulation status - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
jaringan perifer b.d  Tissue perfucion: cerebral peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
suplai darah jaringan Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan status - Batasi gerakan pada kepala, leher dan
sirkulasi yang di tandai dengan punggung
:
 Tekanan systole dan diastole

25
dalam rentang yang di harapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang di
tandai dengan :
 Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukan perhatian,
konsentrasi, dan orientasi.
- Menunjukan fungsi sensori
motori cranial yang utuh:
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter

26
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tangggal masuk : 23 agustus 2019

Tanggal pengkajian : 24 Agustus 2019

No. MR : 497541

Ruang : Ruang Rawat Bedah

Diagnoda medik : CLOSE FRAKTUR TIBIA SINISTRA

3.1. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Nama : Ny.S

Umur : 34 Tahun

Agama : islam

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Hutarimbaru, padangsidimpuan

Penanggung Jawab :

Nama : Tn. E

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Hub.dgn klien : Suami

2. Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri.

3. Riwayat kesehatan

27
a. Riwayat kesehatan sekarang

Klien dibawa ke IGD pada tanggal 23-08-2019 diantar oleh

keluarga dengan keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa

digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda motor.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24-08-2019 klien

tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki

yang patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah

dengan skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut

digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak

mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit keturunan ataupun menular lainnya.

4. Data psikologis

Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat

sembuh.

5. Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya

yang lain selalu menunggu nya.

6. Data spiritual

28
Klien beragama kristen protestan,klien dan keluarga selalu berdo'a

supaya cepat senbuh.

7. Kebiasaan sehari-hari

No. Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit

Nutrisi
a.Makanan
3x sehari
1  frekuensi
Nasi,lauk 3x sehari
 jenis makanan
pauk,sayur Nasi, lauk-pauk,
sayur
b.Minuman
6-7 gelas /hari
 frekuensi
Air putih 6-7 gelas/hari
 jenis minuman
1x/hari Air putih
Eliminasi
Lembek 1x/hari
a.BAB
Kuning Lembek
2  frekuensi
4-5x/hari Kuning
 konsistensi
 warna
Jernih Terpasang kateter
b.BAK
kekuningan Jernih kekuningan
 frekuensi
Khas Khas
 warna
+ 1300 cc/hari +1300cc/hari
 bau
 jumlah
6-7 jam/hari
Tidak ada 6-7 jam/hari
3 Istirahat tidur
2x/hari Tidak ada
 lama tidur
2x/hari Dilap 1x/hari
 gangguan
1x/hari
tidur
Klien selalu dibantu
4. Personal hygiene
oleh keluarga dan
 mandi
Klien bisa perawat dalam
 gosok gigi
melakukan melakukan aktivitas
5.
aktivitas
Aktivitas
Secara mandiri

29
8. Pemeriksaan fisik

 keadaan umum :lemah

 kesadaran : compos mentis

 Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg P : 18x/Menit

N : 81x/Menit S : 36,5'c

1.Kepala

 inspeksi :simetris,distribusi rambut merata

 palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata
 inspeksi :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an
ikterik
 palpasi :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

 inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping

hidung

 palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

 inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran

 Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

 inspeksi :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis

 Palpasi :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

 inspeksi :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis

30
 Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

 inspeksi :simetris,pergerakan dinding dada baik

 palpasi :tidak ada nyeri tekan

 auskultasi :bunyi nafas vesikuler

 perkusi :bunyi rensonan

8.Abdomen

 inspeksi :simetris,tidak ada bekas operasi

 auskultasi :bunyi bising usus (+)

 perkusi :bunyi timpani

 palpasi :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

 atas :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik

 bawah :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak

bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

 inspeksi :simetris,terpasang kateter

 palpasi :tidak ada nyeri tekan

9. THERAPY

1. cairan RL 20 tts/menit 5. pronalges supp

2. citicholine 3x1 (IV) 6. dexamethason 2x1 amp (IV)

3. keterolac 3x1 (IV) 7. rannitidin 2x1 amp (IV)

4. taxef 2x1 gr (14/st)

