LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
MICHAEL ANANG RUDIYANTO
PN210911
YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur ini telah dibaca, dan diperiksa
pada
Hari/Tanggal…………………………………………..
Mengetahui
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan
maupun kelainan patologis (Pelawi & Purba, 2019). Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 2005). Patahan tersebut mungkin saja
tidak lebih dari suatu retakan, biasanya patahan tersebut lengkap dan fragmen tulangnya
bergeser. Jika patahan tulang tersebut tidakmenembus kulit, hal ini disebut fraktur
tertutup, sedangkan jika patahan tersebut menembus kulit, maka disebut fraktur terbuka
(Pelawi & Purba, 2019).
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung gaya meremuk, gerakan memutar
mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi jaringan
sekitarnya mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002).
WHO menyatakan pada tahun 2010 kasus fraktur di dunia mengalami
peningkatan menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5% (Sari, 2016). Menurut Depkes
fraktur atau patah tulang pada tahun 2013 memiliki prosentase 5,8%. Di Jawa Timur
proporsi patah tulang menduduki urutan 15 tertinggi setelah provinsi D.I Yogyakarta
dengan prosentase 6,0% (Perdana, 2013).
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga dibawah penyakit
jantung koroner dan tuberculosis. Menurut hasil Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda,
2015), penyebab terjadinya fraktur oleh cedera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan
trauma tajam/tumpul.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien fraktur
diantranya sebagai educator, konsultan, konseling, pelindung, kolaborator coordinator,
sebagai pembaharuan sehingga peran perawat sangat penting memberi pengetahuan
tentang mobilitas atau melakukan pergerakan pada pasien fraktur agar tidak mengalami
kekakuan sendi, kecacatan fisik, serta memelihara mobilitas persendian.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Gangguan Kebutuhan Aktifitas Akibat Fraktur.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami:
a. Pengertian Fraktur
b. Etiologi Fraktur
c. Tanda dan Gejala Fraktur
d. Klasifikasi Fraktur
e. Patofisiologi Fraktur
f. Pathway Fraktur
g. Komplikasi Fraktur
h. Faktor Risiko Fraktur
i. Pemeriksaan Penunjang
j. Penatalaksanaan Fraktur
k. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Fraktur
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan
luasnya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 1997). Menurut
Doenges (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Fraktur adalah patah atau
gangguan kontinuitas tulang (Depkes, 1995). Menurut Price (1994), fraktur adalah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress lebih besar dari
yang dapat diabsorbsi.
b. Etiologi
Menurut Sjamsuhidajat (1997), terjadinya fraktur dapat disebabkan karena trauma
baik trauma langsung seperti benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah
tulang radius ulna, dan trauma tidak langsung seperti jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula dan radius distal patah.
Menurut Engram (1998) fraktur dapat disebabkan karena proses patologis
misalnya adanya tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang. Depkes (1995) mengatakan
bahwa penyebab primer fraktur adalah kecelakaan kendaraan bermotor/jatuh, olahraga,
exercise yang kuat dan malnutrisi. Menurut long (1996) penyebab fraktur adalah
kelemahan tulang akibat penyakit kanker/osteoporosis, patah karena letih, patah tulang
karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti karena berjalan kaki terlalu jauh.
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2015) ada 3 yaitu:
1) Cidera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cidera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan terbujur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b) Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c) Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru saja diterima di angkatan bersenjata atau
orang-orang yang baru mulai latihan lari.
Menurut Purwanto (2016), etiologi fraktur meliputi:
1. Trauma
2. Gerakan pintir mendadak
3. Kontraksi otot ekstem
4. Keadaan Patologis: osteoporosis, neoplasma.
d. Klasifikasi
Menurut Suriya & Zuriyati (2019), klasifikasi fraktur meliputi:
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta
1. Berdasarkan Tempat
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris, dan sebagainya.
2. Berdasarkan komplit atau tidak komplit fraktur
a) Fraktur komplit, garis patah melalui seluruh penampang tulang/melalui kedua
korteks tulang.
b) Fraktur tidak komplit (incomplete), bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang.
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
a) Fraktur Komunitif, fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b) Fraktur Segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan.
c) Fraktur Multipel, fraktur dimana garis patah lebih dari satu, tetapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen.
