PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apakah pengertian dari BBLR ?
2. Bagaimanakah klasifikasi dari BBLR ?
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya BBLR ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari BBLR ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari BBLR ?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan dari BBLR ?
7. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada BBLR ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya BBLR
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari BBLR
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari BBLR
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada BBLR
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.
(WHO,1961) dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Pada tahun 1961
oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500
gram disebut Low Birt Weight Infants (BBLR).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2014).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram, terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ
yang dapat menimbulkan kematian. BBLR adalah setiap bayi yang
beratnya hanya 2,5 kg atau di bawahnya pada saat lahir. (Denis Tiran,
2013).
Berdasarkan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir
rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1) Prematuritas Murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
(NKBSMK).
2) Dismaturitas
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan dismatur dapat terjadi dalam preterm,term,dan post
term. Dismatur ini dapat juga Neonatus kurang bulan – kecil untuk
3
masa kehamilan (NKB-KMK). Neonatus cukup bulan kecil masa
kehamilan (NCB-KMK), Neonatus lebih bulan-kecil Masa Kehamilan
(NLB-KMK).
2 Etilogi
a. Faktor Ibu
1) Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.
2) Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis, inkompeten serviks).
3) Tumor (mis. Mioma uteri, sistoma).
4) Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi
(mis. Tifus abdominalis, malaria). Kronis (mis.TBC, penyakit jantung,
gromeluronefritis kronis).
5) Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik dan Psikologis (mis.stres).
6) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
7) Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta.
b. Faktor Janin
1. Kehamilan ganda,
2. Hidramnion,
3. Ketuban pecah dini,
4. Cacat bawaan,
5. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis,toksoplasmosis),
6. Insufisiensi plasenta,
7. Inkompatibilitas darah ibu dan janin(factor Rhessus, golongan darah
ABO).
c. Faktor Plasenta adalah Plasenta previa dan solusio plasenta.
3. Manifestasi Klinis
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
4
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang 33 cm.
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
h. Rambut lanugo masih banyak.
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
k. Tumit mengkilap,telapak kaki halus.
l. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun kedalam skrotum,untuk bayi perempuan klitoris
menonjol,labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.
n. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
p. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai
2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
5
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas yang rendah
dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus,
cacat bawaan, BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan, hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan premature juga lebih besar.
6
5. Pathway BBLR
7
6. Komplikasi
a. Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru
progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan
permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah
lahir bayi akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
Kadar oksigen arteri menurun
Konsentrasi CO2 meningkat
Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas
intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif
berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan
pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan
positif berkelanjutan.
b. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya
lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma
distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia
pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami
serangan apnea.
8
c. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan
jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang
menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan
konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih
dari 40 %). Sebagian besar incubator mempunyai kontrol untuk mencegah
konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan
pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau
tekanan oksigen arteri bayi.
d. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat
pernapasan atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan
intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea.
Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi
dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat
bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama
beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin
mungkin bermanfaat.
e. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat
asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung,
muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus
mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan
gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan
pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.
9
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan.
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
g. Pemeriksaan analisa gas darah.
8. Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR
Bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik,metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas
oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehinga
panas badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam incubator
maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celcius dan
untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila
incubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
10
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat
dipertahankan.
b. Nutrisi
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhanya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflex menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila factor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cckg BB/hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawat dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
11
a. Dimasukkan dalam inkubator
Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat
sistem pengaturan suhu dalm tubuh bayi belum sempurna, maka suhunya
bisa naik atau turun secara drastis. Hal ini tentu bisa membahayakan
kondisi kesehatannya. Otot-ototnya juga relatif lebih lemah, sementara
cadangan lemaknya juga lebih sedikit dibandingkan bayi yang lahir
normal.
b. Pencegahan infeksi
Mudahnya bayi BBLR terinfeksi menjadikan hal ini salah satu
fokus perawatan salama di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan
memastikan jangan sampai terjadi infeksi karena bisa berdampak fatal.
c. Minum cukup
Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah
selama dirawat, pihak RS harus memastikan bayi mengkonsumsi susu
sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa mengisap dengan benar,
minum susu digunakan menggunakan pipet.
d. Memberikan sentuhan
Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan
dengan orang tua terputus. Orang tua terutama ibu sangat disarankan untuk
terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi BBLR yang mendapat
sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang
lebih cepat daripada jika bayi jarang disentuh.
e. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya
stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya boleh dibawa pulang.
Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan standar berat badan.
Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2 kg.
12
10 NICU
1. Definisi
Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan
intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus,
guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.
13
benar ekstra ketat. Satu orang perawat yang bertugas hanya boleh
menangani satu pasien selama 24 jam penuh. Perawatan level III (NICU)
meliputi perawatan bayi sakit kritis atau belum stabil yang memerlukan
support alat bantu nafas mekanik (Bubble Nasal CPAP atau Ventilator
mekanik), tindakan operatif maupun pemberian obat-obatan atau tindakan
intervensi khusus. Adapun bayi yang harus dirawat di NICU antara lain
bayi dengan sindroma gawat nafas derajat 3 dan 4 yang memerlukan
support alat bantu nafas mekanik (Bubble Nasal CPAP atau Ventilator
mekanik), Aspirasi air ketuban (Meconeum Aspiration Syndrome); Bayi
berat badan lahir amat atau sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau
bayi dengan umur kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum
mendapatkan obat kematangan paru; Bayi dengan kelainan kongenital
yang membutuhkan tindakan operatif, misalnya bayi dengan obstruksi
saluran pencernaan, hernia diafragmatika, omfalokel, penyakit jantung
bawaan, perforasi usus, atresia ani, dll; serta perawatan bayi pasca operasi
besar yang membutuhkan support ventilator mekanik; Bayi yang
membutuhkan intervensi invasif, misalnya pemberian surfaktan, transfusi
tukar, pemasangan akses umbilikal, pemasangan akses vena dalam dan
akses arteri, ventilator mekanik.
14
sudah mendekati tanggal kelahiran idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan
6 minggu lebih dini dari seharusnya, biasanya mesti menjalani perawatan
di rumah sakit kurang lebih 4 minggu, atau lebih cepat dua minggu dari
kelahiran idealnya. Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika
kondisi tubuhnya sudah stabil, organ-organ vitalnya sudah berfungsi baik,
dan berbagai risiko yang mengancam sudah bisa dihindari. Salah satu
indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap atau buang air besar
dan kecil sudah baik.
15
memasang selang kecil melalui mulut sampai ke lambung. Sebagai
jalan untuk memasukan ASI atau susu formula
b. Infant warmers
Ini adalah tempat tidur dengan penghangat yang ada diatasnya,
sehingga bayi dapat terhindar dari hipotermi. Orang tua dapat
menyentuh bayi di warmers, yang tentunya berbicara dulu kepada
perawat.
c. Inkubator
Ini adalah tempat tidur kecil yang tertutup oleh plastik keras yang
transparan, suhu di inkubator diatur sesuai dengan kondisi bayi.
terdapat lubang disetiap samping inkubator sebagai jalan untuk perawat
dan dokter memeriksa pasien. Orang tua dapat menyentuh bayinya
lewat lubang tersebut.
d. Jalur infus
Sebuah kateter kecil yang fleksibel yang dimasukan kedalam
pembuluh darah vena. Hampir semua bayi yang dirawat di NICU
diinfus untuk kebutuhan cairan dan obat-obatan, biasanya di lengan atau
kaki atau bahkan dapat dibuat umbilical chateter (sebuah kateter yang
dimasukan ke umbilical) pada situasi tertentu dibutuhkan IV line yang
lebih besar untuk memasukan cairan dan obat-obatan, ini dilakukan
oleh dokter bedah pediatrik.
e. Monitor
Bayi di NICU tersambungkan ke monitor sehingga staff NICU
akan selalu mengetahui tanda-tanda vital mereka. Dalam satu monitor
dapat terekam beberapa tanda-tanda vital, antara lain denyut nadi,
pernafasan, tekanan darah, suhu dan SPO2 (kandungan oksigen dalam
darah).
f. Blue light therapy
Terapi cahaya yang digunakan untuk bayi-bayi yang kadar
bilirubinnya lebih tinggi dari normal, biasanya digunakan di atas bayi
dengan bayi telanjang dan matanya ditutup dengan pelindung mata
16
khusus, lamanya terapi cahaya tergantung dari penurunan kadar
bilirubin, biasanya diperiksa ulang setelah 24 jam pemakaian cahaya.
g. Bubble CPAP
Alat bantu napas dengan menggunakan canul kecil ke dalam
lubang hidung bayi, hal ini biasanya digunakan untuk bayi yang sering
lupa napas (apnoe).
h. Ventilator
Mesin napas yang digunakan untuk bayi yang mempunyai
gangguan nafas berat, hal ini dengan menggunakan selang kecil melalui
hidung atau mulut sampai ke paru.
17
d. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
e. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks
terhadap cahaya.
f. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
i. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek
j. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
k. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm di bawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
l. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
– tanda infeksi pada tali pusat.
18
m. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
n. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
o. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia
kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan ingest/digest/absorb
4. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
5. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
3. RENCANA KEPERAWATAN
19
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
20
oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
1. Memonitor keadaan umum
pasien
terhadap oksigenasi
2. Mengetahui keadaan
Vital sign Monitoring tekanan darah dan keadaan
3. Mengetahui perbedaan dan
1. Monitor TD, nadi,
perubahan tekanan darah
suhu, dan RR
2. Catat adanya
4. Mengevaluasi kepatenan
pemeriksaan
fluktuasi tekanan
darah 5. Mengetahui pengaruh
3. Monitor VS saat aktifitas terhadap vital sign
pasien berbaring, 6. Mengetahui kemampuan
duduk, atau berdiri jantung dalam
4. Auskultasi TD pada memompakan darah
kedua lengan dan 7. Mengetahui keadaan
bandingkan pernafasan pasien
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama, 8. Mengetahui kelaianan pada
dan setelah aktivitas paru
6. Monitor kualitas dari
9. Mengetahui gangguan
nadi
pernafasan pasien
7. Monitor frekuensi
10. Mengevaluasi oksigenisasi
jaringan
dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru 11. Mengevaluasi oksigenasi
