Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S DENGAN FFRAKTUR FEMUR,
DI RUANG SADEWA 1 RSUD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

DISUSUN OLEH
LAILA QOTHRUNNADA
P1337420619042

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN NERS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian (Helmi, 2012). Fraktur didefinisikan sebagai
patahan yang terjadi pada kontinuitas tulang (Apley & Solomon, 1995). Fraktur juga
melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya karena tulang
bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan,
tetapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang berakibat pada rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Smeltzer dan Bare. 2002).
Insiden fraktur femur di Indonesia merupakan yang paling sering yaitu
sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%),
dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang
biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi
(62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%). 4,5% puncak
distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15-34 tahun) dan orang
tua (diatas 70 tahun) (Risnah etal., 2019)
Fraktur dibagi 2 yaitu fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah
fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar
melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit,
karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat
berpotensi menjadi infeksi (Asrizal, 2014; Rahmawatiet al., 2018). Fraktur dapat
menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan juga kecacatan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang baik (Padila, 2012). Komplikasi yang timbul
akibat fraktur antara lain perdarahan, cedera organ dalam, infeksi luka, emboli
lemak dan sindroma pernafasan. Fraktur pada ekstremitas atas dan bawah dapat
menyebabkan perubahan pada pemenuhan aktivitas. Perubahan yang timbul
diantaranya adalah terbatasnya aktivitas, karena rasa nyeri akibat tergeseknya
saraf motorik dan sensorik, pada luka fraktur (Smeltzer & Bare, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Penelitian ini Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami fraktur femur sinistra di Ruang Sadewa 1 RSUD KRMT
Wongsonegoro.
2. Tujuan khusus
Secara lebih khusus penelitian pada pasien fraktur femur sinistra di Ruang Sadewa
1 RSUD KRMT Wongsonegoro., bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada pasien fraktur femur sinistra.
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada pasien
fraktur femur sinistra
c. Mengidentifikasi intervensi yang direncanakan pada asuhan keperawatan
pasien fraktur femur sinistra.
d. Mengidentifikasi implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan
pasien fraktur femur sinistra.
e. Mengidentifikasi hasil evaluasi pada asuhan keperawatan pasien fraktur
femur sinistra.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau
mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya asuhan
keperawatan pada pasien fraktur femur sinistra.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data bagi
peneliti berikutnya khususnya yang terkait dengan asuhan keperawatan
pada pasien fraktur femur sinistra.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pedoman untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur
femur sinistra.
b. Bagi management diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bagan
bagi kepala ruangan dalam melakukan monitoring atau suvervisi tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur sinistra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian (Helmi, 2012).
2. Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang yang menyebabkan
suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan.
Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan
hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan
tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai
fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang
yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan
menjadi:
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan:
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
3. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur menurut Black dan Hawks (2014) antara lain :
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya
retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka
tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada
ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen
fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang
kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun bagian
proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat
bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar.
Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut),
atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang
yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi cedera
jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada
tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara
fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi
fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan
terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan
leukosit. Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan tulang
4. Klasifikasi
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
1) Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak keluar melalui kulit.
2) Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat
berpotensi menjadi infeksi. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur
terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada
jaringan lunak, saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka
dengan derajat 3 harus sedera ditangani karena resiko infeksi.
3) Fraktur kompleksitas Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada
bagian ekstermitas terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi
dislokasi.
Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain:
1) Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Fraktur ini , segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direkduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen
ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.
2) Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua
fragmen tulang.
3) Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap
tulang.
4) Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis
ini biasanya sulit ditangani.
5) Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang yang berada diantara vertebra.
6) Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas. Fraktur ini menimbulkan
sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi
5. Pemeriksaan
a. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
b. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur
lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai
respon terhadap peradangan.
6. Penatalaksanaan
a. Reduksi
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis
tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka.
Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk
menarik fraktur kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan
kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan,
maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan
menggunakan alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi sampai
penyembuhan tulang menjadi solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain
pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam fraktur
melalui pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Pembedahan
terbuka ini akan mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah
dapat tersambung kembali.
b. Retensi Imobilisasi fraktur
bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan
yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan
untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Rehabilitasi Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah
pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan. Menurut
Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga kategori
yaitu :
1) Gerakan pasif bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan
rentang gerak sendi dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur
jaringan lunak serta mencegah strain berlebihan pada otot yang
diperbaiki post bedah.
2) Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang sehat,
katrol atau tongkat
3) Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot.
Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6
minggu setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami
gangguan ekstremitas atas.
B. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan agama, diagnosa masuk,
pendidikan dan pekerjaan,
b. Keluhan utama
Pada kondisi fraktur femur pasien mengeluh nyeri
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan kurang dari 3 bulan
d. Riwayat kesehatan dahulu
Ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama
tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker
tulang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (Padila, 2012).
e. Riwayat keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik (Padila, 2012).
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema,
dan cedera jaringan, alat traksi atau imobilisasi, stress, ansietas.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan atau keletihan,
ketidakadekuatan oksigen, ansietas, dan gangguan pola tidur.
3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan tekanan, perubahan
status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan dengan
terdapat luka atau ulserasi, kelemahan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan
nekrosis.
4) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan saat
menjalani pengobatan seperti operasi.
C. Perencanaan
Tujuan perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan klien. Kriteria
proses perawatan membuat rencana tindakan asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan meliputi perencanaan terdiri atas prioritas,
tujuan dan rencana tindakan keperawatan, bekerjasama dengan klien dalam
menyusun rencana tindakan keperawatan, perencanaan bersifat individual sesuai
dengan kondisi atau kebutuhan klien, mendokumentasikan rencana keperawatan
(Nursalam, 2007).
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien (Judha & Nazwar, 2011).
E. Evaluasi
Pada hasil akhir pengelolaan pada pasien dengan Ulkus Diabetik
diharapkan ditemukan hasil: penyembuhan luka pasien membaik, integritas
kulit dan jaringan membaik, resiko infeksi menurun, pasien tidak melaporkan
atau menunjukkan ketidaknyamanan, nyeri pasien menurun, tingkat keletihan
menurun, tingkat cedera menurun.
BAB III
LAPORAN PUSTAKA

A. Biodata Klien
a. Data Demografi
1. Klien / Pasien
1) Nama : Tn. S
2) Usia : 60 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Kec Candisari, Cinde selatan
5) Pendidikan :-
6) Pekerjaan : Tukang bangunan
7) Agama : Islam
8) Suku : Jawa
9) Tanggal Masuk : 23 Oktober 2021
10) Diagnosa medis : Fraktur femur sinistra 1/3 medial
2. Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. K
2) Umur :-
3) Jenis Kelamin :Perempuan
4) Hubungan dengan klien : Istri
5) Alamat : Kec Candisari, Cinde selatan

b. KELUHAN UTAMA
Patah tulang pada kaki bagian paha kiri dan terasa nyeri

c. RIWAYATKESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masuk kerumah sakit pada hari Sabtu, 23 Oktober 2021 jam 14.23
WIB, dengan keluhan kaki bagian paha kiri patah dan terasa nyeri. Setelah
dilakukan pengkajian oleh petugas IGD ternyata ditemukan diagnosa
Fraktur femur sinistra 1/3 medial. Pasien mendapatkan terapi obat di IGD
berupa Ranitidin inj 2X1, Ceftiraxon 1gr inj 2X1, Ketorolac 30 mg inj
2X1, Nacl 0,9% 20 tpm. Kemudian pasien masuk keruang rawat inap di
ruang sadewa 1 pada pukul 14.50 WIB.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan 15 tahun yang lalu pernah dirawat di rumah sakit
karena sakit paru-paru.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit menurun seperti DM.
4. Genogram