31
A. ANALISA DATA

No Data Senjang Interprestasi Data Masalah


1 DS : Fraktur Nyeri akut

 Klien mengatakan
nyeri pada betis
sebelah kiri kerena Diskontinuitas tulang
patah

DO :
Pergeseran fragmen
 KLien tampak lemah tulang
 Skala nyeri 4
 Tampak edema pada
bagian fraktur
 Nyeri bertambah jika Nyeri
pada bagian yang
fraktur di gerakkan

2 DS : Hambatan
 Klien dalam aktivitas Fraktur mobilitas fisik
selama di Rumah Sakit
makan atau minum, Diskontinuitas tulang
mandi, berpakaian dan
ambulasi ROM di bantu Perubahan jaringan
oleh orang lain. sekitar
Sedangkan toileting,
mobilitas di tempat tidur Pergeseran fragmen
dan berpindah di bantu tulang
orang lain dan ala
DO :
 Klien tampak lemah,
kebutuhan ADL dibantu Depormitas
oleh keluarga, klien
bedrest total, terpasang
infus NaCl 0,9% di Gangguan fungsi
tangan kanan, kekuatan
otot ekstremitas bawah Gangguan mobilitas
5/2, hasil rontgen fisik
radiologi menunjukkan
fraktur di os femur ⅓
tengah kiri, terpasang
bidai di kaki kiri

32
3 DS: Keterbatasan kognitif Defisiensi
 pasien mengatakan pengetahuan
belum mengtahui
tentang program
rehabilitasi pada
pasien dengan
fraktur
 pasien mengatakan
takut untuk
melakukan
pergerakan pada
kaki yang sudah
dioperasi, pasien
mengatakan takut
mengalami patah
lagi bila kaki
digunakan bergerak
DO:
 pasien tampak takut
ketika dilakukan
latihan pergerakan
ROM aktif
 pasien masih tampak
bingung ketika
dijelaskan tentang
program latihan
ROM,
 pasien ragu dalam
melakukan
pergerakan sendi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada

tulang / fraktur

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif :

program rehabilitasi aktivitas/ latihan Range Of Motion (ROM) aktif.

33
C. INTERVENSI

Diagnosa KRITERIA HASIL INTERVENSI


Keperawatan
Dx 1 Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji skala nyeri secara

keperawatan selama 3 x 24 jam pada komprehensif

di harapkan nyeri akut dapat 2.Beri kesempatan

berkurang dengan kriteria hasil: istirahat dan tidur yang

1.Klien tidak merasakan nyeri adekuat.

2.Skala nyeri turun dari 4 ke 0 3.Ajarkan penggunaan

3.Klien tampak rileks teknik nonfarmakologi

(tarik nafas dalam)

4.Beri informasi pada

keluarga dalam memberi

dukungan klien saat

nyeri muncul

5.Kolaborasi pemberian

analgetik pereda nyeri

(Metamizole 1g/8jam)

Dx 2 Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji kemampuan

keperawatan 3 x 24 jam di harapkan mobilisasi

mobilisasi pada klien meningkat 2.Latih dalam

dengan kriteria hasil : pemenuhan ADL secara

1.Adanya keseimbangan tubuh mandiri sesuai

2.Klien mampu dan mengerti tujuan kemampuan

34
dari peningkatan mobilisasi 3.Ajarkan merubah

3.Klien mampu melakukan posisi yang aman

peningkatan kemampuan berpindah 4.Beritahu keluarga

4.Kekuatan otot dapat meningkat dalam melakukan teknik

menjadi 3 berpindah yang aman

5.Konsultasi dengan

fisioterapi

D. IMPLEMENTASI

Diagn Sabtu 25 agustus 2019 Minggu, 26 agustus Senin, 27 Agustus


osa 2019 2019
keper
awata
n
1 11. Mengkaji nyeri 09.0 Berkolaborasi 10.0 Mengkaji nyeri
S: 0 dalam pemberian 0 S:
00 P:Klien obat sesuai P:Klien
mengatakan nyeri indikasi mengatakan
saat paha kiri -Inj.Cefazolin nyeri saat
mengalami 1g/8jam paha kiri
pergerakan -Inj.Fenitoin mengalami
Q:Klien 100mg/8jam pergerakan
mengatakan nyeri -Inj.Ranitidin Q:Klien
seperti tertusuk- 50mg/12jam mengatakan
tusuk -Inj.Metamizole nyeri seperti
R:Klien 1g/8jam tertusuk-
mengatakan nyeri S: tusuk
di bagian paha kiri Klien R:Klien
S:Klien mengatakan mengatakan
menunjukkan bersedia nyeri di
nyeri dengan menerima obat bagian paha
skala 4 melalui infus kiri
T:Klien O: S:Klien
mengatakan nyeri Klien tampak menunjukkan
hilang timbul, saat menahan nyeri nyeri dengan

35
nyeri muncul saat Metamizole skala 3
sekitar 10menit. dimasukkanMem T:Klien
O: beri informasi mengatakan
Klien tampak pada keluarga nyeri hilang
meringis untuk timbul, saat
kesakitan dan mendampingi nyeri muncul
memegangi klien sekitar
daerah paha kiri S:Keluarga klien 5menit.
saat nyeri muncul. mengatakan O:
Hasil tanda-tanda selalu Klien tampak
vital: TD : 140/90 mendampingi meringis
mmHg, Nadi : klien saat sakit kesakitan dan
82x/menit, irama seperti ini memegangi
cepat, kekuatan O:Keluarga daerah paha
atau isi kuatRR : tampak selalu kiri saat nyeri
21x/menit, irama mendampingi muncul. Hasil
normalSuhu : klien saat klien di tanda-tanda
37.10C.Klien rawat vital: TD :
terpasang Mengkaji nyeri 120/80 mmHg,
bidaipada kaki kiri, 10.0 P:Klien Nadi :
terpasang NaCl 0 mengatakan 80x/menit,
0,9%di tangan nyeri saat paha irama cepat,
kanan kiri mengalami kekuatan atau
pergerakan isi kuatRR :
Mengajarkan Q:Klien 20x/menit,
11.
Relaksasi nafas mengatakan irama
dalam nyeri seperti normalSuhu :
30 S: tertusuk-tusuk 36.80C.Klien
Klien mengatakan R:Klien terpasang
dapat melakukan mengatakan bidaipada kaki
teknik relaksasi nyeri di bagian kiri, terpasang
nafas dalam dan paha kiri infus NaCl
akan mengulangi S:Klien 0,9%di tangan
saat nyeri muncul menunjukkan kananMemberi
O: nyeri dengan kesempatan
Klien tampak skala 4 istirahat dan
melakukan teknik T:Klien tidur
relaksasi dengan mengatakan S:
baik dan tampak nyeri hilang Klien
nyaman timbul, saat mengatakan
nyeri muncul mengantuk
sekitar O:
10menit. Klien tampak
O: tidur dengan
Klien tampak nyaman
meringis
kesakitan dan
memegangi
daerah paha kiri
saat nyeri
muncul. Hasil
tanda-tanda vital:
TD:120/90

36
mmHg,
Nadi:80x/menit,
irama cepat,
kekuatan atau isi
kuatRR:
19x/menit, irama
normalSuhu :
36.70C.Klien
terpasang
bidaipada kaki
kiri, terpasang
infus NaCl
0,9%di tangan
kanan

Mengajarkan Memberitahu
Mengkaji merubah posisi keluarga dalam
2. kemampuan yang aman melakukan
mobilisasi S: teknik
09. S: Klien berpindah yang
Klien mengatakan mengatakan aman
00 tidak dapat dapat miring ke S:
melakukan kanan secara Keluarga
pergerakan pada perlahan mengatakan
paha kiri O: saat klien ingin
O: Klien tampak mengatur posisi
Klien tampak sedang di bantu
bedrest total, klien berpindah posisi dengan pelan-
memegangi daerah dengan hati-hati, pelan
paha kiri, terpasang kekuatan otot O:
bidai di kaki kiri dan ekstremitas Keluarga
infus NaCl 0,9% di bawah tampak selalu
tangan kanan 5/2Konsultasi sabar
Melatih kemampuan fisioterapi mendampingi
dalam pemenuhan S: dan membantu
ADLS: Klien Klien klien
mengatakan dapat mengatakan
melakukan nyeri muncul
pemindahan posisi saat bergerak
miring di bantu O:
keluarga klien tampak
O: memegangi paha
Klien tampak kiri
berhati-hati dan
menahan nyeri saat
berpindah posisi,
kekuatan otot
ekstremitas

