Anda di halaman 1dari 11

Makalah Sifat Koligatif Larutan

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kimia Larutan

Dosen pengampu : Rina Rahayu

Disusun oleh :

Intan Puspitasari (2220303071)

Hafizh Raihan Aly (2220303067)

Maria Emmanuella Ayu Maharani (2240303125)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dijumpai oleh zat kimia dalam
berbagai bentuk, mulai dari pembuatan makanan seperti es krim hingga cairan dalam tubuh
kita, tak terkecuali sifat koligatif larutan itu sendiri. Apa itu sebenarnya sifat koligatif larutan?
Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi partikel
zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi tekanan uap, penurunan
titik beku, kenaikan titik didih, dan tekananosmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik
beku dan tekanan osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan selama musim dingin.
Penerapan tekanan osmosis dapat ditemukan pada alam, juga dalam bidang kesehatan, dan
dalam ilmu biologi salah satunya yakni, pada hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim
dingin, seperti beruang kutub, mereka memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan
titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku juga turut
mampu menurunkan titik beku air hingga 0,8°C Sifat koligatif larutan memang cukup jarang
dibahas oleh orang awam. Padahal kenyataannya, sifat koligatif larutan ini memiliki banyak
sekali manfaat dalam menopang kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Oleh karena itu,
perlunya pembahasan lebih lanjut mengenai sifat koligatif larutan dan penerapan-penerapan
lainnya dalam kehidupan sehari-hari kita.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja sifat-sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non-elektrolit?

2. Bagaimana perhitungan-perhitungan yang terkait dengan sifat koligatif?

3. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non-elektrolit penting
untuk kehidupan kita?

4. Bagaimana contoh larutan yang termasuk ke dalam sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan non-elektrolit?

C. Tujuan Pembahasan

•Mampu memahami arti dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non-
elektrolit

•Mampu memahami dan menganalisis perhitungan sifat koligatif

•Mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non-elektrolit
penting untuk kehidupan kita

•Mampu memahami contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif larutan elektrolit
dan sifat koligatif larutan non-elektrolit
D.  Manfaat
            Melihat dari rumusan masalah dan tujuan maka manfaat adanya makalah ini adalah
sebagai sumber pengetahuan dan wawasan akan sifat koligatif dan penurunan tekanan uap
larutan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang harus diketahui, supaya dalam
pelaksanaan penerapan dalam kehidupan bisa dikuasai dan juga diamalkan dengan dasar teori
dan praktikum yang mumpuni guna proses kimiawi yang lebih mengarah kepada keuntungan
dalam kehidupan dibanding kerugian. 

BAB II
LANDASAN TEORI

SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan
zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut
pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di
dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta
(part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan
sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
1.       Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2.       Peningkatan titik didih
3.       Penurunan titik beku
4.       Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan
nonelektrolit dan elektrolit.  Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah
jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit
jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal  tersebut maka
sifat koligatif  larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit.
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan,  maupun
cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat
tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
•      Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
•           Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
•           Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut.

Penurunan Tekanan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat  dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari
setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika
suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam
cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan,
maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain penguapannya
dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan
sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan
tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan
cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan
mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan
terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh  diatas permukaan air adalah 17,53
mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan
tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara
tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya
tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA  =
XA  .  PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada
tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P  = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P  = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk
menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan
uap dapat dituliskan:
                                        P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult
dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas
larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

Peningkatan Titik Didih


Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih
larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik
beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap.
Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap
yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan
zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika
tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada
saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari
larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air
murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan
sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya
dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100
C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat
mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi.
Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai:
                                                   Δ Tb = Kb . m
Jika
M = n x 1000
     P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tb = Kb ( n x 1000 )


                                                                     p
  Tb         = besar penurunan titik beku
  Kb        = konstanta kenaikan titik didih
  m        = molalitas dari zat terlarut
   n        = jumlah mol zat terlarut
   p        = massa pelarut             
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur
kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat
terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).  Titik didih larutan merupakan titik
didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb +   Tb (Oxtoby,
2001).

Penurunan titik Beku


Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar
partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar
molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan
proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak
antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat
terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan
maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan
persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000  )
         p
 Tf     = penurunan titik beku
 Kf     = tetapan ttitik beku molal
  n     = jumlah mol zat terlarut
  p     = massa pelarut                   
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik
bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat
digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita
hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah
pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih
rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada
dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut
dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini
berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap
pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama
pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati

 Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting
dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang
membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan
karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul
zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding
semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik
disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan
sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan
hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan
jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan
osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
P = nRT
      V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh:
π = nRT
                                                                            V
atau
                                                                π = M R T       
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi
karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya
menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff.
Dirumuskan sebagai berikut :
π   = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R   = tetapan gas ideal (0,082 L atm K   mol  )
T    = suhu mutlak (K)             

Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan
demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.

BAB III
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Penurunan Tekanan Uap Larutan


  Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat  dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari
setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika
suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam
cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan,
maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya
dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan
sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan
tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan
cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan
mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan
terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh  diatas permukaan air adalah 17,53
mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan
tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara
tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya
tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA  =
XA  .  PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada
tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P  = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P  = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk
menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan
uap dapat dituliskan:
                                        P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult
dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas
larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

B.  Penerapan Penurunan Tekanan Uap Larutan dalan Kehidupan


         
          Penerapan Penurunan Tekanan Uap
1.      Laut Mati sebagai tempat Rekreasi
Molekul – molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap
zat cair. Semakin mudah molekul – molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula
tekanan uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak
menguap, maka partikel – partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul –
molekul zat cair.
Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang
tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang
sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi.
Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya
yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau
rekreasi bagi manusia. Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di
beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa, Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung
pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Sedangkan cabangnya yakni Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-
molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi
uap. Pelbagai contoh penerapan penurunan tekanan uap yang paling mendunia adalah
kandungan garam yang berada di Laut Mati. Oleh karena itu, materi ini sangat bermanfaat
bagi kehidupan kita, karena dengan mepelajari, memahami, menguasai landasan teori dan
praktikum maka pelbagai peristiwa/proses kimiawi yang terjadi di dunia ini, bisa kita kaji dan
ambil manfaat dan keuntungannya dan juga menghindari kerugian dan bahayanya.

B.    SARAN

Untuk itu, marilah kita sebagai penerus agama, bangsa, dan negara harus lebih giat lagi
memperdalam, menggali, mengkaji ilmu kepribadian, pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan khususnya mata pelajaran Kimia, supaya di masa yang selanjutnya, kita dapat
memetik buah hasil jerih payah perjuangan keilmuan kita, guna meningkatkan kemajuan diri
kita, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga


Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung
http://indonesiakutercinta.wordpress.com/2010/08/13/penggunaan-sifat-koligatif-larutan/
http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2012/1002422/materi6.html
http://jemiandala.blogspot.com/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://marioxz99.blogspot.com/2013/06/penggunaan-sifat-koligatif-larutan.html
http://hannachintyafg.wordpress.com
http://sugar-science.blogspot.co.id
http://pelajaran-lengkap.blogspot.co.id
http://yudikasimatupang15.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai