Anda di halaman 1dari 21

HALAMAN JUDUL

LARUTAN DAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Mitha aulia
Sri zakia
Baihakim mustopa

KELAS 1KB
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Larutan dan Sifat-Sifat Koligatif Larutan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Fisika. Kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauhdari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan serta dapat
meningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
D. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................3
A. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit........................................3
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................15
A. Penerapan Sifat Koligatif dalam Kehidupan......................................................15
BAB IV PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA 18

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat koligatif adalah sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi
partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi tekanan uap,
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Salah satu penerapan sifat
koligatif tentang penurunan tekanan uap larutan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam
pembuatan es krim. Penilitian ini dilakukan pada pembuatan es krim, kenaikan titik didih,
dan penurunan titik beku.
Selain itu, kurangnya pengetahuan menyebabkan kejadian atu peristiwa kimiawi
yang terjadi dilingkup kehidupan bermasyarakat membuat aneka peristiwa kimiawi yang
susah untuk ditafsirkan, sehingga perlunya pengetahuan proses kimiawi lewat makalah ini,
guna untuk mengetahui kuntungan dan kerugian yang terjadi dala proses kimiawi.
Dan juga Sifat koligatif larutan ini sifat-sifat yang hanya bergantung pada jumlah
(kuantitas) partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis atau identitas
partikel zat terlarut – tidak peduli dalam bentuk atom, ion, ataupun molekul. Sifat koligatif
merupakan sifat yang hanya memandang “kuantitas”, bukan “kualitas”

B. Rumusan Masalah
Untuk membahas sifat koligatif, penyusun merumuskan beberapa masalah, diantaranya;
1. Apa itu sifat koligatif dan juga penuruan tekanan uap larutan?
2. Apa manfaat sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan dalam kehidupan sehari-
hari?
3. Bagaimana proses terjadinya penurunan tekanan uap larutan?
4. Bagaimana penerapan yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dari sifat
koligatif dan penurunan tekanan uap larutan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain;
1. Mengetahui pengertian sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan.
2. Mengetahui manfaat sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengetahui proses terjadinya penurunan tekanan uap larutan.
4. Mengetahui penerapan-penerapan sifat koligatif dalam kehidupan sehari-hari.

1
D. Manfaat
Melihat dari rumusan masalah dan tujuan maka manfaat adanya makalah ini adalah sebagai
sumber pengetahuan dan wawasan akan sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang harus diketahui, supaya dalam
pelaksanaan penerapan dalam kehidupan bisa dikuasai dan juga diamalkan dengan dasar
teori dan praktikum yang mumpuni guna proses kimiawi yang lebih mengarah kepada
keuntungan dalam kehidupan dibanding kerugian.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit


Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan
zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut
pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut
di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta
(part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan
sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatif
larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
nonelektrolit. Dimana sifat koligatif ini ditandai oleh penurunan tekanan uap, penurunan
titik beku, kenaikan titik didih dan tekanan osmosis. (Roni & Herawati, 2020)
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut) (Sukardjo, 1989) . Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan.
Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan
nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit
bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan
nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal
tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif
larutan elektrolit.
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan,
maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana

3
suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
 Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
 Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
 Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut.

Berikut diuraikan ciri-ciri sifat koligatif larutan;


1. Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan
dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah
menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke
dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu
larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain
penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult
lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap
cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas
permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas
permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap
sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Molekul-molekul dalam keadaan uap akan menimbulkan tekanan yang dikenal
sebaga tekanan uap. Jika dibandingkan dengan pelarut murninya, Tekanan uap dari
masing-masing zat berbeda-beda. Jika dalam zat murni tersebut ditambahkan suatu zat
lain yang non-volatil akan terjadi perubahan pada tekanan uap larutannya. Tekanan uap
larutan yang didalamnya terdapat zat terlarut non volatile akan lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan uap pelarut murninya. Jadi dapat dikatakan bahwa penurunan tekanan
uap merupakan berkurangnya tekanan uap pelarut murni karena pengaruh penambahan
zat terlarut non volatile. Penurunan tekanan uap dapat ditentukan dari selisih antara
tekanan uap murni pelarut dan tekanan uap larutannya sesuai persamaan berikut:

ΔP = P° - P

4
ΔP = penurunan tekanan uap

P° = tekanan uap pelarut murni

P = tekanan uap larutanPada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan


maka akan terjadi penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas
permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya
zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.

Materripa.com.doogle
Molekul-molekul dalam keadaan uap akan menimbulkan tekanan yang dikenal
sebaga tekanan uap. Jika dibandingkan dengan pelarut murninya, Tekanan uap dari
masing-masing zat berbeda-beda. Jika dalam zat murni tersebut ditambahkan suatu zat
lain yang non-volatil akan terjadi perubahan pada tekanan uap larutannya. Tekanan uap
larutan yang didalamnya terdapat zat terlarut non volatile akan lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan uap pelarut murninya. Jadi dapat dikatakan bahwa penurunan tekanan
uap merupakan berkurangnya tekanan uap pelarut murni karena pengaruh penambahan
zat terlarut non volatile. Penurunan tekanan uap dapat ditentukan dari selisih antara
tekanan uap murni pelarut dan tekanan uap larutannya sesuai persamaan berikut:

ΔP = P° - P

ΔP = penurunan tekanan uap

P° = tekanan uap pelarut murni

P = tekanan uap larutan

Apa yang terjadi terhadap tekanan uap bila ke dalam air (pelarut) ditambahkan zat
terlarut yang sukar menguap?

Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang menguap adalah
pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan partikel pelarut yang menguap

5
menjadi berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap. Jadi, dengan adanya zat
terlarut menyebabkan penurunan tekanan uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan lebih
rendah dibanding tekanan uap pelarut murninya.

Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dankonsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa
besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari
pelarut murninya.
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan
dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam
larutan PA = XA . PAo.
Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada
tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po .X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk
menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan
tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po – P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult
dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih
rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

6
CONTOH SOAL:

Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah 17,5 mmHg.

Berapakah tekanan uap jenuh larutan tersebut pada suhu tersebut?


Penyelesaian:

Diketahui : Xt= 0,5

Po = 17,5 mmHg

Ditanya : P ...?

Jawab :

ΔP = Xt.Po

= 0,5 .17,5 mmHg

= 8,75 mmHg

P = Po – ΔP

= 17,5 mmHg – 8,75 mmHg

= 8,75 mmHg

Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan glukosa 18%
pada 100oC? (Ar H= 1 ; C=12 ; O=16)
Jawab :
Jadi mari kita hitung dulu Xpel (fraksi mol) nya !!!
• Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 gram.
• Air (pelarut) = (100 – 18) = 82 gram.

18
Jumlah mol glukosa   0,1 mol
180
82
Jumlah mol air   4,55 mol
18

Xp =

4,55
X pel   0,978
(4,55  0,1)

Jadi tekanan uap glukosa :


P = Xp . Po
P = 0,978 x 760

7
= 743,28 mmHg

2. Peningkatan Titik Didih


Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik
didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku
pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan
sebagai berikut “Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap”.
Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan
tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair
diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut
mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap
luar disebut titik didih.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan
titik didih dari larutan tersebut. Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C.
Hal itu berarti tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara
luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu
100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk
dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih
tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan
sebagai:
Δ Tb = Kb . mJika
M = n x 1000/ P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000/p
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan


mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya,
mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya). Titik didih larutan

8
merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau Tb =
Tb + Tb (Oxtoby, 2001).

Tblarutan= titik didih larutan


Tbpelarut murni= titik didih pelarut
∆Tb= Kenaikan titik didih

Contoh

-)Penyulingan gula

//contohpeningkatantitikdidih.com

Ketika tebu telah dipanen dan sari tebu diekstraksi, sari kni harus disuling untuk
menghasilkan gula kristal yang dapat dikonsumsi. Pada tahap penyulingan gula, sari tebu
akan direbus, dan suhu di mana larutan sari tebu mendidih akan tergantung pada
konsentrasi gula. Sehingga ini bisa digunakan untuk memantau tingkat kejenuhan larutan
dan kadar gula dalam larutan dan kemudian bisa dilakukan penambahan sari tebu bila
kadar di dalam larutan terlalu rendah kadar gulanya.
CONTOH SOAL:
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:

Diketahui : m = 1,6 gram

p = 500 gram

Kb = 0,52 °C m-1

Ditanya : Tb ...?

Jawab : ΔTb = m ⋅ Kb

9
=

-1
=

= 0,04 x 2 x 0,52 °C m-1

= 0,0416 °C

Tb = 100 °C + ΔTb

= 100 °C + 0,0416 °C

= 100,0416 °C

Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 °C.

3. Penurunan titik Beku


Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar
partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar
molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan
proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan
jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-
partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan
kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap larutan dari tekanan uap pelarut,
larutan membeku pada temperatur yang lebih rendah dibanding titik beku pelarut murni
— titik beku larutan, Tf, lebih rendah dari titik beku pelarut murni, Tf°. Dengan kata lain,
jumlah partikel-partikel pelarut yang keluar dan masuk padatan yang membeku per
satuan waktu menjadi sama pada temperatur yang lebih rendah. Sifat koligatif larutan
berupa penurunan titik beku, ΔTf, yaitu Tf° – Tf berbanding lurus terhadap konsentrasi
(molalitas, m) larutan, sebagaimana:
Delta T_f = K_f m
di mana Kf adalah konstanta penurunan titik beku molal (dalam satuan °C/m) dan m
adalah molalitas larutan.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf)
dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000/ p)
Tf = penurunan titik beku

10
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan
titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.

https//penurunantitikbeku.com

Adonan es krim ditempatkan pada wadah yang terendam es batu dan air yang
telah diberi garam dapur sambil diputar. Proses tersebut mengakibatkan adonan es krim
membeku dengan titik beku beberapa derajat dibawah titik beku air murni. Ketika es
dicampur garam, es mencari dan terlarut membentuk air garam serta menurunkan
temperaturnya. Proses ini memerlukan panas dari luar. Campuran itu mendapat panas
dari adonan es krim maka hasilnya adalah es krim padat dan lezat siap dihidangkan.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita
hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan
adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan
lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu
dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian
pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut.
Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus
memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi
sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva
larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan

11
titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih
dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati

CONTOH SOAL:
Dr. Brooks melarutkan 18 gram glukosa (C6H12O6) ke dalam 500 gram air. Jika kalor
beku molal air Kf= 1,8/mol (Ar:C=12 g/mol, H=1 g/mol, O=16 g/mol), maka titik
bekunya berada pada suhu berapa?

Jawaban :

4. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel,
yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan
karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari
molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui
dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan
osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer,
dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya.
pada prosesnya bisa terjadi pada dua bentuk larutan yang berbeda. Yaitu larutan
pada air dan zat pelarut. Larutan pada air sendiri akan bergerak ke larutan glukosa
melewati lapisan semipermeabel. Ketika proses osmosis air berjalan dari larutan
konsentrasi tinggi ke rendah. Larutan yang konsentrasinya lebih tinggi disebut dengan
larutan hipertonis. Sedangkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah disebut isotonis.
Selain itu ada larutan yang berada di luar sel yang konsentrasinya lebih rendah daripada
didalam sel disebut hipotonis. Pada peristiwa osmosis, air selalu bergerak mulai dari
medium yang pekat ke medium yang paling pekat. Selain itu, air juga bergerak mulai dari
medium yang tidak pekat ke medium yang paling pekat.

12
Dari situasi tersebut, air bergerak dari larutan yang mulanya kurang terkonsentrasi
ke bagian larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Pergerakan air kondisinya tetap
hingga menuju konsentrasi zat terlarut pada kedua sisi membrannya sama. Pergerakan air
ini terjadi akibat adanya proses osmosis.
Ketika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh suatu
membran semipermeabel — membran yang hanya dapat dilewati partikel pelarut namun
tidak dapat dilewati partikel zat terlarut—maka terjadilah fenomena osmosis. Osmosis
adalah peristiwa perpindahan selektif partikel-partikel pelarut melalui membran
semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi.
Peristiwa osmosis dapat terlihat ketika mencuci pakaian atau mencuci piring. Saat
mencuci langsung menggunakan tangan, dalam waktu yang lama kulit akan
membengkak. Pembengkakkan ini disebabkan terjadinya osmosis.gthn

Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan
hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat
dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan
osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
P = nRT/ V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat
diperoleh:
Π=nRT V
atau
π=MRT
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini
terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut

13
jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor
Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut Titik Beku Kf
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit
dan sifat koligatif larutan elektrolit.

CONTOH SOAL:
Tentukan tekanan osmotik larutan glukosa 0,03 M pada suhu 29°C

Jawab :
π = MxRxT
0,03M x 0,082 Latm mol/K x (29+273) K
=. 0,74atm
Maka, tekanan osmotik larutan glukosa tersebut yaitu 0,74 atm.

Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar
daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi
ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif
larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff :

Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin
mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk

14
larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap
sama dengan jumlah ion.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Penerapan Sifat Koligatif dalam Kehidupan


Dalam kehidupan kita sehari hari ternyata banyak sekali penerapan dari sifat koligatif
larutan. Adapun penerapan tersebut di antaranya adalah:
1. Membuat Campuran Pendingin pada Es Putar
Mungkin kamu tidak asing dengan yang namanya es putar. Untuk membuat es putar
diperlukan yang namanya cairan pendingin. Cairan pendingin merupakan larutan berair
yang memiliki titik beku jauh di bawah 0°C. Secara sederhana, cairan pendingin dibuat
dengan melarutkan berbagai jenis garam ke kepingan es batu. Pada pembuatan es putar
cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dapur dengan kepingan es batu
dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu akan mencair
sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran bahan pembuat es putar
dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian
dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran
membeku.
2. Membuat Zat Antibeku pada Radiator Mobil
Mungkin kalian akan berpikir, bagaimana bisa air radiator di negara yang memiliki empat
musim tidak membeku pada musim salju. Seharusnya di daerah yang memiliki iklim
dingin, air radiator pada mobil akan mudah sekali membeku. Jika air radiator membeku
maka akan merusak komponen mobil tersebut. Untuk mengatasi agar air radiator tidak
mudah membeku, maka ditambahkan cairan yang sulit membeku yakni etilen glikol.
Dengan penambahan cairan ini, nantinya air radiator tidak mudah membeku karena terjadi
penurunan titik beku cairan radiator.
3. Mencairkan Salju di Jalan Raya
Di negara-negara yang mengalami musim salju, mobil akan mengalami kesulitan saat
melintasi jalan raya karena jalan raya tertutup salju yang cukup tebal. Salju ini bisa
menyebabkan kendaraan tergelincir atau selip karena licin sehingga perlu dibersihkan.
Untuk membersihkan salju di jalan raya biasanya ditaburi dengan campuran garam NaCl
dan CaCl2. Penaburan garam ini akan menurunkan titik beku salju tersebut, sehingga salju
kembali menjadi air. Semakin tinggi konsentrasi garam, maka makin menurun titik
bekunya, sehingga salju akan makin banyak yang mencair.
4. Antibeku dalam Tubuh Hewan
Tahukah kamu kenapa hewan yang berada di kutub utara maupun di kutub selatan tidak
membeku atau mati. Hal ini disebabkan karena dalam tubuh hewan tersebut terdapat zat

15
antibeku. Sehingga hewan yang berada di daerah yang beriklim sangat dingin mampu
bertahan hidup.
5. Penambahan Antibeku Pada Minyak Kelapa
Jika kita membuat minyak kelapa tradisional, minyak yang dihasilkan akan akan cepat
membeku. Pada pagi hari minyak kelapa akan membeku karena memiliki titik beku yang
tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada minyak kelapa ditambahkan garam-
garaman atau vitamin E agar terjadi penurunan titik beku, sehingga minyak kelapa tidak
mudah membeku pada suhu rendah.
6. Mesin dialisis (cuci darah)
Para penderita gagal ginjal biasanya harus menjalani pengobatan berupa dialisis atau cuci
darah, dimana molekul kecil seperti urea akan melewati membrane semipermeabel dan
berpindah ke dalam cairan lain sebelum kemudian dibuang. Pada proses ini, molekul
besar seperti protein tidak dapat melewati membran sehingga akan tetap di dalam darah.
Mengawetkan makanan
7. Penggunaan cairan infus pada pasien.
8. Pemisahan fraksi minyak bumi.
9. Penggunaan garam dapur untuk membunuh lintah.
10. Pengolahan air laut menjadi air tawar.
11. Kolam Apung
Kolam apung Atlantis Water Adventure yang berada di Taman Impian jaya Ancol Jakarta
merupakan contoh terjadinya penurunan tekanan uap pelarut. Air yang berada di kolam
apung ini memiliki kadar garam yang sangat tinggi, bahkan 10 kali lipat tingginya
dibandingkan kadar garam rata-rata dilautan. Air atau pelarut yang ada dikolam apung ini
sulit menguap karena tekanan uap pelarut menurun disebabkan karena konsentrasi kadar
garam yang sangat tinggi. Semakin banyak jumlah zat terlarut, maka pelarut semakin
sukar menguap. Dengan kata lain, adanya zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan
uap cairan. Karena memiliki konsentrasi zat terlarut sangat tinggi, maka pada saat kita
berenang di sini akan mengapung atau tidak tenggelam. Sama halnya dengan kondisidi
laut mat

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat
koligatif larutan. Sedangkan cabangnya yakni Penurunan tekanan uap adalah
kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul
cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Pelbagai contoh penerapan penurunan tekanan uap
yang paling mendunia adalah kandungan garam yang berada di Laut Mati. Oleh karena
itu, materi ini sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena dengan mepelajari,
memahami, menguasai landasan

B. Saran
Untuk itu, marilah kita sebagai penerus agama, bangsa, dan negara harus lebih giat lagi
memperdalam, menggali, mengkaji ilmu kepribadian, pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan khususnya mata pelajaran Kimia, supaya di masa yang selanjutnya, kita dapat
memetik buah hasil jerih payah perjuangan keilmuan kita, guna meningkatkan kemajuan
diri kita, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga

Roni, Dr. Kiagus Ahmad & Herawati, Netty. 2020. Kimia Fisika II. Palembang :
Rafah Press UIN Raden Fatah Palembang

Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.

Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.

Sukardjo, Prof Dr, 1989. “Kimia Fisika” , Dosen FPMIPA-IKIP Yogyakarta,


Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung

18

Anda mungkin juga menyukai