Anda di halaman 1dari 35

STIKES Wira HusadaYogyakarta

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR

DI RUANG FLAMBOYAN RSU KHARISMA PARAMEDIKA

DISUSUN OLEH :
MICHAEL ANANG RUDIYANTO
PN210911

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRAHUSADA

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR

DI RUANG FLAMBOYAN RSU KHARISMA PARAMEDIKA

Laporan Pendahuluan asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur ini telah dibaca, dan diperiksa
pada

Hari/Tanggal…………………………………………..

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

( ) (M. Anang Rudiyanto)

Mengetahui

Pembimbing Akademik

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

(Muryani, S. Kep., Ns., M. Kep.)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan
maupun kelainan patologis (Pelawi & Purba, 2019). Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 2005). Patahan tersebut mungkin saja
tidak lebih dari suatu retakan, biasanya patahan tersebut lengkap dan fragmen tulangnya
bergeser. Jika patahan tulang tersebut tidakmenembus kulit, hal ini disebut fraktur
tertutup, sedangkan jika patahan tersebut menembus kulit, maka disebut fraktur terbuka
(Pelawi & Purba, 2019).
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung gaya meremuk, gerakan memutar
mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi jaringan
sekitarnya mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002).
WHO menyatakan pada tahun 2010 kasus fraktur di dunia mengalami
peningkatan menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5% (Sari, 2016). Menurut Depkes
fraktur atau patah tulang pada tahun 2013 memiliki prosentase 5,8%. Di Jawa Timur
proporsi patah tulang menduduki urutan 15 tertinggi setelah provinsi D.I Yogyakarta
dengan prosentase 6,0% (Perdana, 2013).
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga dibawah penyakit
jantung koroner dan tuberculosis. Menurut hasil Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda,
2015), penyebab terjadinya fraktur oleh cedera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan
trauma tajam/tumpul.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien fraktur
diantranya sebagai educator, konsultan, konseling, pelindung, kolaborator coordinator,
sebagai pembaharuan sehingga peran perawat sangat penting memberi pengetahuan
tentang mobilitas atau melakukan pergerakan pada pasien fraktur agar tidak mengalami
kekakuan sendi, kecacatan fisik, serta memelihara mobilitas persendian.

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Gangguan Kebutuhan Aktifitas Akibat Fraktur.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami:
a. Pengertian Fraktur
b. Etiologi Fraktur
c. Tanda dan Gejala Fraktur
d. Klasifikasi Fraktur
e. Patofisiologi Fraktur
f. Pathway Fraktur
g. Komplikasi Fraktur
h. Faktor Risiko Fraktur
i. Pemeriksaan Penunjang
j. Penatalaksanaan Fraktur
k. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Fraktur

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan
luasnya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 1997). Menurut
Doenges (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Fraktur adalah patah atau
gangguan kontinuitas tulang (Depkes, 1995). Menurut Price (1994), fraktur adalah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress lebih besar dari
yang dapat diabsorbsi.

b. Etiologi
Menurut Sjamsuhidajat (1997), terjadinya fraktur dapat disebabkan karena trauma
baik trauma langsung seperti benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah
tulang radius ulna, dan trauma tidak langsung seperti jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula dan radius distal patah.
Menurut Engram (1998) fraktur dapat disebabkan karena proses patologis
misalnya adanya tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang. Depkes (1995) mengatakan
bahwa penyebab primer fraktur adalah kecelakaan kendaraan bermotor/jatuh, olahraga,
exercise yang kuat dan malnutrisi. Menurut long (1996) penyebab fraktur adalah
kelemahan tulang akibat penyakit kanker/osteoporosis, patah karena letih, patah tulang
karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti karena berjalan kaki terlalu jauh.

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2015) ada 3 yaitu:

a) Cidera atau benturan

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

1) Cidera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cidera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan terbujur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b) Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c) Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru saja diterima di angkatan bersenjata atau
orang-orang yang baru mulai latihan lari.
Menurut Purwanto (2016), etiologi fraktur meliputi:
1. Trauma
2. Gerakan pintir mendadak
3. Kontraksi otot ekstem
4. Keadaan Patologis: osteoporosis, neoplasma.

c. Tanda dan Gejala


Menurut Purwanto (2016), manifestasi klinis fraktur meliputi:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Krepitasi akibat gesekan antra fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian
tulang yang patah, deformitas.

d. Klasifikasi
Menurut Suriya & Zuriyati (2019), klasifikasi fraktur meliputi:
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta

1. Berdasarkan Tempat
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris, dan sebagainya.
2. Berdasarkan komplit atau tidak komplit fraktur
a) Fraktur komplit, garis patah melalui seluruh penampang tulang/melalui kedua
korteks tulang.
b) Fraktur tidak komplit (incomplete), bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang.
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
a) Fraktur Komunitif, fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b) Fraktur Segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan.
c) Fraktur Multipel, fraktur dimana garis patah lebih dari satu, tetapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen.
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a) Fraktur Tertutup (Closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
fraktur bersih karena kulit masih utuh, tanpa komplikasi. Klasifikasi fraktur
tertutup berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit/tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal/memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

b) Fraktur Terbuka (Open/Compound)


Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit:
1) Grade I: dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan jaringan
lunak minimal, biasanya tipe fraktur simpletransverse dan fraktur obliq
pendek.
2) Grade II: luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa jaringan lunak yang
ekstensif, fraktur komunitif sedang dan ada kontaminasi.
3) Grade III: yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif, kerusakan meliputi otot, kulit, dan struktur
neurovascular.
4) Grade III dibagi ke dalam: III A, fraktur grade III tidak membutuhkan kulit
untukpenutup lukanya. III B, fraktur grade III, hilangnya jaringan lunak,
sehingga tampak jaringan tulang, dan membutuhkan kulit untuk penutup (skin
graft). III C, fraktur grade III, dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki
dan beresiko untuk dilakukannya amputasi.

6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma:


a) Fraktur Transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi.
c) Fraktur Spiral
Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah
permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi
Fraktur yang disebabkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

7. Berdasarkan kedudukan tulangnya


a) Tidak adanya dislokasi
b) Adanya dislokasi
At axim : membentuk sudut
At lotus : fragmen tulang berjauhan
At longitudinal : berjauhan memanjang
At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek
8. Berdasarkan posisi fraktur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian:
a) 1/3 proksimal
b) 1/3 medial
c) 1/3 distal

9. Fraktur kelelahan
Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan karena proses patologis tulang.

e. Patofisiologi
Ketika patah tulang,terjadi kerusakan di korteks,pembuluh darah ,sumsum tulang
dan jaringan lunak.akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan ,kerusakan tulang dan
jaringan sektarnya,keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara tepi
tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik ditandai dengan
fase vasodilatasi dari plasma dan leukosit,ketika terjadi kerusakan tulang,tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera,tahap ini menunjukan tahap
awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum
tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.hematom
menyebabkan dilatasi kapiler otot,sehingga meningkatkan tekanan kapiler di otot,shingga
meningkatkan tekanan kapiler,kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskemik

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial.hal ini menyebabkan
terjadinya edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf,yang bila berlangsung lama
bisa menyebabkan syndrome comportement.

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

f. Pathway

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

g. Komplikasi
Menurut Purwanto (2016), komplikasi dari fraktur meliputi:
1. Malunion, ialah tulang patah yang telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union, ialah proses penyembuhan yang terus berjalan, tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union, ialah tulang yang tidak menyambung kembali.
Menurut Suriya & Zuriyati (2019), komplikasi dari fraktur dibagi menjadi 2:
1. Komplikasi Awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah kejadian syok, yang berakibat fatal hanya
dalam beberapa jam setelah kejadian, kemudian emboli lemak yang dapat terjadi
dalam 48 jam, serta sindrom kompartement yang berakibat kehilangan fungsi
ekstremitas secara permanen jika terlambat ditangani.
2. Komplikasi Lambat
Komplikasi lambat dalam kasus fraktur adalah penyatuan tulang yang mengalami
patah terlambat, bahkan tidak ada penyatuan.

h. Faktor Risiko
1. Lansia
2. Anak-anak yang sangat aktif secara fisik
3. Menderita Osteoporosis
4. Gangguan Endokrin/pencernaan
5. Konsumsi kortikosteroid
6. Konsumsi alcohol
7. Kebiasaan merokok
8. Tidak rutin berolahraga

i. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur: menentukan lokasi, luasnya.
b) Pemeriksaan jumlah darah lengkap.
c) Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliens ginjal.

