Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN WOC

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Disusun oleh :

ARINTIKA HESTI NUR AINI (071201007)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR
(BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

A. Definisi
Menurut Sembiring (2019), Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Menurut Sutarjo
(2014), BBLR dapat terjadi pada kondisi bayi prematur yang lahir kurang bulan
maupun bayi yang lahir cukup bulan dan memiliki masalah pada proses
pertumbuhannya selama masa kehamilan. BBLR juga dapat terjadi dikarenakan usia
kehamilan yang kurang dari usia normal yaitu 37 minggu dan berat bayi pun lebih
rendah dari bayi pada umumnya (Manuaba, 2007). BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberika dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010) yaitu :
a. Factor Ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preeklamsi berat, eklamsi, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, penyakit
jantung
2) Ibu
a) Kehamilan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b) Jarak kelahiran terlalu pendek
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Biasanya terjadi pada golongan sosisal ekonomi rendah
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Factor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronik
3) Gawat janin
4) Kehamilan kembar
c. Factor plasenta
1) Hidramnion
2) Plasenta previa
3) Solutio plasenta
4) Sindrom tranfusi bayi kembar
5) Ketuban pecah dini
d. Factor lingkungan
1) Tempat tinggal didataran tinggi
2) Terkena radiasi
3) Terpapar zat beracun

C. Patofisiologi
Menurut Nelson (2000) Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan
usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat
badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar
Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat
kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

D. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), BBLR dikelompokan berdasarkan:
a. Berdasarkan BB
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

E. Manifestasi Klinis
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapat apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan belum
sempurna

F. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan suhu tubuh
Bayi premature akan cepat cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengatur panas belum berfungsi dengan baik
2. Pengawasan nutrisi dan ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang.
3. Pencegahan infeksi
Bayi premature mudah sekali terserang infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang
4. Penimbangan ketat
5. Icterus
Semua bayi premature menjadi icterus karena system enzim hatina belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi secara efisien sampai 4-5 hari berlalu.
6. Pernafasan
Bayi premature mungkin menderita penyakit membrane hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam incubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobservasi usaha pernafasan.
7. Hipoglikemi
Pada BBLR harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR


1. Pengkajian
a) Biodata
a. Klien
 Nama
 Tempat lahir
 Jenis kelamin
b. Orang tua
 nama ayah/ibu
 umur
 agama
 suku atau kebangsaan
 pendidikan
 alamat.
b) Pengkajian umum
- Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan
denganmenggunakan timbangan elektronik.
- Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
- Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saatistirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
- Observasi adanya deformitas yang tampak.
- Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,tidak
responsive, dan apnea.
c) Pengkajian respirasi
- Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi,slang
dada, atau devisiasi lainnya.
- Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan
cupinghidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
- Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
- Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,mengi,
suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),berkurangnya
masukan udara, dan kesamaan suara napas.
- Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
d) Pengkajian kardiovaskuler
- Tentukan denyut jantung dan iramanya.
- Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
- Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum
intensity/PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras
terdengar dan teraba (perubahan PMI menunjukkan adanya
pergeseran imediastinum).
- Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi
atauhematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-
bercak.
- Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
- Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
e) Pengkajian gastrointestinal
- Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dindingabdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan statusumbilicus.
- Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitandengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jikamakanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipepenghisap, dan
haluaran (warna, konsistensi, pH).
- Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
- Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanyadarah.
- Jelaskan bising usus.
f) Pengkajian genitourinariaa.
- Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
- Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna
pH,temuanlab-stick, dan berat jenis kemih (untuk
menyaringkecukupan hidrasi).
- Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalammengkaji
hidrasi).
g) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
- Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas
terhadaprangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
- Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
- Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking, plantar,
tonickneck, palmar).
- Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
h) Suhu tubuh
- Tentukan suhu kulit dan aksilar.
- Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
i) Pengkajian kulit
- Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah,
tandairitasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama
dimanaperalatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan
kulit.Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal
plester,povidone-jodine).
- Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik,terkelupas
dan lain-lain.
- Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

2. Diagnosa Keperawatan
a. D. 0142 Risiko Infeksi
b. D. 0005 Pola Nafas Tidak Efektif
c. D.0131 Hipotermia
d. D.0108 Risiko Gangguan Pertumbuhan

3. Intervensi dan Outcome


NO SDKI SLKI SIKI
1. D. 0142 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
intervensi keperawatan Observasi :
selama.......maka tingkat - Monitor tanda dan gejala
infeksi (L.0076) infeksi
menurun, dengan - lokal dan sistemik
Kriteria Hasil : Terapeutik :
- Selera makan - Batasi jumlah pengunjung
meningkat - Cuci tangan sebelum dan
- Kognitif meningkat sesudah kontak dengan
- Kemerahan pasien dan lingkungan
menurun pasien
- Sputum berwarna - Pertahankan teknik
hijau menurun aseptik pada pasien
- Piuria menurun berisiko tinggi
- Demam menurun Edukasi :
- Ajarkan tanda dan gelala
- Periode Malaise
infeksi
menurun
- Ajarkan cara mencuci
- Periode Menggigil
tangan dengan benar
menurun
- Ajarkan cara menghindari
- Nyeri menurun
infeksi
- Lethargi menurun - Anjurkan meningkatkan
- Kultur darah masukan asupan nutrisi
membaik dan cairan
- Kultur urine Kolaborasi :
membaik - Kolaborasi pemberian
- Kultur feses imunisasi, jika perlu
membaik Pengontrolan infeksi
- Hasil sel darah putih Observasi
membaik - Identifikasi pasien yang
mengalami penyakit
infeksi menular
Terapeutik
- Terapkan kewaspadaan
universal (mis. cuci
tangan aseptik, gunakan
APD)

2. D. 0005 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas


Efektif intervensi keperawatan Observasi
selama ........jam maka - Monitor pola nafas
pola nafas (L. 0052) (frekuensi, kedalaman,
membaik dengan usaha nafas)
kriteria hasil : - Monitor bunyi nafas
- Ventilasi semenit tambahan (mis.
meningkat gurgling, mengi,
- Dispnea menurun wheezing, ronkhi
- Penggunaan otot kering)
bantu pernafasan - Monitor sputum
menurun (jumlah, warna aroma)
- Orthopnea menurun Terapeutik
- Pernafasan pursed- - Pertahankan kepatenan
lip menurun jalan nafas dengan head-
- Pernafasan cuping tilt dan chin-lift (jaw-
hidung menurun thrust jika curiga trauma
- Pola nafas membaik servikal)
- Kapasitas vital - Posisikan semi-Fowler
membaik atau Fowler
- Tekanan ekspirasi - Lakukan fisioterapi
membaik dada, jika perlu
- Tekanan inspirasi - Lakukan penghisapan
membaik lender kurang dari 15
- Ekskursi dada detik
membaik - Berikan oksigen, jika
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektor
an, mukolitik, jika perlu
- Pemantauan respirasi
Observasi
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
3.
D.0131 Hipotermia Setelah dilakukan Manajemen Hipotermia
intervensi keperawatan
Observasi
selama........ maka
termoregulasi (L.0072) - Monitor suhu tubuh
membaik, dengan - Identifikasi penyebab
Kriteria Hasil : hipotermia (mis. Terpapar
suhu lingkungan rendah,
- Kulit merah
pakaian tipis, kerusakan
menurun
hipotalamus, penurunan
- Kejang menurun laju metabolism,
- Menggigil menurun kekurangan lemak sub
- Akrosianosis kutan)

menurun - Monitor tanda dan gejala

- Konsumsi oksigen akibat hipotermia

menurun
Terapeutik
- Piloereksi menurun
- Vasokontriksi - Sediakan lingkungan
perifer menurun yang hangat (mis.
- Kutis memorata Inkubator)
menurun - Lakukan penghangatan
- Pucat menurun pasif (mis. Selimut,
- Suhu tubuh menutup kepala dan

membaik pakaian tebal)

- Takikardi membaik - Ganti pakaian atau linen

- Takipnea membaik yang basah

- Suhu kulit membaik - Lakukan penghangatan

- Bardikardi membaik aktif eksternal (mis.


Kompres hangat, selimut
- Dasar kuku sianotik
hangat, metode kanguru)
membaik
- Lakukan penghangatan
- Kadar glukosa darah
aktif internal (mis. Infuse
membaik
cairan hangat)
- Hipoksia membaik
- Pengisian kapiler
membaik
- Ventilasi membaik
- Tekanan darah
membaik
4. D.0108 Risiko Gangguan Setelah dilakukan Edukasi orang tua : Fase
Pertumbuhan intervensi Anak
keperawatan Observasi
selama......maka - Identifikasi pemahaman
status pertumbuhan orangtuan/ keluarga
membaik, tentang membesarkan
dengan anak
Kriteria Hasil : - Identifikasi kesiapan
- Prematuritas orangtua dalam menerima
menurun edukasi serta faktor-
- Kelainan genetik/ faktor yang menghambat
kongenital keberhasilan edukasi
menurun - Identifikasi sumber
- Penyakit kronis dukungan keluarga
menurun - Identifikasi sumber
- Infeksi menurun stressor keluarga
- Penganiayaan Terapeutik
menurun - Minta orangtua
- Penyalahgunaan menjelaskan perilaku
zat menurun anak
- Ekonomi lemah - Dengarkan setiap
- Nutrisi adekuat keluahan dan masalah
meningkat yang dihadapi orangtua
- Terpapar teratogen - Berikan sikap empati
menurun - Diskusikan pendekatan
- Proses infeksi orangtua yang dapat
maternal menurun digunakan untuk
- Nafsu makan membantu anak
terkontrol mengekspresikan
meningkat perasaan secara positif
- Nutrisi maternal Edukasi
adekuat meningkat - Ajarkan tehnik
- Perilaku makan pengasuhan dan
adaptif meningkat ketrampilan komunikasi
- Berikan informasi tentang
tahapan tumbuh kembang
anak
- Jelaskan tentang sikap/
tindakan antiispasi di
tahapan usia anak
- Fasilitasi orangtua untuk
bertanya
WOC BBLR
(BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
DAFTAR PUSTAKA
Br Sembiring, J. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Prasekolah. Yogyakarta:
Deepublish Publiser.
Depkes RI. (2008). Tetanus Neonatorum dan Bayi Berat Lahir Rendah.Jakarta: Depkes RI.
Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013.Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri .Jakarta.
M. Sholeh kosim , dkk. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta .
2012
Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika, Yogyakarta.
Purwoastuti, E. (2009). Waspada Osteoporosis .Yogyakarta: Kanisius.
Riskesdas. (2007). Gizi pada Ibu Hamil.Jakarta: Riskesdas RI.
Setaningrum, S. (2005). Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan , Lingkar lengan atas,
Kadar Hemoglobn Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas
Ampel I Boyolali 2005. Jurnal Semarang.
Sudarti. Fauziah, Afroh. 2012. Asuhan Kebidanan NeonatusBayi dan Balita. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Sutarjo, U. S. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai