Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

WEB OF CAUTION (WOC) CEDERA KEPALA SEDANG


DI RUANG SADEWA 2 RSUD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

DISUSUN OLEH :
LAILA QOTHRUNNADA
NIM. P1337420619042

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN NERS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
Definisi Manifestasi Klinis
Cedera kepala adalah cedera kepala Kecelakaan, tembakan, jatuh, kekerasan. Cedera kepala sedang (Diane C. Baughman
terbuka dan tertutup yang terjadi dan Joann C. Hackley 2003)
karena, fraktur tengkorak, kombusio
gegar serebri, kontusio memar, leserasi a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang
dan perdarahan serebral subarakhnoid, disertai dengan kebinggungan atau
subdural, epidural, intraserebral, batang hahkan koma.
CEDERA KEPALA SEDANG
otak (Doenges, 2000). b. Gangguan kesedaran, abnormalitas
Cedera kepala sedang adalah cedera pupil, awitan tiba-tiba deficit neurologik,
kepala dengan skala koma glassgow 9 - perubahan tanda-tanda vital (TTV),
13, lesi operatif dan abnormalitas dalam gangguan penglihatan dan pendengaran,
CT-scan dalam 48 jam rawat inap di disfungsi sensorik, kejang otot, sakit
Rumah Sakit (Torner, 1999). kepala, vertigo dan gangguan pergerakan

Etiologi
Patofisiologi Komplikasi
Penyebab cedera kepala antara lain
Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul Cidera kepala yang tidak teratasi dengan
(Rosjidi, 2007):
seperti terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat segera atau tidak optimal dalam terapi
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan lahir yang dapat mengenai kepala dan otak sehingga maka dapat menyebabkan beberapa
kendaraan bermotor atau sepeda, dan mengakibatkan terjadinya gangguan pada funsi otak komplikasi yaitu :
mobil. dan seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma mengenai
2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak 1. Edema paru
ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya
dengan ketergantungan. 2. Kebocoran cairan serebrospinal
leserasi pada kulit kepala dan pembuluh darah
3. Cedera akibat kekerasan. 3. Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
sehingga terjadi perdarahan. Apabila perdarahan yang
4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya 4. Kejang pasca trauma
terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
terbatas pada daerah dimana dapat 5. Demam dan menggigil
terganggunya aliran darah sehingga terjadi hipoksia.
merobek otak. 6. Hidrosefalus
5. Kerusakan menyebar karena kekuatan Akibat hipoksia ini otak mengalami edema serebri dan
7. Spastisitas
benturan, biasanya lebih berat sifatnya. peningkatan volume darah di otak sehingga tekanan
8. Agitasi
6. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya intra kranial akan meningkat. (Borley & Grace, 2006)
9. Sindrom post kontusio
terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak, misalnya tertembak
peluru atau benda tajam.
Klasifikasi Penatalaksanaan medis Pemeriksaan Penunjang

Cedera kepala dibagi atas cedera Menurut Sezanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare (2013), Menurut Muttaqin (2008),
kepala tumpul dan cedera kepala penatalaksanaan cedera kepala adalah : pemeriksaan penunjang yang dapat
tembus. Cedera kepala tumpul dilakukan ialah sebagai berikut :
1. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti
biasanya berkaitan dengan kecelakaan 1. Ct Scan
edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya
mobil/motor, jatuh atau pukulan 2. MRI
trauma.
benda tumpul.Cedera kepala tembus 2. Therapi hiperventilasi untuk mengurangi vasodilatasi 3. EEG
disebabkan oleh peluru atau 3. Pemberian analgetik. 4. Angiografi serebral
tusukan.Adanya penetrasi selaput 4. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; 5. Sinar-X
durameter menentukan apakah suatu manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol. 6. Fungsi lumbal, cairan
cedera termasuk cedera tembus atau 5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak serebrosspinal (CSS)
cedera tumpul. (pinicilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazole.
6. Pembedahan.

Trauma pada jaringan lunak Trauma akibat deselerasi/akselerasi Robekan dan distorsi

Rusaknya jaringan kepala Cedera jaringan Jaringan sekitar tertekan

Luka terbuka Hematoma Nyeri Akut (D.0077)

Tekanan intracranial ↑
Resiko Infeksi (D.1042)
SLKI : Tingkat Nyeri ( L.08066) :
Aliran darah ke otak↓ Kriteria Hasil :
SLKI : Tingkat Infeksi ( L.14137) :
a. Kemampuan menuntaskan
Kriteria Hasil : Perubahan perfusi jaringan serebral Resiko perfusi serebral aktivitas meningkat
tidak efektif (0017) b. Keluhan nyeri menurun
a. Kemerahan menurun c. Meringis menurun
Kerusakan hemisfer motorik
b. Nyeri menurun
c. Nafsu makan meningkat
SLKI : Perfusi serebral SIKI : Manajemen Nyeri (I.08238) :
SIKI : Pencegahan Infeksi (I.14539)
(L.02014)  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Monitor tanda dan gejala infeksi
Kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
lokal dan sistemik intensitas nyeri
Penurunan kekuatan dan tahanan otot
a. Tingkat kesadaran 
 Batasi jumlah pengunjung Identifikasi skala nyeri
meningkat  Berikan teknik non farmakologis
 Cuci tangan sebelum dan MK : Gangguan mobilitas fisik b. Tekanan intra kranial untuk mengurangi rasa nyeri
(D,0054) menurun
sesudah kontak dengan pasien  Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Sakit kepala menurun
 Pertahankan tehnik aseptik  Jelaskan strategi meredakan
d. Gelisah
SLKI : Mobilitas Fisik (L.05042) nyeri anjurkan teknik non
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi farmakologis untuk mengurangi
Kriteria Hasil : rasa nyeri
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
a. Pergerakan ekstremitas  Anjurkan teknik non
luka atau luka operasi SIKI : Manajemen peningkatan
meningkat farmakologis untuk mengurangi
tekanan intrakranial (I. 060194)
b. Kekuatan otot meningkat rasa nyeri
c. Rentang gerak (ROM)  Monitor tanda/gejala  Kolaborasi analgetik jika perlu.
meningkat peningkatan TIK
d. Kecemasan menurun  Monitor status pernapasan
e. Gerakan terbatas menurun  Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan
yang tenang
SIKI : Dukungan mobilisasi (I.05173) :  Berikan posisi semi fowler
 Pertahankan suhu tubuh
 Identifikasi adanya nyeri atau normal
keluhan fisik lainnya  Cegah terjadinya kejang
 Identifikasi toleransi fisik  Kolaborasi pemberian
melakukan pergerakan diuretik osmosis, jika perlu.
 Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
 Fasilitas melakukan pergerakan,
jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi, Catur S. (2019). Keperawatan Medika Bedah Persarafan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press
2. Haryono, R. & Maria P. (2020). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi
dan indikator diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PNI
4. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: definisi
dan kriteria hasil keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PNI
5. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi
dan Tindakan keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PNI
6. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
7. Retnaningsih. 2018. Cedera Kepala Traumatik. Diakses pada 25 Juli 2021 dari
http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080427234109

Anda mungkin juga menyukai