9. Monitor pola jaringan perifer
pernapasan abnormal
10.Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11.Monitor sianosis
perifer
21
RR keletihan pada pasien
3. Monitor warna dan 6. Memberikan pemahaman
suhu kulit kepada pasien
4. Monitor tanda-tanda 7. Menurunkan suhu tubuh.
hipertermi dan
hipotermi
5. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
6. Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
7. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
8. Berikan anti piretik
jika perlu
22
4 Ketidakefektifan NOC : NIC : 1. Mengenalkan bayi kepada
pola minum bayi ibunya
berhubungan Breastfeeding Breastfeeding 2. Meningkatkan nyaman akan
dengan Estabilshment : infant assistance meningkatkan motivasi
prematuritas Knowledge : menyusui
1. Fasilitasi kontak ibu
breastfeeding 3. Menentukan tindakan
dengan bayi seawal
lanjutan bila bayi tidak bisa
Breastfeeding mungkin (maksimal 2
menyusui
Maintenance jam setelah lahir)
4. Ibu mengetahui kebutuhan
2. Sediakan kenyamanan
bayi menyusui
dan privasi selama
Kriteria Hasil : 5. Meningkatkan kenyamanan
menyusui
bayi dan ibu dalam
3. Monitor kemampuan
Klien dapat menyusui menyusui
bayi untuk menggapai
dengan efektif 6. Membantu mengeluarkan
putting
Memverbalisasikan ASI
4. Dorong ibu untuk
tehnik untk mengatasi 7. Mensuplai masukan cairan
tidak membatasi bayi
masalah menyusui untuk memproduksi susu
menyusu
Bayi menandakan 5. Instruksikan
kepuasan menyusu perawatan putting
Ibu menunjukkan harga untuk mencegah lecet
diri yang positif dengan 6. Diskusikan
menyusui penggunaan pompa
ASI kalau bayi tidak
mampu menyusu
7. Dorong ibu untuk
minum jika sudah
merasa haus
23
diperlukan
7. Berikan anti piretik
jika perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien
24
Berat bayi : 1.450 Gram, Panjang Badan: 44 cm
Lingkar Kepala: 27 cm Lingkar dada : 25 cm
Indikasi Persalinan : Oligohidramnion sejak 3 hari sebelum melahirkan
Aspirasi mekonium : tidak ada aspirasi
Denyut jantung janin : Normal
Prolaps Tali pusat/Lilitan : tidak ada lilitan tali pusat
Persalinan:
Pervagina (√ )
Sectio caesarea ( ); Alasan:
Usia Gravida Partus Abortus
29 -30 minggu 1 0 0
Komplikasi kehamilan:
Tidak ada ( ) ada ( √ )
Perawatan antenatal ( )
Ruptur plasenta/ plasenta previa ( )
Pre eklamsia/ toxcemia ( )
Suspect sepsis ( )
Persalinan premature (√)
Masalah lain: oligohidramnion (+)
B. Pemeriksaan fisik
Instruksi: beri tanda ( ) pada istilah yang tepat sesuai dengan data-data di
25
a. Fontanel anterior:
Lunak ( ) Tegas ( ) datar ( √ ) menonjol ( ) cekung ( )
b. Sutura sagitalis;
Tepat (√ ) terpisah ( ) menjauh ( ) Tumpang Tindih ( )
c. Gambaran wajah:
Simetris (√ ) asimetris ( )
d. Molding ( ) Caput succedaneum (√ ) chepalhematoma ( )
2. Mata
Bersih ( √ ) secret ( )
Sklera: Putih ( √ ), Ikterik ( )
3. Bibir:
Normal (√ ), sumbing ( )
Sumbing langit-langit/palatum ( - )
4. Telinga, hidung, tenggorok:
a. Telinga: Normal ( √ ), Abnormal ( ), Sekret ( )
b. Hidung: Simetris (√ ), Asimetris ( ), Sekret ( ), nafas Cuping
Hidung ( )
c. Tenggorok: Pembesaran Tonsil ( - ), Radang ( - )
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
SISTEM RESPIRASI
5. Thoraks
Simetris (√ ), Retraksi dada ( ), klavikula normal ( )
Paru-paru:
a. Repiration Rate : 48 x/menit
b. Suara nafas
Kanan kiri sama(√ ), Tidak sama ( )
c. Bersihan jalan nafas: vesikuler ( √ ), bronchial ( ), amforik ( ),
cog wheel breath sound ( ), metamorphosing breath sound ( )
d. Suara tambahan: Ronki ( - ), sekresi ( - )
26
e. Pola nafas: Spontan(√ ), tidak spontan ( )
Alat bantu pernafasan: Nassal kanul ( - ), 02 ( - )
Inkubator ( √ ),
Bayi dalam incubator.
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
SISTEM KARDIOVASKULER
6. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis/denyut apeks ( ), normal( √ ), melebar ( )
Palpasi : Kardiomegali ( - )
Perkusi : redup ( ), Pekak (√ )
Auskultasi : HR:120 x/menit, Aritmia (- ), Distritmia ( -), Murmur ( - )
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
SISTEM PENCERNAAN
Mulut: Trismus ( - ), Halitosis ( - )
Bibir : lembab (√ ), pucat ( ), sianosis ( - ), labio/palatoskizis ( ),
stomatitis ( )
Gusi: ( √ ), plak putih ( -), lesi ( - )
Gigi: Normal ( ), ompong ( √ ), caries ( ), jumlah gigi :
Lidah : Bersih ( √ ), kotor/putih ( - ), jamur ( - )
Kebutuhan nutrisi dan cairan
BB sebelum sakit: 1.450 gr BB sakit: 1.450 gr
Program Diet RS : ASI / PASI
Makanan yang disukai : ASI
Selera makan : Reflek hisap (+), Lemah
Alat Makan yang digunakan : midela / sendok
Pola makan (x/hari) :-
27
Porsi makan yang dihabiskan :
Pola minum : 12 x 13 cc setiap hari
Jenis air minum : ASI
OGT minum ( + ) terpasang
Abdomen
Inspeksi: bentuk : simetris (√ ), tidak simetris ( ), kembung ( ),
ascites ( )
Palpasi : massa ( - ), nyeri ( - )
Kuadran I :
Kuadran II :
Kuadran III :
Kuadran IV :
Auskultasi: bising usus 8 x/mnt
Perkusi : Timpani ( √ ), redup ( )
BAB: warna kuning, Frekuensi 3 x/hari
Konsistensi: lunak, Lendir ( - ), darah ( - ), ampas ( + ), konstipasi ( -)
Data tambahan:
Masalah Keperawatan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan pola minum bayi
SISTEM REPRODUKSI
Genitalia dan Anus
Laki- laki
Penis : Ada/Normal ( ), Abnormal...........
Scrotum dan testis: Normal ( ), hernia( ), Hidrokel ( )
Anus : Ada/Normal ( ), Atresia ani ( )
Perempuan
Vagina: Sekret ( ), Warna ( )
Anus: Ada/Normal ( √ ), Atresia ani ( )
Masalah keperawatan:
28
Tidak ada masalah keperawatan
SISTEM MUSKULOSKLETAL
Reflek
Moro :+
Menghisap : lemah
Rooting :
Data tambahan :
ROM
Tonus/ aktivitas
a. Aktif ( √ ), Letargi ( ), Tenang ( ), kejang ( )
b. Menangis keras (√ ), lemah ( ), melengking ( ), Sulit menangis ( )
Ekstremitas : Amelia ( ), Sindaktili ( ), polidakatili ( )
Reflek patologis:
Babinsky :+
Kernig :+
Brudzinsky : +
Reflek fisiologis:
Biceps :
Triceps :
Patella :
Masalah keperawatan :
SISTEM INTEGUMEN
Kulit
a. Warna : pink (√ ), pucat ( ), Jaundice ( ) sianosis pada kuku ( ),
sirkumonal ( ) periorbital ( ),
b. Kemerahan : rash (√ )
29
c. Tanda lahir: ( - ); sebutkan:
d. Turgor kulit: elastis ( ), tidak elastis (√ ), edema ( ), lanugo ( ).
Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( ), pengaturan suhu ( ), Inkubator (32,1oC ),
suhu ruang ( ), Box terbuka ( ).
b. Suhu tubuh klien : 36.8 oC
Masalah keperawatan
Resiko Ketidak-efektifan termoregulasi
HUBUNGAN PERAN
Struktur keluarga (genogram) :
Klien merupakan anak pertama
Keterangan:
: Laki –laki : tinggal satu rumah
: Perempuan / : meninggal
: Klien
30
Budaya : Sesuai dengan ajaran agama Islam
Suku : Melayu
Agama : Islam
Bahasa utama : Bahasa Daerah
Perencanaan makanan bayi : ASI
Masalah sosial yang penting : Tidak ada
Hubungan orang tua dan bayi
- Orang terdekat yang dapat dihubungi : ayah dan ibu
- Orang tua berespon terhadap penyakit: ya (√ ), tidak ( )
Respon: orang tua pasrah terhadap apa yang terjadi dan menerimanya
- Orang tua berespon terhadap hospitalisasi: ya ( √ ), tidak ( )
Respon:
- Riwayat anak lain:
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
- - -
TERAPI
No Nama terapi Dosis Cara Golongan Obat
Pemberian
31
1. Ampicillin 2 x 37,5 mg IV Antibiotic
3 Aminophilin 2 x 3 mg IV Bronchodilator
32
5.000-10.000/ul
- Leukosit 16700/ul 150.000-400.000/ul @ 11.00 WIB
- Trombosit 336.000 /ul 37-43 %
- Hematokrit 53% <20 mm/jam
- LED 4 mm/jam
- CRP - -
- CRP Kuantitatif <5 mg/l
ANALISA DATA
33
abdominal lemah, kapasits
lambung kecil )
↓
34
↓
35
↓
DO : ↓
36
Risiko terjadi infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
37
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari / tgl /
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
jam
1. Kamis, 30- Nutrisi kurang dari Pola pemberian 1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Untuk mengetahui metode
04-2020 kebutuhan tubuh b/d nutrisi bayi kembali dengan pemberian makanan pemberian yang tepat untuk bayi
efektif dalam jangka (menghisap, menelan, respon muntah, 2. Untuk mengetahui perubahan BB
Jam Reflek isap yang kurang waktu 1 minggu dan batuk setiap memberikan bayi setiap hari
ditandai dengan : makanan) 3. Untuk menentukan berapa
12.30 dengan kriteria : 2. Timbang BB setiap hari tanpa kebutuhan nutrisi bayi perhari
menggunakan pakaian (jam 08.00) sehingga dapat diberikan nutrisi
BB bayi
3. Tentukan kebutuhan nutrisi bayi sesuai dengan kebutuhannya
DS : ibu klien mengatakan menunjukkan
umus : BBS (kg) X 200 = cc/ 4. Untuk mengetahui jumlah ASI
anaknya kelihatan kurus peningkatan 30-40
4. Timbang BB sebelum dan sesudah yang masuk dan sebagai dasar
gr/hr
DO: diberi susu pemberian PASI
Pergerakan bayi 5. Berikan makan (ASI + PASI) Setiap 5. Untuk pemenuhan kebutuhan
aktif jam sesuai kebutuhan nutrisi dan diberikan setiap jam
BB lahir : 1.450 gr Refleks isap kuat
BB Sekarang : 1.450 gr karena toleransi pengosongan
Bilirubin total : 6. Bersihkan mulut bayi setelah lambung pada bayi
Bayi terpasang OGT < 1,1 mg/dl pemberian nutrisi 6. Menghindari ketidaknyamanan
Bayi minum ASI + PASI Bilirubin direk : <
dimulut yang dapat mengganggu
setiap hari 0,30 mg/dl nafsu makan bayi
Menangis masih lemah 7. Berikan Health Education pada ibu 7. Menambah pengetahuan orang tua
Asupan nutrisi kurang bayi tentang tehnik pemberian ASI sehingga dapat kooperatif dalam
pelaksanaan intervensi
keperawatan
38
2 Kamis, 30- Ketidakefektifan pola minum Breastfeeding Breastfeeding Assistance 1. Mengenalkan bayi kepada ibunya
04-2020 bayi berhubungan dengan Establishment : 2. Meningkatkan nyaman akan
prematuritas infant 1. Fasilitasi kontak ibu dengan bayi meningkatkan motivasi menyusui
jam Knowledge : seawal mungkin (maksimal 2 jam 3. Menentukan tindakan lanjutan bila
DS : ibu klien mengatakan breastfeeding setelah lahir) bayi tidak bisa menyusui
12.30 anaknya kelihatan kurus. Ibu 2. Sediakan kenyamanan dan privasi
Breastfeeding 4. Ibu mengetahui kebutuhan bayi
klien mengatakan anaknya selama menyusui menyusui
Maintenance
kalau menghisap kurang. 3. Monitor kemampuan bayi untuk 5. Meningkatkan kenyamanan bayi
Kriteria Hasil :
menggapai putting dan ibu dalam menyusui
Klien dapat 4. Dorong ibu untuk tidak membatasi 6. Membantu mengeluarkan ASI
DO: menyusui dengan bayi menyusu 7. Mensuplai masukan cairan untuk
efektif 5. Instruksikan perawatan putting untuk memproduksi susu
BB lahir : 1.450 gr mencegah lecet
Memverbalisasikan
BB sekarang : 1.450 gr 6. Diskusikan penggunaan pompa ASI
tehnik untk
Bayi terpasang OGT mengatasi masalah kalau bayi tidakmampu menyusu
Bayi diberi ASI + PASI 12 menyusui 7. Dorong ibu untuk minum jika sudah
x 13 cc setiap hari Bayi menandakan merasa haus
Menangis masih lemah kepuasan menyusu
Reflek hisap lemah Ibu menunjukkan
Asupan nutrisi kurang harga diri yang
TTV: positif dengan
S : 36,8 c
0
menyusui
P : 48 X/mnt
N : 120 X/mnt
3. Kamis, 30- Resiko Ketidak-efektifan Termoregulasi tubuh 1.Minimalkan kehilangan panas dengan 1. Kehilangan panas pada bayi
39
04-2020 termoregulasi b/d efektif dalam jangka hindarkan sumber – sumber kehilangan terjadi sangat cepat, peningkatan
Immaturitas sistem waktu 7 hari dengan panas pada bayi seperti suhu 10 C suhu tubuh akan
jam termoregulasi: SSP (pusat kriteria : a. Evaporasi. kehilangan 12 cc / jam. Dengan
regulasi suhu), Keadaan kulit intervensi tersebut maka dapat
12.30 Bayi tidak di Pastikan jendela di inkubator
(lemak subkutan, lemak direncanakan dengan baik hal –
coklat) serta aktivitas massa incubator lagi/ tertutup hal yang perlu diperhatikan untuk
otot tdk adekuat (panas tdk dapat beradaptasi Batasi kontak dengan pakaian atau mengurangi sumber – sumber
dihasilkan) dengan lingkungan selimut basah. kehilangan panas pada bayi.