Ket :
- : Laki-laki
- : Perempuan
- : Pasien
- X : meninggal
- : Garis perkawinan
- : Garis Keturunan
- ------------ : Garis serumah
B. Pengkajian
a. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL ( GORDON)
1. Pola Persepsi Kesehatan
DS : Pasien mengatakan ingin segera sehat kembali
DO : Pasien terlihat semangat untuk sembuh
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 x sehari satu porsi habis, selama
sakit, pasien makan 3 x sehari satu porsi terkadang tidak habis.
3. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan selama di RS pasien belum BAB, pasien bed rest dan di
pasang kateter, urin pasien berwarna kuning jernih.
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 6-8 jam sehari.
b. Saat sakit
Pasien mengatakan setelah sakit kadang sering terbangun di malam hari
karena nyeri pada kaki kiri.
5. Pola Aktifitas dan Latihan
Setelah masuk RS aktivitas pasien menjadi menurun karena pasien bed rest
akibat paha kaki kiri pasien patah, pasien terpasang kateter dan pasien juga
terpasang infus.
6. Pola peran dan hubungan
Pasien berperan sebagai suami di dalam keluarganya, selama sakit peran
pasien dalam keluarga menjadi sedikit. Pasien menjalankan perannya
dengan baik dan menjalin hubungan komunikasi baik dengan keluarganya.
7. Pola persepsi sensori
Pasien sadar (composmentis), dapat berbicara dengan baik, interaksi sesuai,
pendengaran normal, dan penglihatan normal.
8. Pola persepsi diri/ konsep diri
a. Gambaran diri :
pasien mengatakan optimis dengan tubuhnya yang sekarang
b. Identitas diri pasien :
adalah seorang suami dan juga ayah
c. Harga diri :
pasien tidak merasa malu dengan kondisi pasien saat ini
d. Ideal diri :
pasien percaya bahwa kondisinya akan segera membaik dan segera
pulang
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien adalah seorang laki-laki yang berstatus menikah dan memiliki 2
anak perempuan.
10. Pola Mekanisme Koping
Pasien mengatakan saat ini selalu menyelesaikan masalahnya dengan
keluarga dan merasa khawatir cemas terhadap sakitnya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan beragama islam, sebelum sakit pasien dapat
menjalankan ibadah solat.
b. Saat sakit
Pasien mengatakan saat ini kesulitan untuk melakukan ibadah solat.
b. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum pasien
- Kesadaran: Compos Mentis, GCS : 15 (E: 4, M: 6, V: 5)
- Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 170/83 mmHg
 Nadi : 82 x/menit,
 Pernapasan : 20 x/menit,
 Suhu : 36,9 0c
 Sp02 : 96%
b) Head to toe
1. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor baik.
2. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala normal, ukuran normal, luka (-), benjolan (-) , rambut
hitam.
3. Mata
Bentuk mata simetris. Tidak tampak secret. Sclera tidak ikterik. Pupil
iskor. Konjungtiva tidak anemis. Fungsi penglihatan baik.
4. Hidung
Bentuk simetris, secret (-), polip (-), sinusitis (-).
5. Mulut
Bibir tampak kemerahan, lidah bersih, batuk (-),tonsillitis (-),
stomatitis(-).
6. Telinga
Simetris kanan=kiri, nyeri(-), darah(-), liang telinga terdapat serumen,
fungsi pendengaran normal.
7. Leher
Batuk (-), pembesaran JVP (-),pembesaran tiroid (-), reflek menelan
baik, deviasi trachea (-).
8. Dada
a. Paru - Paru
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : benjolan (-),nyeri (-)
Perkusi : sonor kanan=kiri
Auskultasi : wheezing (-)
b. Jantung
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar pekak
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
9. Abdomen
- Inspeksi : acites (-), lesi (-), dinding abdomen tampak simetris
- Auskultasi : peristaltic usus 7 kali permenit, terdengar jelas
- Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegali (-),
splenomegali(-)
- Perkusi : timpani - redup
10. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : terpasang infus NaCl 0,9% pada ekstremitas kiri,
jejas (-), kulit tampak bersih, vulnus (-), pergerakan aktif, oedema (-
), turgor kulit baik, kekuatan otot ekstermitas kiri atas 4/4, kanan
atas 3/4.
b. Ekstremitas bawah : pergerakan ekstermitas kiri bawah pasief,
pergerakan ekstermitas kanan bawah pasif, oedema (-), ada fraktur
femur sinistra 1/3 medial. ada fraktur komplit pada kolum-
intertrochanter os femur dekstra. : Fraktur tertutup. Kekuatan otot
ekstermitas kiri bawah 2/4, kekuatan otot ekstermitas kanan bawah
1/4.
11. Sistem saraf
- Fungsi motorik tidak ada gangguan
- Fungsi sensorik tidak ada gangguan
- Tidak ada reflex patologis
d. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratrium
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL KET.
23/10/21
Calcium 1,29 Mmo/l 9-11 mg/dl
Glukosa darah sewaktu 181 mg/dL < 100mg/dL
Hemoglobin 12,2 g/dL > 12,0 g/dL
Hemaokrit 30.90 % 38–46
Calium 3,90 Mmo/l 3.5 mmol/L - 5.0
mmol/L
Trombosit 306 UL 150-400
Leukosit 20,5 UL 3,6-11,0
Ureum 29.5 Mg/dl 8-24 mg/dL.
Creatin 1.3 0,6-1,2 mg/dL
Eritrosit 4.33 ul 4,0 – 5,0

