“ CIDERA KEPALA ”
Disusun Oleh :
SILVIE AYU DARMIANTI
071201015
E. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menggunakan medan magnetik kuat dan frekuensi radio. Bila bercampur
gelombang yang dipancarkan tubuh, akan menghasilkan citra MRI yang dapat
digunakan unutk mendiagnosis tumor, infark atau kelainan lain di pembuluh
darah.
c. Angiografi serebral
Untuk menunjukkan kelainan lain sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, pendarahan trauma. Digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan kelainan serebral vaskuler.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.=
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menggunakan medan magnetik kuat dan frekuensi radio. Bila bercampur
gelombang yang dipancarkan tubuh, akan menghasilkan citra MRI yang dapat
digunakan unutk mendiagnosis tumor, infark atau kelainan lain di pembuluh
darah.
c. Angiografi serebral
Untuk menunjukkan kelainan lain sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, pendarahan trauma. Digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan kelainan serebral vaskuler.
d. Angiografi Substraksi Digital
Suatu tipe angiografi yang menggabungkan radiografi dengan teknik
komputerisasi untuk memperlihatkan pembuluh darah tanpa gangguan dari tulang
dan jaringan lunak di sekitarnya.
e. ENG (Elektronistagmogram)
Pemeriksaan elektro fisiologis vestibularis yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis gangguan sistem saraf pusat.
f. Lumbal Pungsi
Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6
jam dari saat terjadinya trauma
g. EEG
Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
yang berkaitan dengan adanya lesi di kepala.
h. BAEK ( Brain Audition Euoked Tomografi)
Untuk menentukan fungsi korteks dan batang otak
i. Rontgen foto kepala
Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak
j. GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang meningkatkan TI
G. Pengkajian Primer
o Pertanyaan mengenai riwayat terjadinya cedera, meliputi :
- Kapan cedera terjadi
- Apa penyebab cedera? Apakah obyek membentur kepala? Apakah pasien
sampai terjatuh?
- Dari mana arah dan kekuatan pukulan?
- Apakah sempat kehilangan kesadaran? Durasi periode tidak sadar? Apakah
pasien dapat dibangunkan? Adakah amnesia setelah cedera?
o Fokus Pengkajian
a. Tingkat kesadaran dan responsivitas. Tingkat kesadaran dan responsivitas
dikaji secara teratur karena perubahan pada tingkat kesadaran mendahului
semua perubahan tanda vital dan neurologik lain. Skala koma Glasgow
digunakan untuk mengkaji tingkat kesadaran berdasarkan tiga kriteria
pembukaan mata, respons verbal, dan respon motorik terhadap perintah verbal
atau stimulus nyeri.
b. Pemantauan tanda vital. Meskipun penyimpangan tingkat kesehatan pasien
adalah indikasi neurologik paling sensitif tentang ancaman bahaya, tanda vital
dipantau dalam interval sering untnuk mengkaji status intrakranial.
- Tanda peningkatan TIK meliputi pelambatan nadi, peningkatan tekanan
darah sistolik, dan pelebaran tekanan nadi.
- Pada saat kompresi otak meningkat, tanda vital cenderung sebaliknya.
Nadi dan pernafasan semakin cepat dan tekanan darah menurun.
- Peningkatan suhu drastis dianggap hal yang tidak menguntungkan,
karena hipertermia meningkatkan kebutuhan metabolisme otak dan
merupakan indikasi kerusakan batang otak. Suhu harus dipertahankan
dibawah 38 derajat Celcius.
- Takikardia dan hipotensi arteri dapat mengindikasikan perdarahan
sedang terjadi di tempat lain di tubuh.
c. Fungsi motorik. Fungsi motorik sering dikaji melalui observasi gerakan-
gerakan spontan, memerintahkan pasien meninggikan dan menurunkan
ekstremitas, dan membandingkan kekuatan dan kualitas genggaman tangan
dalam periodik waktu yang teratur.
- Jika pasien tidak menunjukkan gerakan spontan, maka respons stimulus
nyeri dikaji. Respons abnormal (respon motorik berkurang) mengarah
pada prognosis buruk.
- Kemampuan pasien untuk bicara dan kualitas bicara juga dikaji. Kapasitas
untuk bicara merupakan indikasi tingkat fungsi otak yang tinggi.
- Pembukaan mata secara spontan pada pasien dievaluasi.
Ukuran dan kualitas pupil dan reaksinya terhadap cahaya. Dilatasi
unilateral dan respons pupil yang buruk merupakan indikasi adanya
pembentukan hematoma dengan tekanan lanjut pada syaraf kranial ketiga
karena pergeseran otak. Jika kedua pupil kaku dan berdilatasi, maka
diindikasikan ada cedera berlebihan dan kerusakan intrinsik pada batang
otak atas, yang merupakan tanda prognostik buruk.
o Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
actual/potensial dari kondisi life threatening (berdampak terhadap kemampuan
pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
a. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
Kaji :
1) Bersihkan jalan nafas
2) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
3) Distress pernafasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing dan ventilasi
Kaji :
1. Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
2. Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
3. Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
Kaji :
1) Denyut nadi karotis
2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembaban kulit
4) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
d. Disability
Kaji :
1) Tingkat kesadaran
2) Gerakan ekstremitas
3) Glasgow coma scale (GCS), atau pada anak tentukan : Alert (A), Respon
verbal (V), Respon nyeri/pain (P), tidak berespons/unresponsive (U)
4) Ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya
e. Exposure control
Kaji :
1) Tanda-tanda trauma yang ada
o Pengkajian Sekunder
1. Fahrenheit (suhu tubuh)
Kaji :
1. Suhu tubuh
2. Suhu lingkungan
2. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontiny
Kaji :
1. Tekanan darah
2. Irama dan kekuatan nadi
3. Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu
4. Saturasi oksigen
3. Head to assesment (pengkajian dari kepala sampai kaki)
Pengkajian Head to toe
a. Riwayat Penyakit
o Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit
o Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah sakit
o Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera
o Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada organ
tubuh yang mana, gunakan : provoked (P), quality (Q), radian (R),
severity (S) dan time (T)
o Kapan makan terakhir
o Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi
pembedahan/kehamilan
o Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang,
imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
o Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien
c. Pengkajian kepala, leher dan wajah
o Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan
jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing.
I. Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi dan kerusakan
neurovaskuler ditandai dengan kelemahan atau poaralisi otot pernafasan.
Kriteria hasil :
Pernafasan reguler, dalam dan kecepatannya teratur
Pengembangan dada kiri dan kanan simetris
Tanda dan gejala obstruksi pernafasan tidak ada : stridor (-), sesak nafas
(-), wheezing (-)
Suara nafas : vaskuler kiri dan kanan
Trakhea midline
Analisa gas darah dalam batas normal : PaO2 80-100 mmHg, Saturasi O2
> 95 %, PaCO2 35-45 mmHg, pH 7,35-7,45
Intervensi :
Mandiri
o Observasi frekuensi, kecepatan, kedalaman dan irama pernafasan.
o Observasi penggunaan otot bantu pernafasan
o Berikan posisi semi fowler bila tidak ada kontra indikasi
o Ajarkan dan anjurkan nafas dalam serta batuk efektif
o Perhatikan pengembangan dada simetris atau tidak
o Kaji fokal fremitus dengan meletakkan tangan di punggung pasien
sambil pasien menyebutkan angka 99 atau 77
o Bantu pasien menekan area yang sakit saat batuk
o Lakukan fisiotherapi dada jika tidak ada kontra indikasi
o Auskultasi bunyi nafas, perhatikan bila tidak ada ronkhi, wheezing dan
erackles.
o Lakukan suction bila perlu
o Lakukan pendidikan kesehatan.
Kolaborasi
o Pemberian O2 sesuai kebutuhan pasien
o Pemeriksaan laboratorium / analisa gas darah
o Pemeriksaan rontgen thorax
o Intubasi bila pernafasan makin memburuk
o Pemasangan oro paringeal
o Pemasangan water seal drainage / WSD
o Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan vaskuler serebral
dan edema otak ditandai dengan wajah menahan nyeri dan adanya perubahan
tanda-tanda vital.
Kriteria hasil :
o Menurunnya derajat nyeri baik daripada respon verbal maupun pengukuran
skala nyeri.
o Hilangnya indikator fisiologi nyeri : takhikardia (-), takipnoe (-), diaporesis
(-), tekanan darah normal
o Hilangnya tanda-tanda non verbal karena nyeri : tidak meringis, tidak
menangis, mampu menunjukkan posisi yang nyaman
o Mampu melakukan pemerintah yang tepat.
Intervensi :
Mandiri
o Kaji karakteristik nyeri dengan PQRST
o Bantu melakukan teknik relaksasi
o Batasi aktivitas
Kolaborasi
o Pemberian O2
o Perekaman EKG
o Pemberian therapi sesuai indikasi
o IVFD sesuai indikasi
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Penyakit II Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzzane C. dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Volume 3 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika.
Anonim. 2011.
http://www.ahliwasir.com/image-upload/detail_brain_layers.jpg. Diakses pada 7
Oktober 2012 pukul 10.00 WIB.
Anonim. 2010. http://brain-age-3.brainfunctionz.com/brain-anatomy/. Diakses pada 7
Oktober 2012 pukul 10.07 WIB
Askar, M. 2011. http://askarnh.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-
gawat- darurat.html. Diakses pada 7 Oktober pukul 14.30 WIB