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

e) Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan


lunak.

j. Penatalaksanaan
a) Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis.Reduksi tertutup,mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-
ujungnya saling berhubungan)dengan manipulasi dan traksi manual.alat-alat yang
digunakan biasanya traksi ,bidai dan alat yang lainnya.reduksi terbuka,dengan
pendekatan bedah.alat fiksasi interna dalam bentuk pen,kawat,sekrup,plat,dan paku.
b) Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau
meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi
yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3
bulan .
c) Cara pembedahan yaitu pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan pen
merupakan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dikenal dengan Open
Reduction and Internal Fixation(ORIF)

k) Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur menurut Purwanto, 2016:
1) Pengkajian
a. Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan secret
akibat kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan nafas , timbulnya pernafasan
yang sulit dan/tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

3. Circulation
TD dapat nolmar atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dab membra
mukosa pucat, dingin, sianosis pada taha[ lanjut.
b. Pengkajian sekunder
1. Aktivitas / istirahat
 Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
 Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
 Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
 Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah )
 Tachikardi
 Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
 Callary refil melambat
 Pucat pada bagian yang terkena
 Masa hematoma pada sisi cedera
3. Neurosensory
 Kesemutan
 Deformitas, krepitasi, pemendekan
 Kelemahan
4. Keyamanan
 Nyeri tiba-tiba saat cidera
 Spasme / kram otot
5. Keamanan
 Leserasi kulit
 Perdarahan
 Perubahan warna
 Pembekakan local
2) Diagnosis Keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler.
b. Nyeri berhubungan dengan spesme otot, pergeseran fregmen tulang

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah


perbaikan

3) Nursing Care Plan


No Diagnosis Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan

1 Nyeri Setelah dilakukan 1) Kaji ulang lokasi,


berhubungan tindakan keperawatan intensitas dan type nyeri
dengan spesme selama 3x24 jam 2) Pertahankan imobilisasi
otot, pergeseran diharapkan masalah Nyeri bagian yang sakit dengan
fregmen tulang dapat teratasi dengan tirah baring
kriteria hasil: 3) Berikan lingkungan yang
tenang dan berikan
a. Klien mengatakan nyeri
dorongan dengan
berkurang melakukan
b. Tampak rileks, mampu
berpartisipasi dalam dalam
dengan tepat
c. nadi dan RR
aktivitas/tidur/istirahat
d. Tekanan darah normal
Tidak ada peningkatan

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

aktivitas hiburan
4) Ganti posisi dengan bantuan
bila ditoleransi
5) Jelaskan prosedur sebelum
memulai
6) Akukan dan awasi latihan
rentan gerak pasif/aktif
7) Dorong dengan metode
menejemen stress, contoh :
relaksasi, latihan nafas
dalam, imajinasi visualisasi,
sentuhan
8) Observasi tandatanda vital
9) Kolaborasi:pemberia n obat

2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1) Pertahan kan tirah


mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 baring dalam posisi
berhubungan jam diharapkan masalah yang di programkan
dengan cedera Kerusakan mobilitas fisik 2) Tinggikan ekstremitas
jaringan sekitar dapat teratasi dengan kriteria yang sakit
fraktur, kerusakan hasil: 3) Intruksikan klien/bantu
rangka a. Meningkatkan mobilitas dalam latihan rentanng

neuromuskuler pada

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

b. tingkat paling tinggi yang gerak pada ekstrimitas yang


mungkin sakit dan tidak sakit
c. Mempertahan kan posisi 4) Beri penyangga pada
fungsinal ekstrimit yang sakit di atas
Meningkatkan kekuatan/ dan di bawah fraktur ketika
d. fungsi yang sakit bergerak
Menunjukan teknik mampu 5) Jelaskan pandangan dan
melakukan aktivitas keterbatasan dalam
aktivitas
6) Berikan dorongan pada
pasien untuk melakukan
ASK dalam lingkup
keterbtasan dan di beri
bantuan sesuai kebutuhan
diawasi tekanan darah, nadi
dengan melakukan
aktivitas
7) Ubah posisi secara periodic
8) Kolaborasi
fisioterapi/okupasi terapi

3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1) Kaji ulang integritas luka


jaringan berhubungan tindakan keperawatan dan observasi terhadap
selama tanda
3x24 jam

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

dengan fraktur diharapkan masalah infeksi atau drainae


terbuka, bedah Kerusakan kerusakan 2) Monitor suhu tubuh
perbaikan integritas jaringan dapat 3) Lakukan perawatan kulit,
teratasi dengan kriteria hasil: dengan sering patang
a. Penyembuhan luka sesuai tulang yang menonjol
waktu 4) Lakukan alih posisi
b. Tidak ada laserasi, dengan sering,
integritas kulit baik pertahankan kesejajaran
tubuh
5) Pertahankan sprei tempat
tidur tetep kering dan
bebas kerutan
6) Massage kulit sekitar akhir
gips dengan alcohol
7) Gunakan tempat tidur busa
atau Kasur udar sesuai
indikasi
8) Kolaborasi pemberian
antibiotic

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, WidyaMedika, Jakarta
Black, J.M, et al, 1995. Luckman and Sorensen’s. Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition,W.B. Saunder Company
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC, Jakarta
Dudley, Hugh AF. 1986. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. FKUGM
Henderson, M.A, 1992. Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta
Hudak and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta
Ignatavicius, Donna D, 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B.
Saunder Company
Long, Barbara C, 1996.Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius
FKUI. Jakarta
Oswari, E, 1993. Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Price, Evelyn C, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta
Reksoprodjo, Soelarto, 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa
Aksara, Jakarta
Tucker, Susan Martin, 1998. Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta
http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/
Bone_fractures_treatment_options?OpenDocument. diunduh tgl 29 agustus 2009 jam
20.30

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Bp W

DENGAN FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA

DI RUANG FLAMBOYANT RSU KHARISMA PARAMEDIKA

DISUSUN OLEH :

MICHAEL ANANG RUDIYANTO

PN210911

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRAHUSADA

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

YOGYAKARTA

2022

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Mahasiswa : M. Anang Rudiyanto Jam: 10.00


Ruang/Bangsal : Flamboyan
A. IdentitasPasien
Nama Pasien : Bp. W
No RM : 150322
Tempat tanggal lahir : -
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Alamat : Sremo Tengah Kulon Progo
Pekerjaan : Swasta
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Fibula Sinistra
Tanggal Masuk RS : 15 Maret 2022
Tanggal pengkajian : 15 Maret 2022
Sumber informasi : Pasien + keluarga

Penanggung jawab
Nama : Ibu S
Tempat tanggal lahir : -
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Alamat :
Pekerjaan : Sremo Tengah
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta

Jenis Kelamin : Perempuan


Hubungan dengan pasien : Istri

B. RiwayatKesehatan
1. KeluhanUtama :
Pasien mengatakan bengkak dan nyeri yang hebat di tungkai bawah kiri, tidak bisa
berjalan, pasien mengatakan takut akan kondisi kakinya, tidak mau diamputasi
2. Riwayat penyakit sekarang :
Istri pasien mengatakan pasien mengendarai sepeda motor, tabrakan dengan sepeda
motor, waktu jatuh sadar, tidak pusing, kaki kiri tertindih sepeda motor, tungkai bawah
kaki kiri terlihat bengkak, pasien berteriak teriak kesakitan dan tidak bisa digerakkan,
ditolong orang orang disekitar tempat jkejadian dan dibawa ke RSU Kharisma
Paramedika, setelah dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan spalk, dan dilakukan pemeriksaan rontgen tungkai bawah kiri didadapatkan
hasil Patah tulang tibia fibula sinistra, disarankan untuk opname untuk dilakukan operasi
pemasangan plat + screw. Terpasang Infus RL di tangan kanan.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat sakit yang berbahaya
4. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak mempunyai penyakit yang serius
5. Genogram
-
C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia menurut Gordon (11 pola)
1. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keluarga pasien mengatakan belum pernah sakit yang serius, jika panas /
pusing membeli obat sendiri di apotik, jika sakitnya masih berlanjut kemudian
periksa ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3 x sehari, tidak ada pantangan
makan
Selama Sakit :
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta

Sedang puasa, karena akan dilakukan tindakan operasi


3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : normal, sebelum sakit pola BAK pasien lancar, pola BAB 1 x
sehari (pagi)
Selama Sakit :
Selama di RS BAK pasien lancer,
4. Aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan kaki kiri tidak bisa digerakkan dan terasa sakit sekali
5. Tidur dan istirahat
Pasien mengatakan pola tidur normal, setiap hari tidur jam 22.00
6. Sensori, persepsi, dan kognitif

7. Konsep diri
a. Identitasdiri : pasien mampu menyebut namanya sendiri, umur serta
tempat pasien tinggal
b. Gambaran diri :
c. Ideal diri :
d. Harga diri : di dalam keluarga saling menghargai antar anggota keluarga
yang lain, pasien mengatakan takut tentang kondisi kakinya dan tidak mau
diamputasi
e. Peran diri :
Sebagai kepala keluarga
8. Seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan kebutuhan seksual normal
9. Pola peran hubungan
Sebelum sakit : -
Selama Sakit : -
10. Manajemen koping stress
Pasien merasa sedih, takut dan merasa tidak nyaman dengan kondisi sakit
yang dideritanya
11. Sistem nilai dan keyakinan
Sebelum sakit :

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

Pasien mengatakan sangat mengahargai keyakinannya, pasien beragama


muslim dan selalu rutin membaca alquran dan shoalat
Selama Sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pasien jarang membaca arquan dan sholat karena
penyakitnya tersebut

D. PemeriksaanFisik
1. Tingkat kesadaran : Composmentis
2. TTV :
S :36.50C
N : 120x/mnt
RR : 22 x/mnt
TD : 140/90 mmHg

3. Kepala :
Simetris, tak tampak kelainan
4. Mata, telinga, hidung:
Mata sokor, tidak anemis, reflek pupil ada,. Telinga terlihat simteris, tidak ada
kelainan, hidung tidak ada kelainan
5. Mulut :
Gigi bersih, bibir terlihat terkering
6. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7. Dada / thoraks :
Inspeksi :
Dada simetris
Palpasi :
Dada teraba simetris, , teraba ictus cordis di ICS 5 kiri
Perkusi :
Suara paru terdengar sonor
Auskultasi :
Suara paru Vesiculer
Abdomen :
Inspeksi :
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta

Abdomen tidah terlihat lesi, simetris tidak ada jejas


Auskultasi :
Terdengar suara timpani, peristaltik terdengar 20/mnt
Palpasi
Tidak teraba benjolan, teraba nyeri tekan di perut bawah
Perkusi :
Suara timpani
8. Genitalia
Genitalia pasien kotor, terpasang dower chateter, tidak ada kelainan
9. Ekstremitas :
Bengkak di tungkai bawah kiri, terlihat ada pemendekan, sakit dan tidak bisa
digerakkan
10. Kulit:
Normal, bersih

E. PemeriksaanPenunjang
HasilPemeriksaan lab
N Hari/tgl JenisPx Hasil NN Interpretasi Indikas
o i
HasilPxPenunjang/diagnostic
N Hari/tgl JenisPx Hasil Keterangan
o (Interpretasi, indikasi, persiapn, dll)

F. TerapiObat
No Hari/TGL Therapi Dosis Rute Indikasi

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Bp W RUANG : Flamboyant


NO RM : 150322 MAHASISWA : M. Anang Rudiyanto NIM : PN 210911
HARI/ DATA PROBLEM ETIOLOGI TTD
TGL/JAM
DATA SUBYEKTIF :

 Pasien mengeluh sakit di Nyeri akut Agen pencedera fisik, patah


trungkai bawah kiri, tidak bisa tulang
digerakkan
DATA OBYEKTIF :

Skor Nyeri

 P : Patah tulang
 Q : ditusuk tusuk
 R : tungkai bawah kaki kiri
 S:6
 T : terus menerus
 Hasil pemeriksaan fisik
TD 140/90, N 120/mnt, RR

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

24/mnt S 36.5
DATA SUBYEKTIF Gangguan mobilitas fisik Kerusakan integritas struktur
 Pasien mengatakan tungkai bawah tulang
kaki kiri tidak bisa digerakkan
DATA OBYEKTIF :
 Hasil pemeriksaan fisik
TD 140/90, N 120/mnt, RR
24/mnt S 36.5
 Terlihat ada pemendekan
 Terpasang spalk di tungkai
bawah kaki kiri

DATA SUBYEKTIF : Ansietas Kurang terpaparnya


informasi
 Pasien mengatakan takut dan
kawatir akibat dari kondisi sakit
yang dideritanya, takut tidak
bisa sembuh dan tidak mau
dilakukan amputasi

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

DATA OBYEKTIF :

 Pasien tampak gelisah


 Pasien tampak tegang

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Bp W RUANG : Flamboyant


NO RM : 150307 MAHASISWA : M. Anang Rudiyanto NIM : PN 210911

HARI/ DX. KEPERAWATAN Perencanaan TTD


TGL/JAM TUJUAN dan KRITERIA HASIL

Senin, 7 Nyeri akut b.d agen pencedera Tujuan :


Maret fisik – patah tulang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan
2022 tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil :.
08.00 INDIKATOR A T
1
Keluhan nyeri 1 4

Gelisah 1 4

Kesulitan tidur 1 4

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

Gangguan mobilitas fisik b.d Tujuan :


Kerusakan integritas struktur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan
tulang mobilitas fisik meningkat, dengan kriteria hasil :.

INDIKATOR A T

Pergerakan ekstremitas 1 4

Kekuatan otot 2 4

Rentang gerak ROM 2 4

Ansietas b. d Kurang terpaparnya Tujuan :


informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan
tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil :.

INDIKATOR A T

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

Kebingungan 2 4

Perilaku gelisah 2 4

Perilaku tegang 2 4

INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Bp w RUANG : Flamboyant


NO RM : 150322 MAHASISWA : M. Anang Rudiyanto NIM : PN 210911

HARI/ DX. KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN


TGL/JAM

Nyeri akut b.d agen pencedera (manajemen Nyeri I.08238)


fisiologis - Hipertensi Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik

4. Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

(missal TENS, Hipnosis, terapi music, aroma therapie, imajinasi


terbimbing
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

7. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan menggunakan anlgetik yang tepat
10. Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi

11. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Gangguan mobilitas fisik b.d (Dukungan ambulasi I.06171)


Kerusakan integritas struktur Observasi
tulang
1. Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum melakukan
ambulasi
4. Monitor keadaan umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

5. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (tongkat, kruk)


6. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
8. Lakukan fisiotherapie dada (jika perlu)
9. Berikan oksigen (jika perlu)
Edukasi

10. Jelaskan prosedur dan tujuan ambulasi

11. Anjurkan melakukan ambulasi dini.

12. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan, misalkan


berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi.

Ansietas b. d Kurang (Reduksi Ansietas I.09314)


terpaparnya informasi Observasi :

1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

3. Monitor tanda – tanda ansietas

Terapeutik

Panduan KMB Program Profesi Ners


STIKES Wira HusadaYogyakarta

4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

6. Pahami situasi yang membuat kecemasan

7. Dengarkan dengan penuh perhatian

8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Edukasi :

9. Informasikan secara factual mengenai diagnose, pengobatan, dan


prognosis

10. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.

11. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

12. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan.

13. Latih tehnik relaksasi

Kolaborasi :

14. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas jika perlu

Panduan KMB Program Profesi Ners

Anda mungkin juga menyukai