diluar b. Konveksi 2. Mengetahui fungsi vital organ –
DS : Suhu tubuh tetap organ tubuh terutama termostat
normal Hindari aliran udara (pendingin regulator suhu tubuh. Fluktuasi
DO : (36oC – 37oC) udara, jendela, kipas angin) yang suhu tubuh pada bayi sering
langsung mengenai bayi. terjadi, dengan mengenali suhu
Bayi didalam c. Konduksi
incubator tubuh (panas atau dingin) maka
Pakaian bayi kering. Hangatkan seluruh barang – barang akan dapat dihindari terjadinya
Bayi tidak kontak komplikasi
dan bahan – bahan untuk perawatan
langsung dengan kipas hypothermia atau hyperthermia
(baju, sprei, dll ).
angin dan AC 3. Inkubator dapat dimanajemenkan
d. Radiasi
Bayi dirawat dalam sesuai dengan kebutuhan dan
Kurangi benda – benda diruangan kondisi bayi.
incubator dengan suhu
yang menyerap panas ( logam ). 4. Menambah pengetahuan orang tua
32,1 oC
Tempat tidur jauh dari jendela. sehingga dapat kooperatif dalam
S : 36,8 0c
pelaksanaan intervensi
P : 45 X/mnt
keperawatan
N : 120 X/mnt
4. Kamis, 30- Resiko infeksi b/d Infeksi akut / kronis 1. Kaji faktor – faktor yang dapat 1. Untuk menentukan intervensi yan
41
04-2020 Immaturitas sistem imun : tidak terjadi atau membawa infeksi, seperti : akan diberikan pada bayi.
Cadangan immunoglobulin berlanjut dalam Tindakan non steril. 2. Untuk mendiagona tanda – tanda
Jam 12.30 maternal menurun (Ig M, jangka waktu 7 hari Pengunjung yang banyak dini infeksi aterm serta
Lingkungan kotor dll. mengetahui respon tubuh bayi
IgG), Sum-sum tulang dan dengan criteria :
2. Kaji adanya tanda – tanda infeksi terhadap inflamasi
jaringan limfoid belum matur 3. Mencegah masuknya organisme –
Bayi yang (ketidakstabilan suhu: hipertermi,
produksi leukosit, organisme penyebab infeksi.
diadaptasikan tidak letargi atau perubahan perilaku,
limfosit, monosit (-) distress pernafasan, ikterik, petechia, 4. Meminimalkan dan membunuh
terjadi infeksi
fungsi fagosit lemah. nasokomial. kongesti nasal) bakteri, jamur dan untuk
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah mencegah infeksi akibat
Kelenjar timus & belum menyentuh bayi dan melakukan kontaminasi nasokomial.
Infeksi berlanjut
matur prod sel T kurang tindakan. 5. Untuk mengurangi kontak dengan
dapat dicegah
iunitas humor dunia luar dan dapat
4. Pertahankan tindakan tekhnik aseptik meningkatkan ketahanan bayi
DS : dalam setiap tindakan (seperti : seperti masih berada dalam suhu
sterilisasi alat dan desinfeksi). normal uterus.
DO : 5. Rawat bayi dalam incubator dan 6. Mengurangi risiko penularan
bersihkan incubator setiap saat. penyakit pada bayi lain.
Bayi didalam 6. Pisah bayi – bayi yang mengalami 7. Menambah pengetahuan orang tua
incubator penyakit infeksi. sehingga dapat kooperatif dalam
Leukosit 16700/ul 7. Health Education pada ibu dan pelaksanaan intervensi
Ibu tidak mencuci keluarga tentang tehnik mencuci keperawatan
tangan saat menyentuh tangan yang baik
klien
Lingkungan agak
kotor
TTV
S : 36,8 0c
P : 48 X/mnt
N : 126 X/mnt
42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Hari Jam Implementasi Dan Hasil Hari Evaluasi Paraf
Dx
/ tgl / tgl
Kamis Nutrisi 12.30 1. Mengkaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian Kamis S:
kurang dari makanan hasil :
30-04- 30-04-2020 Ibu klien
kebutuhan refleks menghisap, menelan, muntah, batuk masih lemah. mengeluh
2020 tubuh b/d 12.35 Pukul 13.00 anaknya masih
2. Menimbang BB tanpa pakaian
Reflek isap WIB kelihatan kurus
Hasil : 1500 gr
yang kurang O:
13.00 3. Menentukan kebutuhan nutrisi bayi 12x 13 cc Berat BB lahir :
DS : ibu klien
mengatakan 1.450 gr
13.00 4. Memberikan ASI + PASI melalui OGT
anaknya BB Sekarang :
kelihatan 13.10 1500 gr
kurus 5. Membersihkan mulut bayi dari susu setelah pemberian nutrisi Terpasang D7,5
13.20 ¼ NS gtt 5
x/menit
6. Mengajarkan pada orang tua tentang tehnik –tehnik pemberian
ASI/ PASI yang efektif – Mengajarkan Metode kangguru
Bayi minum ASI
+ PASI
43
DO: Refleks isap
kurang
BB lahir : Menangis masih
1450 gr lemah
BB A : Masalah belum
Sekarang : teratasi. Nutrisi
1500 gr kurang dari
Bayi
kebutuhan tubuh
terpasang
OGT b/d Reflek isap
Bayi diberi yang kurang
ASI +
PASI 12 x P : lanjutkan
13 cc intervensi :1,2,3,4,5
setiap hari ,6.
44
klien 13.20 Terpasang D7,5
mengatakan ¼ NS gtt 5
anaknya x/menit
kalau Bayi minum ASI
menghisap + PASI 12 x 13
kurang. cc (setiap 2 jam)
Refleks isap
DO: kurang
Menangis masih
Berat BB
lemah, Asupan
lahir : 1450
nutrisi kurang
gr
TTV:
Berat BB
S : 36,6
sekarang :
P : 40 X/mnt
1450 gr
N : 120 X/mnt
Bayi
Menangis masih
terpasang
lemah
OGT
Bayi diberi
ASI + A : Masalah belum
PASI 12 x teratasi.
13 cc
Ketidakefektifan
setiap hari
Menangis pola minum bayi
masih berhubungan
lemah dengan
Reflek
45
hisap prematuritas
lemah
Asupan
nutrisi
kurang P : lanjutkan
TTV: intervensi :1,2,3,4,5
S : 36,8 0c ,6.
P : 45
x
/mnt
N : 120
X
/m
46
Bayi terutama suhu bayi. Hasil : Suhu bayi 36,6 0c dirawat
didalam 3. Memantau suhu incubator dan mempertahankan pada dalam
incubator 13.00 suhu 32,1 -32,3oC. incubator
Pakaian 4. Memberikan health education pada ibu bayi tentang dengan suhu
bayi 13.10 tindakan mempertahankan suhu bayi diluar incubator 32,1 oC
kering. S : 36,6 0c
Bayi tidak P : 40
kontak X
/mnt
langsung N : 120
dengan X
/mnt
kipas Perawatan
angin dan metode
AC kangguru
Bayi
dirawat
dalam A: masalah belum
incubator teratasi. Risiko
dengan Ketidak-efektifan
suhu 32,1 termoregulasi b/d
o
C
Immaturitas sistem
S : 36,8 0c
termoregulasi: SSP
P : 45
X/mnt (pusat regulasi
N : 120 suhu), Keadaan
X/mnt kulit (lemak
subkutan, lemak
coklat) serta
47
Aktivitas massa
otot tdk adekuat
(panas tdk
dihasilkan
P : lanjutkan
intervesi: 1,2,3
Kamis Resiko 12.30 1. Mengkaji faktor – faktor yang dapat menyebabkan infeksi Hasil : Kamis S :
infeksi b/d Pengunjung yang banyak : ibu Pasien lain dan keluarga keluar
30-04- masuk 30-04-2020 O:
Immaturitas
2020 sistem imun Lingkungan agak bersih. Pukul 14.00 Tindakan non
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi dan WIB steril. (bersih)
DS : 12.35 melakukan tindakan.
Pengunjung
3. Mempertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan
dibatasi
DO : 13.00 (seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi dengan antiseptik).
Lingkungan
4. Mengobservasi bayi dalam incubator dan membersihkan incubator
agak bersih.
Bayi dari kotoran.
didalam 5. Melindungi bayi dengan mempertahankan kondisi lingkungan yang Tali pusat pupus/
13.10
incubator bersih dan kurangi pengunjung. kering. Tanda-
6. Memberikan Health Education pada ibu dan keluarganya tentang tanda infeksi (-)
Leukosit
16700/ul tehnik mencuci tangan yang baik TTV:
S : 36,6 0c
Lingkungan 13.20
P : 40 X/mnt
agak kotor
N : 120 X/mnt
Ibu tidak
A : Masalah belum
mencuci
teratasi. Resiko
tangan saat
infeksi b/d
48
menyentuh Immaturitas sistem
klien imun
TTV
S : 36,8 0c P : lanjutkan
P : 45 intervensi :
X/mnt 1,2,3,4,5
N : 126
X/mnt
Jumat Nutrisi 09.30 1. Mengkaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makanan Jumat S:
kurang dari hasil :
01-05- refleks menghisap, menelan, muntah, batuk masih lemah. 01-05-2020 Ibu klien
kebutuhan
2020 mengeluh
tubuh b/d 09.35 Pukul 14.00
2. Menimbang BB tanpa pakaian anaknya masih
Reflek isap WIB
Hasil : 1500 gr kelihatan kurus
yang kurang
3. Menentukan kebutuhan nutrisi bayi 12x 13 cc
DS : ibu klien 10.00 O:
mengatakan 4. Memberikan ASI + PASI melalui OGT
11.00 Berat BB lahir :
anaknya
1.450 gr
kelihatan 11.10 5. Membersihkan mulut bayi dari susu setelah pemberian nutrisi
BB Sekarang :
kurus 1500 gr
11.20 6. Mengajarkan pada orang tua tentang tehnik –tehnik pemberian ASI/
Terpasang D7,5
PASI yang efektif – Mengajarkan Metode kangguru
¼ NS gtt 5
x/menit
DO:
Bayi minum ASI
+ PASI
49
BB lahir : Refleks isap
1450 gr kurang
BB Menangis masih
Sekarang : lemah
1500 gr A : Masalah belum
Bayi teratasi. Nutrisi
terpasang kurang dari
OGT kebutuhan tubuh
Bayi diberi b/d Reflek isap
ASI + yang kurang
PASI 12 x
13 cc P : lanjutkan
setiap hari intervensi :1,2,3,4,5
,6.
50
klien x/menit
mengatakan Bayi minum ASI
anaknya + PASI 12 x 13
kalau cc (setiap 2 jam)
menghisap
kurang. Refleks isap
kurang
Menangis masih
lemah, Asupan
DO: nutrisi kurang
TTV:
Berat BB
S : 36,6
lahir : 1450
gr P : 40 X/mnt
Berat BB
sekarang : N : 120 X/mnt
1450 gr
Bayi Menangis masih
terpasang lemah
OGT
Bayi diberi A : Masalah belum
ASI + teratasi.