2. Thorax AP
COR : Bentuk dan letak normal
Pulmo : corakan vaskuler meningkat. Tampak bercak pada ke dua perihiler
dan parakardial kanan.
Diafragma dan sinus kostofrenikus kanan kiri normal tulang dan soft tissue
baik.
Kesan :
Cor bentuk dan letak normal. Gambar bronkopneumonia.
3. X Foto femur sinistra AP – Lateral
Struktul tulang tampak normal. Tampak diskontinuitas komplit oblik pada
1/3 proksimal tengah. Os femur sinistra, disertai displacement ke medial.
Aposisi dan aligment kurang baik. Tak tampak dislokasi pada hip joint
sinistra. Tak tampak lesi dan sklerotik pada tulang. Tak tampak
penyempitan cela sendi. Tak tampak lusensi dan klasifikasi soft tissue.
Kesan :
Fraktur komplit oblik pada 1/3 tengah Os femur sinistra, disertai
displacement ke medial aposisi dan aligment kurang baik.
4. X Foto femur dekstra AP – lateral
Struktur tulang tampak normal, tampak diskontinuitas komplit pada kolum
– intertrochanter Os femur dekstra, aposisi dan aligment kurang baik. Tak
tampak dislokasi pada hip joint dekstra. Tak tampak lesi dan sklerotik pada
tulang. Tak tampak penyempitan cela sendi. Tak tampak lusensi dan
klasifikasi soft tissue.
Kesan :
Fraktur komplit pada kolum – intertrochanter Os femur dekstra, aposisi
dan aligment kurang baik
5. X Foto pelpis AP
Kesan :
Fraktur komplit pada kolum– intertrochanter Os femur dekstra. Aposisi
dan aligmena kurang baik. Shortening pada kolum femur sinistra sacroilitis
sinistra.
e. PROGRAM TERAPI
1. Nacl 0,9% 20 tpm
2.Ranitidin inj 2x1
3.Ceftiraxon 1 gr inj 2x1
4.Ketorolac inj 3x1

No Nama Obat Dosis Jalur Fungsi


untuk mengatur jumlah air dalam
1 Nacl 0,9% 20 tpm Infuse tubuh, memiliki peran dalam
impuls saraf, dan kontraksi otot.
menghambat secara kompetitif
kerja reseptor histamin H2,
digunakan untuk mengobati maag,
2 Ranitidine 2x1 Inj
Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), dan sindrom Zollinger-
Ellison.
Mengobati dan mencegah infeksi
3 Ceftiraxon 1 gr 2x1 Inj
bakteri
4 Ketorolac 30 mg 2x1 Inj meredakan nyeri dan peradangan.
C. Rumusan Masalah
- ANALISIS DATA
Masalah
TTD
NO Tanggal/jam Data Fokus Etiologi Keperawatan
perawat

1 25 Oktober DS: Agen pencedera Nyeri b.d agen Janah


2021 Pukul Mengeluh nyeri pada kaki kiri fisik pencedera fisik
09.10 - P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 7
- T : hilang timbul
DO:
- Terdapat fraktur tertutup, fraktur femur sinistra
1/3 medial
- Pasien tampak meringis dan gelisah
- Tekanan darah : 170/83 mmHg
- Nadi : 82 x/menit,
- Pernapasan : 20 x/menit,
- Suhu : 36,9 0c
- Sp02 : 96%
2 25 Oktober DS : Pra OP Ansietas b.d Janah
2021 Pukul - Pasien mengatakan cemas karena mau operasi kekhawatiran
09.15 DO: mengalami
- Pasien tampak tegang, gelisah, dan cemas kegagalan

3 25 Oktober DS : Gangguan Gangguan mobilitas Janah


2021 Pukul - Pasien mengatakan kesulitan menggerakkan musculoskeletal. fisik b.d gangguan
09.15 kaki kanan kiri karena nyeri Nyeri musculoskeletal
DO :
- Terdapat fraktur tertutup pada kaki
- Saat kaki digerakkan pasien tampak meringis
dan kesakitan

- DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik D.0077
b. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan D.0080
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal D.0054
D. Perencanaan