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a) Fraktur Tertutup (Closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
fraktur bersih karena kulit masih utuh, tanpa komplikasi. Klasifikasi fraktur
tertutup berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit/tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal/memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
9. Fraktur kelelahan
Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan karena proses patologis tulang.
e. Patofisiologi
Ketika patah tulang,terjadi kerusakan di korteks,pembuluh darah ,sumsum tulang
dan jaringan lunak.akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan ,kerusakan tulang dan
jaringan sektarnya,keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara tepi
tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik ditandai dengan
fase vasodilatasi dari plasma dan leukosit,ketika terjadi kerusakan tulang,tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera,tahap ini menunjukan tahap
awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum
tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.hematom
menyebabkan dilatasi kapiler otot,sehingga meningkatkan tekanan kapiler di otot,shingga
meningkatkan tekanan kapiler,kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskemik
dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial.hal ini menyebabkan
terjadinya edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf,yang bila berlangsung lama
bisa menyebabkan syndrome comportement.
f. Pathway
g. Komplikasi
Menurut Purwanto (2016), komplikasi dari fraktur meliputi:
1. Malunion, ialah tulang patah yang telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union, ialah proses penyembuhan yang terus berjalan, tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union, ialah tulang yang tidak menyambung kembali.
Menurut Suriya & Zuriyati (2019), komplikasi dari fraktur dibagi menjadi 2:
1. Komplikasi Awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah kejadian syok, yang berakibat fatal hanya
dalam beberapa jam setelah kejadian, kemudian emboli lemak yang dapat terjadi
dalam 48 jam, serta sindrom kompartement yang berakibat kehilangan fungsi
ekstremitas secara permanen jika terlambat ditangani.
2. Komplikasi Lambat
Komplikasi lambat dalam kasus fraktur adalah penyatuan tulang yang mengalami
patah terlambat, bahkan tidak ada penyatuan.
h. Faktor Risiko
1. Lansia
2. Anak-anak yang sangat aktif secara fisik
3. Menderita Osteoporosis
4. Gangguan Endokrin/pencernaan
5. Konsumsi kortikosteroid
6. Konsumsi alcohol
7. Kebiasaan merokok
8. Tidak rutin berolahraga
i. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur: menentukan lokasi, luasnya.
b) Pemeriksaan jumlah darah lengkap.
c) Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliens ginjal.
j. Penatalaksanaan
a) Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis.Reduksi tertutup,mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-
ujungnya saling berhubungan)dengan manipulasi dan traksi manual.alat-alat yang
digunakan biasanya traksi ,bidai dan alat yang lainnya.reduksi terbuka,dengan
pendekatan bedah.alat fiksasi interna dalam bentuk pen,kawat,sekrup,plat,dan paku.
b) Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau
meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi
yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3
bulan .
c) Cara pembedahan yaitu pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan pen
merupakan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dikenal dengan Open
Reduction and Internal Fixation(ORIF)
k) Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur menurut Purwanto, 2016:
1) Pengkajian
a. Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan secret
akibat kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan nafas , timbulnya pernafasan
yang sulit dan/tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi
3. Circulation
TD dapat nolmar atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dab membra
mukosa pucat, dingin, sianosis pada taha[ lanjut.
b. Pengkajian sekunder
1. Aktivitas / istirahat
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah )
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
Callary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
3. Neurosensory
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
Kelemahan
4. Keyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cidera
Spasme / kram otot
5. Keamanan
Leserasi kulit
Perdarahan
Perubahan warna
Pembekakan local
2) Diagnosis Keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler.
b. Nyeri berhubungan dengan spesme otot, pergeseran fregmen tulang
aktivitas hiburan
4) Ganti posisi dengan bantuan
bila ditoleransi
5) Jelaskan prosedur sebelum
memulai
6) Akukan dan awasi latihan
rentan gerak pasif/aktif
7) Dorong dengan metode
menejemen stress, contoh :
relaksasi, latihan nafas
dalam, imajinasi visualisasi,
sentuhan
8) Observasi tandatanda vital
9) Kolaborasi:pemberia n obat
neuromuskuler pada
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, WidyaMedika, Jakarta
Black, J.M, et al, 1995. Luckman and Sorensen’s. Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition,W.B. Saunder Company
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC, Jakarta
Dudley, Hugh AF. 1986. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. FKUGM
Henderson, M.A, 1992. Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta
Hudak and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta
Ignatavicius, Donna D, 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B.