PASI 12 x Ketidakefektifan
13 cc pola minum bayi
setiap hari berhubungan
Menangis dengan
masih prematuritas
51
lemah
Reflek
hisap P : lanjutkan
lemah intervensi :1,2,3,4,5
Asupan ,6.
nutrisi
kurang
TTV:
S : 36,8 0c
P : 45 x/mnt
N : 120 X/m
Jumat Risiko 09.00 1. Meminimalkan kehilangan panas dengan hindarkan sumber – Jumat S:
Ketidak- sumber kehilangan panas pada bayi seperti
1-05- Memastikan jendela inkubator tertutup 01-05-2020 O:
efektifan
2020 termoregulasi Batasi kontak dengan pakaian atau selimut basah. Pukul 14.00 Pakaian
b/d Hindari aliran udara (pendingin udara, jendela, kipas angin) WIB bayi kering.
yang langsung mengenai bayi. Bayi tidak
Immaturitas
Hangatkan seluruh barang – barang dan bahan – bahan untuk kontak
sistem perawatan ( baju, sprei, dll ). langsung
termoregulasi Kurangi benda – benda di ruangan yang menyerap panas dengan kipas
(logam). angin dan
DS :
Tempat tidur jauh dari jendela. AC
09.10 2. Memonitor tanda – tanda vital bayi setiap 4 jam terutama suhu Bayi
DO :
bayi. Hasil : Suhu bayi 36,6 0c dirawat
Bayi dalam
52
didalam 10.00 3. Memantau suhu incubator dan mempertahankan pada suhu 32,1 incubator
incubator -32,3oC. dengan suhu
Pakaian 12.00 4. Memberikan health education pada ibu bayi tentang tindakan 32,1 oC
bayi mempertahankan suhu bayi diluar incubator S : 36,6 0c
kering. P : 40
Bayi tidak X/mnt
kontak N : 120
langsung X/mnt
dengan
kipas
angin dan A: masalah belum
AC teratasi. Risiko
Bayi Ketidak-efektifan
dirawat termoregulasi b/d
dalam Immaturitas sistem
incubator termoregulasi: SSP
dengan (pusat regulasi
suhu 32,1 suhu), Keadaan
oC kulit (lemak
S : 36,8 subkutan, lemak
0c coklat) serta
P : 45 Aktivitas massa
X/mnt otot tdk adekuat
(panas tdk
N : 120
dihasilkan
X/mnt
P : lanjutkan
intervesi: 1,2,3
53
Jumat Resiko 09.00 1. Mengkaji faktor – faktor yang dapat menyebabkan infeksi Hasil : Jumat S :
infeksi b/d Pengunjung yang banyak : ibu Pasien lain dan keluarga keluar
01-05- masuk 01-05-2020 O:
Immaturitas
2020 sistem imun Lingkungan agak bersih. Pukul 14.00 Tindakan non
WIB steril. (bersih)
DS : 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi dan
09.30 Pengunjung
melakukan tindakan.
dibatasi
DO : 10.00 3. Mempertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap
Lingkungan
tindakan (seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi dengan antiseptik).
agak bersih.
Bayi 4. Mengobservasi bayi dalam incubator dan membersihkan
didalam incubator dari kotoran. Tali pusat pupus/
incubator 5. Melindungi bayi dengan mempertahankan kondisi lingkungan kering. Tanda-
11.00
yang bersih dan kurangi pengunjung. tanda infeksi (-)
Leukosit
16700/ul 6. Memberikan Health Education pada ibu dan keluarganya TTV:
tentang tehnik mencuci tangan yang baik S : 36,6 0c
Lingkungan
agak kotor 13.00
P : 40 X/mnt
Ibu tidak
mencuci N : 120 X/mnt
tangan saat
menyentuh A : Masalah belum
klien teratasi. Resiko
infeksi b/d
TTV
Immaturitas sistem
S : 36,8 0c
imun
P : 45 X/mnt P : lanjutkan
intervensi :
N : 126
1,2,3,4,5
X/mnt
54
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek isap kurang
Data Subjektif : ibu klien mengatakan anaknya kelihatan kurus
Data Objektif :
55
peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Adapun tindakan yang dilakukan pada bayi Ny. “A” adalah sebagai berikut
56
Evaluasi
O:
A : Masalah belum teratasi. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Reflek isap
yang kurang
57
BBLR, usia Adherence Behavior (pengaturan suhu) dengan visual kulit
kehamilan kurang, Immune Status 4. Untuk mencegah dehidrasi
paparan lingkungan 1. Monitor suhu evaporasi
Infection status
dingin/panas minimal tiap 2 jam 5. Membantu mencegah
Risk control
2. Monitor TD, nadi, keletihan pada pasien
Risk detection
dan RR 6. Memberikan pemahaman
3. Monitor warna dan kepada pasien
suhu kulit 7. Menurunkan suhu tubuh.
4. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
5. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
6. Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
7. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
8. Berikan anti piretik
jika perlu
Adapun tindakan yang dilakukan pada bayi Ny. A adalah sebagai berikut
58
Hindari aliran udara (pendingin udara, jendela, kipas angin) yang langsung
mengenai bayi.
c. Konduksi
2. Monitor tanda – tanda vital bayi setiap 4 jam terutama suhu bayi
kriteria :
a. Jika subuh di bawah normal :
Selimuti bayi.
Pasang tutup kepala.
Jika hipotermia > I jam, lapor dokter.
b. Jika suhu di atas normal :
Lepaskan selimut.
Lepaskan tutup kepala.
Jika hipertermia > 1 jam, lapor dokter.
c. Pantau dan pertahankan suhu incubator pada suhu 32, 1 – 32,3 oC setiap
jam.
d. Beri edukasi pada ibu bayi tentang tindakan mempertahankan suhu bayi
diluar incubator misalnya waktu menyusui
S:
O:
59
Bayi dirawat dalam incubator dengan suhu 32,1 oC
S : 36,6 0c
P : 40 X/mnt
N : 120 X/mnt
A: masalah belum teratasi. Risiko Ketidak-efektifan termoregulasi b/d
Immaturitas sistem termoregulasi.