37
E. EVALUASI

Dx Evaluasi

1 S: S: S:
P:Klien mengatakn nyeri P:Klien mengatakan P:Klien
saat paha kirimengalami nyeri saat paha kiri mengatakan nyeri
pergerakanQ:Klien mengalami saat paha kiri
mengatakan nyerti pergerakan Q:Klien mengalami
terasa tertusuk- mengatakan nyeri pergerakanQ:Klien
tusukR:Klien seperti tertusuk- mengatakan nyeri
mengatakan nyeri tusukR:Klien seperti tertusuk-
dibagian paha mengatakan nyeri di tusukR:Klien
kiriS:Klien menunjukkan bagian paha mengatakan nyeri
nyeri skala 4T: Klien kiriS:Klien di bagian paha
mengatakan nyeri menunjukkan nyeri kiriS:Klien
hilang timbul, saat nyeri dengan skala menunjukkan
mucul sekitar 15 menit. 4T:Klien mengatakan nyeri dengan
O: nyeri hilang timbul, skala 3T:Klien
Klien tampak meringis saat nyeri muncul mengatakan nyeri
kesakitan dan memegangi sekitar 10 menit. hilang timbul, saat
daerah paha kirisaat nyeri O: nyeri muncul
muncul. Tanda –tanda Klien tampak sekitar 5menit.
vital:TD: 140/90 mmHg, meringis kesakitan O:
Nadi: 82x/menit, irama dan memegangi Klien tampak
cepat, kekuatan atau isi daerah paha kiri saat meringis kesakitan
kuatRR: 21x/menit, irama nyeri muncul. Hasil dan memegangi
normal Suhu: 37,10C tanda-tanda vital: daerah paha kiri
Klien terpasang bidai di TD:130/90 mmHg, saat nyeri muncul.
kaki kiridengan cairan Nadi:80x/menit, irama Hasil tanda-tanda
infus NaCl 0,9%di tangan cepat, kekuatan atau vital: TD : 120/80
kanan isi kuatRR: 20x/menit, mmHg, Nadi:
A: masalah belum teratasi irama normalSuhu : 80x/menit, irama
P: lanjutkan intervensi 36.70C.Klien cepat, kekuatan
terpasang bidaipada atau isi kuatRR :
kaki kiri, terpasang 20x/menit, irama
infus NaCl 0,9%di normalSuhu :
tangan kanan 36.80C.Klien
A: masalah teratasi terpasang
sebagian bidaipada kaki kiri,
P: lanjutkan intervensi terpasang NaCl
0,9%di tangan
kanan
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi

2 S: S: S:
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan Klien mengatakan
dapat melakukan dapat mengatur posisi dapat mengatur

38
pergerakan terutama miring kekanan posisi secara
pada paha kiri O: mandiri dengan
O: Klien tampak bedrest Klien tampak berpindah perlahan
total, klien memegangi dengan hati-hati O:
daerah paha kiri yang dibantu oleh keluarga, Klien tampak
nyeri, terpasang bidai di terpasang bidai di kaki melakukan posisi
kaki kiri,terpasang infus kiri,terpasang infus secara perlahan
NaCl 0,9% di tangan NaCl 0,9% di tangan dan hati-
kanan,kekuatan otot 5/2, kanan, kekuatan otot hati,terpasang bidai
hasil rontgen radiologi ekstremitas bawah 5/2, di kaki
yaitu fraktur di os femur ⅓ hasil rontgen radiologi kiri,terpasang infus
tengah kiri yaitu fraktur di os femur NaCl 0,9% di
A: masalah belum teratasi ⅓ tengah kiri tangan kanan,
P: lanjutkan intervensi A: masalah teratasi kekuatan otot
sebagian ekstremitas bawah
P: lanjutkan intervensi 5/2, hasil rontgen
radiologi yaitu
fraktur di os femur
⅓ tengah kiri
A: masalah
teratasisebagian
P:Lanjutkan
intervensi

39

Anda mungkin juga menyukai