Saunder Company
Long, Barbara C, 1996.Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius
FKUI. Jakarta
Oswari, E, 1993. Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Price, Evelyn C, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta
Reksoprodjo, Soelarto, 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa
Aksara, Jakarta
Tucker, Susan Martin, 1998. Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta
http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/
Bone_fractures_treatment_options?OpenDocument. diunduh tgl 29 agustus 2009 jam
20.30
DISUSUN OLEH :
PN210911
YOGYAKARTA
2022
Penanggung jawab
Nama : Ibu S
Tempat tanggal lahir : -
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Alamat :
Pekerjaan : Sremo Tengah
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta
B. RiwayatKesehatan
1. KeluhanUtama :
Pasien mengatakan bengkak dan nyeri yang hebat di tungkai bawah kiri, tidak bisa
berjalan, pasien mengatakan takut akan kondisi kakinya, tidak mau diamputasi
2. Riwayat penyakit sekarang :
Istri pasien mengatakan pasien mengendarai sepeda motor, tabrakan dengan sepeda
motor, waktu jatuh sadar, tidak pusing, kaki kiri tertindih sepeda motor, tungkai bawah
kaki kiri terlihat bengkak, pasien berteriak teriak kesakitan dan tidak bisa digerakkan,
ditolong orang orang disekitar tempat jkejadian dan dibawa ke RSU Kharisma
Paramedika, setelah dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan spalk, dan dilakukan pemeriksaan rontgen tungkai bawah kiri didadapatkan
hasil Patah tulang tibia fibula sinistra, disarankan untuk opname untuk dilakukan operasi
pemasangan plat + screw. Terpasang Infus RL di tangan kanan.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat sakit yang berbahaya
4. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak mempunyai penyakit yang serius
5. Genogram
-
C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia menurut Gordon (11 pola)
1. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keluarga pasien mengatakan belum pernah sakit yang serius, jika panas /
pusing membeli obat sendiri di apotik, jika sakitnya masih berlanjut kemudian
periksa ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3 x sehari, tidak ada pantangan
makan
Selama Sakit :
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta
7. Konsep diri
a. Identitasdiri : pasien mampu menyebut namanya sendiri, umur serta
tempat pasien tinggal
b. Gambaran diri :
c. Ideal diri :
d. Harga diri : di dalam keluarga saling menghargai antar anggota keluarga
yang lain, pasien mengatakan takut tentang kondisi kakinya dan tidak mau
diamputasi
e. Peran diri :
Sebagai kepala keluarga
8. Seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan kebutuhan seksual normal
9. Pola peran hubungan
Sebelum sakit : -
Selama Sakit : -
10. Manajemen koping stress
Pasien merasa sedih, takut dan merasa tidak nyaman dengan kondisi sakit
yang dideritanya
11. Sistem nilai dan keyakinan
Sebelum sakit :
D. PemeriksaanFisik
1. Tingkat kesadaran : Composmentis
2. TTV :
S :36.50C
N : 120x/mnt
RR : 22 x/mnt
TD : 140/90 mmHg
3. Kepala :
Simetris, tak tampak kelainan
4. Mata, telinga, hidung:
Mata sokor, tidak anemis, reflek pupil ada,. Telinga terlihat simteris, tidak ada
kelainan, hidung tidak ada kelainan
5. Mulut :
Gigi bersih, bibir terlihat terkering
6. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7. Dada / thoraks :
Inspeksi :
Dada simetris
Palpasi :
Dada teraba simetris, , teraba ictus cordis di ICS 5 kiri
Perkusi :
Suara paru terdengar sonor
Auskultasi :
Suara paru Vesiculer
Abdomen :
Inspeksi :
Panduan KMB Program Profesi Ners
STIKES Wira HusadaYogyakarta
E. PemeriksaanPenunjang
HasilPemeriksaan lab
N Hari/tgl JenisPx Hasil NN Interpretasi Indikas
o i
HasilPxPenunjang/diagnostic
N Hari/tgl JenisPx Hasil Keterangan
o (Interpretasi, indikasi, persiapn, dll)
F. TerapiObat
No Hari/TGL Therapi Dosis Rute Indikasi
ANALISA DATA
Skor Nyeri
P : Patah tulang
Q : ditusuk tusuk
R : tungkai bawah kaki kiri
S:6
T : terus menerus
Hasil pemeriksaan fisik
TD 140/90, N 120/mnt, RR
24/mnt S 36.5
DATA SUBYEKTIF Gangguan mobilitas fisik Kerusakan integritas struktur
Pasien mengatakan tungkai bawah tulang
kaki kiri tidak bisa digerakkan
DATA OBYEKTIF :
Hasil pemeriksaan fisik
TD 140/90, N 120/mnt, RR
24/mnt S 36.5
Terlihat ada pemendekan
Terpasang spalk di tungkai
bawah kaki kiri
DATA OBYEKTIF :
RENCANA KEPERAWATAN
Gelisah 1 4
Kesulitan tidur 1 4
INDIKATOR A T
Pergerakan ekstremitas 1 4
Kekuatan otot 2 4
INDIKATOR A T
Kebingungan 2 4
Perilaku gelisah 2 4
Perilaku tegang 2 4
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
Edukasi :
Kolaborasi :