PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih mewujudkan/adalah kasus yg belum bisa dipecahkan
dalam perawatan & penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian
besar bayi baru lahir yang dirawat memiliki kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama
diketemukan pada negara maju yg dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping
morbiditas, mortalitas cukup tinggi diketemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Dlm laporan WHO yang dikutip dlm Child Health Research Project Special
Report : reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40%
kematian bayi baru lahir terjadi karena aneka wujud infeksi seperti infeksi saluran napas,
tetanus neonatorum, sepsis & infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case
fatality rate yg cukup tinggi diketemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena
berlimpah faktor resiko infeksi pada masa perinatal yg belum bisa dicegah & ditanggulangi.
Sepsis neonatorum / septicemia neonatorum mewujudkan/adalah keadann dimana
terdapat infeksi karena bakteri dlm darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis
neonatorum bisa berlangsung cepat sehingga kerap kali sekali tak terpantau,tiada pengobatan
yg memadai bayi bisa meninggal dlm 24 hingga 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum
masih cukup & mewujudkan/adalah penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena
neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi karena
aneka faktor. (Surasmi, 2003)
1
C. Tujuan Penulisan
Sesudah mendapatkan bahan pembelajaraan asuhan keperawatan pada bayi sepsis
neonatorum, perawat dapat :
1. Mengetahui pengertian sepsis neonatorum.
2. Mengetahui klasifikasi dari sepsis neonatorum.
3. Mengetahui etiologi sepsis neonatorum.
4. Memahami patofisiologi sepsis neonatorum.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum.
6. Mengetahui komplikasi yg bisa terjadi terhadap pasien sepsis neonatorum.
7. Memahami pemeriksaan penunjang sepsis neonatorum.
8. Mengetahui tata cara pelaksanaan & pencegahan yg dikerjakan terhadap pasien sepsis
neonatorum.
9. Mengetahui prognosis dari sepsis neonatorum.
10. Memahami & mengetahui konsep askep pada pasien sepsis neonatorum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit Sepsis Neonatorum
1. Pengertian
Sepsis ialah sindrom yg dikarakteristikan karena gejala-gejala klinis & gejala-gejala-
gejala-gejala infeksi yg parah yg bisa berkembang ke arah septisemia & syok
septik. (Doenges, 1999)
Sedangkan sepsis neonatorum ialah infeksi berat yg diderita neonatus dgn gejala-
gejala sistematik & terdapat bakteri dlm darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum bisa
berlangsung cepat sehingga kerap kali sekali tak terpantau,tiada pengobatan yg memadai bayi
bisa meninggal dlm 24 hingga 48 jam. (Surasmi, 2003)
Berikut ini ialah beberapa pengertian / pengertian dari sepsis neonatorum / sepsis pada
neonatus yg butuh diketahui (Maryunani, 2009), yaitu:
1. Sepsis neonatorum / septicemia neonatorum mewujudkan/adalah keadann dimana
terdapat infeksi karena bakteri dlm darah di seluruh tubuh.
2. Sepsis mewujudkan/adalah respon tubuh terhadap infeksi yg menyebar lewat darah &
jaringan lain
3. Sepsis bakterial pada neonatus ialah sindrom klinis dgn gejala-gejala infeksi sistemik &
diikuti dgn bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO, 1996)
4. Sepsis mewujudkan/adalah suatu proses berkelanjutan semenjak dari infeksi, SIRS
(Systeic Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi
multiorgan & akhirnya kematian.
2. Klasifikasi
Berlandaskan waktu terjadinya, sepsis neonatus bisa dibagi menjadi dua wujud
(Maryunani, 2009) yaitu:
a. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Mewujudkan/adalah infeksi perinatal yg terjadi segera dlm periode sesudah lahir (minus
dari 72 jam) & biasanya didapat pada saat proses kelahiran / in utero
b. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial / sepsis awitan lambat (SAL)
Mewujudkan/adalah infeksi sesudah lahir (lebih dari 72jam) yg didapat dari lingkungan
sekitar / rumah sakit (infeksi nasokomial)
3
3. Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum ialah aneka macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, / jamur. Sepsis pada bayi hampir kerap kali dikarenakan karena bakteri seperti
Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streptococcus, Listeria sp, & lain-lain. (Maryunani, 2009)
Beberapa komplikasi kehamilan yg bisa menaikkan resiko terjadinya sepsis pada
neonatus ialah:
a. Perdarahan
b. Panas yg terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus & plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam / lebih sebelum melahirkan)
f. Proses kelahiran yg lama & sulit
4. Patofisiologi
Sepsis dimulai dgn invasi bakteri & kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin karena
bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan & penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, & kekacauan metabolik yg progresif. Pada sepsis
yg tiba-tiba & berat, memunculkan berlimpah kematian & kerusakan sel. Hasilnya ialah
menurunnya perfusi jaringan, asidosis metabolik, & syok, yg membuat dampak disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) & kematian.
Mikroorganisme / kuman penyebab infeksi bisa mencapai neonatus lewat beberapa cara
(Surasmi, 2003), yaitu :
a. Pada masa antenatal / sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu sesudah
melewati plasenta & umpilikus masuk kedalam tubuh bayi lewat sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi ialah kuman yg bisa menembus plasenta,diantaranya virus
rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yg bisa lewat
jalur ini, diantaranya malaria, sifilis, & toksoplasma.
b. Pada masa intranatal / saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yg ada pada vagina & serviks naik mencapai korion & amnion. Hasilnya, terjadi
amnionitis & korionitis, selanjutnya kuman lewat umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara
lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yg sudah terinfeksi bisa terinhalasi karena
4
bayi & masuk ke tyraktus digestivus & trakus respiratorius, lalu menyebabkan infeksi
pada lokasi tersebut. Selain lewat cara tersebut diaras infeksi pada janin bisa terjadi
lewat kulit bayi / port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yg terkontaminasi
karena kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika, dan gonnorea).
Pathway:
Invasi Bakteri dan kontaminasi sistemik
↓
Pelepasan endotoksi oleh bakteri
↓
Perubahan fungsi miokaridum hipotalamus
↓
Gangguan proses pernapasan pusat termuregulator
↓
Gangguan fungsi mitokondria ketidakstabilan suhu
↓
Kekacauan metabolic yang progresif
↓
Kerusakan dan kematian sel
↓
Penurunan perfusi jaringan
↓
Asidosis metabolik
↓
Syok septik insufisiensi
↓
Disseminated Intravasculer coagulation
↓
Sepsis neonatorum
( Bobak : 2005 )
5
5. Manifestasi Klinis
Gejala & gejala-gejala sepsis neonatorum umumnya tak jelas & tak spesifik serta bisa
mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini ialah gejala & gejala-gejala yg bisa
diketemukan dapa neonatus yg menderita sepsis.
a. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dgn kecepatan pernafasan >60x/menit,
cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yg dlm: terjadi
karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi dampak dari aspirasi cairan
ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum & selain 1tu bisa menyebabkan
infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, & kerusakan jaringan bronkopulmonalis.
Kerusakan ini sebagian dikarenakan karena pelepasan granulosit dari protaglandin &
leukotrien.
b. Menurunnya kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga,
ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah hingga ke dlm manifestasi umum dari infeksi
sistem saraf pusat. Keadann akut & kronis yg berhubungan dgn organisme tertentu.
Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) / abses otak
menyebabkan menurunnya kesadaran, hal tersebut jg menyebabkan ubun-ubun besar
menonjol (berisi cairan infeksi) & keluarnya nanah dari telinga. Dlm hal terganggunya
sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yg lain seperti ekstensor kaku.
c. Hipertermia (> 37,7oC) / hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi dlm
menanggapi pirogen yg disekresikan karena organisme bakteri / dari ketidakstabilan
sistem saraf simpatik.
d. Tak mau menyusu & tak bisa minum ialah respon keadann psikologis bayi yg tak
menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yg keluar dari
telinga
e. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri bisa bertumbuh tak terkendali di
saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari infeksi
luka umbilikus.
6. Komplikasi
a. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, & jaundice
6
Bayi memiliki kebutuhan glukosa berkembang/berubah naik sebagai dampak dari
keadann septik. Bayi mungkin jg minus gizi sebagai dampak dari asupanenergi yg
berkurang. Asidosis metabolik dikarenakan karena konversi ke metabolisme anaerobik
dgn produksi asam laktat, selain 1tu ketika bayi mengalami hipotermia / tak disimpan dlm
lingkungan termal netral, upaya buat menata suhu tubuh bisa menyebabkan asidosis
metabolik. Jaundice terjadi dlm menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yg dilepaskan ke
seluruh tubuh yg dikarenakan karena organ hati sebagian bayi baru lahir belum bisa
berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati dampak sepsis yg terjadi & kerusakan eritrosit
yg berkembang/berubah naik.
b. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yg minus, tak mau
menyusu, & terjadinya hipertermia
c. Hiperbilirubinemia & anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dgn penumpukan bilirubin yg berlebihan pada jaringan.
Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yg sudah tua, ini
mewujudkan/adalah proses normal. Bilirubin mewujudkan/adalah zat hasil pemecahan
hemoglobin (protein sel darah merah yg memungkinkan darah mengakut oksigen).
Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yg dlm waktu tertentu kerap kali mengalami
destruksi (pemecahan). Tapi pada bayi yg mengalami sepsis terdapat infeksi karena
bakteri dlm darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah
hal yg tak mungkin, bayi mau kekurangan darah dampak dari hal ini (anemia) yg diikuti
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin kerap kali terjadi.
d. Meningitis
Infeksi sepsis bisa menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) lewat aliran darah.
e. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu karena bakteri gram negatif yg membuat
keluar endotoksin ataupun bakteri gram postif yg membuat keluar mukopoliskarida pada
sepsis. Inilah yg mau memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel
mononuklear & endotel. Sel yg teraktivasi ini mau memicu terjadinya koagulasi yg
berpotensi trombi & emboli pada mikrovaskular.
7
dada bisamenunjukkan difusi / infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi / mungkin
menunjukkanbroncograms udara dibedakan dari yg terlihat dgn sindrom gangguan
pernapasan surfaktan–kekurangan. Studi radiografilainnya bisa diindikasikan dgnkeadann
klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis/ necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006)
Pemeriksaan labolatorium butuh dikerjakan buat menunjukan penetapan diagnosis.
Selain 1tu, hasil pemeriksaan tes resistensi bisa diberdayakan buat menentukan pilihan
antibiotik yg tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan anemia, laju
endap darah mikro cukup tinggi, & trombositopenia. Hasil biakan darah tak kerap kali positif
walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain 1tu, biakan butuh dikerjakan terhadap darah,
cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan
drainase / hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis,
sesudah dua / tiga kali biakan memberikan hasil positif dgn kuman yg sama. Bahan biakan
darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yg butuh
dikerjakan, diantaranya pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yg mewujudkan/adalah
pemeriksaan protein yg disentetis di hepatosit & muncul pada fase akut kalau/jika terdapat
kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan buat mempertahankan suhu tubuh normal, buat
menstabilkan status kardiopulmonary, buat memperbaiki hipoglikemia & buat mencegah
kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septiksakit (Datta, 2007)meliputi
sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan buat memastikantemperature. Agar bayi tetap normal wajib dirawat
di lingkungan yg hangat. Suhu tubuh wajib dipantausecara teratur.
2) Cairan intravena wajib diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusiyg jelek, kian
salinenormal dgn 10 ml/ kg selama 5 hingga 10 menit. Dengan dosis yg sama 1 hingga 2
kali selama 30 hingga 45 menit berikutnya, jika perfusiterus menjadi buruk. Dextrose
(10%) 2 ml per kg pil besar bisa diresapibuat memperbaiki hipoglikemia yg ialah
biasanya ada dlm sepsis neonatal &dilanjutkan selama 2 hari / hingga bayibisa memiliki
feed oral.
3) Terapi oksigen wajib disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan / sianosis
4) Oksigen mungkin dibutuhkan jika bayitersebut apnea / napas tak memadai
5) Vitamin K 1 mgintramuskular wajib diberikan buat mencegah gangguan perdarahan
8
6) Makanan secara enteral dihindarijika neonatus sangat sakit / memiliki perut kembung.
Menjaga cairan wajib dikerjakan dgn infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasukstimulasi lembut fisik, aspirasi nasigastric,
pemantauan ketat & konstankeadann bayi &perawatan ahli
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum ialah mempertahankan metabolisme tubuh
dan memperbaiki keadann umum dgn pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan
nutrisi & monitor pemberian antibiotik hendaknya mencukupi kriteria efektif berlandaskan
pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah didapat, dan bisa diberi secara parental. Pilihan
obat yg diberikan ialah ampisilin, gentasimin / kloramfenikol, eritromisin / sefalosporin / obat
lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012)
9. Pencegahan
Sepsis neonatorum ialah penyebab kematian utama pada neonatus.tiada pengobatan yg
memadai, gangguan ion bisa menyebabkan kematian dlm waktu singkat. Karena karena 1tu,
tindakan pencegahan memiliki arti penting karena bisa mencegah terjadinya kesakitan &
kematian (Surasmi, 2003)
Tindakan yg bisa dikerjakan (Surasmi, 2003) ialah :
a. Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
bekala,imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yg diderita ibu,asupan gizi yg
memadai, penanganan segera terhadap keadann yg bisa menurunkan kesehatan ibu dang
jani, rujukan segera ke tempat pelayanan yg memadai kalau/jika dibutuhkan.
b. Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dikerjakan secara aseptik, dlm
arti persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu &
bayi seminimal mungkindilakukan ( kalau/jika benar-benar dibutuhkan ). Mengawasi
keadann ibu & janin yg baik selama proses persalinan,melakukan rujukan secepatnya
kalau/jika dibutuhkan, & menghindari perlukaan kulit & selaput lendir.
c. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung
kalau/jika bayi normal,penberiab ASI secepatnya,mengupayakan lingkungan & peralatan
tetap persih, setiap bayi memanfaatkan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus
secara steril. Tindakan infasif wajib dikerjakan dgn prinsip – prinsip aseptik.
Menghindari perlukaan selaput lendir & kulit, mencuci tangan dgn memanfaatkan
larutan desinfektan sebelum & sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadann bayi
secara teliti diikuti pendokumentasian data-data yg benar & baik. Semua personel yg
menangani / bertugas dikar bayi wajib sehat. Bayi yg berpenyakit menyebar.menular
9
wajib diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin memalui
pemantauan mikrobiologi & tes resistensi.
10. Prognosis
Pada umumnya ngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10% – 40 % &
pada meningitis 15% – 50%. Angka tersebut berbeda-beda tergantung dari waktu munculnya
penyakit penyebabnya, cara & waktu awitan penyakit, tataran prematuritas bayi, adanya &
keparahan penyakit lain yg menyertai & keadann ruang bayi / unit perawatan.
10
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dgn apnea
Kriteria hasil:
– Tak ada sianosis & disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif & suara nafas yg bersih
– Menunjukan jalan nafas yg paten(pelayan tak merasa tercekik,tak ada suara nafas
abnormal)
– Gejala-gejala vital dlm rentang normal
INTERVENSI RASIONAL
11
b. Infeksi berhubungan dgn prosedur invasif
Kriteria hasil:
– Suhu dlm batas normal
– Pertumbuhan status klien membaik selama masa terapi
–
Intervensi & Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
7. Pantau kecenderungan suhu, jika panas Panas (38,5oC – 40 oC) dikarenakan
12
berikan kompres hangat. karena efek-efek dari endotoksin
pada hipotalamus & endorfin yg
melepaskan pirogen. Hipotermia
(<36 oC) ialah gejala-gejala genting
yg menunjukkan status syok /
menurunnya perfusi jaringan
10. Inspeksi rongga mulut terhadap plak Depresi sistem imun & penggunaan
putih / sariawan, selidiki jg adanya rasa dari antibiotik bisa menaikkan risiko
gatal / peradangan vaginal/perineal infeksi sekunder.
c. Hipertermia berhubungan dgn kerusakan control suhu sekunder dampak infeksi / inflamasi
Kriteria hasil:
– Suhu tubuh berada dlm batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
– Nadi & frekwensi napas dlm batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,
frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
Intervensi & Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
13
dehidrasi menyebabkan kejang yg mau semakin
memperburuk keadann pasien serta bisa
menyebabkan pasien kehilangan
berlimpah cairan secara evaporasi yg
tak diketahui jumlahnya & bisa
menyebabkan pasien masuk ke dlm
keadann dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat Kompres pada aksila, leher & lipatan
pada aksila, leher & lipatan paha, paha terdapat pembuluh-pembuluh
hindari penggunaan alcohol buat dasar besar yg mau membantu
kompres. menurunkan panas. Penggunaan alcohol
tak dikerjakan karena mau
menyebabkan menurunnya &
peningkatan panas secara drastis.
Kriteria hasil:
INTERVENSI RASIONAL
14
& dehidrasi. menyebabkan kejang yg mau semakin
memperburuk keadann pasien serta
bisa menyebabkan pasien kehilangan
berlimpah cairan secara evaporasi yg
tak diketahui jumlahnya & bisa
menyebabkan pasien masuk ke dlm
keadann dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika terjadi Kompres air hangat lebih cocok
hipertermi, & pertimbangkan buat diberdayakan pada anak dibawah usia
langkah kolaborasi dgn memberikan 1 tahun, buat menjaga tubuh agar tak
antipiretik. terjadi hipotermi secara tiba-tiba.
Hipertermi yg terlalu lama tak baik
buat tubuh bayi karena karena 1tu
pemberian antipiretik dibutuhkan buat
segera menurunkan panas, misal dgn
asetaminofen.
INTERVENSI RASIONAL
15
2. Pantau perubahan pada tekanan darah Tekan darah rendah mau berkembang
bersamaan dgn mikroorganisme
menyerang aliran darah
3. Pantau frekuensi & irama jantung, Disritmia jantung bisa terjadi sebagai
perhatikan disritmia dampak dari hipoksia
5. Catat haluaran urine setiap jam & berat Menurunnya urine mengindikasikan
jenisnya menurunnya perfungsi ginjal
16
badan makanan / minuman bisa
menyebabkan terjadinya menurunnya
berat badan
17
IMLEMENTASI RASIONAL
18
3. Membantu klien saat menggati posisi, Bersihan paru yg baik mencegah
napas dalam/batuk efektif pneumonia
19
10. Menginspeksi rongga mulut terhadap Depresi sistem imun & penggunaan
plak putih / sariawan, selidiki jg dari antibiotik bisa menaikkan risiko
adanya rasa gatal / peradangan infeksi sekunder.
vaginal/perineal
3. Memberikan kompres denga air Kompres pada aksila, leher & lipatan
hangat pada aksila, leher & lipatan paha terdapat pembuluh-pembuluh
paha, hindari penggunaan alcohol dasar besar yg mau membantu
buat kompres. menurunkan panas. Penggunaan alcohol
tak dikerjakan karena mau
menyebabkan menurunnya &
20
peningkatan panas secara drastis.
d. Kekurangan isi cairan berhubungan dgn kehilangan sekunder dampak panas
IMPLEMENTASI RASIONAL
21
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dgn hipovolemi
IMPLEMENTASI RASIONAL
3. Memantau frekuensi & irama jantung, Disritmia jantung bisa terjadi sebagai
perhatikan disritmia dampak dari hipoksia
22
berat badan
23
e. perfusi jaringan perifer dapat tercapai optimal
f. Kebutuhan Nutrisi adekuat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis neonatorum ialah sindrom yg dikarakteristikan karena gejala-gejala klinis &
gejala-gejala-gejala-gejala infeksi berat yg diderita neonatus dgn gejala-gejala sistematik &
terdapat bakteri dlm darah yg bisa berkembang ke arah septisemia & syok septik. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum bisa berlangsung cepat sehingga kerap kali sekali tak
terpantau,tiada pengobatan yg memadai bayi bisa meninggal dlm 24 hingga 48 jam.
B. Saran
Dgn disusunnya makalah refreshing keperawatan ini mengharapkan kepada semua
pembaca agar bisa menelaah & memahami serta menanggapi apa yg sudah penulis susun buat
kemajuan penulisan makalah refreshing keperawatan selanjutnya & umumnya buat lebih
memahami asuhan keperawatan terutama dalam menangani kasus sepsis neonatorum.
24