DS :
DO :
60
paparan kemampuan untuk cuci tangan
pathogen mencegah 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
Trauma timbulnya infeksi sesudah tindakan kperawtan
Kerusakan Jumlah leukosit 7. Gunakan baju, sarung tangan
jaringan dan dalam batas normal sebagai alat pelindung
peningkatan dan Menunjukkan 8. Pertahankan lingkungan aseptik
paparan perilaku hidup selama pemasangan alat
lingkungan bersih dan sehat 9. Ganti letak IV perifer dan line
Ruptur membran central dan dressing sesuai dengan
amnion petunjuk umum
Agen farmasi 10. Gunakan kateter intermiten untuk
(imunosupresan) menurunkan infeksi kandung
Malnutrisi kencing
Peningkatan 11. Tingkatkan intake nutrisi
paparan 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
lingkungan
Infection Protection (proteksi
pathogen
terhadap infeksi)
Imonusupresi
13. Monitor tanda dan gejala infeksi
Ketidakadekuatan sistemik dan lokal
imum buatan 14. Monitor hitung granulosit, WBC
Tidak adekuat 15. Monitor kerentanan terhadap
pertahanan infeksi
sekunder 16. Batasi pengunjung
(penurunan Hb, 17. Saring pengunjung terhadap
Leukopenia, penyakit menular
penekanan 18. Partahankan teknik aspesis pada
respon pasien yang beresiko
inflamasi) 19. Pertahankan teknik isolasi k/p
Tidak adekuat 20. Berikan perawatan kuliat pada area
pertahanan tubuh epidema
primer (kulit 21. Inspeksi kulit dan membran
tidak utuh, mukosa terhadap kemerahan,
trauma jaringan, panas, drainase
penurunan kerja 22. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
silia, cairan 23. Dorong masukkan nutrisi yang
tubuh statis, cukup
perubahan 24. Dorong masukan cairan
sekresi pH, 25. Dorong istirahat
perubahan 26. Instruksikan pasien untuk minum
peristaltik). antibiotik sesuai resep
Penyakit kronik 27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur positif
Adapun tindakan yang dilakukan pada bayi Ny. A adalah sebagai berikut:
61
Lingkungan agak bersih.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi dan melakukan
tindakan.
3. Mempertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan (seperti :
sterilisasi alat dan desinfeksi dengan antiseptik).
4. Mengobservasi bayi dalam incubator dan membersihkan incubator dari
kotoran.
5. Melindungi bayi dengan mempertahankan kondisi lingkungan yang bersih dan
kurangi pengunjung.
6. Memberikan Health Education pada ibu dan keluarganya tentang tehnik
mencuci tangan yang baik
S :
O:
62
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi Ny. “A” dengan
masalah berat badan lahir rendah (BBLR) di NICU RSUD Palembang BARI,
maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam tahap pengkajian, perlu kemampuan mengumpulkan data dan
penganalisaan yang tepat didasari pada teori yang ada, sehingga dapat
merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan yang tepat. Dari hasil
63
pengkajian didapatkan masalah utama yaitu Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek isap kurang
2. Diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah bayi Ny. “A” adalah
:
a. Resiko Ketidak-efektifan termoregulasi b/d Immaturitas sistem
termoregulasi: SSP (pusat regulasi suhu), Keadaan kulit (lemak
subkutan, lemak coklat) serta Aktivitas massa otot tdk adekuat (panas
tdk dihasilkan)
b. Resiko infeksi b/d Immaturitas sistem imun : Cadangan
immunoglobulin maternal menurun ( Ig M, IgG), Sum-sum tulang
dan jaringan limfoid belum matur
produksi leukosit, limfosit, monosit (-) fungsi fagosit lemah
c. Kelenjar timus & belum matur prod sel T kurang imunitas
humor
3. Pada tahap perencanaan, peran perawat sangatlah penting dalam
menentukan rencana tindakan sesuai diagnosa keperawatan yang ada.
Pada proses perencanaan tersebut perlu ditetapkan prioritas masalah,
tujuan, rencana tindakan, yang didukung oleh peran serta keluarga.
Adapun perencanaan yang dilakukan pada Bayi Ny. “A” meliputi
Psikoterapeutik, pendidikan kesehatan, kegiatan hidup sehari-hari
(ADL), terapi somatik, dan terapi lingkungan.
4. Pada pelaksanaan, perawatan dapat melaksanakan rencana yang disusun
pada tahap perencanaan yang baik apabila memiliki kemampuan
profesional dan interpersonal, supaya dapat dilaksanakan sesuai
kebutuhan klien dan dukungan fasilitas dan sarana yang ada, serta
partisipasi aktif keluarga yang sangat membantu terhadap kelancaran
pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan.
5. Pada evaluasi, perawat dapat melakukan proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi ini
dilakukan terus-menerus pada klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi yang digunakan ini dalam bentuk SOAP.
64
B. Saran
Adapaun saran yang diajukan penulis berupa saran yang bersifat
membangun dan bermanfaat bagi pengembangan pelayanan keperawatan bayi
berat lahir rendah di RSUD Palembang BARI. Saran tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mendapatkan data yang akurat, dalam pengkajian perlu adanya
kerjasama yang baik antara perawat, dan keluarga klien (orang tua) .
2. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan, perlu diperhatikan beberapa
masalah keperawatan yang muncul, sehingga dalam menentukan
diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada saat
pengkajian.
3. Dalam menyusun rencana keperawatan, sebaiknya rencana dibuat sesuai
kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi, sengan memprioritaskan
diagnosa keperawatan yang muncul.
4. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, sebaiknya perawat
berpedoman pada standar asuhan keperawatan anak yang telah dibakukan
dan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat.
5. Dalam mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan,
harus ada komunikasi antara perawat yang berbeda jam dinasnya, dan
untuk menilai tercapai atau tidaknya harus berpedoman pada kriteria
tujuan sebelumnya.
65
66