Diagnosa
Tgl/ jam No Tujuan (SLKI) TTD Intervensi (SIKI) TTD
Keperawatan
25 Oktober 1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi f
2021 Pukul Agen pencedera keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasif lokasi, karakteristik,
09.30 fisik jam masalah keperawatan durasi, danfskala nyeri.
nyeri akut dapat teratasi Terapeutik f
dengan kriteria : 2. Berikan teknik
f nonfarmakologis
a. Keluhan nyeri menurun (relaksasi nafas
f dalam)
b. Meringis menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Gelisah menurun Edukasi
d. Kesulitan tidur menurun 4. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
25 Oktober 2 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
2021 Pukul kekhawatiran keperawatan selama 1 x 24 1. Identivikasi saat tingkat
09.30 mengalami jam masalah keperawatan ansietas berubah
kegagalan ansietas dapat teratasi dengan Teraprutik
kriteria hasil : 2. Ciptakan suasana teraputik
a. Perilaku gelisah menurun untuk menumbuhkan
b. Tegang menurun kepercayaan
Edukasi
3. Jelaskan prosedur operasi
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
4. Informasikan secara factual
mengenai diagnose
pengobatan, dan prognosis
5. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien.
6. Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
25 Oktober 3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
2021 Pukul mobilitas fisik keperawatan selama 2 x 24
1. Identifikasi adanya nyeri atau
09.30 b.d gangguan jam masalah keperawatan
keluhan fisik lainnya
musculoskeletal gangguan mobilitas fisik
2. Identifikasi toleransi fisik
dapat teratasi dengan kriteria
melakukan ambulasi
hasil :
- Nyeri menurun
Terapeutik

3. Libatkan keluarga untuk


membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi

4. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
E. Implementasi

TTD
Tanggal/jam DX KEP Tindakan Keperawatan Respon Pasien

25 Oktober Nyeri akut b.d Agen pencedera Identifikasi lokasi, DS :


2021 Pukul fisik karakteristik, durasi, skala pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
09.40 nyeri. Dan monitor TTV - P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 7
- T : hilang timbul
DO :
pasien tampak meringis

- Tekanan darah : 170/83 mmHg


- Nadi : 82 x/menit,
- Pernapasan : 20 x/menit,
- Suhu : 36,9 0c
- Sp02 : 96%

Berikan teknik DS :
nonfarmakologis (relaksasi Pasien mau melakukan teknik relaksasi nafas
nafas dalam) dalam saat pasien merasakan nyeri. Pasien
mengatakan nyeri tidak berkurang
DO :
Meringis pasien berkurang

25 Oktober Kolaborasi pemberian DS :


2021 Pukul analgetik Pasien mengatakan setelah diberikan obat rasa
08.00 nyeri berkurang
DO :
Meringis pasien berkurang

25 Oktober Fasilitasi istirahat dan tidur DS :


2021 Pukul Pasien mengatakan sudah nyaman dan akan
10.00 beristirahat tidur
DO :
Pasien tampak bersiap tidur

25 Oktober Ansietas b.d kekhawatiran Ciptakan suasana teraputik DS :


2021 Pukul mengalami kegagalan untuk menumbuhkan Pasien mengatakan nyaman berbicara dengan
08.40 kepercayaan perawat
DO :
Pasien berbicara mengenai kecemasan yang
dirasakan

Ajarkan teknik relaksasi nafas DS :


dalam Pasien mengtakan lebih tenang
DO :
Pasien terlihat lebih tenang

Jelaskan prosedur operasi DS :


termasuk sensasi yang Pasien mengtakan paham mengenai penjelasan
mungkin dialami yang diberikan
DO :
Pasien terlihat lebih tenang, gelisah dan tegang
menurun
Anjurkan keluarga untuk DO :
tetap bersama pasien. Keluarga pasien mengatkan akan terus
menemani pasien dan memberikan semangat
DS :
Terlihat keluarga pasien bergantian menemani
pasien
25 Oktober Gangguan mobilitas fisik b.d Identifikasi adanya nyeri atau DS :
2021 Pukul gangguan musculoskeletal keluhan fisik lainnya pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
09.40 - P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 7
- T : hilang timbul
DO :
pasien tampak meringis
26 Oktober Nyeri akut b.d Agen pencedera Identifikasi lokasi, DS :
2021 Pukul fisik karakteristik, durasi, skala pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
09.00 nyeri. Dan monitor TTV - P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 6
- T : hilang timbul
DO :
pasien tampak meringis

- Tekanan darah : 163/78 mmHg


- Nadi : 92 x/menit,
- Pernapasan : 20 x/menit,
- Suhu : 37,0 0c
- Sp02 : 95%
26 Oktober Kolaborasi pemberian DS :
2021 Pukul analgetik Pasien mengatakan setelah diberikan obat rasa
08.00 nyeri berkurang

DO :
Meringis pasien berkurang

26 Oktober Fasilitasi istirahat dan tidur DS :


2021 Pukul Pasien mengatakan sudah nyaman dan akan
10.00 beristirahat tidur
DO :

Pasien tampak bersiap tidur


26 Oktober Gangguan mobilitas fisik b.d Identifikasi adanya nyeri atau DS :
2021 Pukul gangguan musculoskeletal keluhan fisik lainnya pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
08.10 - P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 6
- T : hilang timbul
DO :
pasien tampak meringis
F. Evaluasi

Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan EVALUASI TTD Perawat


25 Oktober 2021 Nyeri akut b.d Agen pencedera S :
Pukul 10.05 fisik Nyeri pasien berkurang dengan skala 6
- P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 6
- T : hilang timbul
O:
Mringis pasien berkurang

- Tekanan darah : 170/83 mmHg


- Nadi : 82 x/menit,
- Pernapasan : 20 x/menit,
- Suhu : 36,9 0c
- Sp02 : 96%
A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, skala
nyeri. Dan monitor TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Fasilitasi istirahat dan tidur

25 Oktober 2021 Ansietas b.d kekhawatiran S :


Pukul 09.00 mengalami kegagalan Pasien mengtakan paham mengenai penjelasan dan
informasi yang diberikan, pasien mengatakan lebih
tenang.
O:
Pasien terlihat lebih tenang, gelisah dan tegang
menurun. Keluarga pasien bergantian menemani
pasien
A:
masalah teratasi
P:
intervensi dihentikan
25 Oktober 2021 Gangguan mobilitas fisik b.d S :
Pukul 09.00 gangguan musculoskeletal pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
- P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 7
- T : hilang timbul
O:
Pasien tampak meringis, dan kesulitan bergerak
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjut intervensi

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik


lainnya

26 Oktober 2021 Nyeri akut b.d Agen pencedera S :


Pukul fisik Nyeri pasien berkurang dengan skala 5
10.05 - P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 5
- T : hilang timbul
O:
Mringis pasien berkurang

- Tekanan darah : 163/78 mmHg


- Nadi : 92 x/menit,
- Pernapasan : 20 x/menit,
- Suhu : 37,0 0c
- Sp02 : 95%
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjut intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, skala
nyeri. Dan monitor TTV
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
26 Oktober 2021 Gangguan mobilitas fisik b.d S :
Pukul 08.15 gangguan musculoskeletal pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
- P : saat digerakkan
- Q : tertusuk-tusuk
- R : kaki kiri
- S : Skala 6
- T : hilang timbul
O:
Meringis pasien berkurang
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjut intervensi

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik


lainnya
BAB IV
PEMBAHASAN & SIMPULAN
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Tn. S dengan diagnosa Fraktur femur mengeluh
nyeri pada kaki kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri muncul saat bergerak,
nyeri hilang timbul dengan skala 7. Terdapat fraktur femur sinistra 1/3 medial
dan fraktur komplit pada kolum-intertrochanter os femur dekstra. Setelah
dilakukan pengkajian dirumuskan diagnose keperawatan yang muncul yaitu
nyeri akut b.d Agen pencedera fisik, ansietas b.d kekhawatiran mengalami
kegagalan, dan gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari berupa mengkaji skala nyeri
pasien, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan obat analgetik,
memonitor TTV pasien, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya nyeri
pasien berkurang, Skala nyeri yang awalnya 7 mengalami penurunan menjadi
skala 5, meringis pasien berkurang, tegang dan takut pasien berkurang.
B. Simpulan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien fraktur femur didapatkan
bahwa nyeri pada pasien fraktur berbeda-beda dan tingkat ansietas pada setiap
orang yang mau menjalani operasi berbeda. Adapun factor yang mempengaruhi
nyeri yaitu jenis fraktur dan jenis kelamin, adapun factor yang mempengaruhi
ansietas yaitu kurangnya pengetahuan dan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi
dan indikator diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PNI
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: definisi
dan kriteria hasil keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PNI
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi
dan Tindakan keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PNI
4. Andi, Juli. DKK. 2020. Nyeri Pada Pasien Post OP Fraktur Ekatermitas Bawah Dengan
Pelaksanaan Mobilisasi Dan Ambulasi Dini: Journal of Telenursing (JOTING)
5. Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publisihing.
6. Aini, lala. Dan Reskita, Reza. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasein Fraktur. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Tanjung Karang
7. http://scholar.unand.ac.id/17468/2/2.%20BAB%20I%20.pdf
8. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360/4/4%20CHAPTER%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai